Anda di halaman 1dari 68

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PAUD
AL FITRAH KECAMATAN SEI RAMPAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018

Oleh :

UTARI JULIANI
P07524517101

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PAUD
AL FITRAH KECAMATAN SEI RAMPAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

Oleh :

UTARI JULIANI
P07524517101

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN D IV KEBIDANAN MEDAN
SKRIPSI, JULI 2018

UTARI JULIANI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI PAUD AL FITRAH KECAMATAN SEI RAMPAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018

Vi + 34 Halaman + 6 Tabel + 17 Lampiran

ABSTRAK

Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang
terjadi antara orang tua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis
yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Pola asuh orang
tua yang baik dan kurang baik dapat mempengaruhi pertumbuhan balita dan
pemenuhan nutrisi balita yang dapat mengakibatkan terjadinya status
kekurangan gizi pada balita.
Jenis penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan
Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 dengan jumlah sampel 32 responden.
Data primer dikumpulkan melalui kuesioner untuk Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
Dari 32 responden, yang memiliki pola asuh baik sebanyak 18 responden
(56.25%), dan pola asuh tidak baik sebanyak 14 responden (43.75%). Balita
tidak stunting sebanyak 20 responden (62.5%), dan balita stunting sebanyak 12
responden (37.5%). Hasil uji chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0.000 dan
α = 0.05 dimana p < α.
Bagi petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pelayanan
posyandu kepada bayi dan balita, terutama dalam pengukuran berat badan dan
tinggi badan bayi dan balita, agar tidak terjadi kekurangan gizi. Serta
memberikan wawasan kepada orang tua untuk lebih meningkatkan pola asuh
yang baik terhadap anak, agar nutrisi anak terpenuhi dan tidak terjadi
kekurangan status gizi pada anak seperti stunting.

Kata Kunci : pola asuh orang tua, stunting.


Daftar Pustaka : 21 (2010-2018)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmat-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi yang berjudul “Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018” sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan kebidanan Pada Program studi D-IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucakan banyak terima kasih
kepada:

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes


RI Medan
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan
3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan, kemudian dilanjutkan oleh Yusniar
Siregar, SST,M.Kes.
4. Dewi Meliasari,SKM, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Suswati, SST, M.Kes, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Idau Ginting, SST, M.Kes, Selaku ketua penguji yang meluangkan waktu,
memberikan masukan berupa kritikan dan saran kepada peneliti sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Tri Marini SN,SST, M.Keb, selaku dosen pembimbing akademik yang
banyak memberikan masukan selama peneliti menempuh pendidikan di
Poltekkes Kemenkes RI Medan.
8. Salfitri, S.Ag yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian di PAUD Al Fitrah.
9. Seluruh dosen staf Politeknik Kesehatan D VI Kebidanan Medan yang telah
membekali ilmu pengetahuan, dan memberikan nasehat selama peneliti
menempuh pendidikan.
10. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Kaswan, S.Pd dan Ibunda tercinta
Agustina, S.Pd serta terimakasih kepada kakak penulis Yayuk Gusmawan,
S.Pd, Lesta Maulina, S.Pd, dan Novita Darmawan, Am.Kom, dan adik
penulis Gusma Indrawan dan Annisa Rahmawan, yang selalu menjadi
inspirasi dan motivasi penulis dan juga telah memberikan dukungan moril
dan materil selama penulis menyelesaikan pendidikan.
11. Sahabat tersayang Weni Priskasari, Susi Nurkhalifah, Putri Yanti Lubis, Ani
Nurdiana, Widya Wulandari, Debi Aresti, Mawaddah Akhiriyah, dan Citra
Sintya L. Tobing yang selalu ada saat suka dan duka serta selalu
memberikan dukungan.
12. Teman-teman D-IV Alih Jenjang Kebidanan angkatan 2017 Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.

Medan, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Abstrak
Kata Pengantar .......................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Daftar Tabel................................................................................................ v
Daftar Lampiran ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
C.1 Tujuan Umum ........................................................................... 4
C.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
D.1 Bagi Penulis .............................................................................. 4
D.2 Bagi Institusi Pendidikan .......................................................... 5
D.3 Bagi Tempat Penelitian ............................................................ 5
D.4 Bagi Orang Tua ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Stunting ........................................................................................... 6
A.1 Pengertian Stunting .................................................................. 6
A.2.Klasifikasi Stunting ................................................................... 6
A.3 Penyebab Stunting ................................................................... 7
A.4 Dampak Stunting ...................................................................... 8
A.5 Upaya Pencegahan Stunting.................................................... 9
B. Pola Asuh ........................................................................................ 10
B.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua ............................................ 10
B.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua ....................................................... 11
B.3 Jenis-Jenis Pengasuhan .......................................................... 12
C. Kerangka Teori ................................................................................ 13
D. Kerangka Konsep ............................................................................ 14
E. Defenisi Operasional ....................................................................... 15
F. Hipotesis .......................................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ............................................................................... 16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 16
B.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 16
B.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 16
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 16
C.1 Populasi .................................................................................... 16
C.2 Sampel...................................................................................... 16
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 17
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian .................................... 17
E.1 Alat Ukur ................................................................................... 17
E.1.1 Alat Ukur Stunting ............................................................. 17
E.1.2 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua ....................................... 17
E.2 Prosedur Pengolaan Data ........................................................ 17
F. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 18
F.1 Pengolahan ............................................................................... 18
F.2 Analisis Data ............................................................................. 19
G. Etika Penelitian ............................................................................... 19
G.1 Prinsip Manfaat ........................................................................ 19
G.2 Prinsip Menghormati Manusia ................................................. 19
G.3 Prinsip Keadilan ....................................................................... 20
G.4 Informed consent ..................................................................... 20
G.5 Anonimity .................................................................................. 20
G.6 Kerahasiaan ............................................................................. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN


A Hasil Penelitian .............................................................................. 22
A.1 Analisa Univariat ..................................................................... 22
A.1.1 Demografi Responden ................................................... 22
A.1.2 Pola Asuh Orang Tua .................................................... 25
A.1.3 Stunting pada Balita ....................................................... 26
A. 2 Analisa Bivariat ...................................................................... 26
A.3 Pembahasan ........................................................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................... 31
B Saran ............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 15


Tabel 1.2 Defenisi Operasional .................................................................. 15
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik
Responden....................................................................... 22
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik dan presentasi pola asuh orang tua ...... 25
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik dan presentasi stunting .......................... 26
Tabel 4.4 Tabel tabulasi pola asuh orang tua dengan kejadian
stunting ....................................................................................... 27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Hak Cipta


Lampiran 2 Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian
Lampiran 3 Izin Melalukan Survey Awal
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 6 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 7 Lembar Etika Clearance
Lampiran 8 Informed Consent Menjadi Subjek Penelitian
Lampiran 9 Master Tabel
Lampiran 10 Output SPSS
Lampiran 11 Tabel Z-Score
Lampiran 12 Grafik Z-Score
Lampiran 13 SOP Pemberian Obat Cacing
Lampiran 14 Lembar Berita Acara Sidang Skripsi
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 16 Dokumentasi
Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi,
penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular
dan pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi
masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu
prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok
Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015 – 2019 (Kemenkes,
2016).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, stunting adalah balita
dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (World Health
Organization) (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006, nilai z scorenya
kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang
dari -3SD (Kemenkes, 2016).
Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan
masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Karenanya persentasi balita
pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
di tanggulangi. Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia
termasuk dalam 17 negara, di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah
gizi yaitu stunting, wasting dan overweight pada balita (PSG, 2015).
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia.
Persentasi status gizi balita pendek di Indonesia Tahun 2013 mencapai 37,2%,
angka ini lebih besar dari Tahun 2010 sebesar 35,6%, dan Tahun 2017 sebesar
36,8%, tidak menunjukkan penurunan/perbaikan yang signifikan. Pada Tahun
2015 Kementrian Kesehatan melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang
hasilnya sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek, dengan
peresentasi tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat
(PSG, 2015).
Di Sumatera Utara persentasi balita pendek pada Tahun 2016 mencapai
24,4% dan meningkat pada Tahun 2017 menjadi 28,5%. Terdapat 4 wilayah
yang memiliki persentasi stunting terbesar yaitu Langkat sebesar 55,48%,
Padang Lawas sebesar 54,86%, Nias Utara sebesar 54,83% dan Gunung Sitoli
sebesar 52,32%. Dan untuk di Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2017
sebesar 31,6% (Kemenkes, 2017).
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode
tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2016).
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada
kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui,
dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif
dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan
secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh
karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode
kritis" (Kemenkes, 2016).
Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi
program/intervensi dan upaya sinergis dari kementerian/lembaga, pemerintah
daerah serta dunia usaha/masyarakat. Untuk memastikan konvergensi
program/intervensi dan sinergitas upaya intervensi stunting. Pada rapat terbatas
tentang Intervensi Stunting yang dipimpin oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia, Jusuf Kalla, selaku Ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) Rabu, 12 Juli 2017. Rapat yang dilakukan tersebut
bertujuan untuk memetakan masalah stunting serta merumuskan dan
mempertajam langkah-langkah penanganannya untuk kemudian akan dilaporkan
kepada Presiden Republik Indonesia (RI) (TNP2K, 2017).
Presiden RI menaruh perhatian yang cukup besar terkait isu stunting
terutama untuk mencari langkah terobosan dalam menangani dan mengurangi
stunting. Rekomendasi rencana aksi Intervensi Stunting diusulkan menjadi 5 pilar
utama yaitu, Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara. Kampanye Nasional
berfokus pada Peningkatan Pemahaman, Perubahan Perilaku, Komitmen Politik
dan Akuntabilitas. konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program nasional
daerah dan masyarakat, Mendorong Kebijakan “Food Nutritional Security,
pemantauan dan evaluasi (TNP2K, 2017).
Dalam strategi integrasi penurunan stunting hal-hal yang perlu dilakukan
provinsi adalah mengambil inisiatif untuk proaktif dalam mencermati data hasil
pelaksanaan kunjungan keluarga khususnya: keluarga mengikuti KB, ibu bersalin
di faskes, bayi diberi ASI Eksklusif, keluarga mempunyai air bersih dan
mempunyai akses/menggunakan jamban sehat dan JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional). Memperluas cakupan kunjungan rumah dengan strategi khusus. Dan
melakukan identifikasi permasalahan kesehatan berdasarkan data kunjungan
keluarga sehingga muncul prioritas permasalahan yang perlu ditindaklanjutin
(Kemenkes, 2017)
Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam mengasuh balita.
Pola asuh orang tua merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi
terjadinya stunting pada balita. Pola asuh orang tua yang kurang atau rendah
memiliki peluang lebih besar anak terkena stunting dibandingkan orang tua
dengan pola asuh baik (Aramico, dkk, 2013).
Menurut hasil penelitian Aramico, Basri, dkk., 2013, terdapat hubungan
bahwa kategori pola asuh kurang baik berisiko 8,07 kali lebih besar dibandingkan
dengan pola asuh baik, masingmasing dengan persentase status gizi stunting
53% dan 12,3%. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan ada hubungan yang
signifi kan antara pola asuh dengan status gizi (p<0,001).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Renyoet, Brigitte Sarah,
dkk., 2013, menunjukan adanya hubungan yang signifikan pola asuh dengan
kejadian stunting pada anak ( p=0.000). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Rahmayana, dkk., 2014, pola asuh menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan kejadian stunting (p=0.000).
Berdasarkan survey awal yang di lakukan peneliti di PAUD Al Fitrah kec.
Sei Rampah kab. Serdang Bedagai dari 32 balita terdapat 12 balita yang terkena
stunting. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh pola asuh orang tua terhadap kejadian stunting pada balita di PAUD Al
Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang Bedagai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian
Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang Bedagai
Tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang Bedagai.

C.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang diberikan orang tua kepada
Balita di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, kab. Serdang Bedagai.
2. Untuk mengetahui kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah kec. Sei
Rampah, Kab. Serdang Bedagai.
3. Untuk menganalisa adakah hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Firdaus Kec. Sei Rampah, kab.
Serdang Bedagai.

D. Manfaat Penelitian
D.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam proses belajar
mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian.
D.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi di
perpustakaan dan referensi bagi mahasiswa kebidanan tentang pengaruh pola
asuh orang tua terhadap kejadian stunting pada Balita.

D.3 Bagi Tempat Penelitian


Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan Kesehatan
terhadap pasien, khususnya petugas kesehatan yang bertugas di kecamatan Sei
Rampah.

D.4 Bagi Orang Tua


Sebagai masukan kepada orang tua untuk memperhatikan pola asuh yang
diberikan kepada Balita sehingga Balita tidak terkena penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting
A.1 Pengertian Stunting
Stunting atau disebut dengan “pendek” merupakan kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari
pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Persagi, 2018).
Stunting adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-
MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006, nilai z scorenya
kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang
dari -3SD (TNP2K, 2017).
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi (MCA, 2017).

A.2 Klasifikasi Stunting


Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara
penilaian antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energy (Kemenkes, 2017).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z- score)
(Kemenkes, 2017)
Untuk mengetahui balita stunting atau tidak indeks yang digunakan adalah
indeks panjang badan/tinggi badan menurut umur. Tinggi badan merupakan
parameter antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan tulang.
Tinggi badan menurut umur adalah ukuran dari pertumbuhan linear yang dicapai,
dapat digunakan sebagai indeks status gizi atau kesehatan masa lampau
(Kemenkes, 2011).
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan
per umur (TB/U) (Kemenkes, 2017).
I. Sangat pendek : Zscore < -3,0 SD
II. Pendek : Zscore -3,0 SD s/d < -2,0 SD
III. Normal : Zscore ≥ -2,0 SD

A.3 Penyebab Stunting


Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak
balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi
stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi
penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut (TNP2K, 2017) :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi
sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa
fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan
tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-
24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI
diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita
berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru
pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak
lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan
perkembangan sistem imunologis anak terhadap
makanan maupun minuman.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal


Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post
Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari
79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang
memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2
dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta
masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1
dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak
Usia Dini).

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS),
komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi,
India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.
Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah
berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah
tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3
rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

A.4 Dampak Stunting


Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah stunting tersebut,
dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat
pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2016).

A.5 Upaya Pencegahan Stunting


Rekomendasi rencana aksi Intervensi Stunting diusulkan menjadi 5 pilar
utama dengan penjelasan sebagai berikut (TNP2K, 2017) :
1. Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara.
Pada pilar ini, dibutuhkan Komitmen dari Presiden/Wakil Presiden untuk
mengarahkan K/L terkait Intervensi Stunting baik di pusat maupun
daerah. Selain itu, diperlukan juga adanya penetapan strategi dan kebijakan,
serta target nasional maupun daerah (baik provinsi maupun kab/kota) dan
memanfaatkan Sekretariat Sustainable Development Goals/SDGs dan
Sekretariat TNP2K sebagai lembaga koordinasi dan pengendalian program
program terkait Intervensi Stunting.
2. Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas.
Berdasarkan pengalaman dan bukti internasional terkait program program
yang dapat secara efektif mengurangi pervalensi stunting, salah satu strategi
utama yang perlu segera dilaksanakan adalah melalui kampanye secara nasional
baik melalui media masa, maupun melalui komunikasi kepada keluarga serta
advokasi secara berkelanjutan.
3. Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional,
Daerah, dan Masyarakat.
Pilar ini bertujuan untuk memperkuat konvergensi, koordinasi, dan
konsolidasi, serta memperluas cakupan program yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga (K/L) terkait. Di samping itu, dibutuhkan perbaikan
kualitas dari layanan program yang ada (Puskesmas, Posyandu, PAUD,
BPSPAM, PKH dll) terutama dalam memberikan dukungan kepada ibu hamil, ibu
menyusui dan balita pada 1.000 HPK serta pemberian insentif dari kinerja
program Intervensi Stunting di wilayah sasaran yang berhasil menurunkan angka
stunting di wilayahnya. Terakhir, pilar ini juga dapat
dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK)
dan Dana Desa untuk mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke intervensi
prioritas Intervensi Stunting.
4. Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Food Nutritional Security”.
Pilar ini berfokus untuk :
a) mendorong kebijakan yang memastikan akses pangan bergizi, khususnya
di daerah dengan kasus stunting tinggi,
b) Melaksanakan rencana fortifikasi bio-energi, makanan dan pupuk yang
komprehensif,
c) Pengurangan kontaminasi pangan,
d) Melaksanakan program pemberian makanan tambahan,
e) Mengupayakan investasi melalui Kemitraan dengan dunia usaha, Dana
Desa, dan lain-lain dalam infrastruktur pasar pangan baik ditingkat urban
maupun rural.
5. Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi.
Pilar yang terakhir ini mencakup pemantauan exposure terhadap kampanye
nasional, pemahaman serta perubahan perilaku sebagai hasil kampanye
nasional stunting, pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan
pemberian dan kualitas dari layanan program Intervensi Stunting, pengukuran
dan publikasi secara berkala hasil Intervensi Stunting dan perkembangan anak
setiap tahun untuk akuntabilitas, Result-based planning and budgeting
(penganggaran dan perencanaan berbasis hasil) program pusat dan daerah, dan
pengendalian program-program Intervensi Stunting.

B. Pola Asuh
B.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Secara etiologi, pola asuh berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti
merawat, menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem
dalam merawat, menjaga dan mendidik. Pola asuh orang tua adalah interaksi
orang tua terhadap anaknya dalam hal mendidik dan memberikan contoh yang
baik agar anak dapat kemampuan sesuai dengan tahap perkembangannya.
(Handayani, dkk, 2017).
Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang
terjadi antara orang tua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak. Interaksi orang tua dalam suatu pembelajaran
menentukan karakter anak nantinya (Rakhmawati, 2015).

B.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua


Gaya pengasuhan Baumrind menurut Diana Baumrind (1971) dalam buku
(Sanrtrock, 2011) bersikukuh bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau
menjauhi anak secara fisik, sebaliknya mereka harus mengembangkan aturan-
aturan untuk anak-anak mereka dan penuh kasih terhadap mereka. Ia
menggambarkan empat jenis gaya pengasuhan.
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) adalah gaya membatasi dan
menghukum ketika orang tua memaksa anak-anak untuk mengikuti arahan
mereka dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka. Orang tua otoriter
menempatkan batasan-batasan dan control yang tegas pada anak dan
memungkinkan sedikit pertukaran verbal. Anak-anak dari orang tua yang otoriter
sering tidak bahagia, takut, dan ingin membandingkan dirinya dengan orang lain,
gagal untuk aktivitas dan memiliki kemampuan komunikasih yang lemah
(menurut hart, dkk, 2003 dalam Santrock,2011).
Dampak terburuk dari sikap otoriter orang tua bagi anak menurut subini
(2011). adalah :
a) Dapat menimbulkan depresi pada anak.
b) Hubungan anak dan orang tua tidak akrab.
c) Anak cenderung menurut dan takut.
d) Anak menjadi terkekang.
e) Kemungkinan berontak di luar rumah sangat tinggi.
f) Dapat mengakibatkan dendam pada anak.

2. Pola Asuh Demokratis


Pola asuh demokratis (authoritative parenting) mendorong anak-anak untuk
menjadi mandiri, tetapi masih menempatkan batasan dan kontrol atas tindakan
mereka. Komunikasi verbal member dan menerima yang ekstensif di
perbolehkan, dan orang tua hangat dan nurturant terhadap anak-anak. Anak-
anak yang orang tuanya demokratis sering gembira, terkendali, cenderung
memelihara hubungan yang bersahabat dengan teman sebaya, bekerja sama
dengan orang dewasa dan menangani stress dengan baik (Santrock, 2011).

3. Pola Asuh Permisif


Pola asuh permisif (indulgent parenting) merupakan sebuah gaya
pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat dengan anak-anak mereka, orang
tua permisif, tetapi menempatkan beberapa tuntutan atau control mereka. Orang
tua seperti ini membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang mereka
inginkan. Hasilnya anak-anak tidak pernah belajar untuk melakukan prilaku
mereka sendiri dan selalu mengaharapkan untuk mendapatkan keinginan
mereka. Namun anak-anak yang orang tuanya permisif jarang belajar untuk
menghormati orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku
mereka. Mereka mungkin mendominasi, egosentis, patuh dan kesulitan dalam
hubungan teman sebaya (Santrock, 2011).

4. Pola Asuh Lalai


Pola asuh lalai (neglectful parenting) merupakan gaya ketika orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang orang tuanya lalai
mengembangkan rasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting
daripada mereka. Anak-anak tersebut cenderung tidak kompeten secara sosial.
Banyak orang miskin dalam pengendalian dirinya kurang mandiri. Mereka sering
memiliki harga diri rendah dan tidak matang, serta mungkin terasing dari
keluarga.

B.3 Jenis-Jenis Pengasuhan


1. Pola Asuh oleh Orang Tua
Sudah menjadi tugas orang tua untuk memberikan anak pengalaman yang
dibutuhkan anak agar kecerdasannya berkembang sempurna. Ayah dan ibu
memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada sedikit
perbedaan dalam sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu. Peran
ibu, antara lain : menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang
dan kelembutan seorang ibu, menumbuhkan kemampuan berbahasa dengan
baik kepada anak, mengajarkan anak perempuan berperilaku sesuai jenis
kelaminnya dan baik. Peran ayah, antara lain : menumbuhkan rasa percaya diri
dan berkompeten kepada anak, memumbuhkan untuk anak agar mampu
berprestasi, mengajarkan anak untuk tanggung jawab (Rakhmawati, 2015).

2. Pola Asuh oleh Orang Tua Tunggal


Menjadi orang tua tunggal membutuhkan tenaga ekstra dalam merawat
anak. Orang tua tunggal dapat terjadi akibat perceraian atau perpisahan,
kematian pasangan, wanita tidak menikah yang membesarkan anaknya sendiri,
atau adopsi oleh pria atau wanita yang tidak menikah. Pola asuh dengan orang
tua tunggal memiliki beberapa masalah yang dapat memengaruhi kesehatan
anak-anak. Hidup dalam rumah tangga dengan orang tua tunggal dapat
menimbulkan stress baik bagi individu dewada dan anak-anak. Orang tua tunggal
dapat merasa kewalahan karena tidak ada individu lain untuk berbagi tanggung
jawab sehari-hari dalam mengatur asuhan anak-anak, mempertahankan
pekerjaan, menjaga rumah dan keuangan. Komunikasi dan dukungan penting
untuk optimalitas fungsi pola asuh dengan orang tua tunggal. Orang tua tunggal
harus memberikan dukungan yang lebih besar untuk anak-anak mereka (kyle,
terri, dan susan carman, 2014).

3. Pola Asuh dengan Kakek-Nenek


Dalam pola asuh oleh kakek-nenek, nenek memiliki kecendrungan lebih
banyak untuk mengasuh sang cucu dibandingkan kakek. Penelitian secara
konsisten telah menemukan bahwa nenek memiliki kontak yang lebih banyak
dengan cucunya dibandingkan kakek. Peran kakek-nenek dapat memiliki fungsi
yang berbeda dalam keluarga, kelompok etnis dan budaya, dan situasi yang
berbeda. Keberagaman pengasuhan cucu pada usia lanjut juga timbul pada
penyidikan debelumnya tentang bagaimana kakek-nenek berinteraksi dengan
cucu mereka (Khairina, Erriz, dan Yapina, Widyawati, 2013).

4. Pola Asuh dengan Perawat Asuh


Perawat asuh adalah situasi ketika anak diasuh dalam situasi hidup lain
yang terpisah dari orang tua atau wali legalnya. sebagian besar anak-anak yang
ditempatkan dalam perawat asuh telah menjadi korban penganiayaan atau
pengabaian. Anak-anak dalam perawat asuh lebih cenderung memperlihatkan
banyak masalah medis, emosi, perilaku atau perkembangan. Perhatian individual
terhadap anak dalam perawatan asuh sangat penting. Pendekatan multidisiplin
terhadap asuhan yang mencakup orang tua kandung, orang tua asuh, anak,
professional layanan kesehatan, dan pelayanan pendukung sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan anak akan pertumbuhan dan perkembangan. Perawat
memainkan peran penting dalam mendukung anak.
C. Kerangka Teori

Stunting : ZScore < -2,0 SD


Klasifikasi Stunting
Normal : ZScore ≥ - 2,0 SD

1. Prakterk pengasuhan yang


kurang baik,
2. Masih terbatasnya pelayanan
Stunting Penyebab kesehatan,
3. Masih kurangnya akses rumah
tangga ke makanan bergizi,
4. Kurangnya akses air bersih.

1. Jangka pendek (terganggunya


Pola Asuh Orang
perkembangan otak, gangguan
Tua
Dampak pertumbuhan fisik),
2. Jangka panjang (menurunya
kekebalan tubuh, dan
kemampuan prestasi belajar).

1. Otoriter
2. Demokratis
3. Permisif
4. Lalai

Bagan 1.1
Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau
teori-teori yang mendukung penelitian. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel-
variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan adanya
kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisis hasil penelitian
(Notoatmojo, 2012).
Variabel Independen Variabel Dependen
Pola Asuh Orang Tua :
Kejadian Balita Stunting
- Baik
- Kurang Baik

Tabel 1.1 Kerangka Konsep pola asuh otang tua yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita
- Al-Fitrah, Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang Bedagai
di PAUD

E. Defenisi Oprasional
Definisi operasional adalah sebuah batasan-batasan yang diberikan oleh
peneliti terhadap variable penelitiannya sendiri sehingga variable penelitian dapat
di ukur. Itu sebabnya definisi operasional adalah definisi penjelas, karena akibat
definisi yang diberikan sebuah variable penelitian menjadi jelas (Zaluchu, 2010).
Defenisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Stunting adalah balita Pita sentimeter
dependen : dengan status gizi
Kejadian yang berdasarkan
balita stunting panjang atau tinggi 1. Stunting
badan menurut (ZScore <-2 SD)
Ordinal
umurnya bila 2. Tidak
dibandingkan dengan (ZScore ≥ -2 SD)
standar baku WHO-
MGRS nilai z
scorenya <-2SD.
Variable Perilaku orang tua Kuesioner
1. Baik
independen : dalam mengasuh
(Nilai 7-15)
Pola asuh balita yang diperoleh Ordinal
2. Kurang
orang tua dari jawaban terhadap
(Nilai 0-6)
kuesioner.
Tabel 1.2
Defenisi Oprasional
F. Hipotesis
Adanya hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada Balita
di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang Bedagai.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan
pendekatan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian
dimana variabel independen dan variabel dependen diambil dalam waktu
bersamaan. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kec. Sei
Rampah, Kab. Serdang Bedagai Tahun 2018.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


B.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab.
Serdang Bedagai.
B.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul, survey pendahuluan,
pengajuan proposal, seminar proposal, perbaikan proposal, dan melakukan
penelitian yaitu mulai dari bulan Maret sampai bulan Juni 2018.

C. Populasi Dan Sampel


C.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau sasaran penelitian
(Machfoedz, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang
berada di PAUD Al Fitrah kec. Sei Rampah, kab. Serdang Bedagai berjumlah 32
orang.

C.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem total
sampling, yaitu seluruh balita yang bersekolah di PAUD Al Fitrah kec. Sei
Rampah, Kab. Serdang Bedagai yaitu sebanyak 32 orang.
D. Jenis Dan Cara Pengumpula Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh
secara langsung dari pemeriksaan tinggi badan balita dan kuesioner yang
diberika pada orang tua balita di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab. Serdang
Bedagai pada Tahun 2018.

E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian


E.1 Alat Ukur
E.1.1 Alat Ukur Stunting pada Balita
Pada penelitian ini alat ukur/instrument untuk memperoleh informasi stunting
pada balita menggunakan pita sentimeter yang hasilnya di sesuaikan dengan
standar deviasi WHO.

Rumus Z-Score TB/U :

Nilai Individu Subyek − Nilai Median Baku Rujukan


𝑍 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 =
Nilai Simpangan Baku Rujukan

Maka dapat diproleh kategori :


a. Stunting : Zscore < -2,0 SD
b. Tidak stunting : Zscore ≥ -2,0 SD

E.1.2 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua


Alat ukur untuk mengetahui pola asuh orang tua menggunakan kuesioner
pola asuh orang tua yang diberikan kepada orang tua balita dengan jumlah
pertanyaan 15. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman.
Responden menjawab “Ya” diberi nilai 1 dan jika menjawab “Tidak” diberi nilai 0.
Total nilai pola asuh orang tua 15, dimana nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 0.

Dengan rumus :

( Jumlah Pertanyaan x nilai tertinggi) − (jumlah pertanyaan x nilai terendah)


P =
banyak kelas
(15 x 1) − (15 x 0)
=
2
15
=
2
= 7,5

Maka didapatkan skor masing-masing kategori :


a. Baik : 7-15
b. Kurang : 0-6

E.2 Prosedur Pengolahan Data


Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam melaksanakan
penelituan di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan, mengkaji bahan pustaka, dan memperluas fokus perhatian
2. Memilih lokasi lapangan dan memperoleh akses untuk masuk dalam
lokasi tersebut
3. Memulai di tempat penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan yang
diteliti
4. Memilih peran sosial
5. Mengumpulkan data di lapangan
6. Menganalisis data, mengembangkan dan mengevaluasi hipotesa kerja
7. Memfokuskan pada aspek-aspek khusus dari setting yang diamati dan
mekukan pengambilan sampel
8. Melakukan wawancara
9. Meninggalkan lokasi, menyelesaikan analisis, dan menulis laporan
penelitian lapangan

F. Pengolahan dan Analisis Data


F.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dengan langkah-
langkah berikut:
1. Editing (Pengeditan Data)
aHasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Jika ada data atau
informasi yang kurang lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara
ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).
2. Coding (Pengkodean)
Coding adalah tahapan memberikan kode atau tanda-tanda setiap data
yang telah terkumpul. Data yang sudah diedit, maka harus diberikan
kode untuk mempermudah dimasukkan kedalam master table untuk
diolah.
3. Tabulating (Pentabulasian)
Membuat table-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini untuk
mempermudah pengolahan data. Data yang diperoleh diedit dan diberi
kode, kemudian dimasukkan kedalam dummy table agar dapat dihitung.
4. Pemberian Skor
Memberikan skor pada setiap jawaban yang diberikan selanjutnya
menghitung seluruh skor jawanan dari semua pertanyaan yang
diberikan.

F.2 Analisis Data


1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian. Pada analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase setiap variable.
2. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat dapat dilanjutkan dengan analisis
bivariat terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi
menggunakan uji Chi Square dimana uji ini adalah salah satu uji kompratif
nonparametris yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala kedua data
variabel adalah nominal.
Rumus Chi Square :
(0 − 𝐸)²
𝑋² =
𝐸
Keterangan :
X² : Chi Square
0 : Frekuensi yang di observasi
E : Frekuensi yang diharapkan
Jika p hitung lebih kecil dari p tabel berarti Ho di terima, tidak ada
hubungan antara hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada
balita. Jika p hitung lebih besar atau sama dengan p tabel atau p value < 0,05
berarti Ho di tolak ada ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
kejadian stunting pada balita (Arikunto, 2006).

G. Etika Penelitian
G.1 Prinsip Manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, penelitian yang dilakukan memiliki
harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
G.2 Prinsip Menghormati Manusia
Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena
manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk
diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
G.3 Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan
menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi
manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
G.4 Imformed consent
Imformed consent berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden,
tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien.
G.5 Anonimity (tanpa nama)
Anonimity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data.
G.6 Kerahasiaan
Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan dalam hasil penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan croos sectional.
Dengan ini akan menguraikan hasil penelitian tentang hubungan pola asuh orang
tua dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah kecamatan Sei
Rampah kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018. Penelitian ini dimulai dari
bulan Maret – Juni 2018. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total
sampling yaitu seluruh orang tua dari balita yang bersekolah di PAUD Al Fitrah
Kecamatan sei rampah kabupaten serdang bedagai tahun 2018.

A.1 Analisa Univariat


A.1.1 Demografi Responden
Demografi responden dalam penelitian ini menggambarkan variabel
penelitian meliputi usia ibu, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, tinggi badan ibu,
berat badan ibu, usia anak, jenis kelamin, tinggi badan anak, berat badan anak
dapat di lihat distribusi pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di PAUD Al Fitrah
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 (n=32)
Karakteristik
Frekuensi Persentase (%)
Usia
20-25 tahun 0 0
26-30 tahun 5 15.6
31-35 tahun 12 37.5
36-40 tahun 15 46.9
Jumlah 32 100.0
Pekerjaan
PNS 3 9.4
Wiraswasta 5 15.6
Karyawan 4 12.5
IRT 20 62.5
Dll 0 0
Jumlah 32 100.0
Pendidikan
Tidak Sekolah 0 0
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 25 78.1
PT 7 21.9
Jumlah 32 100.0
Penghasilan
<Rp. 500 ribu 21 65.6
Rp. 500 ribu – 1 juta 6 18.8
1 juta – 2 juta 2 6.2
> 2 juta 3 9.4
Jumlah 32 100.0
TB Ibu
<145 cm 0 0
146-150 cm 2 6.2
151-155 cm 12 37.5
156-160 cm 15 46.9
>160 cm 3 9.4
Jumlah 32 100.0
BB Ibu
<40 kg 0 0
41-50 kg 3 9.4
51-60 kg 12 37.5
61-70 kg 17 53.1
>70 kg 0 0
Jumlah 32 100.0
Usia Anak
36-40 bulan 0 0
41-45 bulan 1 3.1
46-50 bulan 1 3.1
51-55 bulan 13 40.6
56-60 bulan 17 53.1
Jumlah 32 100.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 40.6
Perempuan 19 59.4
Jumlah 32 100.0
Tinggi Badan Anak
<85 cm 0 0
85-90 cm 1 3.1
91-95 cm 5 15.6
96-100 cm 14 43.8
>100 cm 12 37.5
Jumlah 32 100.0
Berat Badan Anak
10-15 kg 7 21.9
16-20 kg 19 59.4
21-25 kg 4 12.5
26-30 kg 2 6.2
Jumlah 32 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat di lihat bahwa responden


berdasarkan usia orang tua dapat diketahui bahwa mayoritas usia orang tua
siswa PAUD Al Fitrah 26-30 tahun sebanyak 5 responden (15.6%), 31-35 tahun
sebanyak 12 responden (37.5%), 36-40 tahun sebanyak 15 responden (46.9%).
Berdasarkan pekerjaan orang tua siswa di PAUD Al Fitrah PNS sebanyak 3
responden (9.4%), wiraswasta sebanyak 5 responden (15.6%), karyawan
sebanyak 4 responden (12.5%), ibu rumah tangga sebanyak 20 responden
(62,5%). Berdasarkan pendidikan orang tua siswa di PAUD Al Fitrah SMA
sebanyak 25 responden (78.1%), perguruan tinggi sebanyak 7 responden
(21.9%).
Berdasarkan penghasilan orang tua siswa di PAUD Al Fitrah <500 ribu
sebanyak 21 responden (65.6%), 500 ribu - 1 jt sebanyak 6 responden (18.8%),
1 jt – 2 jt sebanyak 2 responden (6.2%), >2 jt sebanyak 3 responden (9.4%).
Berdasarkan tinggi badan ibu siswa di PAUD Al Fitrah 146-150 cm sebanyak 2
responden (6.2%), 151-155 cm sebanyak 12 responden (37.5%), 156-160
sebanyak 15 responden (46.9%), >160 cm sebanyak 3 responden (9.4%).
Berdasarkan berat badan ibu siswa di PAUD Al Fitrah 41-50 kg sebanyak 3
responden (9.4%), 51-60 sebanyak 12 responden (37,5), 61-70 kg sebanyak 17
responden (53.1%).
Berdasarkan usia anak di PAUD Al Fitrah 41-45 bulan sebanyak 1
responden (3.1%), 46-50 bulan sebanyak 1 responden (3.1%), 51-55 bulan
sebanyak 13 responden (40.6%), 56-60 sebanyak 17 responden (53.1%).
Berdasarkan jenis kelamin siswa di PAUD Al Fitrah laki-laki sebanyak 13
responden (40.6%), perempuan sebanyak 19 responden (59.4%). Berdasarkan
tinggi badan anak di PAUD Al Fitrah 85-90 cm sebanyak 1 responden (3.1%), 91-
95 cm sebanyak 5 responden (15.6%), 96-100 cm sebanyak 14 responden
(43.8%), >100 cm sebanyak 12 responden (37.5%). Berdasarkan berat badan
siswa di PAUD Al Fitrah 10-15 kg sebanyak 7 responden (21.9%), 16-20 kg
sebanyak 19 responden (59.4%), 21-25 kg sebanyak 4 responden (12.5%), 26-
30 kg sebanyak 2 responden (6.2%).

A.1.2 Distribusi dan Karakteristik Persentase Pola Asuh Orang Tua dengan
kejadian Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
Pola asuh orang tua di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 dapat di lihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita di PAUD
Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018
(n=32)
Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentasi (%)
Tidak Baik 14 43.75
Baik 18 56.25
Jumlah 32 100.0

Tabel 4.2 meunjukkan bahwa pola asuh orang tua dengan kejadian
stunting di PAUD Al Fitrah yang tidak baik sebanyak 14 responden (43.75%), dan
pola asuh orang tua yang baik sebanyak 18 responden (56.25%).

A.1.3 Distribusi Karakteristik dan Persentasi Stunting pada balita di PAUD


Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
Balita dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan
Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2018 dalam penelitian ini
dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden dengan kejadian Stunting pada Balita di PAUD
Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018
(n=32)

Status Gizi Frekuensi Persentasi


(%)
Stunting 12 37.5
Tidak Stunting 20 62.5
Jumlah 32 100.0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perkembangan anak di PAUD Al Fitrah


Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki status gizi
Stunting sebanyak 12 responden (37.5%), dan tidak stunting sebanyak 20
responden (62.5%).
A.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Hubungan pola asuh
orang tua dengan kejadian stunting di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018 yang menjadi sampel dalam penelitian
ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.4
Tabulasi silang Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita di
PAUD Al Fitrah kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2018 (n=32)

No Pola Status Gizi N % P


Asuh Stunting % Tidak % Value
stunting
1 Tidak 12 85.7 2 14.3 14 100 0.000
Baik
2 Baik 0 0 18 100 18 100
Jumlah 12 37.5 20 62.5 32 100

Tabel 4.4 menunjukkan hasil tabulasi silang pola asuh orang tua dengan
kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai. Dari 32 responden terdapat pola asuh orang tua
yang tidak baik sebanyak 14 responden, 12 responden (85.7%) dengan status
gizi balita stunting dan 2 responden (14.3%) dengan status gizi balita tidak
stunting, dan orang tua yang memiliki pola asuh baik sebanyak 18 responden
(100%) dengan hasil status gizi balita tidak stunting.
Hasil analisi di dapatkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua
dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai. Analisa data analitik korelasional dengan
menggunakan chi aquare mengidentifikasi bahwa ada hubungan pola asuh
orang tua dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, dengan p = 0.000 dan α = 0.05 dimana
p < α.
A.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat maka dapat disimpulkan
dalam pembahasan sebagai berikut :

A.3.1 Pola Asuh Orang Tua pada Balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pola asuh orang tua balita di PAUD al
Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pola asuh
tidak baik sebanyak 14 responden (43.75%), dan memiliki pola asuh baik
sebanyak 18 responden (56.26%). Hal tersebut dapat di pengaruhi oleh umur,
pendidikan, pekerjaan, dan pengasilan orang tua tersebut.
Pola asuh berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti merawat,
menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam
merawat, menjaga dan mendidik anak. Pola asuh ibu merupakan perilaku ibu
dalam mengasuh balita mereka. Perilaku sendiri berdasarkan Notoatmodjo
(2005) dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan
menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai
sesuai,maka akan muncul perilaku yang baik pula. Ibu dengan pola asuh yang
baik akan cenderung memiliki anak dengan status gizi yang baik pula, begitu
juga sebaliknya, ibu dengan pola asuh gizi yang kurang cenderung memiliki anak
dengan status gizi yang kurang pula (Virdani, 2012). Tipe pola asuh orang tua
menurut Diana Baumrind (1971) mengatakan bahwa ada empat jenis pola asuh
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh
lalai (Samtrock, 2011).
Penelitian terdahulu oleh Eniyati (2016) diketahui bahwa dari 36
responden didapatkan mayoritas 28 responden (77.78%) pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh demokratis dengan status gizi lebih 1
responden (2.77%), baik 22 responden (61.11 %), kurang 5 responden (13.88%).
Pola asuh permisif sebanyak 4 responden (11.12%) dengan status gizi baik
sebanyak 1 responden (2.77 %), status gizi kurang sebanyak 3 responden
(8.33%). Pola asuh lalai 3 responden (8.32%) status gizi kurang sebanyak 3
responden (8.33%) dan yang paling sedikit diterapkan 1 responden (2.78%) yaitu
pola asuh otoriter dengan status gizi baik 1 responden (2.77 %).
Hasil penelitian Munawaroh, Siti (2015), pola asuh pemberian makanan
oleh orang tua mempunyai hubungan yang signifikan terhadap status gizi balita.
Semakin baik pola asuh yang diberikan maka semakin baik status gizi balita dan
sebaliknya apabila ibu memberikan pola asuh yang kurang baik dalam
pemberian makanan pada balita maka status gizi balita juga akan terganggu.
Hasil penelitian ini juga dengan hasil analisis univariat menurut Renyoet,
Brigitte Sarah, dkk (2013), dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil
yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara perhatian/dukungan
ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan, persiapan dan
penyimpanan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting.
Maka dapat dikatakan ibu yang memberikan perhatian dan dukungan terhadap
anak dalam hal ini akan memberikan dampak positif pada keadaan status gizi
anak, dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup
menunjukan 53,8% panjang badan anak normal di wilayah pesisir Kecamatan
Tallo.

A.3.2 Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah


Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan hasil penelitian tentang stunting pada
balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai
memiliki status gizi Stunting sebanyak 12 responden (37.5%), dan tidak stunting
sebanyak 20 responden (62.5%).
Penelitian terdahulu oleh Aridiyah, Farah Okky, dkk (2015), pada variabel
pola asuh anak balita meliputi pemberian ASI eksklusif dan umur pemberian MP-
ASI pertama kali. Pada pemberian ASI eksklusif di desa maupun di kota
sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif.Hal tersebut dapat dilihat bahwa
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 71% di daerah pedesaan,
sedangkan untuk di kota sebesar 53.3%. Pada hasil uji bivariat diketahui bahwa
pemberian ASI eksklusif dan umur pertama pemberian MP-ASI merupakan faktor
yang memberikan hubungan antara pola asuh dengan kejadian stunting pada
anak balita yang baik yang berada di wilayah pedesaan maupun perkotaan yang
ditunjukkan dengan nilai p-value pada masing-masing variabel < α (0.05).
Menurut hasil penelitian Aramico, Basri (2013), dari hasil uji statistik chi-
square menunjukkan ada hubungan yang signifi kan antara pola asuh dengan
status gizi (p<0001) dengan OR 8.07. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
penelitian dengan pola asuh yang kurang baik memiliki risiko menjadi stunting 8
kali lebih besar dibandingkan dengan subjek penelitian dengan pola asuh yang
baik.

A.3.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada
Balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang
Bedagai
Tabel 4.4 menunjukkan hasil tabulasi silang pola asuh orang tua dengan
kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai. Dari 32 responden terdapat pola asuh orang tua
yang tidak baik sebanyak 14 responden, 12 responden (85.7%) dengan status
gizi balita stunting dan 2 responden (14.3%) dengan status gizi balita tidak
stunting, dan orang tua yang memiliki pola asuh baik sebanyak 18 responden
(100%) dengan hasil status gizi balita tidak stunting.
Hasil analisi di dapatkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua
dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai. Analisa data analitik korelasional dengan
menggunakan chi aquare mengidentifikasi bahwa ada hubungan pola asuh
orang tua dengan kejadian stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, dengan p = 0.000 dan α = 0.05 dimana
p < α.
Dalam penentuan pola asuh orang tua dengan kejadian stunting
berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa status gizi balita sebagian
besar balita mempunyai status gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena peran
orang tua sebagai pola asuh yang baik dan demokratis sehingga lebih dominan
untuk menjadikan status gizi balita menjadi lebih baik dibandingkan pola asuh
orang tua yang kurang baik.
Sementara itu untuk pola asuh yang tidak baik bisa saja menghasilkan
status gizi balita yang tidak stunting, karena stuting bukan hanya disebabkan
oleh faktor luar namun bisa disebabkan oleh faktor dari dalam seperti faktor
genetik orang tua yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi
balita.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten
Serdang Bedagai tahun 2018 maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Pola asuh orang tua mayoritas baik yaitu sebanyak 18 responden
(56.25%), dan pola asuh orang tua yang tidak baik sebanyak 14
responden (43.74%).
2. Status gizi balita di PAUD Al Fitrah mayoritas tidak stunting yaitu
sebanyak 20 responden (62.5%), dan balita yang terkena stunting
sebanyak 12 responden (37.5%).
3. Ada hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada balita
di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai
tahun 2018. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai signifikan yaitu
0.000 < 0.05, maka ada hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
stunting pada balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018.

B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini, berdasarkan dari hasil penelitian yaitu:
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebaiknya para guru hendaknya menambah wawasan dan menerapkan
pola asuh yang baik untuk para murid di sekolah sehingga dapat
membantu memberikan pengaruh gizi yang baik untuk pertumbuhan
balita.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan pelayanan posyandu
kepada bayi dan balita, terutama dalam pengukuran berat badan dan
tinggi badan bayi dan balita, agar tidak terjadi kekurangan gizi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
dengan lebih banyak faktor penyebab terjadinya stunting pada balita agar
orang tua lebih mengetahui dengan jelas faktor penyebab terjadinya
stunting.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Kepada institusi agar lebih memperbanyak referensi mengenai
kekurangan gizi stunting pada balita di perpustakaan sehingga
mempermudah mahasiswa mendapat informasi terbaru dalam penulisan
skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Aramico, dkk. 2013. Hubungan Sosial Ekonomi, Pola Asuh, Pola Makan dengan
Stunting pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten
Aceh Tengah. Aceh Tengah.

Aridiyah, Farah Okky, dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Stunting pada Anak Balita di Wiliyah Pedesaan dan Perkotaan. Universitas
Jember.

Eniyati. (2016). Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Status Gizi
Balita. Yogyakarta : STIKES Jendral A. Yani Yogyakarta

Handayani, dkk. 2017. Penyimpangan Tumbuh Kembang pada Anak dari Orang
Tua Bekerja Volume 20 no 1 Jurnal Keperawatan. Jakarta : Salemba
Humaika.

Kemenkes. 2017. Provinsi Sumatera Utara Buku Saku Pemantauan Status Gizi
Tahun 2017. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat.

. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan : Pusat Data dan


Informasi.

. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta :


Direktorat Bina Gizi.

Kyle, Terri, Susan Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Khairina, Erriz dan Yapina, Widyawati. 2013. Pengasuhan Nenek pada Cucu
Berusia Balita dengan Ibu Bekerja. Jakarta : Unika Atma Jaya.

MCA. 2017. Stunting dan Masa Depan Indonesia. Jakarta : TIM.

Medan, Poltekkes Kemenkes. 2018. Pedoman Penyusunan Skripsi. Politehnik


Kesehatan RI Medan.

Munawaroh, Siti. 2015. Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita. Ponorogo :
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Notoatmodjo S. 2012. Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

PSG. 2015. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta : Direktorat
Gizi Masyarakat.

Persagi. 2018. Stop Stunting dengan Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus.

Rakhmawati, Istina. 2015. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak. Jawa


Tengah.

Renyoet, Brigitte Sarah, dkk. 2013. Hubungan Pola Asuh dengan Kejadian
Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota
Makasar. Makasar : Universitas Hasanuddin.
Santrock. 2011. Masa Perkembangan Anak, Edisi 11 Jilid 2. Jakarta : Salemba
Humaika.

TNP2K. 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil


(Stunting). Jakarta Pusat : TIM Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.

Virdani, A. S., (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Terhadap Status Gizi Balita
Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Kelurahan
Kalirungkut Kota Surabaya (Skripsi tidak terpublikasi). Universitas Airlangga,
Surabaya.

Zaluchu Fotarisman. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Bandung: Cita


pustaka Media
L

N
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai Sivitas Akademik Poltekkes Kemenkes Medan, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Utari Juliani


NIM : P07524517101
Program Studi : D-IV
Jurusan : Kebidanan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul:
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting pada
Balita di PAUD Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2018.
Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 2018

(Utari Juliani)
PERNYATAAN
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA DI PAUD AL FITRAH KECAMATAN
SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 2018

Utari Juliani
P07524517101
KUESIONER
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI PAUD AL FITRAH KECAMATAN SEI RAMPAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA

No Responden :
Nama Ibu :
Usia Ibu :
Pekerjaan :
Pendidikan : Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Penghasilan : <RP. 500.000

Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000

>Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000

>Rp. 2.000.000
TB Ibu :
BB Ibu :

Nama Anak :
Usia anak :
Jenis Kelamin :
TB Anak :
BB Anak :
1. Petunjuk pengisian
Berikan penilaian masing-masing pernyataan dibawah ini dengan
memberikan tanda cek list ( ) pada kolom pilihan yang sesuai menurut orang
tua..

No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah air susu ibu (ASI) yang pertama kali keluar (kolostrum)
1.
diberikan kepada bayi?
Apakah ibu memberikan ASI saja sampai anak berusia 6
2.
bulan?
Apakah ibu memberikan tambahan makanan pada anak
3.
setelah umur 6 bulan?
Apakah ibu tetap memberikan asi pada anak sampai umur 2
4.
tahun?
5. Apakah ibu selalu membiasakan anak untuk sarapan pagi?
Apakah ibu memberikan sayuran dan buah pada
6.
anak?
7. Apakah ibu mengajarkan anak cara makan sendiri?
8. Apakah ibu membatasi makanan yang ingin dikonsumsi anak?
Pada saat anak diberi makan, apakah anak menghabiskan
9.
makanannya?
10. Apakah anak ibu mempunyai buku KMS?
11. Apakah waktu masih balita, anak ditimbang setiap bulannya?
12. Apakah anak imunisasi anak saat balita lengkap?
Apakah ibu memantau jenis dan jumlah makanan yang
13.
dimakan anak?
Apakah ibu membiasakan anak memakai alas kaki saat
14
bermain di luar?
15. Apaka ibu pernah memberikan anak obat cacing?
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI PAUD AL FITRAH KECAMATAN
SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018

Saya adalah mahasiswa program D-IV kebidanan Poltekkes Kemenkes


RI Medan. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di program studi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “Hubungan
Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018”.
Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh
orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk bermaksud
lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara
bebas menjawab semua pernyataan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia
menjadi peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat
persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti
sukarela saudara.

Medan, 2018
Responden Peneliti

( ) (Utari Juliani)
Frequencies

Statistics
Jenis
pekerja pendidik penghasila TB BB Usia Kelami TB BB
Usia an an n Ibu Ibu anak n Anak Anak
N Valid 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
g

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 26-30 5 15.6 15.6 15.6
31-35 12 37.5 37.5 53.1
36-40 15 46.9 46.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 3 9.4 9.4 9.4
Wrswasta 5 15.6 15.6 25.0
Karyawan 4 12.5 12.5 37.5
IRT 20 62.5 62.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMA 25 78.1 78.1 78.1
PT 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Penghasilan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <500 rb 21 65.6 65.6 65.6
500 rb-1 jt 6 18.8 18.8 84.4
1jt-2jt 2 6.2 6.2 90.6
>2jt 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Tinggi Badan Ibu


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 146-150 cm 2 6.2 6.2 6.2
151-155 cm 12 37.5 37.5 43.8
156-160 cm 15 46.9 46.9 90.6
>160 cm 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Berat Badan Ibu


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 41-50 kg 3 9.4 9.4 9.4
51-60 kg 12 37.5 37.5 46.9
61-70 kg 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Usia anak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 41-45 bulan 1 3.1 3.1 3.1
46-50 bulan 1 3.1 3.1 6.2
51-55 bulan 13 40.6 40.6 46.9
56-60 bulan 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki laki 13 40.6 40.6 40.6
perempuan 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Tinggi Badan Anak


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 85-90 cm 1 3.1 3.1 3.1
91-95 cm 5 15.6 15.6 18.8
96-100 cm 14 43.8 43.8 62.5
>100 cm 12 37.5 37.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Berat Badan Anak


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 10-15 kg 7 21.9 21.9 21.9
16-20 kg 19 59.4 59.4 81.2
21-25 kg 4 12.5 12.5 93.8
26-30 kg 2 6.2 6.2 100.0
Total 32 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KPA *
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
KTG
KPA * KTG Crosstabulation
Count
KTG
stunting tidak stunting Total
KPA tidak baik 12 2 14
baik 0 18 18
Total 12 20 32

pola_asuh_orangtua * status_gizi_anak Crosstabulation


status_gizi_anak
stunting tidak stunting Total
pola_asuh_ tidak baik Count 12 2 14
orangtua % within
85.7% 14.3% 100.0%
pola_asuh_orangtua
baik Count 0 18 18
% within
.0% 100.0% 100.0%
pola_asuh_orangtua
Total Count 12 20 32
% within
37.5% 62.5% 100.0%
pola_asuh_orangtua

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 24.686a 1 .000
b
Continuity Correction 21.164 1 .000
Likelihood Ratio 30.857 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
23.914 1 .000
Association
N of Valid Casesb 32
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.25.
b. Computed only for a 2x2 table
SOP PEMBERIAN OBAT CACING
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tgl Terbit

Halaman
:

UPT
PUSKESMAS
SEI RAMPAH
1. Pengertia Suatu kegiatan yang dilaksanakan minimal 1 kali sehatun
n untuk menurunkan angka kecacingan dengan sasaran
anak usia 1-12 tahun.

2. Tujian 1. Agar anak-anak bisa terhindar dari penyakit kecacingan


sehingga pertumbuhan mereka lebih baik.
2. Status gizi anak semakin baik, sehingga tidak
menyebabkan menurukan produktifitas, kecerdasan dan
daya tahan tubuh.
3. Melalui program pemberian obat cacing jenis Albendzole
membunuh beberapa jenis cacing serta dapat membunuh
cacing, larva dan telur.

3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Tentang Jenis Jenis


Pelayanan.

4. Referensi 1. Undang-undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116 tahun
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan .
4. Petunjuk Teknis Surveilans Campak direktorat jenderal
PPM-PL DEPKES RI DIT.EPIM-KESMA, Subdit Surveilans
Epidemiologi, Jakarta 2006.

5. Prosedur 1. Alat
a. Alat tulis kantor
b. Lefleat kecacingan

2. Bahan.
a. Obat Albendazole
6. Langkah- 1. Pendataan sasaran yang akan mendapatkan obat
Langkah cacing
2. Mengirim permintaan obat cacing ke dinas kesehatan
sesuai kebutuhan
3. Memastikan obat cacing sudah ada di puskesmas
sebelum pelaksanaankegiatan.
4. Merencanakan jadwal kegiatan pemberian obat cacing.
5. Sosialisasi ke pihak sekolah /posyandu tentang
Pemberian ObatCacing
6. Setiap anak mendapatkan obat cacing minimal satu kali
setahun
7. Pencatatan Pelaporan.
7. Bagan Alir
Melakukan Memastikan
Melakukan
Amparah obat kecukupan obat
Pendataan
cacing ke Dinkes cacing

Memberikan
Melakukan Merencanakan
obat cacing
Sosialisasi jadwal kegiatan
pada aanak

Membuat Dokumentasi
laporan

8. Unit 1. Gizi
Terkait 2. Imunisasi
3. TK/PAUD
4.SD/MI
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai