Anda di halaman 1dari 24

DISPARITAS KELUARGA

BERENCANA
DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAIQ RIANA LAHASTRI


2082111045
5 April 2021
PENDAHULUAN

Hasil SDKI menunjukkan Sebagian besar daerah perkotaan


peningkatan angka pemakaian di negara-negara berkembang
kontrasepsi dari 60 persen pada sering dihubungkan dengan
tahun 2002-2003 menjadi 62 persen masyarakat yang lebih
pada tahun 2012 (BKKBN dkk., 2013) berpendidikan
1

2
4
Indonesia telah mencapai kemajuan besar dalam
pengendalian jumlah penduduk melalui program
Keluarga Berencana (KB). Hal ini terlihat dari penurunan Tempat tinggal (perkotaan dan
laju pertumbuhan penduduk dari 1,49 pada tahun 2010 perdesaan) berpengaruh signifikan
menjadi 1,39 pada tahun 2015 (BPS, 2016). terhadap keinginan memakai kontrasepsi
PENGERTIAN KEUARGA BERENCANA

Keluarga berencana menurut undang-undang No. 10 Tahun 1992


adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera (Arum & Sujiyatini, 2009)

Menurut WHO: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan


suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Mandang, J. dkk ,
2016)
Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana

a. Tujuan demografi

b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan

c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan


yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga
mempunyai keturunan

d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi


remaja

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS


Faktor yang Mempengaruhi Disparitas KB
PERDESAAN – PERKOTAAN

1. Faktor karakteristik sosial, ekonomi dan


demografi:
- Kelompok Umur Wanita PUS
- Jumlah anak
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kekayaan 3. Faktor kepemilikan asuransi kesehatan
- Kepemilikan kartu BPJS
2. Faktor pengetahuan KB: - Kepemilikan asuransi kesehatan lain selain
- Kunjungan petugas atau kader kesehatan BPJS
yang membicarakan KB
- Kunjungan ke fasilitas kesehatan dan
membicarakan KB dengan petugas
kesehatan
- Mendengar informasi KB baik dari TV,
radio, majalah, koran atau media cetak
lainnya
Persentase wanita PUS di perkotaan dan perdesaan Persentase wanita PUS di perkotaan dan perdesaan
menurut karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi menurut sumber pengetahuan KB
Persentase wanita PUS yang ber-KB
Persentase wanita PUS menurut menurut karakteristik demografi, sosial
tempat tinggal dan pemakaian KB dan ekonomi

Persentase wanita PUS menurut


metode pemakaian KB
Variasi TFR antar Provinsi

Angka Fertilitas Total (TFR) menurut


Karakteristik
• TFR selama 5 tahun terakhir
turun dari 2,6 menjadi 2,4
setelah stagnan lebih dari 1
dasawarsa
• Sebagian besar provinsi
mengalami penurunan TFR,
tetapi tidak semua provinsi
akan mencapai momentum
demogrfaii yang sama dalam
perubahan struktur usia
• Beberapa provinsi, terutama di
wilayah timur memiliki TFR > 2.4
• Sebagain besar provinsi di
Maluku, Papua, Sulawesi,
Kalimantan and Sumatera
memiliki TFR lebih tinggi di atas
angka nasional
• Provinsi- provinsi yang selama ini
menjadi penyangga program KB
nasional rata-rata memiliki TFR
mendekati replacement level
(2,1) dan sedang mengalami
Sumber: SKAP BKKBN 2018 Sumber: SDKI 2017 transisi demografis yang cepat.
Capaian CPR dan mCPR SDKI 2017

 CPR untuk semua


metode mengalami
peningkatan
 mCPR mengalami
stagnasi
 Peningkatan metode
tradisional di provinsi
yang memiliki TFR
lebih tinggi daripada
tingkat nasional
(2017)
 Penurunan mCPR di
Jakarta, Yogyakarta,
Jawa Barat dan Jawa
Tengah
Sumber: Diolah dari SDKI 2017 oleh Kedeputian
Dalduk
Situasi Capaian CPR

• Method mix sangat penting untuk menekan


fertilitas– tetapi yang sangat dominan adalah
suntik dan pil– meningkatnya metode
tradisional
• Tingginya tingkat putus pakai dengan metode
kontrasepsi jangka pendek serta
meningkatnya pembiayaan untuk program
(biaya layanan)
• Kegagalan serta kehamilan yang tidak
diinginkan apabila metode tradisional
yang dipakai.
• MKJP sangat rendah
• Penggunaan kondom rendah berakibat
pada penyebaran HIV dan AIDS
Tingkat Putus Pakai Pemakaian Kotrasepsi
Variasi Unmet Need

 Wilayah Maluku, Papua, sebagian besar provinsi di Sulawesi dan Provinsi NTB,
NTT dilaporakn lebih tinggi daripada angka nasional
 National unmet need stagnan
 Aceh, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, NNT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku,
Papua Barat Unmet Need meningkat.
 Dimensi kualitatif:
 MKJP untuk pasangan yang sudah tidak menginginkan anak lagi
 Adanya kesenjangan dalam informasi maupun pelayanan untuk pasangan
muda
 Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin bagi remaja
Kesehatan Reproduksi Remaja

2015 SUPAS
• Estimasi nasional ASFR 15-19 adalah 40,1 per 1.000, menunjukkan sedikit penurunan dari 15 tahun
1/3 Penduduk Indonesia sebelumnya
adalah remaja (10-24 • Proporsi remaja yang sudah mulai memiliki anak terkonsentrasi pada:
Tahun) (2015 SUPAS) Perkotaan
• Remaja dengan Pendididkan yang rendah &
• Remaja Miskin
• Keterbatasan akses ke informasi dan layanan tentang kesehatan reproduksi
remaja
Variasi ASFR (15-19) SDKI 2017
 ASFR 15-19 tingkat nasional
 Provinsi dengan ASFR tertinggi adalah Kalimantan
Tengah, sedangkan terendah adalah DI Yogyakarta
 Provinsi dengan ASFR 15-19 di bawah level nasional
antara lain:
• Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Utara,
Lampung, Jawa Timur, Sumatera Utara,
Banten, Bali, Kepulauan Riau, Aceh, DKI
Jakrta, Sumatera Barat, DI Yogyakarta
 Provinsi dengan ASFR 15-19 di atas level nasional
antara lain:
• Jawa Tengah, Papua Barat, NTB, Gorontalo,
Sulsel, Jambi, Sumsel, Sultra, Sulbar,
Bengkulu, NTT, Babel, Maluku, Kalimantan
Timur, Riau, Kalimantan Selatan, Maluku
Utara, Sulteng, Kalbar, Kalteng
 Provinsi Papua tidak ada data ASFR 15-19 yang
disajikan
Kesehatan Reproduksi Remaja: Fakta

28% Fertilitas remaja menurun


sesuai laporan SDKI 2017
Setengah juta kelahiran Kelahiran Remaja :
Kalteng & terjadi pada usia 15-19 mempengaruhi
Remaja (36) tetapi data SUPAS 2015
menunjukkan tingkat yang
Yogyakarta. Kalteng ASFR (15- tahun pertumbuhan mereka
sendiri, berat lahir bayi,
19) tertinggi dan DI Satu dari tiga kematian risiko gangguan hipertensi
lebih tinggi (40) Yogyakarta terendah saat melahirkan adalah selama kehamilan, fistula,
remaja anemia, risiko tinggi
kematian neonatal.

Peraturan perundangan
Rendahnya pemakaian tidak memperbolehkan
1 dari 9 wanita kontrasepsi (kurang dari 50
Infeksi HIV baru terutama kendala akses ke remaja yang belum
terjadi pada remaja layanan utama menikah diberikan
menikah sebelum usia %)
perempuan pelayanan kontrasepsi
18 tahun
Menunda hubungan
seksual pertama 37%

Menurunkan
hubungan seksual
remaja 31 %

Mengurangi remaja
berganti-ganti
Pendidikan pasangan 44%
Kesehatan
Meningkatkan
Reproduksi penggunaan alat
Bermutu kontrasepsi 33%

Mengurangi perilaku
seksual beresiko 50%
Dukungan Sektor Kesehatan Dalam Mengatasi
Disparitas Program KB
Aspek Program dan Pelayanan KB

regulasi tata kelola kepemerintahan akuntabilitas leadership

Demand – Supply Side

sistem data dan informasi


koordinasi-kolaborasi
Advokasi Promosi KB Fasyankes

Pendidikan Transport Tenaga kesehatan


dan rujukan
Penggerakan Jaminan
masyarakat kesehatan

Tingkat Alokon
Obat dan Alkes
kesejahteraan

lit-bang perencanaan-penganggaran monitoring-evaluasi


Dukungan Kebijakan
PROGRAM
INDONESIA
SEHAT
FOKUS PADA

STANDAR PENDEKATAN GERAKAN


PELAYANAN KELUARGA MASYARAKAT
MINIMAL HIDUP SEHAT
BIDANG
KESEHATAN Pelayanan kesehatan dengan Pelibatan lintas sektor dan seluruh
menjangkau seluruh keluarga aktor pembangunan termasuk
Pemerintah Daerah di wilayah kerja puskesmas masyarakat dalam pelaksanaan
Provinsi dan pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota

PMK 39/2016 tentang


PMK 43/2016 tentang Inpres 1/2017
Program Indonesia Sehat
SPM Bidang Kesehatan dengan Pendekatan Keluarga
tentang GERMAS
PERATURAN KEPALA BKKBN NOMOR 199 TAHUN 2016
TENTANG RENSTRA BKKBN TAHUN 2015 - 2019

KEBIJAKAN
Meningkatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata
dan berkualitas

STRATEGI
1. Penguatan dan pemaduan kebijakan dalam sistem SJN Kesehatan (kemudahan
akses terhadap fasilitas pelayanan KB di setiap tingkatan wilayah);
2. Penggerakan pelayanan MKJP serta KB Pascapersalinan dan Pascakeguguran;
3. Peningkatan jaminan ketersediaan alokon & sarana pelayanan KB;
4. Peningkatan pelayanan secara statis dan dan bergerak di DTPK;
5. Peningkatan kapasitas tenaga medis dan penguatan kapasitas tenaga
lapangan untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB;
6. Promosi dan konseling kesehatan dan hak-hak reproduksi;
7. Penguatan kemandirian ber-KB.
indikator keluarga sehat

A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak:


1 Keluarga mengikuti KB Memotivasi PUS ber-KB
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan Meningkatkan kesempatan
ber-KB pascapersalinan
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan Metode Amenore Laktasi
5 Pertumbuhan dan perkembangan balita dipantau tiap bulan (MAL) sebagai salah satu
cara KB
B Pengendalian Penyakit Menular & Tidak Menular:
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar
7 Penderita hipertensi berobat teratur
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
C Perilaku dan kesehatan lingkungan:
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10 Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
11 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/asuransi kesehatan Pelayanan KB dijamin JKN
Dukungan Regulasi terkait Pelayanan KB

• UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN


• UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• UU 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
• PP No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
• PP No 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
• Perpres 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
• PMK 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN
• PMK 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
• PMK 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenkes 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
pada JKN
• PMK 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan beserta perubahan-perubahannya: 1) PMK 64 Tahun 2016 dan 2) PMK 4 Tahun 2017
• PMK 76 Tahun 2016 tentang Pedoman INA CBG dalam Pelaksanaan JKN
Dukungan
Pembiayaan
Infrastruktur
fasyankes
Adaptasi dan Operasional
Puskesmas dan
pengembangan jaringan,
pelayanan KB Kegiatan
penjangkauan
Pelayanan luar gedung
KB
Peningkatan Yankes ibu hamil,
kapasitas bersalin, nifas
nakes Penerima wajib
pakai KB PP
dalam
pelayanan KB
Pelayanan KB
dijamin JKN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai