BAPAK ASUH
ANAK
STUNTING
N
KEPALA BKKBN
Berbagai indikator pembangunan manusia telah ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024. Satu diantaranya adalah
penurunan prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024 dari kondisi 27% di tahun 2019. Suatu penurunan yang cukup
menantang dengan kecepatan penurunan yang diharapkan sebesar 2,7% per tahun. Indikator dan penetapan target ini selaras
dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkesinambungan (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan kedua, target 2.2.1 Prevalensi stunting (pendek dan sangat
pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita.
Stunting merupakan hasil dari tidak terpenuhinya status nutrisi anak sejak dalam kandungan dan di awal kehidupannya.
Anak dengan stunting tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan maksimal sebagaimana anak di usia
mereka. Prestasi sekolah rendah dan mereka berisiko mengalami penyakit metabolisme sehingga membatasi kontribusi
optimal untuk berkarya.
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting memberikan amanah dan
kepercayaan kepada BKKBN sebagai Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Pusat. Formulasi
program yang dituangkan di dalam Perpres tersebut berbasis keluarga berisiko stunting dengan penekanan pada penyiapan
kehidupan berkeluarga, pemenuhan asupan gizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan
peningkatan akses air minum serta sanitasi.
Kompleksitas intervensi program percepatan penurunan stunting tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah saja.
Negara memberikan ruang apresiasi atas kontribusi setiap unsur pemangku kepentingan termasuk masyarakat dalam
upaya percepatan penurunan stunting. Program Bapak Anak Stunting hadir untuk menyediakan ruang kontribusi
pemangku kepentingan untuk turut ambil bagian dalam percepatan penurunan stunting. Semoga dengan adanya program
ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan angka stunting di tahun 2024.
Kepala BKKBN,
DAFTAR ISI
01 Pendahuluan........................................................4
02 Definisi.............................................................5
04 Paket Manfaat......................................................7
Pendahuluan
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan (Peraturan Presiden Nomor
72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting).
Target angka stunting yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk tahun 2024 adalah 14%. Target
tersebut dicapai melalui pelaksanaan 5 (lima) pilar dalam Strategi Nasional Percepatan Penurunan
Stunting. 5 (lima) pilar tersebut yaitu: 1) peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di
kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah
desa; 2) peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat;
3) peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif di kementerian/lembaga,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa; 4) peningkatan
ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat; dan 5) penguatan dan
pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi (Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting).
Dalam melaksanakan pilar-pilar stranas di atas, pemerintah melalui BKKBN telah menetapkan Peraturan
BKKBN Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting
Indonesia Tahun 2021-2024 (RAN PASTI). Rencana aksi digunakan sebagai acuan koordinasi, sinkronisasi,
dan integrasi di antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan pemangku kepentingan dalam melaksanakan program Percepetan
Penurunan Stunting. Untuk mengkoordinasikan peningkatan kerja sama dan kemitraan dengan
Pemangku Kepentingan BKKBN selaku Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting meluncurkan
program Bapak Asuh Anak Stunting.
Tujuan
DEFINISI
BAGIAN 1
SASARAN CALON
IBU HAMIL BADUTA DAN BALITA
PENGANTIN
Sumber Data
Aplikasi elektronik siap nikah siap hamil (elsimil)
Walidata: Direktorat Pelaporan dan Statistik BKKBN
Pendataan Keluarga (PK) 2021 dan Pemutakhiran Basis Data Keluarga Indonesia
(PBDKI) untuk keluarga berisiko stunting
Walidata: Direktorat Pelaporan dan Statistik BKKBN
Elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) Walidata: Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
Sumber data lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan
PAKET MANFAAT
BAGIAN 3
i nilai manfaat bagi keluarga berisiko stunting khususnya dalam percepatan penurunan stunting, tersedia paket manfaat yang dapat dipil
m program BAAS terbagi menjadi asuhan prioritas dan pendukung dengan rincian sebagai berikut:
ASUHAN PRIORITAS
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN KETERANGAN
Penyediaan jamban sehat dan air 1. Instalasi jamban sehat Jumlah nominal disesuaikan dengan harga
bersih 2. Instalasi air bersih kewajaran wilayah setempat.
ASUHAN
PENDUKUNG
INDIKATOR KEBERHASILAN KETERANGAN
KEGIATAN
1. Kegiatan penyuluhan Direkomendasikan pemberian KIE bersama
2. Peningkatan cakupan surveilans Tim Pendamping Keluarga melalui
Komunikasi Informasi dan rutin komunikasi intra personal dan kelompok.
Edukasi (KIE) kelompok sasaran
Pendampingan pemberdayaan ekonomi
Jumlah keluarga berisiko stunting
dilakukan melalui pemberian pelatihan,
yang menerima pendampingan
Pemberdayaan ekonomi keluarga modal usaha, dan pendampingan.
pemberdayaan ekonomi.
Direkomendasikan dilakukan selama
minimal 6 bulan.
BENTUK PEMENUHAN
ASUHAN PROGRAM BAAS
BAGIAN 4
Pemangku kepentingan Pemangku kepentingan dapat memberikan donasi kepada Pengelolaan donasi
dapat memberikan donasi pihak ketiga. Pihak ketiga adalah pihak yang dipercaya mencakup pemetaan dan
secara langsung kepada oleh pemangku kepentingan untuk mengelola donasi usulan kebutuhan asuhan,
kelompok sasaran. secara akuntabel untuk cakupan asuhan, wilayah, dan mekanisme pemberian
waktu tertentu. Pihak ketiga dapat berupa badan amil, manfaat, dan pelaporan.
institusi/organisasi kemasyarakatan atau lembaga lainnya
yang sah.
INFORMASI DAMPAK
PEMBERIAN MANFAAT
BAGIAN 5