MEMUTUSKAN:
2
lampiran Surat Keputusan ini dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kebijakan ini.
Ditetapkan di : Mojokerto
Pada tanggal : 03 Januari 2022
MAR'ATUS SHOLIKHAH
NIP. 19820101 200604 2 046
3
KERANGKA ACUAN PROGRAM
A. PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada
periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Periode 1000 HPK
merupakan periode pertumbuhan dari janin hingga anak berusia 24 bulan. Anak
dikategorikan mengalami stunting apabila tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya (UNICEF, WHO
2018). Penyebab stunting bersifat multidimensional, tidak hanya kemiskinan dan
akses pangan tetapi juga pola asuh dan pemberian makan pada balita. Stunting
disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dalam jangka waktu
lama dan kurangnya stimulasi psikososial sejak di dalam kandungan dan setelah
dilahirkan. Tidak hanya faktor spesifik gizi, tetapi juga faktor sensitif gizi yang
berinteraksi satu dengan lainnya.
Stunting berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM), yang
pada akhirnya akan menurunkan produktivitas SDM dan bonus demografi
(pertambahan jumlah penduduk produktif yang besar) tidak termanfaatkan
dengan baik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan sebanyak 30,8 persen balita mengalami stunting. Walaupun pada
tahun 2019 prevalensi stunting menjadi 27,7 persen (SSGB, 2019), angka
tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024.
Kasus stunting terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan di seluruh
kelompok sosial ekonomi. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan
stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif
tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga
4
bisa terjebak dalam kemiskinan. Review yang dilakukan oleh Bank Dunia tahun
2006 membahas secara mendalam masalah gangguan gizi dan bagaimana
strategi untuk mengatasinya. Disebutkan bahwa terdapat tiga pertimbangan
mendasar mengapa gangguan gizi harus
diturunkan, adalah karena intervensi gizi mempunyai tingkat manfaat ekonomi
yang tinggi (high economic return), memberi dampak yang tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi (high impact on economic growth), dan menurunkan
kemiskinan(povertyreduction).Seribu hari pertama kehidupan seorang anak
adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada periode itu
anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang menjadi
masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit
diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami
pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam
komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka
Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi
hingga anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara
terintergrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor
kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan
(intervensi sensitif).
Percepatan penurunan stunting juga dilakukan secara konvergensi, untuk
memastikan seluruh intervensi penurunan stunting sampai pada target sasaran.
Di tingkat pusat melibatkan 23 Kementerian/Lembaga (salah satunya
Kemensos), kegiatan berupa penandaan tematik stunting dalam sistem
perencanaan penganggaran kementerian dan lembaga. Di tingkat provinsi,
kabupaten/kota melalui 8 Aksi Integrasi dan internalisasi kegiatan ke dalam
dokumen perencanaan dan anggaran. Di tingkat desa kegiatan menyasar rumah
tangga dengan ibu hamil dan baduta (1.000 HPK) dan pemanfaatan dana desa
B. LATAR BELAKANG
5
Puskesmas Wates berada di wilayah padat penduduk dengan 26
Posyandu yang terbagi di 26 wilayah RW, pemantauan status gizi di tahun 2021
melalui bulan timbang menemukan di UPT. Puskesmas Wates total sasran
sebanyak 1474 balita yang tertimbang adalah 823 balita atau sekita 47,30 %
dimana di tahun 2020 sebesar 37%. balita dengan hasil pemantauan berat
badan N/D sebesar 59,30% dimana prosesntase ini paling tinggi sejak 3 tahun
terakhir. Secara umum capaian ini masih dinilai kurang maksimal karena dengan
beberapa kendala saat pandemic membuat kinerja program gizi di tahun 2021
kurang berjalan cukup maksimal. Optimalisasi posyandu pandemic belum
berjalan baik ketidak konsekunesi kebijakan terkait pandemic membuat
koordinasi di lapangan kerab terputus. Sehingga sasaran kurang memiliki
pantauan yang maksimal.
Hasil pengamatan status gizi balita kurang gizi (underweight) hasil bulan
timbang di September 2021 adalah 8,4% prosentasi ini tertinggi sejak 3 tahun
terakhir yang hanya mencapai 1% di tahun 2020, 4% di tahun 2019, dan 8 % di
tahun 2018. Untuk balita (pendek/stunting) tahun 2021 mencapai 10,5% dan
jumlah ini menurun 3% dari tahun 2018-2020 yang mencapai prosentase 13%
an. Namun meskipun jumlah ini menurun dari tiap tahun tetapi masih diatas
prevalensi kota mojokerto yang mencapai 7%. Sedangkan prosentasi balita
kurus (wasting) di tahun 2021 mencapai 9,9% dan angka ini paling tinggi sejak
2018-2020 yang hanya dibawah 1%. Beberapa kendala terkait meningkatknya
prosentase adalah kegiatan skrening yang lebih optimal lebih di tingkatkan pada
tahun 2021, proses penapiasan data balita posyandu juga di optimakan dengan
validasi dan verifikasi yang dilakukan oleh petugas gizi melalui kunjungan rumah
balita. Penilaian tersebut bersamaan dengan kegiatan pendampingan balita
mulai ASI dan PMBA pada baduta.
Meskipun cakupan rumah tangga Kadarzi sudah baik diatas target 98%
di tahun 2021, dan cakupan garam beryodium sudah baik mencapai 96%.
Namun perbaikan status gizi masih diperlukan mengingat prevalensi stunting
dan obesitas meningkat. Selian itu cakupan ASI Eksklusif juga masih dibawa
6
target. Untuk itu diperlukan kegiatan peningkatan status gizi dalam rangka 1000
hari kehidupan dengan strategi Kadarzi.
Hasil skrening pada remaja atau pelajar SLTP dan SMU pada tahun
2018 ditemukan bahwa kurang lebih 28% remaja putri memiliki kadar HB yang
dibawah normal (Anemia) dan angka ini menurun sebanyak 3 % dari
sebleumnya 31% di tahun 2017 dan 52% di tahun 2016.
7
C. TUJUAN
8
masyarakt. Maka upaya perbaikan gizi penting mengutamakan inovasi dalam
mengahadapi masalah gizi yang muncul.
2. Pemberdayaan
Dalam rencana strategis pembagunan Indonesia 2025 jelas termaklum bahwa
pembangunan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri, maka untuk
menempuh hal tersebut perlu digalakannya pemberdayaan sebagai proses edukasi
yang melibatkan masyarakat sebagai poros kekuatan penggerak dalam
mempengaruhi masyarakat di sekitarnya.
3. Mandiri
Arah strategi untuk pengentasan gangguan gizi diantaranya adalah dengan kembai
pada konsep Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), diharapkan masyarkat mampu
mengatasi ganguan gizi yang ada disekitarnya. Pola asuh keluarga akan
menentukan asupan atau intake gizi sehingga jika sejak awal masyarakat mengenal
pendidikan gizi yang baik mudah kemungkinan untuk tercipta output status gizi yang
baik.
4. Team Work
Sebagai penyelengga pelayanan kesehatan masyarakat yang utama, puskesmas
bertanggung jawab dalam kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, dalam rangka
implementasi pelayanan UKM yang baik tidak dapat dilakukan oleh satu atau dua
UKM, diperlukan kerja sama di semua proses penyelenggaraan UKM. Untuk itu
diperlukan team work agar pelayanan UKM dilaksanakan secara sinergis.
5. Disiplin
UPT. Puskesmas Wates berada di wilayah dengan tipe penduduk dengan mobilitas
penduduk yang tinggi, kebutuhan akan program kesehatan yang bermutu dan
sesuai kebutuhan masyarakat. Masyarakat saat ini membutuhkan program yang
inovatif serta mudah dijangkau. Untuk menghasilkan tujuan teresbut
penyelenggaraan UKM dilakukan dengan disiplin, tepat waktu agar mudah di
9
implementasikan di masyarakat gizi yang baik mudah kemungkinan untuk tercipta
output status gizi yang baik.
10
NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
c. Melakukan pendampingan
pemeriksaan kesehatan
11
NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
12
F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
Memantau dan
melakukan
himbauan agar
kegiatan ini
berjalan
denagn baik
3. Pak Lurah
Mendukung
dan membuat
himbauan
kepada
13
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
masyarakat
tentang
kegiatan
posyandu
3. Dokter 2. Perangkat
RW
Menentukan diagnose
pemeriksaan kesehatan Memantau dan
balita serta merencakan melakukan
himbauan agar
14
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
15
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
4. Perawat 3. Lurah
5. Kesling b.
Menyelenggaraka
Melakukan pemeriksaan
n rapat koordinasi
kesehatan lingkungan
percepatan
pada rumah balita
16
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
sasaran penurunan
stunting
6. Analis
c. Melengkapi
Melakukan pemeriksaan
sarana dan
laboratorium yang
prasarana
dibutuhkan
posyandu terkait
penguatan deteksi
dini balita risti
(stunted dan
wasted)
d. Menyusun
kebijakan terkait
tim percepatan
stunting
e. Melakukan
penrencaan
terkait intervensi
spesifik dan non
spesifik
penurunan
stunting
17
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
4. Perawat 3. Dinas
Kesehatan
Membuat kelengkapan
proses rujukan balita Memfasilitasi dan
18
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
diperlukan. 4. Kelurahan
Merencanakan
untuk
memfasilitasi
akomoadasi pada
keluarga balita
sasaran
5. Pokja
Kelurahan sehat
Membantu proses
montoring
kegiatan rujukan
19
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
penurunan stunting b.
melalui 1000 hpk, Melaksanakan
menyediakan imunisasi pendampingan
dan KB pada bumil
dan balita
3.Dokter
sasaran
Menentukan diagnose
2. Perangkat RW
pemeriksaan kesehatan
balita serta merencakan Memantau dan
rujukan melakukan
himbauan agar
4. Perawat
kegiatan ini
Membantu dalam berjalan
proses skrening dengan baik
kesehatan balita.
4. Lurah
5. Kesling
a. Merencanakan
Melakukan pemeriksaan dan mengadakan
kesehatan lingkungan PKMK balita risti
pada rumah balita
b.
sasaran
Menyelenggaraka
6. Analis n rapat koordinasi
percepatan
Melakukan pemeriksaan
penurunan
laboratorium yang
stunting
dibutuhkan
c. Melengkapi
sarana dan
20
No Kegiatan Pelaksana Lintas Program Terkait Lintas Sektor Ket
Pokok Terkait
prasarana
posyandu terkait
penguatan deteksi
dini balita risti
(stunted dan
wasted)
d. Menyusun
kebijakan terkait
tim percepatan
stunting
e. Melakukan
perencaan terkait
intervensi spesifik
dan non spesifik
penurunan
stunting
21
NO KEGIATAN POKOK SASARAN KEGIATAN
b. Ibu Balita
d. Balita sasaran
d. Balita sasaran
e. Ibu balita
f. Nenek Asuh
22
sector dibangun diantaranya untuk kordinasi waktu, tempat dan metode
pelaksanaan program dan menentukan umpan balik serta feed back sebagai
perbaikan kedepan. berikut peran lintas sector :
3. Kepala RW
4. Kader
1. DOKTER
24
a. Melakukan anamesis dan pemeriksaan fisik sera menegakkan diagnose
medis.
f. Melakukan rujukan.
2. PERAWAT/BIDAN
3. TENAGA FARMASI
25
c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat khususnya
obat gizi.
4. ANALIS LABORATORIUM
5. PROMKES
6. KESLING
7. SOPIR AMBULANCE
26
27
I. JADWAL KEGIATAN
2018 2020
WAKT PELAKSA DAN
NO KEGIATAN JA FE MA ME JU JU AG SE OK NO DE TEMPAT
APR U NA A
N B R I N L T P T V S
februar
i- Puskesmas 12.00- Petugas
1 Perencanaan
maretf Wates 14.00 Gizi
ebruari
Posyandu
Identifikasi Balita,
Petugas
Kebutuhan Paguyuban
09.00- Gizi,
2 Harapan Kader, Poli
12.00 Bidan,
Sasaran Gizi,
Perawat
Program Posyandu
Lansia
Monitoring
Kegiatan/Eval
Puskesmas 07.30- Petugas
3 ua
Wates 11.00 Gizi
pelaksanaan
kegiatan
Posyandu
Pemantauan Balita,
Petugas
Pertumbuhan Paguyuban
09.00- Gizi,
4 dan Kader, Poli DAK
12.00 Bidan,
Perkembanga Gizi,
Perawat
n Balita Posyandu
Lansia
Surveilens
Gizi Puskesmas 07.30- Petugas
5
Wates 11.00 Gizi
Skrening
Kesehatan Puskesmas 07.30- Petugas
6
Balita Risti Wates 11.00 Gizi
(Stunitng
28
dan
wasting)
Rujukan
berjenjang
dalam
rangka
intervensi
kesehatan
balita di Puskesmas 07.30- Petugas
7
dalam Wates 11.00 Gizi
upaya
pencegaha
n dan
deteksi dini
balita
stunting
Intervensi
baik melalui
terapi gizi
maupun
terapi Puskesmas 07.30- Petugas DAN
8
Wates 11.00 Gizi KEL
kesehatan
bagi balita
stunting.
13.00-
PENYUSNAN Puskesmas Petugas
9 SELS
LAPORAN Wates Gizi
EAI
29
J. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan ini dilakukan melalui LB3 Posyandu dan
direkap setiap bulan oleh petugas Gizi dan diserahkan kepada seksi gizi dinas
kesehatan Kota Mojokerto. Pelaporan juga dilakukan melalui peng SPJ an
kegiatan gizi melalui Dana Alokasi Umum dan khusus UPT. Puskesmas Wates.
Evaluasi Kegiatan dihas dalam rapat mini lokakarya bulanan dan rapat
monitoring evaluasi program yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
30
31