Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG
Jl. Dr. Soetomo No. 54 Telp. (0280)621012 – (0280)621519
Email: rsudmajenang@yahoo.com Website: rsmajenang.cilacapkab.go.id
CILACAP Kodepos 53257

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG
NOMOR : A.061/01/RSUD MAJENANG /VII/2022

TENTANG
REGULASI ATAU PEDOMAN PELAYANAN STUNTING DAN WASTING
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJEANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG
KABUPATEN CILACAP

Menimbang a. Bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang


sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan, dilakukan percepatan penurunan
stunting.
b. Bahwa percepatan penurunan stunting dilaksanakan secara
holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi,
dan sinkronisasi di antara kementerian/lembaga, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan pemangku kepentingan.
c. Bahwa Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi belum dapat
mengakomodasi upaya pelaksanaan percepatan penurunan
stunting secara efektif sehingga perlu diganti.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Percepatan Penurunan Stunting.

i
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014


Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607);
7. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945:


8. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 Tentang Percepatan

Penurunan Stunting
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak
Akibat Penyakit

ii
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
tentang Pembentukan Tim Pelayanan Penurunan Stunting Rumah
Sakit Pada Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
KESATU Susunan Keanggotaan Tim Pelayanan Penurunan Stunting Rumah Sakit
(PPSRS) sebagaimana Diktum KESATU tersebut dalam Lampiran 1
Keputusan ini.
KEDUA Tim Penurunan Stunting Rumah Sakit (PPSRS) sebagaimana Diktum
KESATU mempunyai Togas dan Wewenang dalam Lampiran 2
Keputusan ini.
KETIGA Dalam melaksanakan tugas Tim Pelayanan Penurunan Stunting Rumah
Sakit Umum Derah Majenang berkewajiban melaporkan kepada Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.
Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan kepada Anggaran Belanja Badan Rumah Sakit Umum
Daerah Majenang .

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal

Ditetapkan di : Majenang
Pada tanggal : 08 Juli 2022

DIREKTUR RSUD MAJENANG


KABUPATEN CILACAP

dr. Reza Prima Muharama, M.M.


Penata TK.1
NIP. 19791121 201001 1 012

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh
pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta
terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh
yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang
berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
beberapa dokumen lainnya. Prevalenis stunting di dunia tahun 2021 Indonesia adalah
negara dengan kategori stunting sangat tinggi 30,8%. Indonesia menempatkan posisi
ke 3 prevalensi stunting tertinggi di dunia setelah laos dan kamboja

Penyebab masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi
dan status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab
masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya
akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan
praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan
kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan
yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor
tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi
terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi.

Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor,


meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi,
sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan
pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat
pendukung yang mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan,
keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, dan kapasitas untuk melaksanakan.

1
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan kemampuan pengelola pelayanan stunting rumah sakit dalam sebagai
upaya mendukung percepatan penurunan pada stunting anak.
2. Khusus
Pedoman ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi kabupaten/kota dalam
melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pedoman ini
dapat digunakan oleh provinsi dalam mengawal dan membina kabupaten/kota
untuk melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi. Berdasarkan
hasil evaluasi tahunan, pedoman ini dapat disesuaikan dengan perkembangan
kebijakan di tingkat pemerintah pusat. Dan Tim Pelayanan Penurunan
Stunting Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Pedoman Pelayanan Stunting di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang diperuntukkan
bagi seluruh unit kerja yang terkait dengan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Majenang, yaitu:
1. Pelayanan tentang stunting di rawat jalan yang meliputi :
a. Memerlukan intervensi yang terpadu
b. Mencakup intervensi gizi spesifik
c. Mencakup intervensi gizi sensitif
d. Perencanaan,
e. Pelaksanaan,
f. Pemantauan
g. Evaluasi.
D. Kebijakan dan Dasar Hukum \
Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI), Pedoman, Dit. Jen Intervensi Penurunan Stunting Analisis di Lingkungan,
Depkes RI, 2004.
1. Analisis sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota.
2. Analisis ketersediaan program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan sensitif di
wilayah kabupaten/ kota.
3. Analisis permasalahan dalam menentukan target layanan kepada Rumah Tangga
1.000 HPK.

2
4. Analisis tantangan akses rumah tangga 1.000 HPK dalam memanfaatkan layanan.
5. Analisis kondisi koordinasi antar institusi dalam meningkatkan integrasi intervensi
bagi rumah tangga 1.000 HPK.

Analisis Situasi bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya perbaikan situasi pelaksanaan


program pencegahan dan penurunan stunting sebagai dasar perumusan rekomendasi
perencanaan tindakan perbaikan. tangga 1.000 HPK Merumuskan rekomendasi untuk :

1. Memprioritaskan alokasi sumber daya untuk peningkatan cakupan dan kualitas


layanan intervensi gizi.
2. Memperbaiki manajemen layanan untuk peningkatan akses rumah tangga 1.000
HPK terhadap intervensi gizi spesifik dan sensitif.
3. Meningkatkan efektivitas sistem manajemen data untuk menunjang keputusan
alokasi program dan lokasi focus

Cara analisis sebaran prevalensi stunting Dinas Kesehatan menggunakan data stunting
untuk menyusun beberapa informasi kunci berikut ini:

1. Prevalensi stunting terkini tingkat kabupaten/kota, yaitu angka rata-rata prevalensi


seluruh wilayah (seluruh desa atau seluruh kecamatan atau seluruh wilayah
layanan puskesmas di kabupaten/kota tersebut)
2. Prevalensi stunting berdasarkan kecamatan/desa untuk mengetahui di mana
wilayah dengan prevalensi yang melampaui rata-rata secara signifikan
3. Jumlah kecamatan/desa yang berada di atas atau di bawah prevalensi
kabupaten/kota untuk mengetahui di mana lokasi yang situasi stuntingnya relatif
lebih buruk dibandingkan wilayah lainnya
4. Jumlah kasus stunting per kecamatan/desa untuk mengetahui di mana kejadian
stunting terkonsentrasi atau dengan jumlah yang melampaui rata-rata secara
signifikan.
5. Menentukan kegiatan untuk pemberdayaan kecamatan dan desa dalam
meningkatkan integrasi layanan di tingkat desa.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


NO JABATAN DALAM TIM KUALIFIKASI TENAGA YANG
DIBUTUHKAN
1 Ketua Dokter Sp.A 1 Orang

2 Sekretaris Ners 1 Orang

3 Koordinator Pelayanan Dokter Umum 1 Orang

4 Seksi pelayanan dan Dokter Spesialis 3 Orang


pengobatan
Dokter Umum 2 Orang

5 Seksi Pengelolaan Obat Apoteker 1 Orang

6 Seksi Penunjang Diagnostik Analis Kesehatan 1 Orang


dan Logistik

7 Seksi Data Pencatatan dan DIII Keperawatan 1 Orang


Pelaporan

8 Seksi Jejaring internal dan DIII Keperawatan 1 Orang


Eksternal DIII Kebidanan 1 Orang
S1 Keperawatan 1 Orang

9 Kolaborasi GIZI S1 GIZI 1 Orang

Jumlah 14 Orang

B. Distribusi Ketenagaan
Mengingat pelaksanaan pelayanan stunting di rumah sakit sangat rumit dengan
keterlibatan berbagai bidang disiplin ilmu kedokteran serta penunjang medik, baik di
poliklinik, bagi pasien rawat jalan maka dalam pengelolaan prevalensi Stunting di rumah
sakit dibutuhkan manajemen tersendiri dengan dibentuknya Tim di Rumah Sakit Umum
Daerah Majenang, yang tersusun dari:

Pelindung : Drg. Dewi Marhenny


Ketua : Dr. Wahyu Syafiyati

4
Koordinator Pelayanan Poli : Warnati A. Md. Keb
Rusyati A.Md.Kep
Tri Widiyawati, S.Kep.,Ners
Seksi Pelayanan dan Pengobatan:
- Dr. Karmono S, Sp. A
Seksi Pengelolaan Gizi:
- Nur Laila Yulianti ,AMG
Seksi Data Pencatatan dan Pelaporan :
- Purwaningsih.S.Kep.Ners
Seksi jejaring internal & eksternal :
- Selly Eka Pebrianti.S.Kep.,Ners
- Sela Viana Imas I. .S.Kep.,Ners
- Rita Muafifah,A.Md.Kep
C. Uraian Jabatan
1. Perlindungan

a. Komitmen terhadap penurunan prevalensi stunting


b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program stunting di RS
c. Memberikan arahan dan kebijakan terhadap kinerja Tim Stunting dalam program
pemberantasan di RS
d. Memfasilitasi kebutuhan Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
e. Melakukan Pengawasan terhadap kinerja Tim
2. Ketua

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan


pelayanan program Stunting yang dilaksanakan oleh Tim Rumah Sakit Umum
Daerah Majenang.
b. Mengendalikan seluruh kegiatan pelayanan program penurunan pevalensi
stunting yang dilaksanakan oleh Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
c. Mengendalikan kegiatan pelayanan & pengobatan, Penunjang Diagnostik &
Logistik, Data Pencatatan & Pelaporan, Jejaring Internal & Eksternal.
d. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan stunting.
e. Bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Majenang

5
3. Koordinator Pelayanan
a. Melaksanakan pemantauan secara berkala terhadap kinerja dan program
penurunan
b. Mengakomodir permasalahan/kendala dalam pelaksanaan program penurunan
stunting
c. Melaksanakan koordinasi kegiatan Tim Cilacap, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah maupun dengan KNCV/ Global Fund.
b. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim S Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
4. Sekretaris
a. Melaksanakan kegiatan Kesekretariatan terhadap seluruh kegiatan pelayanan
program penurunan stunting yang dilaksanakan oleh Tim di Rumah Sakit Umum
Daerah Majenang.
b. Berkoordinasi melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
b. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
5. Seksi Pelayanan Gizi
a. Melaksanakan tugas pelayanan pengobatan dan gizi program penurunan
berdasarkan Standar Internasional Penanganan
b. Koordinasi dengan Tim
c. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
6. Seksi Pengelolaan Obat
a. Melaksanakan PIO ( Pelayanan Informasi Obat )
b. Memantau ketersediaan obat di Apotik
c. Melaksanakan rekapitulasi laporan pemakaian
7. Seksi Penunjang Diagnostik & Logistik
a. Melaksanakan tugas & berkoordinasi dalam pelaksanaan kegiatan diagnostik dan
logistik program penurunan stunting di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.
b. Melaksanakan pemeriksaan TB,BB
c. Melaksanakan tugas-tugas logistic terkait dengan penyediaan obat .
b. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
8. Seksi Data Pencatatan dan Pelaporan
a. Melaksanakan tugas dan berkoordinasi dalam pelaksanaan kegiatan
pencatatan & pelaporan program penurunan stunting .
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyediaan blangko pencatatan dan pelaporan

6
c. Melaksanakan koordinasi dengan Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap, Dinas Kesehatan Propinsi maupun KNCV/GF.
d. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang
9. Seksi Jejaring Internal & Eksternal
a. Mengkoordinasikan dengan semua unit terkait.
b. Mengumpulkan data pasien untuk dilaporkan ke seksi data pencatatan &
pelaporan.
c. Berkoordinasi dengan Unit Pelayanan Kesehatan ( UPK ) lainnya
d. Melaksanakan pelacakan terhadap pasien yang mangkir dan menindaklanjutinya.
b. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang

D. Kolaborasi GIZI
a. Memberikan makanan yang seimbang yang sesuai.
b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
c. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.

E. Pengaturan jaga
Pengaturan jaga klinik Anak adalah
Pagi : Jam 06.00 – 07.00
Sore : Jam 11.00 -12.00
Petugas :
Dokter Spesialis Anak, Dokter Umum,bidan, perawat dan tim pelayanan stunting di
Rumah Sakit Duta Mulya.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang klinik Anak


Gambar A.1: Ruang Klinik Anak

NAMA KET
Meja 1.
Kursi 3.
Bed pasien 2.

Gambar A.2 : Ruang POLI ANAK

8
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis sehingga dapat tercapai tujuan dan
fungsi pelayanan Klinik Anak yang optimal bagi pasien dengan kriteria :
1. Tersedia ruangan klink anak di Rumah sakit meliputi kegiatan diagnostik,
pengobatan, pencatatan dan pelaporan, serta menjadi pusat jejaring
internal/eksternal.
2. Ruangan telah memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit.
3. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis.
4. Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan.

Daftar inventaris poli anak:


1. Tempat tidur periksa
2. Meja tulis
3. Kursi
4. Rak penyimpanan KMS
5. Stetoskop
6. Tensimeter
7. Handscoon
8. Masker
9. Lemari arsip
10. Timbangan dan pengukur TB
11. Tempat sampah infeksius dan non infeksius
12. Exhaust fan

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Dukungan Administrasi dan Operasional Penerapan Strategi Stunting di Rumah


Sakit
Salah satu unsur penting dalam penerapan Stuning di rumah sakit adalah komitmen yang
kuat antara pimpinan rumah sakit, komite medik dan profesi lain yang terkait termasuk
administrasi dan prasarana penunjang, antara lain :
1. Dibentuk tim RS yang terdiri dari seluruh komponen yang terkait dalam penanganan
pasien stunting (dokter, perawat, bidan, petugas laboratorium, petugas gizi).
2. Disediakan ruangan untuk kegiatan Tim.
3. Pendanaan untuk pengadaan sarana, prasarana, dan kegiatan disepakati dalam MOU
antara rumah sakit dan dinas kesehatan setempat.
4. Sumber pendanaan diperoleh dari rumah sakit.
5. Program Nasional Penurunan Stunting memberikan kontribusi dalam hal pelatihan.
6. Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan pada penerapan KMS di rumah
sakit.
B. Analisis Stunting di Rumah Sakit
1. Analisis sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota.
2. Analisis ketersediaan program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan sensitif di
wilayah kabupaten/ kota.
3. Analisis permasalahan dalam menentukan target layanan kepada Rumah Tangga
1.000 HPK.
4. Analisis tantangan akses rumah tangga 1.000 HPK dalam memanfaatkan layanan.
5. Analisis kondisi koordinasi antar institusi dalam meningkatkan integrasi intervensi
bagi rumah tangga 1.000 HPK.
C. Tatalaksana Pasien Stunting Rawat Jalan di Rumah Sakit
1. Pendaftaran
a. Pendaftaran pasien dilakukan oleh petugas pendaftaran
b. Pendaftaran pasien baru melalui pendaftaran rekam medic
c. Petugas Klinik mengatarkan pasien ke poli anak.
2. Penemuan Kasus
a. Penemuan dan penjaringan pasien Stunting dilakukan di IGD dan semua Klinik
rawat jalan.

10
3. Pemeriksaan Pasien
a. Edukasi pasien secara langsung dan melalui media cetak ( leaflet dan brosur )
b. Pemeriksaan pasien di Klinik dilakukan oleh dokter spesialis anak
c. Apabila dokter spesialis anak tidak dapat bertugas maka akan digantikan oleh
dokter umum
d. Petugas keperawatan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cara pasien pengukuran BB dan
pengukuran TB
b. Pemeriksaan penunjang laboratorium
c. Apabila dibutuhkan pemeriksaan laboratorium yang lain dilakukan pengambilan
sampel secara berkala ( pool ).
d. Pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter spesialis anak.
5. Pengobatan Pasien
a. Pengobatan pasien Pengukuran TB dan BB
b. Sistem pencatatan dan pelaporan pengobatan sesuai dengan Program Nasional
c. Dokter spesialis Anak mempunyai kewenangan dalam melakukan pemberian
obat.
6. Kolaborasi gizi
a. Memberikan pengenalan makanan yang seimbang dan bergizi melalui leaflet
atau edukasi pasien saat anamnesa

11
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan logistik penanggulangan Stunting merupakan serangkaian kegiatan yang


meliputi perencanaan memerlukan intervensi yang terpadu, mencakup intervensi gizi
spesifik, intervensi gizi sensitife, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evalusi.

12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Suatu sistem dimana Tim di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang membuat asuhan untuk
keselamatan pasien
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Menurunnya Kejadian Tidak diharapkan (KTD)
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Upaya yang dilakukan untuk mencegah penyebaran/penularan infeksi kepada
petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan,
mensosialisasikan, dan memantau pelaksanaan standar prosedur dan alur pelayanan.
Upaya ini mencakup:
1. Melaksanakan pasien masuk pendaftaran fasyankes.
2. Memberikan penyuluhan pasien menjaga pola makan anak yang baik.
3. Menyediakan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu yang benar
4. Memasang poster, spanduk dan bahan untuk KIE
5. Mempercepat proses penatalaksanaan pelayanan bagi pasien
6. Melaksanakan skrining bagi petugas yang merawat pasien.

13
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Suatu sistem dimana Tim Rumah Sakit Umum Daerah Majenang membuat
suatu asuhan kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit bagi petugas di lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Majenang.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulanagan
Kejadian yang tidak diharapkan
C. Tatalaksana Keselamatan Kerja
Tatalaksana keselamatan kerja pada pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Majenang sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian Infeksi yang terdiri
dari 4 pilar yaitu:
1. Manajerial
Pilar Manajerial adalah upaya meningkatkan komitmen dan dukungan manajerial
terutama dari penentu kebijakan dan pengambilan keputusan yang efektif dalam
pelaksanaan kegiatan di fasilitas pelayanan kesehatan
2. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah/mengurangi penularan kepada petugas kesehatan, pasien,pengunjung
dan lingkungan dengan menyediakan, mensosialisasikan dan memantau standar
prosedur dan alur pelayanan
3. Pengendalian lingkungan
Pengendalian Lingkungan adalah upaya peningkatan dan pengaturan / Ventilasi
dengan menggunakan teknologi untuk mencegah penyebaran dan mengurangi atau
menurunkan
4. Pengendalian dengan alat perlindungan diri
Penggunaan alat pelindung diri pernafasan oleh petugas kesehatan di tempat
pelayanan sangat penting untuk menurunkan resiko penularan dengan
menggunakan masker.

14
BAB VIII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program.Pemantauan dilakukan secara berkala dan terus menerus,
untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah
direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah
suatu jarak waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap bulan. Dalam pelaksanaan monitoring
dan evaluasi diperlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan
dengan baik dan benar.

15
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini merupakan acuan yang diharapkan dapat digunakan oleh Tim Rumah
Sakit Umum Daerah Majenang dalam merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi
program pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang. Namun demikian upaya -
upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan rumah sakit dan kerja sama yang
baik dari seluruh unit kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Majenang ini. Semoga Tuhan
selalu memberkati semua upaya - upaya yang kita kerjakan.

16

Anda mungkin juga menyukai