(TERM OF REFERENCE)
PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL
KESEHATAN PUSKESMAS DANA ALOKASI
KHUSUS (DAK)
NONFISIK BIDANG KESEHATAN
MENU PMT LOKAL
TAHUN ANGGARAN 2024
I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RencanaPembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJMN)tahun 2020 – 2024;
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan
Gizi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2021 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan tahun Anggaran
2022;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2022 tentang Perubahan atas
Permenkes Nomor 2 tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan tahun Anggaran 2022;
11. PerMeNKes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
PenyelenggaraanPelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
14. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Pedoman Swakelola;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 7 Tahun 2020 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022;
16. Peraturan Bupati Mesuji Nomor 55 Tahun 2020 tentang Struktur Organisasi, Tata
Kerja, Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah Kabupaten Mesuji;
17. Peraturan Bupati Mesuji Nomor 56 Tahun 2020 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022.
B. Gambaran Umum Singkat
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari Pertama
Kehidupan sangat pesat demikian pula perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan
balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu endapat perhatian khusus
dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita
kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin, berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Bayi berat lahir rendah yang tidak mendapatkan penanganan yang
sesuaistandar seperti halnya balita dengan kekurangan gizi akan berisi kostunting.
Prevalensi ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis 17,3%(Riskesdas 2018) dan
target RPJMN 2024 turun menjadi 10% dilain pihak prevalensi anemia ibu hamil
dari sumber yang sama 48,3%. BerdasarkanSurvey Status Gizi Indonesia (SSGI)
2021 prevalensi balita kurus 7,1%dan stunting 24,4%. Perlu penanganan yang
komprehensif dan terintegrasi untuk menangani masalah kekurangan gizi baik
pada ibuhamil maupun balita. Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, lebih
dariseparuh ibu hamil asupan energi sangat kurang (<70% angka kecukupanenergi)
dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan asupan protein (<80% angka
kecukupan protein) (Kementerian Kesehatan RI,2014)
Penyebab kurang energi kronis pada ibu hamil bisa terjadi sebelum hamil (sejak
remaja puteri atau pra konsepsi) atau pada saathamil yang disebabkan karena
asupan pangan yang tidak adekuat,penyakit yang diderita, tidak memadainya
akses ke fasilitas pelayanankesehatan, kerja fisik yang berlebih, air bersih dan
higiene sanitasi yangburuk atau kombinasi diantaranya. Berdasarkan SSGI 2021,
proporsimakan beragam pada baduta sebesar 52,5% dengan mulai
konsumsiMPASI <6 bulan sebesar 55,3%, balita menderita diare sebesar 9,8%
danISPA sebesar 24,1% (SSGI, 2021). Faktor lain yang turut berkontribusimasalah
gizi kurang pada balita adalah pola asuh yang tidak baik,kurangnya pengetahuan,
penyakit infeksi berulang, rendahnya akses kefasilitas pelayanan kesehatan, serta
kondisi sosial ekonomi yang secaratidak langsung berpengaruh terhadap akses
terhadap makan makananbergizi cukup.
Pelayanan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) terpaduterutama pada
kunjungan pertama di trimester pertama dan dilakukan olehdokter akan
mendeteksi sedini mungkin faktor risiko kehamilan. Bilamana ditemukan Ibu Hamil
dengan Kurang Energi kronis (Lingkar Lengan Atas<-2 SD sampai dengan -3 SD) baik
di Posyandu ataupun difasilitas kesehatan maka perlu dilakukan tatalaksana
dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk mengidentifikasi dan
mengatasi penyebab yang mendasarinya serta kondisi yang memperberat.
Dalam upaya memastikan dan mengatasi masalah gizi selama kehamilan pada
masyarakat kurang mampu, WHO merekomendasikan pendidikan gizi dan
mendorong ibu hamil mendapatkan makanan bergiziseimbang dan pemenuhan
kebutuhan protein, bersama denganpemberian tablet tambah darah dan
penguatan melalui konseling (WHO,2013). Rekomendasi WHO ini telah menjadi
kebijakan Kementerian Kesehatan dimana sejak tahun 2016 memberi makan
tambahan pabrikan baik pada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang. Pemberian
MakananTambahan (PMT) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51
Tahun2016. Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi adalah Biskuit yang
mengandung protein, asam linoleate, karbohidrat dan diperkaya dengan 11
vitamin dan 7 mineral. Adapun pemberian tablet tambah darah (minimal 90 tablet
selama kehamilan sudah dimulai sejak tahun 1990-an)(Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).