Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN

PROGRAM GIZI PUSKESMAS TABA


TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas


pelayanan kesehatan primer, yang melayani pasien dengan berbagai masalah
kesehatan termasuk masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang
terkait dengan gizi di masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun
dengan keterbatasan berbagai faktor pendukung maka penanganan masalah
tersebut belum optimal. Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan
termasuk tenaga gizi bekerja belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
(tupoksi), fenomena ini akan memberikan implementasi yang besar terhadap
keberhasilan pembangunan kesehatan dan gizi di Indonesia.

Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh jenis virus


corona terbaru (novel coronavirus). Virus dan penyakit ini diketahui pertama
kali pada saat terjadi wabah di kota Wuhan, Cina sejak Desember 2019.
Corona virus-19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO
(WHO, 2020). Per tanggal 3 Mei 2020, jumlah kasus penyakit ini mencapai
angka 3.272.202 jiwa yang tersebar di 213 negara, termasuk Indonesia.
Sementara itu, di Indonesia COVID-19 telah menyebabkan setidaknya 845
kematian. Penyebaran virus ini sudah melanda semua provinsi dan
penambahan korban yang begitu cepat telah menjadi fokus seluruh lapisan
masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Menanggapi situasi penyebaran COVID-19 yang begitu cepat, Presiden


Republik Indonesia telah menyatakan status Tanggap Darurat pada tanggal 17
Maret 2020. Pemerintah juga menetapkan Status Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat melalui Kepres no 11 tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah (PP)
nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dalam Rangka percepatan Penanganan COVID-19. Pembatasan kegiatan
sebagaimana dimaksud PP Nomor 21, pada ayat (1) huruf c, dilakukan dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk, antara lain kebutuhan
pelayanan kesehatan, kebutuhan pangan, dan kebutuhan kehidupan sehari-
hari lainnya.

Kebutuhan pelayanan kesehatan yang dimaksud termasuk upaya


kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Pelayanan
gizi adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat esensial (UKM esensial)
seperti yang tercantum dalam Pasal 36, ayat (2) Permenkes 75/2014 tentang
Puskesmas.

Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk menurunkan


angka kekurangan gizi, baik stunting maupun wasting, sebagaimana tercantum
dalam dalam RPJMN 2020-2024. Dalam strategi nasional percepatan
pencegahan stunting, disebutkan bahwa pelayanan gizi dilakukan di dalam dan
di luar gedung meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dengan target intervensi kelompok 1000 HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, bayi 0
– 23 bulan), balita dan remaja.

Kegiatan pelayanan gizi utama yang dilakukan adalah: konseling dan


suplementasi gizi ibu hamil (TTD dan makanan tambahan ibu hamil KEK),
promosi dan konseling PMBA (IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI dan melanjutkan
menyusui hingga 2 tahun atau lebih), pemantauan pertumbuhan balita,
suplementasi gizi balita (vitamin A dan makanan tambahan Balita gizi kurang),
penanganan balita gizi buruk, dan suplementasi TTD pada remaja putri
(rematri).

Dengan terjadinya pandemi COVID-19, status tanggap darurat yang


diikuti dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan
berdampak signifikan tidak hanya pada aktivitas masyarakat tetapi juga
terhadap kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat yang bekerja pada
sektor informal. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap
menurunnya akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan pangan
bergizi. Jika hal tersebut tidak diantisipasi maka akan terjadi kerawanan
pangan dan gizi terutama di wilayah-wilayah yang teridentifikasi rentan.
Kerawanan pangan dan gizi meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi akut
(gizi kurang dan gizi buruk) pada kelompok rentan, bahkan masalah gizi kronik
(stunting) pun mungkin akan meningkat jika penetapan tanggap darurat
COVID-19 berlangsung dalam waktu yang cukup lama (prolonged emergency
situation).

Oleh karena itu, pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu
bayi dan balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu menyusui pada situasi pandemi
COVID-19 diharapkan dapat tetap berjalan dengan melakukan beberapa
penyesuaian terkait dengan kebijakan pembatasan sosial yang diatur oleh
pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.

Kondisi kedaruratan di berbagai daerah berbeda antara satu daerah


dengan daerah lain. Beberapa daerah telah melakukan PSBB atau
pembatasan karena terdapat transmisi lokal. Sementara itu, beberapa daerah
yang belum menerapkan PSBB, belum ada transmisi lokal virus COVID-19
serta mobilisasi penduduk antar wilayah yang sangat minimal, mereka tetap
mematuhi prinsip pencegahan infeksi dan physical distancing.

Untuk daerah yang memiliki kebijakan PSBB atau terdapat transmisi


lokal, walau terjadi pembatasan pelayanan, perlu dipastikan bahwa ibu hamil,
ibu menyusui, bayi dan balita, akan tetap mendapatkan pelayanan gizi selama
masa tanggap darurat. Sementara itu, bila untuk daerah tidak menerapkan
PSBB, belum ada transmisi lokal serta mobilisasi penduduk yang minimal,
pelayanan gizi tetap dilakukan dan disesuaikan dengan pedoman yang sudah
ada.

Pedoman Pelayanan Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Pandemi


COVID-19 ini dibuat untuk memberikan panduan kepada tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan gizi dalam situasi tanggap darurat. Pedoman ini
dapat berubah dan diperbarui sesuai dengan perkembangan penyakit dan
situasi terkini. Untuk dapat menjalankan pelayanan gizi yang bermutu dan
berkelanjutan disusunlah sebuah panduan pelayanan gizi di puskesmas Taba

B. Tujuan Panduan
1. Tujuan Umum :
Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan gizi pada pasien dan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas Taba dalam situasi darurat
pandemic covid-19.
2. Tujuan Khusus :
a. Memahami pentingnya gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta remaja pada situasi darurat pandemik covid-19.
b. Mampu menentukan kelompok sasaran yang perlu diprioritaskan
sesuai dengan keputusan pemerintah daerah mengenai status
kedaruratan wilayah.
c. Mampu merencanakan kelompok sasaran yang perlu diprioritaskan
sesuai dengan keputusan pemerintah daerah mengenai status
kedaruratan wilyah.
d. Mampu melakukan pelayanan gizi sesuai dengan keputusan
pemerintah daerah mengenai status kedaruratan wilayah.
e. Dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai gizi pada ibu hami,
ibu menyusi, pengasuh bayi dan balita serta remaja pada masa darurat
pandemi covid-19.
f. Mampu melakukan pemantauan dan evaluasi disesuaikan dengan
keputusan pemerintah status kedaruratan wilayah.
C. Sasaran Panduan
Adapun sasaran panduan pelayanan gizi bayi balita, ibu hamil , ibu menyusui
dan pasien membutuhkan konseling gizi
D. Ruang Lingkup Panduan
Pelayanan gizi dilaksanakan di dalam dan di luar gedung dam terkait
dengan program puskesmas lainnya. Ruang lingkup pelayanan meliputi
promotif, prefentif, dan rehabilitative .
E. Batasan Oprasional
Pelayanan gizi meliputi pelayanan dalam gedung yaitu dilakukan di ruang
gizi meliputi pengelolaan sumber daya (tenaga, sarana prasarana, protap dan
administrasi ) dan pelayanan pada pasien (bayi,balita malnutrisi, ibu hamil
KEK, ibu hamil anemia dan pasien yang membutuhkan konseling gizi,
pemberian vitamin A dosis tinggi serta pemberian PMT (Bumil KEK dab balita
gizi kurang).
Pelayanan yang diberikan di luar gedung pemantauan status gizi
diposyandu,TK/PAUD,pemantauan balita gizi kurang./balita gizi buruk,
(Sesuai gaweaan)
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013
tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan / Atau
Memerah Air Susu Ibu ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013
tentang Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi Lainnya;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Admistrratif Bagi Tenaga
Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, serta produsen dan
distributor susu formula bayi dan / atau produk bayi lainnya yang dapat
menghambat keberhasilan program pemberian air susu ibu ekslusif
8. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Upaya perbaikan Gizi;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
tentang Gizi Seimbang;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
tentang PIS PK;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016
tentang Panduan Manajemen Puskesmas;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016
tentang Standar Produk Suplementasi Gizi;
15. Peraturan Walikota Lubukinggau Nomor 400/5/SE/DINKES/2015 tentang
Penyediaan Fasiltas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu di
Tempat Kerja dan Tempat Sarana Umum;
16. Peraturan Walikota Lubukinggau Nomor 35 Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat;
17. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Nomor:
444/022/KPTS/KES/2014 tentang Penunjukan Petugas Ruang Laktasi
Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2014
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan program gizi
Puskesmas Taba adalah Tenaga ( Sumber Daya Manusia atau SDM ),
sarana/peralatan termasuk media komunikasi ,dan dana atau anggaran,
Pengelolaan program gizi dilakukan oleh koordinator yang mempunyai
kapasitas di bidang program gizi.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang Panduan Gizi di
Daerah. Di Puskesmas Taba memiliki petugas Khusus tenaga gizi.
Sumber daya manusia untuk melakukan pelayanan gizi adalah nutrisionis
dengan peraturan yang saat ini berlaku yaitu D3 gizi
Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum
 D3 Gizi 2  Memiliki STR
orang  Membantu tenaga kesehatan lain
merancang pemberdayaan

B. Distribusi Ketenagaan
Petugas gizi sebagai petugas yang bertanggung jawab dalam pelayanan
gizi di puskesmas. Tenaga gizi di puskesmas ada 2 orang yaitu memegang
program gizi.
No Jabatan Kualifikasi Jumlah Penempatan
1 Petugas Gizi 2 Ruang Promkes
C. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Tahun 2020


Pelaksanaan Perbulan
J Fe Ma Ap Me Ju Ju A Se O No De
a b r r i n l gt p kt v s
n
1 Pemantauan X X X X X X X X X X X X
Pertumbuhan di
posyandu
2 Pemeriksaan X X
garam beryodium
di rumah tangga
3 Pemantauan X X
kesehatan anak
balita dan pra
sekolah
(pengukuran
pertumbuhan,
perkembangan,p
emberian Vitami
A,imunisasi)
4 Pemberian tablet X X X X
tambah darah
untuk remaja
putri
5 Pemantauan ibu X X X X
hamil anemia
dan kepatuhan
minum tablet fe
6 Pemberian PMT X X X
Bumil KEK/Gakin
7 Pendistribusian X X X
PMT
penyuluhan/PMT
pemulihan
8 Kelompok
pendaping ASI
9 Surveilen Kasus
pelacakan gizi
kurang
10 Konseling gizi Setiap hari kerja
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruangan Gizi bersebelahan dengan ruang Poli umum dan berhadapan
dengan ruang anak, adapun ruangan gizi terdiri dari pelayanan gizi,
kesehatan lingkungan,,pelayanan konseling gizi di lakukan setiap hari kerja.

1 15

2 3 4 5 1 1 1
2
1

1
Halaman 6 8
10 18
7 9

19

Keterangan :
1. UGD 11. Ruang Tunggu
2. R. Rapat 12. Poli Umum
3. Ruang Kapus 13. Poli Gigi
4. Ruang Lansia 14. Ruang Apotek
5. Pendaftaran 15. Toilet
6. Ruang TU 16. Gudang farmasi
7. Ruang Ramah Anak 17. Laboraturium
8. Ruang Gizi dan Sanitarian 18. Ruang promkes
9. Ruang Laktasi 19. Poli TB
10. Ruang KIA/KB
B. Standar Fasilitas

Jumlah Min
Peralatan
PKM PKM
No Jenis Peralatan Ada Tidak Pengusulan Ket
Non Rawat
Rawat Inap
Inap
1 Alat peraga √
cara menyusui
yang benar
2 APE
3 Papan
Informasi
4 Computer √
5 Food Model √
6 Leafleat √
7 Poster
8 Cairan
Disinfektan
9 Timbangan √
Dewasa
10 Timbangan
Bayi
11 Microtoice √
12 Length boat
13 Tempat √
sampah
14 Kursi kerja √
15 Lemari arsip √
16 Meja tulis ½ √
biro
17 Buku register √
pelayanan
18 Kalkulator √
19 Form dan surat √
ket lain
20 Alat tulis √
21 Lemari alat alat
22 Kartu status √
pasien
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan Dalam Gedung
a. Menyiapkan ruangan pelayanan
b. Menerima status pasien dari pendaftaran langsung ada juga dari rujukan
intern ( KIA untuk ibu hamil, poli umum, dan poli lansia)
c. Memanggil pasien berdasarkan kedatangan
d. Mengukur ulang BB dan TB pasien
e. Memberikan konseling sesuai kebutuhan pasien
f. Melakukan pencatatan dalam register pelayanan
g. Membereskan ruang penyuluhan
2. Pelayanan Luar Gedung :
a. Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu
b. Pemeriksaan garam beryodium di rumah tangga
c. Pemantauan kesehatan anak balita dan pra sekolah (pengukuran
pertumbuhan, perkembangan pemberian Vitamin A,imunisasi)
d. Pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri
e. Pemantauan ibu hamil anemia dan kepatuhan minum tablet fe
f. Pemberian PMT bumil KEK/Gakin
g. Pendistribusian PMT penyuluhan/PMT pemulihan
h. Kelompok pendaping ASI
i. Surveilan gizi pelacakan gizi kurang
B. Metode
1. Observasi langsung dengan cara wawancara
2. Pengukuran antropometri
3. Konseling dan penyuluhan
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
2. Pencatatan
3. Pelaksanaan
4. Monitoring dan evaluasi
BAB V
LOGISTIK
A. Definisi
Logistik adalah segala sesuatu atau benda yang berwujud dan dapat
diperlakukan secara fisik , baik yang di gunakan untuk kegiatan pokok maupun
kegiatan penunjang.
Kebutuhan logistik yang diperlukan dalam program gizi di Puskesmas Taba
adalah persediaan peralatan dan pembekalan yang di butuhkan untuk
melaksanakan kegiatan gizi pada pasien atau masyarakat seperti alat atau
bahan melakukan untuk melakukan kegiatan program gizi

B. Kelompok peralatan yang dibutuhkan


1. APD ( Alat Pelindung Diri ) seperti, pelindung kepala, masker bedah,
face shields, Gown, sarung tangan, sepatu boots / sepatu tertutup.
2. Logistik yang disediakan diruang pelayanan gizi adalah :
a. Vitamin A merah
b. Vitamin A Biru
3. MP ASI :
a. Biscuit
b. Biskuit Sandwich untuk PMT Bumil KEK
4. Leaflet Konseling gizi
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan Gizi perlu di


perhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang dilaksanakan

Pelayanan Kesehatan pelayanan gizi tetap harus berkualitas. Palayanan


gizi harus sesuai standar ditambah dengan standar pencegahan penularan covid-
19.

Kegiatan gizi yang diberikan kepada pasien atau masyarakat berfokus pada
keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimna puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meiputi asasment resiko, identifikasi,
pengelolan Hl Yng berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan, dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan menjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan apabila melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya di ambil.

Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah


kompleks dan banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan
secara menyeluruh dan terpadu. Upaya meningkatkan keselamatan pasien adalah
dengan melakukan promosi kesehatan pada pasien atau masyarakat agar mereka
dapat mengambil keputusan yang tepat terkait pada masalah yangdialami.

Adapun strategi yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien


melalui tindakan pendidikan kesehatan anatara lain dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang:

1. Proses terjadinya penyakit


2. Pencegahan penularan penyakit
3. Perilaku hidup bersih dan sehat .
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas atau pelaksanaan lintas
sector terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan terhadap
resiko dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang dilaksanakan

Kesehatan dan keselaman kerja (K3) di puskesmas merupakan salah satu


perlindungan tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penularan penyakit akibata tindakan kerja. Dalam hal
penanganan tekait resiko kerja maka diperlukan pemakaian APD bagi petugas
kesehatan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu ( quality control ) dalam manajemen mutu merupakan


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang di rancang untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian
mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan
terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Penjaminan dan pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai
model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat
dilakukan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan
pengembangan berkelanjutan ( continous improvement ) atau kajian mutu
pelayanan kesehatan

Ada 3 kegiatan dalam kendali mutu :

1. Perencanaan mutu meliputi : siapa pelanggan, apa kebutuhannya,


meningkatkan produk sesuai kebutuhan dan merencanakan proses untuk
suatu produksi
2. Pengendalian mutu : evalusi kinerja untuk meindentifikasi perbedaan antara
kinerja actual dan tujuan
3. Pengendalian mutu : membentuk infrastuktur dan tim untuk melaksanakan
peningkatan mutu

Langkah – Langkah dalam upaya peeningkatan mutu

1. Mengidentifikasi , memilih dan mengidentifikasi masalah


2. Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dalam suatu aspek
3. Tentukan sebab masalah yang pokok
4. Identifikasi semua masalah yang mungkin dapat diatasi
5. Pilih solusi yang dapat dilaksanakan
6. Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA
Ada 4 langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif yaitu :
a. Merencanakan (PLANN)
b. Pelaksanan (DO)
c. Cek (CHECK)
d. Bertindak (ACTION)

Dipuskesmas pakjo kegiatan akreditas dimulai dari penyusunan dokumen


berupa standar oprasional prosedur (SOP) dan kebijakan implementasi dokumen
sampai dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self
assessment untuk pengendalian mutu pelayanan

BAB IX
PENUTUP

Kiranya dapat di ingatkan kembali bahwa untuk meningkatkan masyarakat


yang memilikki kualitas gizi yang baik dan pelayanan gizi yang bermutu,
dibutuhkan kerjasama antara kepala puskesmas dan menjadi tugas bagi seluruh
petugas kesehatan di puskesmas. Jadi pelayanan gizi di puskesmas bukanlah
tugas petugas gizi puskesmas saja.

Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka pelayanan gizi di


puskesmas adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap
pasien maupun terhadap individu/keluaga/masyarakat yang sehat.

Namun demikian, upaya upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil, jika
di dukung oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan
terhadap mereka yang paling berpengaruh terhadap
pasien/individu/keluarga/masyarakat. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap
mereka yang dapat mendukung/ membantu puskesmas dari segi kebijakan atau
peraturan perundang-undangan dan sumberdaya, dalam rangka dalam
memberdayakan pasien/ individu/ keluarga/ masyarakat.

Banyak sekali peluang untuk melaksanakan pelayanan gizi puskesmas


yaitu di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas atau masyarakat. Peluang-
peluang tersebut harus dapat di manfaatkan dengan baik, sehingga upaya wajib
puskesmas ,yaitu pelayanan gizi, dapat terlaksana dengan baik.
BAB X
REFERENSI

1. Undang-undang No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan


2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2019 tentang Puskesmas
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2019 tentang Puskesmas;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID 19).
5. Keputusan Wali Kota Lubuklinggau Nomor 204/KPTS/Dinkes/2020
tentang Penetapan Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Non Alam
Corona Virus Disease 2019 ( Covid -19 ) Di Kota LubukLinggau
6. Permenkes No 75 tahun 2014, Tentang pelayanan kesehatan
7. Kemenkes RI Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA 2014. Pedoman
Pelayanan Gizi Di Puskesmas
8. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Upaya perbaikan Gizi;

Anda mungkin juga menyukai