Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PROGRAM

KIA

CREDITS:

WISAL ANDIANI
This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images
by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
POKOK
PEMBAHASAN

Mengkaji jurnal yang terkait dengan topik materi


kuliah Manajemen Program KIA yaitu POSYANDU.
Dengan judul jurnal :

Analisis Peran dan Pengaruh


Pelayanan Gizi pada Anak Wasting di
Puskesmas dan Posyandu di Masa
Pandemi COVID-19
Kondisi sosial masyarakat selama masa
pandemi Covid 19 ini berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan bayi dan balita di
posyandu, termasuk pelayanan gizi di tengah
pandemi covid 19, seluruh konsentrasi
pelayanan dan kesehatan tertuju pada covid 19
oleh karena itu pembina posyandu dalam hal ini
puskesmas tetap harus mendorong posyandu
untuk aktif dalam pelayanan kesehatan dengan
tetap memperhatikan protokol kesehatan
masyarakat.
Wabah baru yang menyebar di penghujung tahun 2019 dikenal dengan
nama penyakitnya yaitu Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jenis baru coronavirus
yaitu Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).
Pada masa tanggap darurat COVID-19 dengan diberlakukannya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemerintah Indonesia tetap
melakukan upaya pelayanan gizi untuk menurunkan angka kekurangan
gizi (stunting dan wasting). Terjadinya pandemi COVID-19 di Indonesia
dengan kebijakan PSBB akan menimbulkan dampak yang sangat
signifikan bagi masyarakat dan kondisi ekonomi negara karena sebagian
besar masyarakat Indonesia bekerja pada sektor informal. Dengan kondisi
tersebut dikhawatirkan akan sangat berpengaruh terhadap penurunan
akses pemenuhan pangan serta daya beli masyarakat terhadap pangan
bergizi, sehingga jika hal tersebut tidak diantisipasi maka akan terjadi
kerawanan pangan dan menyebabkan masalah gizi terutama di wilayah-
wilayah yang teridentifikasi memiliki risiko tinggi terjadi masalah wasting
(gizi kurang dan gizi buruk) jika penetapan tanggap darurat COVID-19 ini
berlangsung dalam waktu yang cukup lama (prolonged emergency
situation) (Kemenkes RI, 2020).
Pada saat pandemik seperti ini Pemerintah Indonesia tetap melakukan upaya untuk
menurunkan angka kekurangan gizi (stunting dan wasting) melalui pelayanan gizi
sebagaimana yang tercantum dalam dalam RPJMN 2020-2024 (Kemenkes RI, 2019).
Kegiatan pelayanan gizi utama yang dilakukan pada anak wasting terdiri dari edukasi
dan konseling ibu hamil, pemantauan pertumbuhan balita, suplementasi gizi balita
(makanan tambahan balita gizi kurang), penanganan balita gizi buruk dan
pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
Program yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan
dalam penanganan balita wasting pada masa
pandemik COVID-19 dengan intervensi spesifik
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Ibu Hamil
Pada masa pandemik saat ini, bagi daerah dengan
penerapan PSBB program pemberian TTD tetap
dilaksanakan saat pemeriksaan kehamilan di Fasyankes
(posyandu) sesuai jadwal kunjungan atau melalui
kunjungan rumah yang di prioritaskan bagi ibu hamil
yang berisiko anemia dan belum mendapatkan TTD
dengan memberikan minimal 90 TTD selama kehamilan.
Kelebihan program ini adalah mengurangi morbilitas
penduduk sehingga meminimalisasikan transmisi virus
COVID-19
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Bumil
Kurang Energi Kronis (KEK)
Pada situasi pandemik seperti ini, pemberian MT tetap
dilakukan saat pemeriksaan kehamilan di Fasyankes
(Posyandu) sesuai jadwal oleh bidan desa atau tenaga gizi
dan pemberian MT saat kunjungan kerumah yang di
prioritaskan bagi ibu hamil KEK. PMT berbasis pangan
3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita Gizi Kurang
Pada masa pandemik seperti sekarang ini program
pemberian MT tetap dilaksanakan namun secara terbatas
yaitu melalui kunjungan rumah atau saat kunjungan ke
Fasyankes (kesepakatan tenaga kesehatan dan ibu dengan
balita gizi kurang). MT diberikan saat kunjungan kerumah
oleh
4. tenaga kesehatan.
Penanganan Gizi Buruk Balita
Bagi daerah dengan penerapan PSBB, program ini tetap
dijalankan dengan pelayanan diberikan secara terbatas
yaitu melalui kunjungan rumah dan kunjungan ke
Fasyankes (posyandu) .Ibu balita gizi buruk akan
mendapatkan F-100 atau produk terapi gizi lain sesuai
dengan pedoman dari bidan desa atau tenaga gizi yang
diberikan setiap hari dengan dosis sesuai berat badan
anak. Berkoordinasi dengan kader dalam memberikan
konseling kepada ibu balita gizi buruk untuk memastikan
konsumsi F-100 atau produk terapi gizi lain sudah
digunakan sesuai pedoman dan dikonsumsi sesuai
kebutuhan dan dosis per harinya. Proses konseling gizi
dilakukan melalui sambungan telepon, SMS atau aplikasi
chat satu minggu sekali kepada ibu balita gizi buruk atau
pengasuh dan membuat kelompok ibu balita dengan gizi
5. Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Upaya deteksi dini masalah gizi pada balita dapat dilakukan
dengan kegiatan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
Pada situasi pandemi COVID-19, pemantauan pertumbuhan
balita tetap dilaksanakan melalui berbagai upaya alternatif
untuk memastikan tumbuh kembang balita tetap dapat
dipantau.
Kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi prinsip pencegahan infeksi dan
physical distancing, yaitu :
1. Pembersihan dan memastikan area pelayanan Posyandu steril sebelum dan sesudah pelayanan
sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi.
2. Mengatur jarak meja (minimal 1-2 meter) tidak berdekatan.
3. Tenaga kesehatan/kader membuat jadwal bergilir dengan waktu yang jelas untuk ibu dan balita
agar antrian tidak panjang karena maksimal dalam satu Posyandu hanya terdiri dari 10 orang.
4. Menghimbau orang tua/pengasuh bayi dan balita membawa kain atau sarung sendiri untuk
penimbangan atau bayi ditimbang bersama orang tua.
5. Kader membantu memastikan bahwa balita dan orang tua/pengasuh dalam keadaan sehat.
6. Pengunjung yang masuk ke area pelayanan diatur sebaik mungkin agar tidak banyak orang
berkumpul dalam satu ruangan (maksimal 10 orang di area pelayanan termasuk petugas).
7. Sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau cairan desinfektan yang tersedia di area
Posyandu.
8. Penerapan prinsip safety injection yaitu sebelum pulang, anak yang sudah diimunisasi (disuntik)
diminta menunggu di sekitar (di luar) area pelayanan sekitar 30 menit di tempat terbuka.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai