Anda di halaman 1dari 14

F.

3 UPAYA KESEHATAN IBU HAMIL DENGAN PEMERIKSAAN ANTE NATAL


CARE

TANGGAL :

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu hal yang istimewa bagi seorang perempuan, karena terjadi
perubahan baik fisik maupun psikologi, seperti penambahan volume tubuh sehingga
mempengaruhi kerja organ lain, mual dan muntah, serta emosi yang tidak stabil. Selain itu, pada
saat masa kehamilan juga membutuhkan asupan yang lebih besar agar pertumbuhan janin dapat
optimal. Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, terdapat 305 kematian dari
100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu 102 kematian dari 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, ibu hamil perlu
mendapatkan perhatian khusus, baik dari lingkungan sekitar maupun layanan kesehatan. Salah
satu program yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan antenatal care (ANC).

Pemeriksaan antenatal care bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental
calon ibu sehingga siap menghadapi proses persalinan, masa nifas, dan persiapan pemberian ASI
eksklusif, serta menjaga kesehatan reproduksi. Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan 4 kali,
yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ANC dapat dilakukan di puskesmas, klinik, atau rumah sakit.

PERMASALAHAN

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data
dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, terdapat 305 kematian dari 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 102 kematian dari
100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mendapatkan perhatian khusus, baik
dari lingkungan sekitar maupun layanan kesehatan. Salah satu program yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan antenatal care (ANC).
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat pertama melakukan pelayanan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada poli
KIA. Kegiatan ini perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang baik.

PELAKSANAAN

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dilaksanakan setiap hari Senin – Sabtu, kecuali hari
Rabu di Puskesmas Bontang Utara II. Kegiatan yang dilakukan mencakup timbang berat badan
dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, skrining
status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid, pemberian tablet besi, tetapkan status
gizi, tes laboratorium, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, tata laksana kasus serta
evaluasi keadaan ibu hamil yang perlu rujukan ke rumah sakit.

MONITORING DAN EVALUASI

Pasien yang berkunjung ke poli KIA untuk melakukan pemeriksaan ANC dibatasi hingga
maksimal 15 orang setiap harinya sejak pandemi COVID-19 merebak. Pemeriksaan ANC sudah
dilakukan dengan optimal, baik dari segi ketepatan waktu maupun pelayanan yang diberikan,
seluruh protokol dan alat perlindungan diri juga telah disesuaikan selama pandemi.
F.3 IMUNISASI DASAR DAN LANJUTAN DI MASA PANDEMI

TANGGAL :

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam
mencegah beberapa penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi
dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian akibat
penyakit-penyakit seperti Cacar, Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada
kanker hati, Difteri, Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela
(Congenital Rubella Syndrom/CRS), Tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia
(radang paru), Meningitis (radang selaput otak), hingga Kanker Serviks yang disebabkan oleh
infeksi Human Papilloma Virus. Dalam imunisasi terdapat konsep Herd Immunity atau
Kekebalan Kelompok. Kekebalan Kelompok ini hanya dapat terbentuk apabila cakupan
imunisasi pada sasaran tinggi dan merata di seluruh wilayah. Kebalnya sebagian besar sasaran ini
secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya, sehingga
bila ada satu atau sejumlah kasus Penyakit penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) di masyarakat maka penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat dan Kejadian
Luar Biasa (KLB) dapat dicegah. Konsep ini merupakan bukti bahwa program imunisasi sangat
efektif juga efisien karena hanya dengan menyasar kelompok rentan maka seluruh masyarakat
akan dapat terlindungi. Dari sisi ekonomi, upaya pencegahan penyakit sejatinya akan jauh lebih
hemat biaya, bila dibandingkan dengan upaya pengobatan. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) sebagian besarnya merupakan penyakitpenyakit yang bila sudah menginfeksi
seseorang maka akan membutuhkan biaya pengobatan dan perawatan yang cukup tinggi yang
tentunya akan membebani negara, masyarakat serta keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk
program imunisasi sangat jauh lebih rendah dibandingkan total potensi biaya yang harus
dikeluarkan bila masyarakat terkena PD3I.
PERMASALAHAN

Dalam masa pandemi COVID-19 Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa
Pandemi COVID-19 12 ini, imunisasi tetap harus diupayakan lengkap sesuai jadwal untuk
melindungi anak dari PD3I. Pelayanan imunisasi pada masa pandemi COVID-19 dilaksanakan
sesuai kebijakan pemerintah daerah setempat, berdasarkan analisis situasi epidemiologi
penyebaran COVID-19, cakupan imunisasi rutin, dan situasi epidemiologi PD3I. Pelayanan
imunisasi dilaksanakan sesuai prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga
jarak aman 1 – 2 meter. Dinas kesehatan harus berkoordinasi dan melakukan advokasi kepada
pemerintah daerah setempat dalam pelayanan imunisasi pada masa pandemi COVID-19. Selain
itu, petugas kesehatan diharapkan dapat memantau status imunisasi setiap sasaran yang ada di
wilayah kerjanya.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Pelaksanaan imunisasi dasar dan lanjutan tetap harus sesuai jadwal, namun poli imunisasi
yang masih berada didalam gedung dan bercampur dengan pasien yang sakit, perlu dilakukan
intervensi untuk pencegahan penularan penyakit terutama di masa pandemi. Intervensi yang
dilakukan adalah dengan melaksanakan imunisasi dengan memodifikasi jadwal imunisasi di
waktu ketika pasien puskesmas lebih minimal dan melaksanakan kegiatan imunisasi sesuai
prinsip PPI.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Senin-Kamis
Waktu : Pukul 13.00 s/d 14.00 wita
Tempat : Poli Imunisasi Puskesmas Bontang Utara II
Sasaran : Balita peserta imunisasi
Proses Pelaksanaan : Melakukan pemberian imunisasi dasar dan lanjutan pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara II dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan
menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai.
MONITORING DAN EVALUASI

Kegiatan imunisasi telah dilaksanakan cukup baik. Namun masih banyak pasien yang belum
mengetahui jadwal imunisasi yang dilakukan di Puskesmas pada siang hari. Banyak pasien yang
mengira bahwa kegiatan imunisasi tidak dilaksanakan sejak kegiatan posyandu dihentikan pada
saat pandemi. Penyuluhan mengenai jadwal terbaru imunisasi ini perlu lebih disebarkan, salah
satu caranya melalui kader posyandu yang berkontak langsung dengan masyarakat.
F.3 BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH

TANGGAL :

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian,
kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular adalah imunisasi. Upaya imunisasi
telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi
belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit, sejak anak mulai memasuki usia sekolah
dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi,
pada usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi dengan lingkungan baru dan bertemu dengan
lebih banyak orang sehingga beresiko tertular atau menularkan penyakit, maka pemerintah
melalui kementerian kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan
program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14 November 1987 melalui surat
keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, dan Menteri Dalam Negeri. BIAS merupakan kegiatan pemberian imunisasi rutin
lanjutan bagi anak usia sekolah kelas 1,2,5 dan 6 SD/MI/Sederajat.

PERMASALAHAN

Pelaksanaan BIAS di masa pandemi tentu mempunyai banyak tantangan. Menurut


rekomendasi KEMENKES tentang pelaksanaan BIAS di masa pandemi bagi daerah Zona hijau
dimana sekolah sudah dapat dibuka, maka kegiatan BIAS dapat dilaksanakan seperti biasa di
sekolah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Bagi daerah zona kuning, orange dan
merah atau zona dimana sekolah belum dapat dibuka, maka pelaksanaan BIAS dapat
dilaksanakan dengan beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan sesuai dengan kebijakan
setempat sebagai berikut :
Alternatif 1 : BIAS dilaksanakan di sekolah. Dalam hal ini, Puskesmas berkoordinasi dengan
sekolah yang ada di wilayah kerjanya untuk menentukan jadwal imunisasi bagi masing-masing
sekolah. Protokol pemberian imunisasi di sekolah pada situasi pandemi Covid 19.

Alternatif 2 : BIAS dilaksanakan di Puskesmas. Puskesmas berkoordinasi dengan sekolah yang


ada di wilayah kerjanya untuk menentukan jadwal bagi masing-masing siswa/sekolah. Pihak
sekolah membuat edaran kepada orang tua siswa agar membawa anaknya ke Puskesmas sesuai
jadwal yang disepakati oleh sekolah dan Puskesmas

Alternatif 3 : BIAS dilaksanakan melalui Puskesmas Keliling. Bila kegiatan BIAS tidak dapat
terlaksanakan di sekolah maupun Puskesmas atau sasaran berada di wilayah yang sulit
dijangkau, maka dapat dilakukan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak berupa kegiatan
Puskesmas Keliling.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Kelurahan Guntung dan Loktuan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Bontang
Utara II merupakan daerah zona kuning, pembelajaran tatap muka di sekolah belum
dilaksanakan sehingga perlu dilakukan modifikasi pada pelaksanaan BIAS. BIAS dilaksanakan
di sekolah dengan mematuhi protokol COVID-19. Siswa yang mendapat imunisasi dibagi
berdasarkan kelas dan jam kedatangan dibagi sehingga protokol menjaga jarak tetap dapat
dilaksanakan.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Kamis, 11 November 2021


Waktu : Pukul 08.00 s/d selesai
Tempat : SD Imanuel Loktuan
Sasaran : Siswa kelas 1, 2 dan 5
Proses Pelaksanaan : Melakukan pemberian imunisasi lanjutan pada siswa dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan dan menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai.
MONITORING DAN EVALUASI

Kegiatan BIAS telah dilakukan dengan cukup baik dengan memperhatikan protokol
COVID-19 selama pelaksanaannya. Namun beberapa siswa tidak datang karena kurang
informasi, beberapa siswa datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek, sehingga pemberian
vaksin ditunda. Siswa yang tidak mendapatkan vaksin di sekolah dapat melakukan imunisasi
susulan di Puskesmas. Beberapa orang tua juga mengira bahwa vaksin yang diberikan adalah
vaksin COVID-19, sehingga tidak memperbolehkan anaknya untuk datang mendapat vaksin.
Perlu dilakukan penyuluhan kembali terutama pada orang tua siswa mengenai jenis vaksin yang
diberikan.
F.3 KELAS BALITA

TANGGAL : 16 Juli 2021

PESERTA HADIR : Ibu dengan Balita di wilayah Puskesmas Bontang Utara II

LATAR BELAKANG

Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai
macam gangguan kesehatan (kesakitan maupun kematian). Oleh karena itu Kementerian
Kesehatan RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini,
antara lain Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu balita merupakan suatu aktifitas
belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (0-5th)
dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator dengan memakai buku KIA sebagai alat
pembelajaran. Buku Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA) yang merupakan buku
berisi catatan informasi kesehatan ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5tahun. Bagi ibu
balita, kelas ini merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya, dan memperoleh
informasi penting seputaran balita. Bagi petugas kesehatan yaitu UPTD Puskesmas Bontang
Utara II penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang
kesehatan ibu dan balita serat dapat menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan ibu balita dan
masyarakat.

Diharapkan dengan diadakan kelas ibu balita ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kesehatan balita, gizi dan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.

PERMASALAHAN

Sebagaimana diketahui bahwa target MDGs 4 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup. Hasil sementara Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015
menunjukkan AKB 22 per 1.000 kelahiran hidup dan AKBA 26 per 1.000 kelahiran hidup.
Artinya target MDG 4 dalam penurunan kematian Bayi dan Balita, tercapai. Meski demikian
jumlah kematian Balita secara absolut masih tetap tinggi, terutama kematian pada kelompok usia
neonatal.

Pneumonia, penyakit bawaan, dan diare adalah penyebab kematian utama pada anak usia dini –
masing-masing mencakup 36 %, 13 % dan 10 % dari semua penyebab kematian balita – serta
komplikasi neonatal, cedera, campak dan malaria di daerah endemis. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya pengetahuan ibu terkait penyakit dan tatalaksana pada anak usia dini,

Kota Bontang khususnya wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara II termasuk dalam zona merah
penyebaran COVID-19, sehingga kelas ibu balita secara offline tidak dapat dilaksanakan. Hal ini
menyebabkan berkuranganya cakupan evlauasi kesehatan ibu dan balita dibandingkan
sebelumnya. Oleh karena itu dilaksanakan kelas ibu balita secara online agar pengetahuan ibu
terhadap penyakit dan tatalaksana pada anak usia dini tetap dapat berjalan.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Kelas ibu balita dilaksanakan setiap Jumat secara online melalui videocall grup Whatsapp. Setiap
ibu akan diedukasi mengenai penyakit pada balita seperti diare, cacingan, kaki gajah dan demam
berdarah. Pada akhir sesi kelas, diberikan kesempatan bertanya kepada ibu balita sehingga
tedapat komunikasi dua arah dan feedback terhadap fasilitator terkait materi kelas.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Jumat, 16 Juli 2021


Waktu : Pukul 09.00 WITA s/d selesai
Tempat : Puskesmas Bontang Utara II
Sasaran : Seluruh ibu dengan balita di wilayah Puskesmas Bontang Utara II
Proses Pelaksanaan : Materi yang disampaikan yaitu ispa, dbd dan diare. Penyampaian materi
meliputi pengertian penyakit, diagnosis, tatalaksana, dan cara pencegahannya. Materi
disampaikan kepada 6 orang ibu yang memiliki balita berusia 1-5 tahun. Pada akhir sesi,
dilakukan sesi tanya jawab terkait materi maupun penyakit pada balita lainnya.
MONITORING DAN EVALUASI

Pada masa pandemi, terjadi penurunan jumlah peserta kelas ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas Bontang Utara II. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu balita terhambat mengikuti
kelas yaitu adanya kesibukan mengurus rumah tangga, kesulitan dalam menggunakan gadget,
dan keterbatasan kuota serta kurang efektifnya kelas online dibandingkan kelas offline dalam
memahami materi yang disampaikan.
F.3 PEMERIKSAAN IVA TEST

TANGGAL :

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Berdasarkan data WHO penyakit kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia,
dimana kanker sebagai penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit
kardiovaskular. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya
meninggal dunia. Diperkirakan pada 2030 kejadian tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang
dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang
kejadiannya akan lebih cepat. Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk. Prevalensi
kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali (2‰),
Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil. Kanker tertinggi di Indonesia pada
perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kejadian kanker leher rahim tersebut antara lain paritas tinggi dengan jarak
persalinan pendek, melakukan hubungan seksual pada usia muda atau menikah di usia muda,
berganti-ganti pasangan seksual, perokok pasif dan aktif, penggunaan kontrasepsi oral dalam
jangka waktu yang lama lebih dari 5 tahun, penyakit menular seksual, dan status ekonomi yang
rendah. Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada wanita akibat
rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada masyarakat. Deteksi dini
pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam kesehatan untuk
mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat kanker tersebut. Sebagian besar wanita yang
didiagnosis kanker leher rahim tidak melakukan skrinning test atau menindak lanjuti setelah
ditemukan hasil yang abnormal, selain itu biaya untuk pemeriksaan dini kanker serviks tersebut
tidak murah, sehingga keterlambatan pemeriksaan pun terjadi akibat kurangnya pengetahuan
pada masyarakat tentang kanker serviks, sehingga kesadaran untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks tidak dilaksanakan. Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting
dilakukan, karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap
prakanker. Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan program deteksi dini (skrinning)
dan pemberian vaksinasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan Pap
Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium), kolposkopi
(pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan teropong), biopsy (pemeriksaan dengan
mengambil sedikit jaringan serviks yang dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam
Asetat). Tes IVA adalah sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan pengamatan secara
langsung. Berdasarkan hasil uji diagnostik, pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas 84%,
spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%, dan nilai duga negatif 88%,sedangkan pemeriksaan pap
smear memiliki sensitifitas 55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, dan nilai duga negatif
69%, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan IVA lebih cepat
memberikan hasil sensitivitas yang tinggi. Metode IVA ini merupakan sebuah metode skrinning
yang praktis dan murah, sehingga diharapkan temuan kanker serviks dapat diketahui secara dini.

PERMASALAHAN

Penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada wanita salah satunya adalah akibat
rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada masyarakat. Oleh karena
itu, diperlukan deteksi dini pada kanker serviks untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan
akibat kanker serviks.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Pemeriksaan IVA dilakukan dengan melihat langsung leher rahim yang telah di olesi dengan
larutan asam asetat 3- 5 %. Setelah ditunggu 1- 2 menit akan terlihat bercak putih bila terdapat
perubahan pada mulut rahim.
Syarat melakukan pemeriksaan IVA :
- Sudah pernah melakukan hubungan seksual
- Tidak sedang datang bulan / haid
- Tidak sedang hamil
- Tidak boleh melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum pemeriksaan

PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Setiap hari Rabu
Waktu : Pukul 08.00 WITA s/d selesai
Tempat : Poli KIA Puskesmas Bontang Utara II
Proses Pelaksanaan : Pemeriksaan IVA dilakukan dengan melihat langsung leher rahim yang
telah di olesi dengan larutan asam asetat 3- 5 %. Setelah ditunggu 1- 2 menit akan terlihat bercak
putih bila terdapat perubahan pada mulut rahim.
- Hasil Tes-positif : bila diketemukan plak putih yang tebal berbatas tegas atau epitel acetowhite
(bercak putih), terlihat menebal dibanding dengan sekitarnya , seperti leukoplasia, terdapat pada
zona transisional, menjorok ke arah endoserviks dan ektoserviks.
- Positif 1 (+) : samar, transparan, tidak jelas,terdapat lesi bercak putih yang ireguler pada
serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular), geograpic acetowhite lessions
yang terletak jauh dari sambungan skuamosa.
- Positif 2 (++) : lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai kesambungan
skumokolumnar. Lesi acetowhite yang luas circumorificial, berbatas tegas, tebal, dan padat.
Pertumbuhan pada serviks menjadi acetowhite.
- Hasil Tes-negatif: permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu. Bila area bercak putih
yang berada jauh dari zona transformasi. Area bercak putih halus atau pucat tanpa batas jelas.
Bercak bergaris-garis seperti bercak putih. Bercak putih berbentukgaris yang terlihat pada batas
endocerviks. Tak ada lesi bercak putih. Bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi.
Garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan skuamokolumnar.
- Hasil normal : titik-titik berwarna putih pucat di area endoserviks, merupakan epitel kolumnar
yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat. Licin,merah muda, bentuk porsio nomal.

MONITORING DAN EVALUASI

Pemeriksaan IVA telah terlaksana dengan baik. Dengan memisahkan jadwal pemeriksaan IVA
dan pemeriksaan ibu hamil diharapkan tidak terjadi penumpukan pasien di poli KIA sehingga
tetap dapat melakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan protokol COVID-19. Masih banyak
ibu yang masih belum mengetahui pemeriksaan IVA baik dari prosedur, manfaat, dan syarat
pelaksanaannya sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan edukasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai