Anda di halaman 1dari 8

Nama : Filzah Afdha Amalina

NIM : 22030119130096
Kelas : A (Genap)

SEMINAR PEKAN MENYUSUI SEDUNIA: MANAJEMEN MENYUSUI BAYI


PADA PANDEMI COVID-19

A. MATERI
1. Dukungan Pemerintah bagi Ibu Menyusui pada Masa Pandemi COVID-19
Dasar hukum kesehatan untuk pemberian ASI pada bayi sudah diatur di
dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 128 yang menyatakan bahwa setiap
bayi berhak mendapatkan ASI. Akan tetapi, dukungan pemberian ASI tidak hanya
dilakukan oleh sang ibu, tetapi juga dengan bantuan keluarga, pemerintah, serta
masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah berharap bahwa di tempat kerja disediakan
fasilitas untuk ibu menyusui.
Dalam pelaksanaan Pekan Air Susu Ibu Sedunia pada tahun 2010 yang
bertepatan dengan 20 tahun Deklarasi Innocenti telah mengamanatkan perlunya
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Maka dari itu, terbitlah
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia No. 03 Tahun 2010. Dari dasar-dasar tersebut maka tujuan pemberian ASI
adalah menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI sejak dilahirkan
sampai dengan berusia minimal 2 tahun, memberikan perlindungan kepada ibu
dalam memberikan ASI kepada bayinya, dan meningkatkan peran dan dukungan
keluarga, masyarakat, dan pemerintah terhadap pemberian ASI.
Di masa pandemi ini, pasti terdapat tantangan bagi ibu dalam menyusui
bayinya seperti status kesehatan ibu, ibu meninggal, terbatasnya dukungan bagi ibu
menyusui, dan penurunan jumlah kunjungan ibu ke faskes. Untuk ibu menyusui
yang meninggal, maka pemerintah akan melakukan upaya pendataan untuk dapat
melakukan langkah-langkah selanjutnya.
Di samping itu, bentuk dukungan lain dari pemerintah untuk ibu menyusui
antara lain:
a. Pemerintah juga telah menyediakan vaksin COVID-19 kepada ibu menyusui
sebagai bentuk perlindungan kepada ibu menyusui dari COVID-19.
b. Program PMT bagi ibu menyusui dan posyandu tetap berjalan di masa pandemi
dengan petugas datang ke rumah.
c. Layanan konseling secara online bagi ibu menyusui terkait pemberian ASI dan
permasalahan menyusui.
d. Pemerintah telah menyediakan bidan yang paham tentang manajemen laktasi
dimasa pandemi COVID-19 bagi ibu menyusui
e. Pemerintah menerbitkan beberapa panduan dan pedoman bagi ibu menyusui di
masa pandemi COVID-19 dan dipromosikan kepada ibu hamil, ibu menyusui,
keluarga dan masyarakat mulai dari tingkat desa melalui bidan desa, puskesmas
dan rumah sakit serta melalui media sosial lainnya.
f. Penyediaan pojok laktasi di semua tempat kerja (kantor pemerintah,
perusahaan, tempat umum, dll) dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Pada masa pandemi ini, angka ibu hamil juga meningkat, untuk mengatasi
hal tersebut, pemerintah mencegah adanya perkawinan anak melalui program Jo
Kawin Bocah sehingga mencegah kematian ibu dan anak. Selain itu, pelayanan KB
juga tetap berjalan meskipun di tengah badai pandemi yang tak kunjung usai.

2. Rekomendasi Global Menyusui pada Masa Pandemi COVID-19


Pekan Menyusui Sedunia dirayakan setiap minggu pertama bulan Agustus
(1-7 Agustus) dimana merupakan gerakan menyusui secara global dan menyediakan
perlindungan dan dukungan bagi para ibu menyusui, serta mempromosikan ASI
sebagai asupan terbaik untuk bayi dan anak. Rekomendasi WHO dan UNICEF
dalam upaya mendukung menyusui yaitu:
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah persalinan pada satu jam pertama
persalinan.
b. Menyusui eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan (dengan tidak memberikan
makanan atau minuman apapun termasuk air)
c. Berikan Makanan Pendamping ASI saat bayi berusia 6 bulan.
d. Menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih dengan Makanan Pendamping ASI
yang tepat dan aman.
Menyusui itu penting karena ASI adalah sumber gizi yang terbaik dimana
ASI terdapat antibodi, hormon, dan enzim yang tidak terdapat di dalam susu
formula. Selain itu, komposisi ASI juga berubah sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI
juga melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi dan penyakit lainnya. Manfaat ASI
juga bukan hanya untuk sang bayi tetapi juga untuk sang ibu dimama dapat
mencegah terjadinya kanker payudara.
Tantangan pemberian ASI selama masa pandemi adalah terkendalanya
layanan konseling dan dukungan dari konselor bagi ibu menyusui. Pemberian ASI
yang optimal sangat penting karena merupakan salah satu cara paling efektif untuk
memastikan kesehatan dan keberlangsungan hidup anak. Di samping itu, para ibu
yang terkonfirmasi positif COVID-19 masih sering merasa cemas dan takut dapat
menularkan virus tersebut kepada bayinya. Namun, berdasarkan penelitian terbaru
dinyatakan bahwa COVID-19 tidak terdeteksi di dalam ASI ibu yang terkonfirmasi
positif COVID-19. Jadi, COVID-19 tidak ditularkan melalui ASI dan ibu tetap dapat
memberikan ASI kepada bayinya dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Jika seorang Ibu menyusui positif COVID-19 dengan kondisi cukup parah
atau komplikasi lainnya dan tidak bisa menyusui langsung, maka dapat diberikan
ASI perah, donor ASI, Ibu susu, atau pemberian susu formula berdasarkan
rekomendasi dokter. Selain itu, ibu menyusui juga aman untuk diberikan vaksinasi
dengan syarat suhu tubuh dibawah 37,5 derajat celcius, tidak demam atau batuk
selama 7 hari terakhir, tidak kontak dengan pengidap COVID-19, tekanan darah
tidak tinggi, serta memenuhi syarat sesuai skrining riwayat kesehatan.

3. Keamanan Menyusui pada Ibu yang Menjalankan Isolasi Mandiri


ASI mengandung zat penangkal penyakit antara lain makrofag, limfosit,
immunoglobulin, dan laktoferin yang berfungsi untuk membunuh kuman. ASI harus
diberikan secara eksklusif selama 6 bulan karena untuk menjamin tumbuh kembang
bayi sampai umur 6 bulan. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan enzim-enzim
pencernaannya belum sempurna.
Pembatasan sosial selama pandemi virus corona (COVID-19) menimbulkan
kekhawatiran dan stres bagi banyak orang. Termasuk ibu dengan bayi dan anak
memiliki kekhawatiran lain terkait perlindungan yang memadai untuk anak mereka.
Menurut survei nasional yang dilakukan oleh Kemenkes RI dengan dukungan
UNICEF, konseling menyusui di masa pandemi hanya menjangkau kurang dari 50
persen ibu dan pengasuh anak berusia di bawah dua tahun.
Para ibu yang sedang menyusui tidak perlu khawatir karena semua bukti
menunjukkan bahwa menyusui sangat aman dan virus COVID-19 belum pernah
ditemukan di dalam ASI. WHO merekomendasikan bahwa ibu perlu didorong untuk
mulai menyusui dalam satu jam pertama pasca-persalinan dan memberikan ASI
secara ekslusif selama enam bulan pertama kehidupan anak, dan meneruskan
menyusui hingga anak berusia dua tahun atau lebih dengan makanan pendamping
ASI yang tepat.

Jika sang ibu terkonfirmasi positif COVID-19, maka tetap dapat diberikan
upaya rawat gabung bagi para ibu. Para ibu diperbolehkan menyusui langsung dan
memegang bayinya pada saat waktu menyusui, ibu wajib memakai masker dan
mencuci tangan serta membersihkan permukaan yang terpapar, Namun jika
memungkinkan beda ruang, bayi dipertemukan ibu saat waktu menyusui. Jika dalam
satu ruangan, jarak ibu bayi saat tidak menyusui sekitar 4-5 meter.
4. Dukungan Organisasi Masyarakat bagi Ibu Menyusui pada Masa Pandemi
COVID-19
Banyak Ibu yang gagal menyusui para bayinya dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
a. Kurangnya edukasi. Menganggap menyusui alami namun sayangnya kurangnya
pengetahuan mengakibatkan mudah percaya terhadap mitos-mitos, promosi
susu formula, dan tidak percaya diri.
b. Tidak mendapatkan dukungan. Banyak ibu yang tidak dapat menyusui karena
saat ada tantangan menyusui, ibu tidak mendapatkan dukungan dari keluarga,
lingkungan, tempat kerja, sistem kesehatan, dan pemerintah.

Tantangan yang sering dihadapi oleh para ibu menyusui antara lain:
a. Merasa ASI kurang dan masalah laktasi. Kurangnya informasi seputar
menyusui meyebabkan banyak ibu mengeluhkan tentang ASInya.
b. Promosi Formula. Kebijakan mengenai pemasaran produk pengganti ASI yang
kurang sehingga membuat ibu tidak percaya diri.
c. Kurang dukungan. Mulai saat awal proses kelahiran, di rumah dan saat ibu
mulai berkegiatan.

Bentuk-bentuk dukungan untuk ibu menyusui:


a. Meningkatkan sistem kesehatan dengan implementasi 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui. Selain itu juga dapat berinvestasi dalam pelatihan
konseling menyusui dan pelatihan kode internasional untuk tenaga kesehatan
serta mengintegrasikan kurikulum menyusui ke dalam sistem pendidikan
profesi.
b. Di tempat kerja dapat diberikan advokasi cuti berbayar sehingga
memungkinkan pemberian ASI eksklusif. Di samping itu juga dapat
membangun tempat kerja yang ramah menyusui yang sesuai dengan kode
Internasional.
c. Masyarakat juga dapat mendukung ibu-ibu menyusui dengan memantau dan
memperkuat penegakan peraturan perundang-undangan, membuat sistem
pelaporan pelanggaran kode Internasional, konsultasikan dengan konselor
menyusui, dan memastikan kontinuitas dalam mendukung ibu menyusui dengan
menghubungkan kelompok menyusui masyarakat dengan sistem kesehatan.
B. PEMBAHAS
1. Manajemen Menyusui Bayi pada Pandemi COVID-19
Masalah yang ada pada ibu menyusui di pandemi COVID-19 yaitu tertular
COVID–19 dan daya beli (masalah ekonomi). Namun, perlu diingat bahwa
keunggulan Air Susu Ibu yakni Mmngandung antibodi yang bersifat melidungi bayi
terhadap infeksi serta erupakan makanan yang paling ideal bagi bayi (praktis,
ekonomis)
ASI harus diberikan karena merupakan makanan yang ideal bagi bayi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, mendukung tumbuh kembang bayi,
meningkatkan ketahanan tubuh bayi, ASI mudah dicerna, serta mencegah bayi
stunting. Untuk mendukung ibu dapat menyusui secara optimal, maka dianjurkan
mengonsumsi makanan sebagai berikut:
a. Makanan yang dikonsumsi harus dapat memberikan manfaat.
b. Ibu menyusui sebaiknya tidak terlambat makan demi dirinya dan sang buah hati.
c. Ibu menyusui selalu mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan.
d. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks untuk
menghasilkan ASI yang berkualitas.
e. Menjauhi makanan manis dan berkalori yang berasal dari gula.
f. Konsumsi makanan yang alami untuk mempertahankan nilai gizi ASI.
g. Membuat kebiasaan makan yang baik di keluarga.
h. Tidak minum minuman beralkohol, obat-obatan, kopi, atau merokok karena bisa
memengaruhi produksi ASI dan menimbulkan gangguan pada ibu dan bayi.

2. Urgensi ASI bagi Pembangunan Bangsa


“Manusia lahir dari ibunya, makanan dari ibunyalah yang utama”.
Berdasarkan materi yang disampaikan, pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat
memberikan ASI kepada anak sesuai haknya, dan haknya tersebut harus dipenuhi
oleh ibunya, oleh keluarganya, oleh masyarakat, dan tentu oleh negara. Karena
negara hanya bisa tegak ketika bangsanya ada. Bangsanya ada dari manusia yang
lahir dengan sehat.
Tantangan;
a. Literasi/ketidakpahaman yang begitu tinggi baik pada ibu ataupun pengelola
negara.
b. Kemiskinan dan kesibukan.
c. Kalah promosi/iklan karena eksklusif dan tidak bisa dimanufaktur.
d. Perlu kesadaran bersama secara nyata.
Fungsi negara dalam kesehatan yaitu bagaimana menyambut manusia baru,
mempertahankan eksistensi bangsa, meningkatkan produktivitas bangsa, dan yang
terakhir adalah berterimakasih kepada bangsa. Situsasi yang diharapkan semua
orang yaitu pencegahan pada setiap tahapan yakni 4 sehat 5 semesta. Pertama
mampu hidup lebih aman untuk cegah COVID-19 dan memberikan ASI bagi setiap
bayi. Kedua, mampu bekerja bersama masyarakat. Ketiga mampu tangani penuhi
ASI se-Kabupaten/Kota. Keempat sehat epidemiologis. Kelima, health or and by
All.

3. Dukungan SUN Academia dalam Pemberian ASI pada Ibu Menyusui


Tugas SUN (Scalling Up Nutrition) adalah mempercepat pemecahan
masalah stunting dan gizi di Indonesia. SUN dibentuk oleh Bappenas beranggotakan
dari berbagai institute kesehatan dan gizi. Berdasarkan pengamatan, kejadian
stunting sudah terlihat saat anak berusia 6 bulan dan menanjak tajam pada usia 12
bulan. Hal ini dapat disebabkan oleh pemberian MP-ASI sebelum bayi menginjak
usia 6 bulan.
Bentuk dukungan SUN Academia dalam bentuk Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada
pendidikan, SUN Academia membantu mengintegrasikan kurikulum menyusui ke
dalam sistem pendidikan pada setiap organisasi profesi. Pada penelitian, SUN
Academia melakukan kajian tentang ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang,
kajian perilaku, dan kebiasaan menyusui. Pada pengabdian kepada masyarakat, SUN
Academia mengupayakan pemberian edukasi/konseling terhadap pemberian ASI
Eksklusif. SUN Academia juga membantu untuk ikut menangkal/meluruskan hoaks
terhadap menyusui, termasuk hoaks terhadap vakin COVID-19 pada ibu menyusui.

Anda mungkin juga menyukai