Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Santi Nuraini

NIM : P17324419035

JURUSAN D3 KEBIDANAN KARAWANG

PERAN BIDAN DALAM CONTINUUM OF CARE SEBAGAI UPAYA MENCEGAH


STUNTING

Continuum of care adalah pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari pra-kehamilan hingga
persalinan, periode postnatal, dan masa kanak-kanak yang disediakan oleh keluarga dan
masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik, dan faskes lainnya.

Ada 2 dimensi :

1. Waktu : Pra-kehamilan, masa kehamilan, persalinan, dan tahun-tahun awal


kehidupan.
2. Tempat : tingkat rumah, masyarakat, dan fasilitas kesehatan.

Tujuan :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
3. Mengenal secara dini adanya ketidanormalan atau komplikasi
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal
6. Mempesiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

Pendekatan Continuum of Care:

1. Continuum of care the life cycle : pelayanan yang diberikan pada siklus kehidupan
dari mulai prakonsepsi hingga lansia
2. Continuum of care pf pathway : penatalaksanaan yang meliputi tempat pelayanan dan
level pencegahan, integrasi program, pembiayaan dan stakeholder terkait serta peran
dari profesi dan perguruan tinggi.

Fokus CoC :

1. Masa Pra-Kehamilan : perlu diperhatikan terkait system reproduksi, status PMS,


keadaan status gizi, masalah penyakit fisik dan psikologis. Kesehatan Wanita hamil
akan berpengaruh terhadap 1000 hari pertama kehidupan bagi anak yang dimulai
sejak masa konsepsi sampai anak balita. Dan sebanyak 70% perempuan di Indonesia
mengalami anemia.
2. Masa Kehamilan-Persalinan : memperhatikan kesehatan anak dengan memberika
pelayanan kesehatan yang baik sejak dalam kandungan sampai masa neonatal melalui
pemeriksaan kehamilan teratur, pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil termasuk
pemerikan tablet Fe dan Asam Folat. Pemberian imunisasi TT dan upaya deteksi dini
komplikasi kehamilan dan persalinan melalui buku KIA ibu.
3. Masa Nifas : upaya inisiasi menyusui dini dan pemberian vit K neo. Inisiasi menyusui
dini sebagai penilaian awal apakah pemberian ASI akan berhasil atau tidak.
4. Masa Bayi, Balita, Anak Pra-Sekolah : difokuskan pada pemberian ASI eksklusif,
pemberian imunisasi dasar, pemberian vit A, pemantauan tumbuh kembang dan
pemberian imunisasi booster, serta manajemen terpadu bayi dan balita mengalami
sakit.
5. Masa Anak Sekolah dan Remaja : upaya deteksi dini tumbuh kembang anak sekolah
melalui skrinning/penjaringan anak sekolah dan remaja, konseling gizi HIV/AIDs,
NAPZA, dan upaya kesehatan sekolah. Serta, diberikan pelayanan kespro untuk bekal
remaja supaya memiliki pengetahuan tentang proses reproduksi yang menjadi
tanggung jawabnya.

Peran Bidan :

1. Pemberian Pelayanan Kebidanan


2. Pengelola Pelayanan Kebidanan
3. Pemberi penyuluhan dan konseling kepada pasien
4. Pendidik, pembibing, dan fasilitator klinik
5. Penggerak peranserta masyarakat dan pemberdayaan perempuan
6. Peneliti

STUNTING

Angka stunting di Indonesia masih tinggi dari tahun 2019 ke 2021 hanya 3,3% dari 27,7%
sampai 24,4%. Anjuran WHO angka stunting disebuah negara <20%. Dan target stunting Jabar
tahun 2024 yaitu 14% dengan prioritas ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun dengan intervensi
spesifik dan sensitive. Dengan semua desa di kab/kota menjadi prioritas secara bertahap.

Tempat pelayanan ANC dan persalinan sebagian besar di tempat praktek dokter/bidan sebesar
45,3%, tempat pelayanan ANC sebagian besar ditangani oleh bisa sebanyak 82,4%. (berdasarkan
data riskesdas 2018)

Penurunan AKI dan AKB :

1. Meningkatkan jumlah kunjungan ANC dari 4x menjadi 6x.


2. peningkatan kualitan layanan kesehatan
3. Pemberdayaan Masyarakat
4. Penguatan Tata Kelola

SPM terkait kesehatan keluarga : PP2/2018 tentang SPM bidang kesehatan, permenkes No. 4
tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada spm bidang kesehatan.

Standar pelayanan ibu hamil meliputi standar kuantitas mencakup 4x kunjungan selama periode
kehamilan (K4), dan standar kualitas mencakup 10T.

Pelayanan antenatal terpadu dilakukan ANC untuk mendeteksi masalah pada ibu, jika terdapat
permasalahan maka dilakukan penanganan lebih lanjut sesuai masalah dengan merujuk ibu untuk
menciptakan persalinan yang aman. Dengan syarat walaupun dirujuk bidan tetap melakukan
pemantauan pada pasien.

Pelayanan antenatal terpadu dengan gizi maka bidan melakukan kolaborasi dengan profesi gizi,
dengan menganjurkan ibu hamil untuk mengonsukmsi makanan dengan jumlah dan proporsi
yang seimban dengan gizi seimbang khusus ibu hamil, dengan membiasakan makan aneka ragam
makanan lebih banyak, batasi konsumsi makanan dengan garam tinggi, batasi kafein, pemberian
kalsium pada ibu. Dengan harapan mencegah KEK pada ibu hamil.

Integrasi berbagai program dalam pelayanan antenatal terpadu

1. Antisipasi defisiensi gizi


2. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi (PPIA), Eliminasi Sifilis/IMS lainnya
(Permenkes No. 52 Tahun 2017, pencegahan penularan Hepatitis dari Ibu ke Anak.
3. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan
4. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan
5. Pelayanan ANC dengan Riwayat Hipertensi
6. Pelayanan ANC dengan Riwayat Diabetes
7. Pelayanan ANC dengan Riwayat Thalasemia
8. Pelayanan Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil
9. Maternal Neonatal Tetanus Elimination
10. Penanggulangan Cacingan pada Ibu Hamil
11. Pelayanan ANC pada Masa Pandemic

Anda mungkin juga menyukai