Anda di halaman 1dari 8

Nama : Debora Carla Mariske Rembet

NIM : 711540120014
Tngkat/Kelas : 2A
Tugas MK : Promosi Kesehatan

Soal
1. - Apa perbedaan kunjungan dan kasus
- Kunjungan ibu menyusui, masa nifas, dan balita
- Kasus ibu menyusui, masa nifas, dan balita
2. Apa itu PWS KIA
3. Target
4. Contoh laporan harian, mingguan, dan bulanan
5. Kriteria/persyaratan puskesmas induk, puskesmas pembantu, dan puskesmas
keliling
6. Apa saja dan berapa program yang ada di puskesmas

Jawaban
KUNJUNGAN DAN KASUS TENTANG IBU MENYUSUI
Pekan Menyusui Dunia: UNICEF dan WHO menyerukan Pemerintah dan
Pemangku Kepentingan agar mendukung semua ibu menyusui di Indonesia selama
COVID-19
Pada perayaan Pekan Menyusui Dunia yang jatuh pada tanggal 1-7 Agustus,
UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pemerintah dan
semua pemangku kepentingan untuk mempertahankan dan mempromosikan akses
kepada layanan yang memungkinkan para ibu untuk tetap menyusui selama
pandemi COVID-19.
Inisiasi menyusu dini dan menyusui secara eksklusif membantu anak-anak
bertahan hidup dan membangun antibodi yang mereka butuhkan agar terlindung
dari berbagai penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare
dan pneumonia. Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan
ASI memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tes inteligensi, kemungkinan
mengalami obesitas dan kelebihan berat badan lebih kecil, dan kerentanan
mengalami diabetes semasa dewasa kelak lebih rendah. Peningkatan angka ibu
menyusui secara global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak
usia balita dan dapat mencegah penambahan 20.000 kasus kanker payudara pada
perempuan setiap tahunnya.
Namun, di Indonesia, hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya sedikit lebih dari 5 persen anak yang
masih mendapatkan ASI pada usia 23 bulan. Artinya, hampir setengah dari seluruh
anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan selama dua tahun
pertama kehidupan. Lebih dari 40 persen bayi diperkenalkan terlalu dini kepada
makanan pendamping ASI, yaitu sebelum mereka mencapai usia 6 bulan, dan
makanan yang diberikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Akibat pandemi COVID-19, akses kepada layanan esensial seperti konseling
menyusui di rumah sakit, klinik kesehatan, dan melalui kunjungan ke rumah serta
pada Rumah Sakit Sayang Bayi telah terganggu. Informasi tidak tepat yang beredar
tentang keamanan menyusui telah menurunkan angka ibu menyusui karena para
ibu takut menularkan penyakit kepada bayi mereka.
“Pada saat ini, ketika layanan kesehatan masyarakat terhambat, kita sangat perlu
memahami manfaat luar biasa dari ASI dan interaksi ibu dan bayinya dalam
mencegah penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak serta
mempromosikan kesehatan dan perkembangan anak,” ujar Dr. Paranietharan,
Perwakilan WHO untuk Indonesia.
Bagi ibu yang terkonfirmasi atau menjadi pasien suspek COVID-19, UNICEF dan
WHO tetap mendorong kelanjutan menyusui selama pandemi tanpa memisahkan
ibu dari bayinya, sambil tetap memperhatikan langkah pengendalian penularan
yang tepat. Saat ini, belum ada data yang cukup untuk menyimpulkan bahwa
COVID-19 ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak melalui menyusui; di sisi
lain, penghentian pemberian ASI dan pemisahan ibu dari bayinya bisa
menimbulkan konsekuensi yang signifikan. Dengan demikian, manfaat pemberian
ASI tampak melampaui potensi risiko penularan secara substansial.
“Sepanjang pandemi COVID-19, kita harus terus mempromosikan menyusui
sebagai cara penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan anak dan ibu,” kata
Perwakilan UNICEF Indonesia Debora Comini. “Bersama-sama, kita bisa
mendukung keluarga-keluarga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
tumbuh kembang anak, termasuk pada masa pandemi.”
Untuk mendukung praktek menyusui secara berkesinambungan dan optimal,
UNICEF dan WHO mengimbau pemerintah dan para pemangku kepentingan agar
meningkatkan investasi yang dibutuhkan untuk melindungi dan mendukung
pemberian ASI, termasuk:
-Memprioritaskan layanan dan program untuk melindungi, mempromosikan, dan
mendukung pemberian ASI sebagai komponen kesehatan dan gizi yang amat
penting dalam merespons pandemi COVID-19;
-Melanjutkan dukungan kepada ibu menyusui melalui peningkatan konseling yang
berkualitas dan penyediaan informasi yang akurat tentang gizi ibu, bayi, dan anak,
serta memperkuat layanan Rumah Sakit Sayang Bayi;
-Mengakhiri promosi produk pengganti ASI agar ibu dan pengasuh bisa membuat
keputusan yang terbaik mengenai pemberian makan kepada bayi.

KUNUNGAN KASUS TENTANG MASA NIFAS


PENTINGNYA PERAWATAN SELAMA MASA NIFAS
Masa nifas adalah masa pemulihan paska persalinan hingga seluruh organ
reproduksi wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Masa nifas ini
berlangsung sekitar 6-8 minggu paska persalinan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
saat masa nifas antara lain, suhu, pengeluaran lochea, payudara, traktur urinarius,
dan sistem kardiovaskuler. Selain dari segi klinik ibu, kondisi kejiwaan ibu paska
persalinan juga harus selalu dipantau dan diberi dukungan. Tak jarang kondisi
kejiwaan ini disepelekan dan menjadi salah satu faktor menurunnya kondisi ibu
paska persalinan yang berujung pada kematian, seperti kisah RA Kartini. Di
Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebanyak 305 ibu meninggal dalam masa nifas
tiap 100.000 kelahiran. Berbagai pelayanan dan pelatihan perawatan paska
persalinan, utamanya pada masa nifas gencar dilakukan oleh kementrian kesehatan
maupun berbagai fasilitas kesehatan, harapannya perlahan tapi pasti AKI di
Indonesia bisa diturunkan.
Angka kematian ibu di Indonesia masih menjadi salah satu tujuan penting untuk
diturunkan. Pada tahun 2015 AKI tercatat 305 jiwa per 100.000 kelahiran dari
target seharusnya 102 jiwa per 100.000 kelahiran. Peran tenaga kesehatan selama
dan paska persalinan sangat berperan dalam penurunan AKI. 68,6% persalinan di
Indonesia dibantu oleh bidan, 18,5% dibantu dokter, 11,8% oleh tenaga non
kesehatan seperti dukun bayi, dan 0,8% tanpa ada penolong.
Penyebab kematian ibu paling banyak adalah perdarahan yang biasanya terjadi
selama masa nifas. Masa nifas merupakan masapemulihan organ reproduksi paska
persalinan dan merupakan masa yang penting bagi ibu maupun bayi. Masa nifas ini
diperkirakan terjadi selama 6-8 minggu. Paska persalinan, meskipun sudah
dinyatakan baik-baik saja dan diperbolehkan pulang namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh ibu selama masa nifas:
1. Melakukan kontrol/ kunjungan minimal 4 kali, yaitu pada 6 jam, 6 hari, 2
minggu, dan 6 minggu setelah persalinan.
2. Memeriksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda
infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin.
3. Menilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa
lelah, dan nyeri punggung.
4. Pastikan kondisi psikologis ibu baik. Bagaimana suasana emosinya, pastikan
mendapat dukungan dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan
bayinya.
5. Mendapatkan vaksin tetanus bila perlu.
6. Memberikan edukasi untuk menemui dokter jika terjadi perdarahan
berlebihan, sekret vagina berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau sesak,
bengkak di wajah dan alat gerak, serta payudara terasa nyeri atau bengkak.
Kondisi klinis ibu yang perlu diperhatikan selama masa nifas antara lain suhu,
tidak boleh mengalami peningkatan hingga lebih dari 38oC. Bila terjadi selama 2
hari berturut-turut curigai adanya infeksi dan ibu dianjurkan segera ke dokter.
Amati perubahan payudara, apakah lebih nyeri, kencang, atau membengkak meski
sudah digunakan untuk menyusui. Bila hal tersebut terjadi segera menuju dokter
atau fasilitas kesehatan terdekat. Selain itu buang air kecil sering dirasa sulit pada
24 jam pertama karena mengalami kompresi antara kepala bayi dan tulang pubis
ibu selama persalinan. Nilai Hb, hematokrit, dan eritrosit akan mengalami naik-
turun/ fluktuatif pada 1-2 minggu paska persalinan. Namun bila nilainya menurun
cukup jauh dari batas normal setelah beberapa hari persalinan ibu dianjurkan
segera menemui dokter atau menuju ke fasilitas kesehatan terdekat.
Selain kondisi klinis dan psikologi ibu berbagai hal lain juga perlu diperhatikan
seperti kebersihan diri, istirahat yang cukup, latihan atau olah raga khususnya pada
bagian otot perut, asupan gizi, dan juga cara menyusui serta merawat payudara
selama masa nifas. Selain itu edukasi terkait kapansenggama aman dilakukan
paska persalinan danperencanaan kehamilan berikutnya serta penggunaan alat
kontrasepsi.
KUNJUNGAN KASUS TENTANG BALITA
FAKTOR RISIKO FREKUENSI KUNJUNGAN BALITA PADA KASUS
PNEUMONIA DI PUSKESMAS
Abstract
Latar Belakang: Batuk berulang pada balita dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan balita dan meningkatkan kunjungan ulang balita ke pelayanan
kesehatan. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan frekuensi kunjungan karena batuk pada balita.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penelitian ini
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat
tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 133 ibu dan balita yang
memiliki keluhan batuk.
Hasil: Hasil studi statistik frekuensi kunjungan karena batuk rata-rata 3 kali
kunjungan dalam setahun dengan maksimal kunjungan 10 kali. Hasil analisis
multivariat ditemukan hubungan bermakna faktor klasifikasi batuk dan musim
hujan.
Kesimpulan: Faktor klasifikasi batuk pada balita (pneumonia) merupakan faktor
yang memiliki pengaruh paling besar terhadap frekuensi kunjungan karena batuk
pada balita, sehingga perlu diberikan informasi pada keluarga untuk mencegah dan
menanggulangi penyakit pneumonia yang dapat meningkatkan kunjungan balita
karena batuk.

1. System Pemantauan Wilayah Setempat Kesehaan Ibu Dan Anak atau PWS KIA
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kemenkes dalam menyajikan bentuk
pencatatan dan pelaporan pemantauan kesehatan ibu dan anak melalui suatu
program system informasi terpadu.
Data Sasaran diproleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan.
Seorang bidan di desa/kelurahan di bantu para kader dan dukun
bersalin,membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah
serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya
ibu yang hamil, neonates dan anak balita. Data sasaran di peroleh bidan di
desa/kelurahan dari para kader dan dukun bersalin yang melakukan pendataan
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi, dan anak balita dimana sasaran
tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan
rumahnya.
2. Penetapan target puskesmas
Target puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentuk angka nominal atau persentase
yang anak dicapai puskesmas pada akhir tahun.
3.
4. Puskesmas pembantu merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan
berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang
lingkup wilayah yang lebih kecil secara jelas dan kopentensi pelayanan yang
disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
Puskesmas keliling merupakan kegiatan puskesmas yang bertujuan
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan
promotif dan preventif. Puskesmas keliling memiliki fasilitas berupa kendaraan
bermotor roda 4 atau 4,peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, dan tenaga
kerja dari puskesmas.
5. 1. Promosi kesehatan
2. pencegahan penyakit menular
3. Tiga program kesehatan
4. kesehatan ibu dan anak
5. upaya peningkatan gizi
6. kesehatan lingkungan
7. pencatatan dan pelaporan

Anda mungkin juga menyukai