Anda di halaman 1dari 11

Pemasangan Implan

Identitas Pasien :

Kegiatan ini sudah dilakukan di bagian KIA dan sudah menjadi program puskesmas, dan melakukan
pelepasan dan pemasangan implan pada pasien rutin pada pemasangan implan

Latar Belakang :

Keluarga berencana (KB) adalah salah satu program pemerintah untuk menginstruksikan kepada
seluruh keluarga di Indonesia untuk memiliki 2 anak dalam 1 keluarga. Indonesia memiliki ratusan
juta penduduk hingga saat ini. Pemerintah mengajukan kepada seluruh warga untuk mengikuti KB
(Keluarga Berencana). hal ini adalah salah satu program untuk menekan angka populasi penduduk
indonesia. ada beberapa jenis metode yang digunakan untuk melakukan KB (Keluarga Berencana),
alat yang digunakan terbagi menjadi 2 yaitu ada yag mempengaruhi kerja hormon ada yang tidak
mempengaruhi kerja hormon, yang termasuk hormonal adalah kb pil dan b suntik, sedangkan yang
tidak mempengaruh hormon itu adalah spiral, Kondom dan metode kalender, tetapi dalam beberapa
hal ini disesuaikan dengan keinginan pasien dalam segi sosial, budaya dan ekonomi.

Ringkasan Pelaksanaan :

Hal ini dilakukan oleh dokter internsip dan di assisteni oleh bidan dan tenaga medis lainnya, untuk
pelepasan dan pemasangan kembali implan.

Pemasangan IUD

Identitas Px :

Perencanaan penggunaan IUD dan memberikan edukasi pada pasien yang ingin menggunakan IUD
dan menyebutkan apabila ada tanda-tanda perdarahan segera melaporkan ke bidan atau langsung ke
IGD saja.

Latar Belakang :

keluarga berencana (KB) adalah salah satu program pemerintah untuk menginstruksikan kepada
seluruh keluarga di Indonesia untuk memiliki 2 anak dalam 1 keluarga. Indonesia memiliki ratusan
juta penduduk hingga saat ini. Pemerintah mengajukan kepada seluruh warga untuk mengikuti KB
(Keluarga Berencana). hal ini adalah salah satu program untuk menekan angka populasi penduduk
indonesia. ada beberapa jenis metode yang digunakan untuk melakukan KB (Keluarga Berencana),
alat yang digunakan terbagi menjadi 2 yaitu ada yag mempengaruhi kerja hormon ada yang tidak
mempengaruhi kerja hormon, yang termasuk hormonal adalah kb pil dan b suntik, sedangkan yang
tidak mempengaruh hormon itu adalah spiral, Kondom dan metode kalender, tetapi dalam beberapa
hal ini disesuaikan dengan keinginan pasien dalam segi sosial, budaya dan ekonomi.

Ringkasan Pelaksanaan :

Hal ini dilakukan oleh dokter internsip dan dipandu oleh bidan dan supervisor yang ada di KIA pada
bulan Desember.
ANC

Identitas Px :

Ny. X, usia xx tahun, GxPxAx, UK xx minggu

Trimester 1 = 2 orang, Trimester 3 = 3 orang

Latar belakang :

Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana


seorang wanita yang didalam rahimnya terdapat
embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat
masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan
lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga
partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan
tidak melebihi 43 minggu. Jumlah ibu hamil di
Indonesia pada tahun 2017 tercatat sekitar
5.324.562 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah,
jumlah ibu hamil mencapai 590.984 jiwa
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Kunjungan ANC adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Tujuan pelayanan antenatal ialah untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai.
 Antenatal care yang dianjurkan oleh DEPKES RI
adalah minimal sebanyak 4 kali. Kunjungan
pertama atau K1 dilakukan pada saat
trimester pertama, K2 pada saat trimester 2
dan K3 dan K4 dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trimester ketiga.
Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan
antenatal care dilakukan setiap empat minggu.
Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan
untuk antenal care dilakukan setiap dua minggu.
Pada usia kehamilan 36 minggu lebih kunjungan
antenatal care dilakukan setiap minggu sekali.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Djaswadi
Dasuki (1997) didapatkan bahwa ibu hamil yang
tidak melakukan antenatal care mempunyai
risiko terjadinya persalinan abnormal 1,6 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
melakukan antenatal care.
Antenatal care yang baik merujuk dengan segera
kasus-kasus yang memiliki risiko tinggi yang
akan menurunkan angka morbiditas maupun
mortalitas pada periode perinatal. Oleh karena
itu, perawatan kesehatan ibu hamil melalui
antenatal   care yang teratur dan bermutu
sangat penting artinya dari sudut obstetri, karena
dikenali dengan
 Perubahan fisiologis pada wanita hamil, faktor-
faktor yang mempengaruhi kematian bayi
diperbaiki, antara lain seperti status gizi ibu
selama masa kehamilan, imunisasi, dan
kesehatan lingkungan.
Gambara Pelaksanaan :

 Ibu telah diberitahu hasil tentang hasil


pemeriksaan dan respon ibu mengerti dan
senang dengan hasil pemeriksaan
 Ibu telah diberitahu untuk istirahat dan
makan yang cukup, serta ibu bersedia untuk
istirahat dan makan dengan cukup
 Telah diberikan KIE tentang tanda – tanda
persalinan dan ibu mampu mengulangi
penjelasan yang telah diberikan
 Ibu bersedia untuk kunjungan ulang
 Ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet Fe
dan asam folat selama kehamilan.

GIZI

Monitoring tumbuh kembang bayi/anak


MP-ASI

Identitas :

Penyuluhan tentang MP-ASI yang disampaikan dalam bentuk ceramah, dibantu media presentasi
keoada ibu-ibu dengan bayi yang datang ke Puskesmas Gambut

LB :

MP-ASI atau makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, yang
diberikan pada balita usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.Karena normalnya,
pada usia 6 bulan berat badan bayi akan meningkat 2 sampai 3 kali berat badannya saat lahir. Selain
itu pada usia 6 bulan bayi normal memiliki aktivitas yang sudah cukup banyak, diantaranya sudah
mampu untuk berbalik dari telungkup ke telentang, meraih benda disekitarnya, menggenggam, serta
menirukan bunyi. Dengan adanya pertambahan berat badan dan aktivitas bayi, konsumsi ASI saja
tidak akan mencukupi kebutuhan kalorinya. Untuk itu perlu di berikan MP- ASI guna mencukupi
kebutuhan kalori tersebut. MP-ASI bukanlah makanan pengganti ASI, karena ASI tetap memegang
peran penting pada kebutuhan gizi bayi. Maka selain ASI, pada usia 6-24 bulan pemberian MP-ASI
penting peranannya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, dimana pemberian MP-ASI tetap
harus diperhatian jenis makanan dan frekuensi pemberiannya yang disesuaikan dengan sistem
pencernaan bayi yang masih dalam proses perkembangan.2 Berdasarkan guideline dari WHO, ada 10
kriteria pemberian MP-ASI yang baik, yaitu harus tepat waktu pertama pemberiannya, tetap
mempertahankan pemberian ASI, responsive feeding, persiapan dan penyimpanan ASI yang aman,
jumlah MP-ASI dan kandungan gizi sesuai kebutuhan, konsistensi, frekuensi dan kepadatan MP-ASI
yang baik, serta penggunaan suplemen dan pemberian MPASI saat sakit dengan baik.4 Pemberian
MP-ASI tidak boleh sembarangan karena kesalahan pemberian makanan pada bayi (terlalu banyak,
terlalu sedikit, jenis makanan yang salah) dapat mengakibatkan diare. Diare pada anak sangat
berbahaya, selain karena membuat penyerapan nutrisi terganggu juga dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi. Bayi yang lahir cukup bulan sudah mampu untuk menelan, mencerna, dan
mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana serta mampu untuk mengemulsikan lemak. Meski
demikian, dari sisi enzim-enzim pencernaan, walaupun enzim tripsin bayi sudah bekerja optimal
sejak lahir, enzim amilase bayi secara bertahap akan mencapai titik optimal pada usia 12 bulan,
enzim lipase kadarnya akan sama dengan enzim lipase pada orang dewasa pada usia 24 bulan. Hal ini
berkaitan dengan kesiapan sistem pencernaan bayi mengolah makanan selain ASI.7 Selain itu
pemberian makanan dengan kalori tinggi terlalu dini dapat memicu obesitas pada bayi. Beberapa
kasus alergi juga muncul pada anak dengan pemberian makanan terlalu dini. Hal ini makin kacau jika
di suatu kelompok masyarakat memiliki kepercayaan atau tradisi memberi bayi berusia kurang dari 6
bulan makanan yang diyakini memiliki khasiat tertentu.

Ringkasan :

Penyuluhan dengan cara ceramah dibantu media presentasi serta edukasi kepada ibu-ibu dengan
bayi yang datang ke Puskesmas Gambut.

Suplemen Vitamin A pada anak

Identitas :

Meski kekurangan vitamin A yang berat sudah jarang ditemui, namun kasus kekurangan vitamin A
tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih didapatkan di
lapangan, terutama pada kelompok usia balita. Padahal kekurangan vitamin A tingkat subklinis ini
hanya dapat diketahui dengan memeriksakan kadar vitamin A dalam darah.
Berdasarkan permasalahan di atas, dan untuk mencegah bertambahnya angka defisiensi vitamin A,
maka intervensi yang diberikan adalah dengan tetap melaksanakan program Suplementasi Vitamin A
untuk balita.

LB:

Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
didapatkan dari sumber di luar luar. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah
kebutaan, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang tercukupi kebutuhan vitamin
A-nya, apabila mereka terkena diare, campak atau penyakit infeksi lainnya, maka penyakit-penyakit
tersebut tidak akan mudah bertambah parah.

Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kekurangan
Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A membantu
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). Maka selain untuk mencegah
kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan
dan pertumbuhan anak.

Ringkasan Pelaksanaan :

Untuk memudahkan proses pelaksanaan, suplementasi dilakukan bersamaan dengan posyandu.

A. Kapsul Suplementasi Vitamin A

Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan suplementasi vitamin A adalah kapsul yang
mengandung vitamin A dosis tinggi.

o Kapsul biru, untuk bayi usia 6-11 bulan.

o Kapsul merah untuk balita usia 12-59 bulan.

B. Sasaran Suplementasi Vitamin A

o Bayi 6-11 bulan : Kapsul Biru (100.000 SI) 1 kali

o Anak balita 12-59 bulan : Kapsul merah (200.000 SI) 2 kali

C. Waktu Pemberian

Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita umur 6-59 bulan secara serentak:
Untuk bayi umur 6-11 bulan, diberikan pada bulan Februari atau Agustus. Untuk anak balita umur
12-59 bulan pada bulan Februari dan Agustus.

D. Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A

o Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll)

o Kader terlatih
E. Cara Pemberian

Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah pernah menerima kapsul
Vitamin A dalam satu bulan terakhir. Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita:

o Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk balita

o Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting bersih

o Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak membuang sedikitpun
isi kapsul)

o Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul untuk diminum

o Untuk balita yang tidak datang ke Posyandu, vitamin diantar langsung oleh kader ke rumah
balita tersebut.

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil dan Menyusui

Identitas:

Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil dan menyusui disampaikan dalam bentuk ceramah dan
edukasi kepada ibu hamil dan menyusui di wilayah kerja Puskesmas Gambut

LB :

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, penambahan ukuran organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang tidak sempurna.

Maka dari itu penting bagi ibu hamil dan menyusui agar senantiasa memenuhi kebutuhan gizi
seimbang agar pertumbuhan janin selama dalam kandungan dan pada saat awal kehidupan mampu
berkembang secara maksimal.

Ringkasan :

Penyuluhan dalam bentuk edukasi diberikan kepada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kesehatan di puskesmas maupun posyandu. Sosialisasi juga bisa dalam bentuk ceramah yang dibantu
dengan media presentasi di ruang tunggu pemeriksaan Kesehatan ibu hamil secara terus menerus
per hari pada setiap masyarakat yang datang berobat ke Puskesmas.

Selain itu, ibu hamil yangmengalami KEK (kekurangan energi kronik) yang dibuktikan dengan
pengukuran LILA (lingkar lengan atas) diberikan makanan tambahan ibu hamil dan dilakukan evaluasi
keadaan ibu oleh kader maupun bidan desa.

Kekurangan Energi Protein (KEP) Pada Anak

Identitas :

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diaatas, maka kami mengadakan penyuluhan
kesehatan dengan topik Mengenali Gizi Buruk (Kekurangan Energi Protein (KEP)) Pada Balita dengan
membuat media informatif berupa power point presentasi yang berisi materi tentang penjelasan
serta gambaran mengenai gizi buruk pada anak khususnya balita. Metode yang digunakan adalah
metode penyuluhan, ceramah dan diskusi tanya jawab. Dalam proses penyuluhan ada proses
interaksi atau feed back antara pemeteri dan sasaran yang berguna bagi masyarakat khususnya orang
tua dalam memperjelas tujuan penyampaian isi materi penyuluhan.

LB :

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya melibatkan berbagai
sektor yang terkait. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi oleh
masalah kurang energi protein (KEP), anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY),
kurang vitamin A (KVA) dan obesitas terutama di kota-kota besar yang perlu ditanggulangi.

Kekurangan energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi. Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya nampak
kurus. Gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, adalah marasmus,
kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus
disebabkan kurang energi dan marasmik kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein

Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur
lima tahun dan kebanyakan di negara-negara yang sedang berkembang. Anak dalam golongan umur
1-3 tahun sangat rentan terhadap penyakit gizi. Angka tertinggi untuk morbiditas KEP terdapat dalam
golongan umur ini. Pemberian makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi bayi.
Pemberian makanan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya kekurangan gizi dan
pemberian yang berlebih akan terjadi kegemukan. Pada usia 7 bulan, secara fisiologis bayi telah siap
menerima makanan tambahan, karena secara keseluruhan fungsi saluran cerna sudah berkembang.

Ringkasan :

Sosialisasi dan edukasi mengenai KEP dan gizi buruk pada masyarakat diberikan dalam bentuk
ceramah dan diskusi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Murung Pudak baik yang datang ke
Puskesmas maupun ke Posyandu, terutama ibu-ibu yang memiliki anak bayi dan balita.

Gizi Seimbang

Identitas :

Sosialisasi tentang gizi seimbang melalui ceramah atau edukasi kepada pasien yang berobat ke
Puskesmas dan datang ke Posyandu.

LB :

Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat (Ira Mafira,
2012). Pemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh kembang
balita. Anak di bawah 5 tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang
pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang maksimal setiap kilogram berat badannya.
Permasalahan gizi balita adalah kurangnya pemenuhan gizi seimbang yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi yang harus dipenuhi balita pada masa pertumbuhan
(Sibagariang, 2010: 98). Jika masalah gizi pada balita tidak mampu teratasi maka akan menyebabkan
berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, malas,
terhambatnya pertumbuhan dan perkambangan baik fisik maupun psikomotor dan mental (Widodo,
Rahayu, 2010: 45). Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 165 juta anak usia di
bawah lima tahun mengalami gizi yang buruk. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali
lebih besar dibandingkan dengan anak yang normal (WHO, 2013). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2013) pada tahun 2007 prevalensi gizi kurang pada balita angkanya sebesar 18,4 %,
terjadi peningkatan pada tahun 2013 angkanya yaitu 19,6%. Di Indonesia jumlah balita yang 1 2
mengalami kekurangan gizi sebesar 3,7 juta. Pada tahun 2012 jumlah gizi buruk di jawa timur 2,35%,
gizi lebih 2,90%, gizi kurang 10,28%, gizi baik 84,45%. Di Ponorogo jumlah anak sangat kurus 12,77%,
kurus 32,73%, normal 54,55% (DinKes Ponorogo, 2014). Dari hasil studi pendahuluan melalui
kuesioner yang dilakukan tanggal 27 Desember 2014 di posyandu Dusun Mangunsuman Wilayah
Kerja Puskesmas Ronowijayan Ponorogo, dari 10 responden yang mempunyai persepsi positif 40%
responden, sedangkan yang mempunyai persepsi negatif 60%. Sampai saat ini belum di ketahui
bagaimanakah persepsi ibu balita tentang gizi seimbang pada balita di Wilayah tersebut. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan ketidak tahuan orang tua dalam memenuhi
gizi seimbang pada anaknya (Sibagariang, 2010). Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk
tidak memenuhi kebutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati pemenuhan gizi pada
anak tidak mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika
berobat di Rumah Sakit. Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak,
sebagai contohnya “seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan”. Faktor yang paling terlihat pada
lingkungan adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada
masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu
apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbangi
dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

Ringkasan :

Sosialisasi kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gambut melalui edukasi lisan maupun
ceramah saat pasien berobat ke Puskesmas maupun datang ke Posyandu.

Deteksi Stunting

Posyandu Tumbuh Kembang Bayi dan Balita di Posyandu Dahlia Desa Guntung Ujung

Identitas :

Melakukan pemantauan/monitoring terhadap bayi dan balita, pemantauan yang dilakukan


diantaranya berupa pemantauan asupan makanan, pemantauan tumbuh kembang bayi, dan
mengawasi adanya kelainan bawaan.

LB :

Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia dikarenakan tumbuh kembang berlangsung
cepat. Bayi dan balita terutama sangat dipengaruhi oleh lingkungan mikro (ibu) dan mini (keluarga),
walaupun lingkungan meso dan makro juga berpengaruh. Semakin tua umur anak maka semakin luas
dan semakin kompleks pengaruh bio-psikososial dari lingkungan terhadap tumbuh kembangnya.
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita dapat dilakukan melalui anamnesis, pemerikasaan
fisik rutin, skrining perkembangan dan pemeriksaan lanjutan. Gangguan pertumbuhan dapat
diakibatkan oleh penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer antara lain kelainan pertumbuhan
tulang, kelainan metabolik, dan faktor keturunan. Penyebab sekunder antara lain retardasi
pertumbuhan intra uterin, malnutrisi kronik, dan kelainan psikososial.
Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih didalam kandungan sampai 5 tahun pertama
kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan
kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional, maupun
sosial serta memilki intelegensi majemuk sesuai potensial genetiknya. Manfaat pertumbuhan dan
perkembangan anak balita ialah agar dapat mengetahui apa yang menghambat dan menganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui kegiatan kegiatan deteksi dini tumbuh kembang
kondisi terparah dari penyimpangan prtumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena
sebelum anak jatuh dalamkondisi buruk, penyimpangan pertumbuhan pada anak dapat terdeteksi
melalui kegiatan DDTK . Masalah gizi merupakan masalah kesehatan utama di dunia termaksud
negara Indonesia. Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih menghadapi masalah
kekurangan gizi yang cukup besar. Permasalahan gizi secara nasional saat ini ialah balita dengan gizi
kurang dan balita ddengan gizi buruk. Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat yang digunakan secara efesien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi kurang terjadi bila
jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan sebaiknya status gizi lebih terjadi bila jumlah
asupan gizi melebihi dari yang dibutuhkan.

Ringkasan :

dilakukan pemantauan terhadap bayi dan balita di Posyandu Dahlia Desa Guntung Ujung, dengan
pengukuran antropometri berupa berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan
lingkar dada. Serta pemeriksaan gerak motorik dan sensorik, tes daya dengar, tes melihat, kpsp, autis
dan gpph. Dan memberikan konseling kepada ibu.

Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Panjang Badan Saat Imunisasi Balita Puskesmas Gambut

Identitas :

Melakukan Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan saat imunisasi balita di
Puskesmas Gambut dan dicocokan dengan kurva gizi yang sesuai pada KMS

LB :

Masalah Status Gizi kurang mempengaruhi kualitas generasi selanjutnya. Generasi mendatang yang
baik dapat di tentukan dari kualitas balita yang baik pula. Oleh sebab itu harus dilakukan pengawasan
kepada status gizi balita supaya dapat mengurangi masalah gizi.

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa sampai pada tahun 2017 terdapat kurang
lebih 178 juta anakanak yang berumur dibawah 5 tahun mengalami gizi kurang .Pola asuh,
ketersediaan pangan sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan yang meliputi akses imunisasi
dapat menyebabkan stunting. Lambatnya pertumbuhan anak dan imunitas yang masih rendah, serta
menurunnya prestasi belajar, mengganggu produktifitas merupakan akibat dari status gizi.
Kemiskinan serta masalah gizi menjadi poin satu dan dua dalam Sustainable Development Goals
(SDGs)

Setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) guna memantau pertumbuhannya. Kenaikan
berat badan sesuai grafik pertumbuhan menjadi salah satu parameter status gizi dan kesehatan anak.
Memantau berat badan anak dapat menjadi langkah awal untuk mendeteksi dini masalah
kekurangan gizi, agar tidak terlambat mendapatkan penanganan yang tepat.

Ringkasan :

Kegiatan dilakukan pada hari Kamis pukul 08.000 WITA s/d selesai ditengah kegiatan Imunisasi.
Suplementasi Gizi

Pemberian Vitamin A

Identitas :

Melaksanakan program Suplementasi Vitamin A untuk balita di Puskesmas Gambut

LB :

Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
didapatkan dari sumber di luar luar. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah
kebutaan, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang tercukupi kebutuhan vitamin
A-nya, apabila mereka terkena diare, campak atau penyakit infeksi lainnya, maka penyakit-penyakit
tersebut tidak akan mudah bertambah parah.

Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kekurangan
Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A membantu
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). Maka selain untuk mencegah
kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan
dan pertumbuhan anak.

Ringkasan :

Untuk memudahkan proses pelaksanaan, suplementasi dilakukan bersamaan dengan posyandu.

Tablet Tambah Darah

Identitas :

Siswi- siswi MTSn 1 Banjar

LB : Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi di dunia. Hasil Riskesdas
2013 menunjukkan bahwa 22.7% remaja putri mengalami anemia gizi besi. Hal ini menunjukan
bahwa anemia gizi besi pada remaja sampai saat ini masih menjadi permasalahan gizi di Indonesia
karena persentasenya >20%. Anemia gizi besi adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah
massa eritrosit (red cell mass) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan
hitung eritrosit (red cell count).

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia gizi besi karena
mempunyai kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan kehilangan akibat
menstruasi. Penelitian menunjukan bahwa 27% anak perempuan usia 11-18 tahun tidak memenuhi
kebutuhan zat besinya sedangkan anak laki-laki hanya 4%, hal ini menunjukan bahwa remaja putri
lebih rawan untuk mengalami defisiensi zat gizi. Selain itu, remaja putri biasanya sangat
memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak
pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang
dipecah untuk memenuhi kebutuhan. Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia gizi
besi.

Anemia gizi besi dikalangan remaja jika tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa
dan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu, bayi lahir prematur, dan bayi dengan berat
lahir rendah. Selain itu, anemia gizi besi dapat menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar
menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
WHO menyatakan bahwa cara terbaik untuk menangani anemia defisiensi besi adalah dengan
mengatasi semua faktor secara bersamaan, yaitu dengan memperbaiki asupan zat besi, pengendalian
infeksi dan perbaikan faktor-faktor resiko lain.

Ringkasan :

Kegaiatan penyulahan dengan metode sosialisasi dan edukasi dilakukan kepada masyarakat terutama
remaja MTSn 1 Banjar. Masyarakat yang memiliki keluhan yang mengarah ke anemia melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisis, diberikan obat tambah darah.

Anda mungkin juga menyukai