Anda di halaman 1dari 4

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan
untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai berikut:

1. Ibu Hamil dan Bersalin

a. Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni masa sejak anak dalam kandungan
sampai anak lahir 2 tahun pertama kehidupan, merupakan periode emas karena terjadi
perkembangan organ tubuh, terutama otak yang berkembang pesat. Dampak dari gangguan gizi
dalam 1000 HPK dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dapat
mempengaruhi perkembangan otak dan organ lain seperti otot dan komposisi tubuh, pengaturan
metabolisme tubuh, sedangkan untuk jangka panjang dapat mempengaruhi performa kecerdasan,
pertahanan tubuh, risiko penyakit bukan infeksi. Stunting sebagai salah satu dampak dari
kekurangan gizi kronis. Anak yang stunting memiliki tinggi badan dibawah standar pertumbuhan
anak normal usianya.

Dalam siklus kehidupan maka peran Gizi dalam periode 1000 Hari pertama kehidupan dapat
berperan mulai intervensi pelayanan gizi prakonsepsi (sebelum terjadi kehamilan). Status gizi
sebelum kehamilan merupakan faktor penting dalam kesehatan ibu secara keseluruhan dan faktor
risiko pada anak. Dengan pelayanan prakonsepsi dapat memperbaiki status kesehatan, mengurangi
faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. 

b.Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu; Antenatal care terpadu
merupakan salah satu program kunci dalam penapisan pelayanan KIA yang dimulai saat hamil
sampai pada pascanifas. Pelayanan tersebut sangat penting bagi ibu hamil yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan pascapersalinan. Pelayanan kunjungan
pertama ANC (K1) sampai kunjungan lengkap ANC (K4) menjadi strategi kunci provider pelayanan
kesehatan dalam upaya menurunkan angka missed opportunities ibu hamil yang dapat berimplikasi
pada kualitas pelayanan ibu maternal dan bayi.

c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;

d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien


(TKPM);

e.Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);

f. Pemberantasan kecacingan;

g.Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;

h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian dan kekurangan gizi pada balita
adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United
Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta
kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara
eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan
serta minuman tambahan kepada bayi.

i. Penyuluhan dan pelayanan KB.

2. Balita

a. Pemantauan pertumbuhan balita; merupakan suatu kegiatan yang dilaksankan dengan rutin
berupa aktivitas penimbangan berat badan. Berat badan yang tercatat akan dibuat sebuah titik
kedalam KMS sehingga dapat dihubungkan dengan garis pertumbuhan anak. Tujuan dari kegiatan
tersebut tidak lain untuk mengetahui sejak dini pertumbuhan yang dialami oleh anak normal atau
tidak.
Dari identifikasi pemantauan pertumbuhan akan dilakukan berbagai upaya untuk menindaklanjuti
jika terdapat beberapa kedala yang menyebabkan pertumbuhan anak terhambat.
Pertumbuhan yang ada tentu saja juga dipengaruhi oleh gizi yang ada. Dengan kata lain jika asupan
gizi yang dikonsumsi sempurna maka kondisi serta pertumbuhan akan mengalami proses yang
optimal. Sebaliknya bayi yang mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai jelas saja gizi yang ada
pada tubuhnya dapat dinyatakan kurang.

b.Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;


Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. PMT pemulihan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran.
PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi
oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti
makanan utama.Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika
bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan
memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa
sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur
dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3
bulan. Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan pabrikan
merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang mengandung 10 vitamin dan
7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi
Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah
persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan
untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang disediakan oleh
kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua blita
tentang makanan kudapan ( snack ) yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk
membantu mencukupi kebutuhan gizi balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta
masayarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan posyandu.

c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; Kegiatan stimulasi ini bertujuan untuk
mendeteksi dini penyimpangan pertumbuhan, perkembangan, gangguan mental emosional, autism,
hiperaktivitas, dan gangguan pemusatan perhatian pada anak.

d.Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Anak Usia Sekolah

a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);

b.Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;

c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS);

d.Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba

Ciri-ciri anak Stunting


untuk mengenali ciri-ciri anak stunting perlu dilakukan pengukuran  tinggi anak terlebih
dahulu. Caranya dengan membaringkan anak atau saat anak tidur. Lalu di-plot di dalam
grafik. Anak pendek tidak selalu menjadi patokan bahwa anak tersebut mengalami stunting.
Anak berperawakan pendek juga karena short stature, di mana panjang badan atau tinggi
badan menurut umur dan jenis kelamin berada di bawah rata-rata teman seusianya.
Sedangkan anak berperawakan pendek karena stunting mengalami gagal tumbuh
akibat kondisi kesehatan dan nutrisi yang tidak optimal.
Anak yang pendek ada yang normal ada yang patologis, yang patalogis perlu dianalisis
apakah patalogis proporsional atau tidak. Jika tidak proporsional umumnya disebabkan
kelainan genetik. Jika proporsional itu salah satunya stunting.
Stunting umumnya dimulai dari penurunan berat badan, dari berat badan normal tiba-
tiba turun,di tengah proses akan mengalami penurunan fungsi kognitif.
Ciri-ciri anak stunting lainnya yaitu : Pertumbuhan gigi terlambat, Penurunan kemampuan
fokus dan memori belajar, Pertumbuhan melambat, Wajah terlihat lebih muda dari anak
seusianya, Pubertas terlambat, dan Usia 8-10 tahun anak menjadi pendiam, tidak banyak
melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya.

http://www.yankes.kemkes.go.id/read-peran-gizi-dalam-1000-hari-pertama-kehidupan-untuk-
pencegahan-stunting-3545.html

https://media.neliti.com/media/publications/63069-ID-none.pdf

file:///C:/Downloads/Buletin-Stunting-2018.pdf

https://id.theasianparent.com/ciri-ciri-anak-stunting

https://idtesis.com/pengertian-pemantauan-pertumbuhan-menurut/

http://www.depkes.go.id/article/view/1137/pelayanan-stimulasi-deteksi-intervensi-dini-tumbuh-
kembang-anak.html

https://dinkessumenep.org/?p=4881

Anda mungkin juga menyukai