Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

F1 – F6

Disusun Oleh:
dr. Mutia Oktaviani. D

Pendamping:
dr. Debby Hasmita
NIP. 19821201 200903 2 007

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
KOTA JAMBI
2021
F.1 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
1) Penyuluhan cara mencuci tangan dengan benar di Puskesmas
Tahtul Yaman
A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara
berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang
buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai,
persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene
dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit
lainnya sebanyak 26%. Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia
Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya
kesehatan.
B. Permasalahan
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35%
terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah
keadaan dimana individu- individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat
Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan,
mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Intervensi yang dipilih adalah penyuluhan kepada pasien yang akan berobat di
PKM Tahtul Yaman
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Adapun deskripsi dari kegiatan
tersebut:
Sasaran : Pasien yang datang ke PKM Tahtul Yaman
Materi penyuluhan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, praktik cuci tangan 6
langkah
D. Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Kamis, 5 Maret 2021
Waktu : Pukul 08.00 – 08.30
Tempat : Puskesmas Tahtul Yaman
Pesertas :Pasien yang berobat ke puskesmas

E. Monitoring dan Evaluasi


Secara umum, Pasien yang berobat ke PKM Tahtul Yaman pada tanggal tersebut
masih banyak yang belum bisa melakukan PHBS dengan benar yaitu cuci tangan
baik dengan sabun maupun handrub

2) Penyuluhan Tentang Upaya Meningkatkan Pengetahuan dalam


Rangka Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan.

a. Latar Belakang
World Health Organization menempatkan Indonesia pada posisi dengan
kasusgizi buruk tinggi, yaitu tertinggi kelima di dunia. Pada tahun 2005,
sebanyak lima juta balita Indonesia menderita gizi buruk. Jumlah itu sama
dengan 27,5% dari total populasi balita.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2010, sebanyak 13% balita berstatus gizi kurang, 4 , 9 %
berstatus gizi buruk.Data yang sama juga
menunjukkan 13,3% anak kurus, 6% diantaranya anak sangat kurus
dan 17% anak t e r g o l o n g sangat pendek . Keadaan ini
b e r p e n g a r u h p a d a m a s i h t i n g g i n y a a n g k a kematian bayi.
Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah
C a i r a n p u t i h y a n g dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita
melalui proses laktasi. ASI e k s k l u s i f a d a l a h m e m b e r i k a n h a n y a
A S I p a d a b a y i d a n t i d a k m e m b e r i b a y i makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes.
ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 0-
6 bulan.
Menurut WHO, cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik dan
benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai usia0 -6 bulan
dan meneruskan menyusui anak sampai usia 2 tahun . Mulai usia 6
bulan, bayi mendapat
makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai
d e n g a n k e b u t u h a n t u m b u h kembangnya.
Salah satu penyebab utama dari gizi buruk yang terjadi pada bayi adalah
kurangnya asupan nutrisi. Nutrisi yang lengkap untuk bayi berusia 0 - 6
bulan dapat diperoleh dari ASI. Sehingga bayi sebaiknya diberi kan
ASI eksklusif.

PERMASALAHAN
Dari berbagai penelitian yang dilakukan terlihat penurunan jumlah ASI
eksklusif. Hal ini berkaitan erat dengan pola asuh ibu. Perilaku atau pola
asuh ibu dipengaruhi tingkat pengetahuan ibu, tingkat sosial
ekonomi dan warisan budaya setempat. Hal yang paling mungkin
dilakukan intervensi adalah dari segi pengetahuan ibu. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam angka
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0- 6bulan. Salah satu bentuk
upayanya adalah dilakukan tindakan promotif berupa penyuluhan tentang
pentingnya ASI eksklusif pada bayi usia 0- 6 bulan.

PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka kami
bermaksud mengadakan penyuluhan kesehatan dengan materi “Pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 Bulan”

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Hari, Tanggal : Selasa, 6 April 2021
Tempat : Penyuluhan di Poli KIA Puskesmas Tahtul Yaman
Media yang digunakan adalah leaflet dan power point Tentang ASI eksklusif
Sasaran adalah ibu hamil dan ibu menyusui.

Monitoring dan Evaluasi


Proses dalam mengajak peserta untuk berkomitmen
h a n y a m e m b e r i k a n A S I e ksklusif untuk bayinya. O l e h k a r e n a
itu siapapun harus bisa memberikan ASI eksklusif
k e p a d a bayinya. Bahkan bekerja tidak menghalangi setiap ibu untuk
memberikan ASI secara eksklusif dan tema khusus yang diangkat adalah ASI
eksklusif Ibu pekerja, dimana waktunya sebagian besar digunakan untuk
bekerja. Namun bisa diantisipasi dengan cara ASI pompa, sehingga
meskipun bekerja masih bisa memberikan ASI eksklusif untuk
bayinya.

F.2. Promosi Kesehatan


1) Sosialisasi Keamanan Pangan Dalam Rumah Tangga
A. Latarbelakang
Pangan dan gizi merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan
dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) pada sebuah
Negara. Tumbuh kembang setiap orang sangat tergantung dengan bagaimana
asupan pangan yang dia makan, apakah sudah memenuhi kualitas dan kuantitas
yang bisa memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh.
Masa kanak kanak menjadi salah satu kunci utama tumbuh dan
berkembangnya seorang anak antara umur 1-12 tahun menjadi masa pertumbuhan
yang cepat. Pertumbuhan seorang anak diukur dengan meingkatnya tinggi dan
berat badan. Selain itu, organ-organ penting seperti otak dan saluran pencernaan
juga berkembang dengan cepat. DImasa ini, penting bagi seorang ib untuk
menyediakan segala asupan gizi sianak untuk tumbuh kembangnya dan untuk
mencegah penyakit saat dewasa nanti. Selera dan kebiasaaan makan yang disukai
mereka dimasa depan.
Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan mengenai keamanan mutu dan
gizi makanan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Keamanan Mutu dan Gizi Makanan diantaranya adalah terdapat larangan
menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan
terlarang dan pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas
maksimal yang ditetapkan.
Pangan disini didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan, bahan baku makanan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan
keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting bagi pertumbuhan,
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta kecerdasan masyarakat
termasuk anak anak sekolah maka pemerintah merasa perlu untuk melakukan
perlindungan masyarakat terhadap pangan yang beredar sehingga masyarakat
terhindar dari bahaya – bahaya pangan yang dapat merusak kesehatan hal ini yang
menjadi tujuan dari adanya PP nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan
Gizi pangan.
Untuk mencapai tujuan dari PP 28 tahun 2004 Pemerintah Kabupaten
Kebumen melalui Puskesmas Kebumen 1 melaksanakan Kegiatan Penyluhan
mengenai keamanan pangan khususnya mengenai masalah kesehatan.
B. Permasalahan
Pasien yang datang berobat ke puskesmas tahtul yaman, khusunya anak-anak
teridentifikasi bahwan keluhan maupunsakit yang diderita berkaitan dengan
kebersihan makanan. Maka dari itu, perlu ditanamkan pemahaman yang baik
kepada orantua mengenai kesehatan pangan
C. perencanaan dan Intervensi
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka puskesmas tahtu1 yaman
melakukan tindakan intervensi kepada masyarakat berupa sosialisasi kesehatan
pangan baik dari bahan, proses pembuatan dan cara penyimpanan.
D. Pelaksanaan danIntervensi
Hari/tanggal : 16 Maret 2021
Pukul :08.00 WIB-08.30 WIB
Tempat : Poli Umum Puskesmas Tahtul Yaman
Acara : Sosialisasi kesehatan pangan terhadapa kesehatan

E. Monitoring dan Evaluasi


Dari hasil pertemuan tersebut, warga sudah memiliki kesadaran mengenai
kesehatan pangan khusunya dalam rumah tangga. Namun, dalam prekteknya
masih sulit untuk mempraktikan kesehatan pangan karena terkendala banyak hal
seperti bahan susah didapat dan biaya mahal.

F.3. KIA dan KB


1) Pelaksanaan Kegiatan Antenatal Care Terpadu
Latar Belakang

Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan


pembangunan di bidang kesehatan. Sejak tahun 2010, pemerintah
Indonesia memiliki Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah
(RPKJM) dimana program kerja tersebut merupakan upaya menurunkan
angka kematian ibu, bayi, dan balita, meningkatkan status gizi masyarakat
serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular masih menjadi
prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan. Salah satu
program dalam RPKJM adalah menyelenggarakan Antenatal Care
terpadu. ANC terpadu adalah pelayanan pemeriksaan pada ibu hamil
secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif,
sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi,
pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria,
penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa
program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya
dengan sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat.
Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses
fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan sesuai standar ANC terpadu,
seperti menimbang berat badan, mengukur lingkar lengan atas, mengukur
tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, menghitung denyut jantung
janin, menentukan presentasi janin, memberikan imunisasi tetanus toksoid,
memberi tablet besi, serta melakukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemeriksaan rutin berupa
pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein dalam urin,
pemeriksaan hepatitis B, serta HIV.
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus
dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya
masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi dan ditangani secara dini.
Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil akan mendapatkan
pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak
reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan
efisien.

Permasalahan di Masyarakat

Meskipun sejumlah upaya dilakukan, kematian ibu saat


menghadirkan kehidupan baru bagi bangsa masih tinggi. Tingginya
kematian ibu melahirkan di Indonesia yang termasuk tertinggi di Asia
pada dasarnya menunjukkan kegagalan negara dalam melindungi kaum
ibu. Kematian ibu disebabkan oleh beberapa masalah yang sering terjadi
mulai dari buruknya kondisi gizi janin hingga mereka jadi calon ibu,
rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi, tingginya kasus pernikahan
usia remaja, kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga,
ketaksetaraan jender, hingga sistem layanan kesehatan ibu hamil tak sesuai
budaya.

Pemilihan Intervensi
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka untuk
mengurangi resiko kematian pada ibu hamil dan bayi baru lahir maka kami
melakukan program pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu
hamil untuk memantau kesehatan ibu ,perkembangan janin serta mencegah
dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat hamil dan berisiko terhadap
kehamilannya.
Pelaksanaan
Kegiatan antenatal care ini telah dilakukan di Poliklinik KIA
puskesmas tahtul yaman setiap hari senin-sabtu dan akan terus berlanjut
sesuai dengan program puskesmas dalam mendeteksi dini penyakit pada
kehamilan.
Pemeriksaan ini meliputi anamnesis tentang gejala utama seperti
demam, muntah, nafsu makan menurun, perdarahan selama kehamilan,
keputihan, sesak, batuk lama, riwayat hipertensi, riwayat kelahiran, status
imunisasi dan lain-lain. Dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisis meliputi
pengukuran berat badan, pemeriksaan Leopold, serta dilakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium bagi ibu hamil yang memiliki resiko atau
penyakit dalam kehamilannya. Dan pemberian suplemen besi dan
multivitamin jika perlu.

Evaluasi

- Pada anamnesis didapatkan keluhan terbanyak pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 1 sampai 20 minggu yaitu keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati
serta nafsu makan menurun. Keluhan lain yang didapatkan yaitu
perdarahan yang disertai dan tidak disertai nyeri perut,
- Pada pemeriksaan fisis sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam
kehamilannya dan bagi yang kami nyatakan memiliki resiko terhadap
kehamilannya kami anjurkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap untuk diperiksa lebih lanjut misalnya usg abdomen dll.
- Beberapa yang kami dapatkan memiliki gejala dan tanda seperti hipertensi,
edema tungkai, hiperemesis dll kami anjurkan untuk diperiksa gula
darah,darah rutin dan protein urin.
- Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis kegiatan ANC
dilanjutkan dengan pemberian tablet fe, vitamin dan imunisasi TT sesuai
indikasi.

2. Program Imunisasi Dasar pada Bayi dan Balita

1. Latar Belakang
Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak
didalam kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak
mencukupi untuk melindungi anak dari berbagai penyakit infeksi dan
menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat kekebalan buatan agar
anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi adalah
suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit
menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu
sehingga walaupun nantinya orang tersebut mendapat infeksi tidak akan
meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas dan menular tanpa bantuan
pengobatan. Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk
mencapai Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya
70% dari penduduk suatu daerah harus mendapat imunisasi dasar yang
meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di
Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat
dicegah dengan imunisasi.

Vaksinasi dalam imunisasi Merupakan kegiatan pemberian kekebalan


pada seseorang agar terhindar dari berbagai penyakit, terutama penyakit
yang mematikan. Untuk mencapai manfaat yang optimal maka vaksin
harus disimpan dan dibawa dengan cara yang sesuai dengan sifat vaksin
masing-masing serta cara pemberikan vaksinasi yang benar. Penyuntikan
yang aman (safe injection) merupakan hal yang mutlak diketahui dan
dilakukan untuk memperkecil risiko timbulnya KIPI. Pengenalan KIPI,
cara pelacakan dan pelaporan KIPI, klasifikasi dan penanganan kasus
KIPI yang baik akan meningkatkan keberhasil program imunisasi.

Secara konvensional, upaya pencegahan terhadap penyakit maupun


cedera dan keracunan dapat dilakukan dalam 3 katagori, yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tersier yang meliputi seluruh masa kehidupan
seseorang, sejak prakonsepsi, prenatal, neonatal, masa bayi, anak pra dan
masa sekolah serta masa remaja dan dewasa. Disebut pencegahan primer
adalah semua upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian
yang mengakibatkan sesorang sakit atau menderita cedera dan cacat.
Vaksinasi terhadap penyakit adalah rangkaian upaya pecegahan primer.
Disebut pencegahan sekunder adalah deteksi dini pada adanya suatu
penyimpangan kesehatan seseorang bayi atau anak sehingga intervensi
dan pengobatan dapat dilakukan untuk koreksi secepatnya. Sedangkan
pencegahan tersier adalah membatasi berkelanjutannya suatu penyakit
atau kecacatan dengan upaya pemulihan seorang yang telah menderita
agar ia dapat hidup untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti
halnya tindakan rehabilitasi pada anak yang menderita kemumpuhan
akibat poliomielitis maupun cacat karena suatu cedera yang disebabkan
oleh suatu kecelakaan.

2. Permasalahan
Permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini adalah :
- Stigma negatif yang masih berkembang di masyarakat tentang
imunisasi berkaitan dengan kandungan vaksin
- Kurangnya penyebaran informasi yang berkaitan dengan kejadian
ikutan pasca imunisasi
- Informasi yang salah terkait imunisasi yang banyak tersebar di media
sosial
- Kondisi pandemi mengakibatkan posyandu tidak berjalan efektif

3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Sesuai dengan permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini
sehingga di lakukan perencanaan dan intervensi yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya :
- Melakukan imunisasi
- Memberikan penjelasan mengenai jadwal imunisasi yang benar
- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya mengetahui imunisasi
apa saja yang telah didapatkan anak dan membawa buku KIA agar
imunisasi yang didapatkan oleh anak menjadi jelas dan optimal

4. Pelaksanaan
a. Bentuk Kegiatan
Dilakukan identifikasi imunisasi yang dibutuhkan saat ini dengan
melihat buku KIA yang dibawa ibu saat datang. Lalu kegiatan
dilanjutkan dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat kedalam KMS. Setelah itu dilakukan inform
concent kepada orang tua bayi dan balita dan menjelaskan
kemungkinan kondisi setelah dilakukan imunisasi. Selanjutnya
dilakukan pemberian imunisasi sesuai jadwal dan usia bayi dan balita
tersebut dan menjelaskan mengenai jadwal imunisasi selanjutnya.
b. Sasaran
Ibu dan balita yang datang ke Posyandu Anggrek
c. Materi
- Pentingnya imunisasi dasar lengkap
- Jenis-jenis imunisasi
- Keadaan yang ditimbulkan setelah di imunisasi
d. Pelaksanaan
- Hari/Tanggal : Senin, 22 Maret 2021
- Tempat : Posyandu Anggrek
- Acara : Posyandu Balita
- Waktu : 09.00 s/d selesai
e. Jumlah Peserta : 11 orang

5. Monitoring dan Evaluasi


Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi balita di posyandu
berjalan dengan lancar dan baik. Semua balita yang datang untuk
imunisasi diberikan imunisasi kecuali bagi balita yang tidak sesuai jadwal
(usianya belum sesuai dengan jadwal pemberian). Sementara itu, untuk
kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu mengikuti penyuluhan sampai
selesai. Penyuluhan dilakukan dengan metode diskusi agar lebih akrab
dan memudahkan peserta yang hadir untuk memahami materi. Respons
peserta cukup baik yang ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi
tanggapan, dan mengajukan pertanyaan. Posyandu berjalan dengan lancar
dan tertib, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif.

Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya ketersediaan tempat


yang terbatas. Kendala yang dihadapi oleh pemberi materi adalah tidak
tersedia nya soundsystem sehingga harus menggunakan suara keras dan
lantang agar dapat didengar oleh peserta. Selain itu, terdapat pula
beberapa ibu-ibu yang perhatiannya terhadap penyuluhan menjadi
terganggu karena anak balitanya menangis atau terlalu aktif. Untuk
perkembangan ke depan diharapkan para balita yang menjalani imunisasi
lengkap sesuai jadwal, sehingga terbebas dari penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi, dan dibutuhkan peran serta aktif dari
para kader supaya kegiatan posyandu berjalan lancar.
F.4. Gizi
1. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Balita dalam acara Posyandu
Balita
Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia
yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara
merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti
posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua
sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh
kembang anak.

Masalah
Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti Posyandu Balita di
Posyandu ASOKA 3
Intervensi
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya mengikuti posyandu

- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti


Posyandu

- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu

Pelaksanaan
Hari Tanggal : Jumat, 12 Maret 2021
Pukul :08.30-11.00 WIB
Tempat :Posyandu ASOKA 3.
Peserta :Kegiatan ini dihadiri oleh 19 balita.
Acara :Pemeriksaan tumbuh kembang dan pemeberian imunisasi.
Monev
- Posyandu balita berjalan cukup lancar

2. Gizi untuk Hipertensi


1. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang mencapai usia > 60 tahun.
Lansia rentan mengalami penyakit yang berhubungan dengan proses
menua salah satunya hipertensi. Hipertensi identik dengan peningkatan
tekanan darah melebihi batas normal. WHO mengatakan seseorang
dikatakan hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah sistoliknya >120
mmHg dan diastoliknya >80 mmHg. Berdasarkan data WHO dalam
Noncommunicable Disease Country Profiles prevalensi didunia pada usia
>25 tahun mencapai 38,4%. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju
maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan keadaan
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun
tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial
yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
gangguan anak ginjal.
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan
yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal
ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke
(terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat
menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit
lainnya.
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata
dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada
kesehatan penderitanya. Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh
Yogiantoro hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering
tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan
sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar
pada tahun 2008. Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan
hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian
dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan
jantung setiap tahunnya.

2. Permasalahan
Permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini adalah :
- Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi
- Banyaknya masyarakat yang masih lalai dalam perawatan dan
pengobatan hipertensi
- Banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa hipertensi
tidak berbahaya
- Masih banyak masyarakat hipertensi yang memperhatikan gizi
mereka

3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Sesuai dengan permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini
sehingga di lakukan perencaaan dan intervensi yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya, yaitu :
- Memberikan penyuluhan mengenai bahaya hipertensi
- Menganjurkan untuk pengecakan berkala tekanan darah dan
melakukan pemeriksaan tekanan darah
- Memberi edukasi betapa pentingnya modifikasi gizi untuk
mengontrol tekanan darah

4. Pelaksanaan
a. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dengan metode presentasi langsung di depan masyarakat
yang hadir mengenai bahaya jika hipertensi diabaikan dan modifikasi
makan serta gizi yang baik pada pasien dengan Hipertensi. Selain
penyuluhan dilakukan sesi tanya jawab seputar materi yang diberikan
sebelumnya dan dilanjutkan dengan pengukuran tekanan darah semua
masyarakat yang hadir.
b. Sasaran
Masyarakat yang datang ke puskesmas tahtul yaman
c. Materi
- Pengertian, Cara Pencegahan Hipertensi
- Modifikasi gizi pada pasien Hipertensi
d. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Senin, 26 April 2021
b. Tempat : Puskesmas Tahtul Yaman
c. Acara : Pemberian materi mengenai hipertensi dan
modifikasi gizi, pengukuran tekanan darah.
d. Waktu : 10.00 s/d selesai

5. Monitoring dan Evaluasi


- Peserta menyimak dengan tenang materi yang diberikan
- Peserta cukup antusias dalam bertanya mengenai hipertensi
setelah pemberian materi
- Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan rutin
tekanan darah masyarakat
F.5. P2P dan PTM

1. Edukasi Pelaksanaan Protokol Kesehatan di era Pandemi


COVID-19
Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi
rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
dan bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut
sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan
kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)
dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai
pandemi.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat dan menyebar ke
berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO
melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh
dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Dalam 3 bulan setelahnya, total kasus
konfirmasi COVID-19 sampai tanggal 15 September 2020 adalah 29.155.581
kasus dengan 926.544 kematian (CFR 3,2%) di 215 Negara Terjangkit. Indonesia
melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan
menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9
Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-
19 dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%). Pada tanggal 15 September 2020,
telah dilaporkan kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia sebanyak 225.030
kasus dengan 8.965 kematian (CFR 4,0).
Pandemi COVID-19 di Sumatra Barat pertama kali dikonfirmasi pada 26
Maret 2020 di Kota Bukittinggi. Hingga 27 Mei 2020, seluruh kabupaten dan
kota telah melaporkan melaporkan kasus positif COVID-19. Sampai 15
September 2020, terdapat 3.644 kasus positif COVID-19 dan pada tanggal 26
September 2020 telah terdapat 5.519 kasus terkonfirmasi COVID-19.3 Sijunjung
melaporkan kasus pertama terkonfirmasi positif COVID-19 pada tanggal 27 Mei
2020. Hingga 29 Oktober 2020 terdapat 327 kasus positif COVID-19.
Kasus positif COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Muaro Bodi pertama
kali dikonfirmasi pada tanggal 30 Agustus 2020 sebanyak 1 kasus. Sampai 15
September 2020 terdapat 34 kasus positif COVID-19. Pada tanggal 2 Oktober
2020, terdapat 57 kasus positif COVID-19 dan 10 hari setelahnya yaitu 12
Oktober 2020, terdapat 79 kasus positif. Sampai saat ini, situasi COVID-19 di
tingkat global maupun nasional masih dalam risiko sangat tinggi. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat kepatuhan
terhadap protokol kesehatan dengan kejadian COVID-19 di Wilayah Puskesmas
Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.

Permasalahan
Saat ini terjadi peningkatan angka kejadian COVID-19 di wilayah kerja
puskesmas tahtul yaman. COVID-19 tergolong penyakit menular, maka selain
upaya kuratif dan rehabilitatif, upaya promotof dan preventif sangat
pempengaruhi guna memutus rantai penularan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Upaya promotif dan preventif yang dapat dilaksanakan ialah dengan upaya
edukasi yang disampaikan kepada masyarakat tanpa mengumpulkan massa, maka
edukasi dilaksanaka ditempat yang relatif ramai didatangi oleh masyarakat guna
memenuhi kebutuhan keseharian mereka.
Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 5 Maret 2021
Waktu : 09.00-selesai
Tempat : Kampung Herbal
Peserta : Masyarakat kelurahan Mudung Laut
Kegiatan : Pemberian edukasi mengenai COVID-19
Teknis :
• Pemberian informasi mengenai kondisi ter-update mengenai COVID-19
• Pemberian informasi mengenai pencegahan penularan dengan 3M
• Memberikan pendekatan secara orasi mengenai perlunya tindakan
pencegahan

Monitoring dan Evaluasi


Kendala
• Sebagian masyarakat yang saat itu hadir tidak memberi atensi yang penuh
Suara dari soundsystem yang kurang dapat menjangkau seisi pasar
• Memakai masker masih sulit dilaksanakan masyarakat karena tidak
nyaman
• Mencuci tangan masih sulit dilaksanakan masyarakat karena kurangnya
fasilitas cuci tangan
Saran
• Agar pemerintah dan masyarakat saling berntegrasi dalam upaya
pemutusan penularan COVID-19 dengan masyarakat yang menerapkan
3M dan pemerintah melaksanan 4T serta dengan kebijakan-kebijakan yang
sesuai.
F.6. Upaya Pengobatan Dasar

1. Penatalaksanaan TB paru pada pasien M 45 tahun di poliklinik


A. Latarbelakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis. Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah

asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang

disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.

Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen

maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteri patogen, tetapi hanya strain bovin

dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x

2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah.1 2

Tuberkulosis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian terbanyak

didunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2016 didunia adalah sekitar 10,4 juta orang.

Kasus meninggal yang diakibat TB adalah sebanyak 1,7 juta orang, Penyebab

tingginya kasus TB bisa disebabkan oleh sosioekonomi dan masalah yang

berkaitan dengan kesehatan seperti: alkoholisme, tuna wisma, meningkatnya

kasus AIDS dan infeksi HIV. 2 3 7

Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara-negara dengan

pendapatan per kapita rendah hingga sedang. Indonesia menempati urutan kedua

kasus TB terbanyak didunia setelah India, yang kemudian diikuti oleh China,

Filipina, Pakistan, Nigeria dan Afrika Selatan. Di Indonesia tuberkulosis adalah

pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab

kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada

seluruh kalangan usia.1 3 8

B. Permasalahan
Identitas Pasien

a. Nama : Ny N

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Umur : 45 Tahun

d. Pekerjaan : Buruh

e. Berat bada :65 kg

Keluhan Utama

Demam yang hilang timbul sejak ±3 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

− Demam yang hilang timbul sejak ±3 bulan yang lalu. Demam tidak tinggi,

tidak menggigil dan tidak berkeringat banyak.

− Batuk yang hilang timbul sejak ±2 bulan yang lalu. Batuk kadang

berdahak, kadang tidak. Dahak berwarna putih kekuning-kuningan.

Riwayat batuk darah sebelumnya tidak ada.

− Sesak nafas tidak ada.

− Berkeringat malam hari (-).

− Nafsu makan biasa.

− Berat badan tidak bertambah secara signifikan sesuai dengan pertumbuhan

normal seusianya.

− BAB dan BAK tidak ada keluhan.

− Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama di lingkungan rumah

ada, yaitu suami pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat TB sebelumnya (-)


Riwayat Penyakit Keluarga

- Suami pasien pernah mendapatkan terapi OAT kategori 1 ±2 tahun yang

lalu dan dinyatakan sembuh.

- Riwayat DM dalam keluarga (-)

- Status HIV (-)

Riwayat Pekerjaan, Kejiwaan dan Kebiasaan

- Pasien Bekerja sebagai ibu rumah tangga

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

• Keadaan umum : sakit ringan

• Kesadaran : CMC

• TD :110/70

• Nadi : 96 x/menit

• Suhu : 37,1ºC

• Pernapasan : 20x/menit

• Sianosis : Tidak ada

• Edema : Tidak ada

• Anemis : Tidak ada

• Ikterus : Tidak ada

Kulit : Teraba hangat, sianosis tidak ada

Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran

Kepala : Normocephal

Rambut : Tidak ada kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Tenggorokan : Tidak hiperemis

Gigi dan mulut : Karies gigi (-)

Leher : JVP 5-2 cmH2O, deviasi trakea (-)

Paru:

Paru depan

• Inspeksi : Statis = simetris kiri dan kanan.

Dinamis = pergerakan kiri dan kanan sama

• Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama

• Perkusi : Sonor kiri dan kanan

• Auskultasi : SN bronkovesikular, rh -/-, wh -/-

Paru belakang

• Inspeksi : Statis = simetris kiri dan kanan

Dinamis = pergerakan kiri dan kanan sama

• Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama

• Perkusi : Sonor kiri dan kanan

• Auskultasi : SN bronkovesikular, rh -/-, wh -/-

Jantung :

• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

• Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

• Perkusi : Atas : RIC II

Kanan : LSD

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V


• Auskultasi : S1-S2 Reguler, bising jantung (-), gallop (-)

Abdomen :

• Inspeksi : Tidak membuncit, distensi (-)

• Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

• Perkusi : Timpani

• Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Alat kelamin : Tidak diperiksa

Ekstremitas : Teraba hangat, CRT <2 dtk, edema -/-, clubbing finger -/-

Pemeriksaan Penunjang

- Mantoux Test : positif

Diagnosis

- TB Paru kasus baru dalam pengobatan OAT kategori 1

C. Perencanaan dan Pemilihan intervensi


Pengobatan TB bertujuan menyembuhkan pasien, mencegah

kematian dan kekambuhan, memutuskan rantai penularan serta mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap obat anti tuberkulosis (OAT).

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip – prinsip sebagai

berikut:5

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.

Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi

Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.


2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Minum Obat (PMO).

3. Pengobatan TB dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan.

• Tahap awal (intensif)

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

• Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan.

Panduan OAT

a. Kategori I (2HRZE/ 4H3R3)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

• Pasien baru TB paru BTA (+)

• Pasien TB paru BTA (-), foto toraks (+)

• Pasien TB ekstra paru


Kategori II (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)5 15

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati

sebelumnya:

• Pasien kambuh

• Pasien gagal

• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

D. Pelaksanaan
Nonfarmakologi
-Menerapkan protocol kesehatan berupa pemakaian masker dan cuci tangan
-menereapkan etika batuk yang baik dan benar
-memeriksakan anggota keluarganya yang berkontak erat dengan pasien
-rajin olahraga dan makanan bergizi serta hindari stress
-dukungan keluarga serta peran PMO sanagat berperan terhadap keberhasilan
terapi.
Farmakologi
- 4 FDC kategori 1 /haari selama 56 hari dan kontrol setiap 7 hari
- Vitamin B6

E. Monitoring dan Evaluasi

2. Skabies

a. Latar Belakang

Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh


Sarcoptes scabei var hominis. Insiden scabies di negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi atau peningkatan. Di beberapa Negara
berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronis pada
beberapa negara. Insidens penyakit skabies ini sangat tinggi terutama
pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan
kebersihan yang kurang memadai. Pada beberapa penelitian menemukan
bahwa di suatu pesantren yang padat penghuninya, prevalensi skabies
mencapai 78,7% dimana prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada
kelompok yang higienenya kurang baik (72,7%) dan pada kelompok yang
higienenya baik prevalensi skabies hanya 3,8% dan 2,2%. Di beberapa
Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja.
Karena beberapa alasan diatas maka menurut saya perlu adanya intervensi
terhadap penyakit skabies ini, salah satunya adalah dengan penemuan
kasus skabies di masyarakat kemudian melakukan pengobatan pada
penderita dan kontak serta pencegahan penularan dan pemberantasan
penyakit skabies dari hasil temuan tadi.

b. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan pada kasus penyakit ini adalah :
- Banyak keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman
mengalami scabies
- Masyarakat yang mengalami gejala scabies sering tidak
melakukan pengobatan.

c. Identitas Pasien
Identitas Pasien
Nama : An. A
Usia : 7 tahun
Anamnesis
Auto dan alloanamnesis dilakukan pada hari Senin tanggal 10 April 2021
pukul 09.00 WIB di Poli Umum Puskesmas Tahtul Yaman

Keluhan utama : gatal-gatal pada seluruh tubuh.

Onset & kronologis :

Pasien datang ke Puskesmas dengan dibawa oleh ibunya dengan keluhan


gatal-gatal pada seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu. Pasien dan ibu
os mengatakan hal serupa juga dialami oleh anggota keluarga lain.
Riwayat pemakaian handuk dan peralatan mandi lainnya bersama ada.
Gatal dirasakan sepanjang hari terutama meningkat pada malam hari.
Awalnya muncul bintil-intil kemerahan yang gatal daerah tangan dan
kaki lalu menjalar hingga ke seluruh tubuh. Pasien belum berobat ke
dokter sebelumnya, tidak diberikan pengobatan sebelumnya. Pasien juga
mengeluhkan nyeri 2 hari ini dikarenakan pasien sering menggaruk
karena gatal sehingga menimbulkan luka dan bekas garukan.

Kualitas : Semakin lama gatal dan bercak semakin meluas

Kuantitas : Gatal dirasakan meningkat terutama malam hari

Faktor memperberat: -

Gejala Penyerta : Demam (-), batuk (-), nyeri kepala (-), muntah (-),
papul dan bintik merah dengan krusta (+), rasa tebal/kebas (-). BAB dan
BAK dalam batas normal

Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada

RiwayatPenyakit Keluarga : keluarga ada yang mengeluhkan seperti


ini sebelumnya

Riwayat Sosio Ekonomi : : sosial ekonomi kurang, kebersihan dan


higienitas kurang, teman pasien ada yang mengeluhkan sakit seperti ini
sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 April 2021

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

HR: 88 x/menit,
RR : 20 x/menit,

T: 36OC

Kepala : Normochepali

Kulit : Turgor kulit cukup, tidak pucat,

Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), edema palpebra (-/-


), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-), hidung pelana (-)

Mulut : Bibir pucat (-), bibir sianosis (-)

Leher: Trakea di tengah, pembesaran KGB (-)

Thorax: Suara napas: vesikuler, suara tambahan: (-)

Abdomen

Inspeksi : Tidak ada massa,simetris

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube
timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tak teraba , nyeri tekan (-)

Status Lokalis
Pada seluruh tubuh tersebar merata terdaput papul dan krusta kehitaman
multipel berukuran miler hingga lentikuler dengan warna eritematosa
serta ekskoriasi dan bekas garukan
DIAGNOSIS

Scabies

d. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Preventif :

- Meminta ibu pasien untuk membawa keluarga yang mengalami keluhan


yang sama untuk turut berobat.
- Menjaga kebersihan rumah tempat pasien tinggal (Pakaian, handuk, seprei,
alas bantal yang terkontaminasi dicuci dengan air hangat, dijemur di terik
matahari sampai kering dan diseterika)

Promotif :

- Memberikan edukasi kepada pasien dan ibu pasien tentang penyakit serta
upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan terutama pengobatan
terhadap penyakit anaknya.
- Edukasi pasien dan ibu pasien terutama mengenai cara penggunaan salap
sebagai terapi utama terhadap penyakit ini

Kuratif :

Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:

- Permetrin : Merupakan obat pilihan utama untuk saat ini , tingkat


keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi
kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.
Tetapi kontraindikasi untuk anak usia kurang dari 2 bulan. Penggunaannya
dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci
bersih, dan diulangi 1 minggu kemudian.
- Gameksan 1% : diberikan 1x pada malam hari dan didiamkan dalam 8-12
jam tetapi tidak diulangi. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak dibawah 6 tahun.
- Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %) : Efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama dua hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
- Sulfur : Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan
efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi.
Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.

Rehabilitatif :

- Kontrol kembali ke puskesmas 7 hari lagi untuk menilai keberhasilan


pengobatan dan efeksamping pengobatan jika ada

5. PELAKSANAAN

Intervensi dilaksanakan pada saat pasien berobat dengan memberikan


terapi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Terapi preventif dan
promotif dilakukan dengan memberikan edukasi ke pasien
dan ibu pasien tentang penyakit yang diderita, bagaimana penularannya,
terapi yang akan diberikan dan komplikasi penyakit, serta menjelaskan
cara pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam keluarga dan
lingkungan asrama yaitu dengan memberikan terapi tidak hanya kepada
pasien tetapi juga kepada anggota keluarga yang mengalami keluhan
yang sama dengan pasien dan seluruh siswa-siswi di asrama yang
mengalami keluhan serupa. Selain itu pencegahan dan pemberantasan
juga dilakukan dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
asrama pasien (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasi
dicuci dengan air hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan
diseterika), serta memberikan edukasi agar tidak menggunakan handuk
atau peralatan mandi secara bergantian dan bersamaan.
Sesuai drug of choice scabies intervensi kuratif dilakukan dengan
memberikan terapi salep permetrin 5%, dan diberikan Cetirizine tablet
1x1 tablet p.o untuk mengurangi keluhan gatal. Sedangkan terapi
rehabilitatif dilakukan dengan edukasi agar pasien kontrol 7 hari lagi ke
puskesmas untuk menilai keberhasilan dan efek pengobatan

Monitoring dan Evaluasi


Pasien yang telah mendapat obat dari Puskesmas sebaiknya teratur
menggunakan obat, menggunakan obat secara benar sesuai aturan
pemakaian obat yang diberikan dan melakukan pemeriksaan ulang ke
puskesmas

Anda mungkin juga menyukai