F1 – F6
Disusun Oleh:
dr. Mutia Oktaviani. D
Pendamping:
dr. Debby Hasmita
NIP. 19821201 200903 2 007
a. Latar Belakang
World Health Organization menempatkan Indonesia pada posisi dengan
kasusgizi buruk tinggi, yaitu tertinggi kelima di dunia. Pada tahun 2005,
sebanyak lima juta balita Indonesia menderita gizi buruk. Jumlah itu sama
dengan 27,5% dari total populasi balita.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2010, sebanyak 13% balita berstatus gizi kurang, 4 , 9 %
berstatus gizi buruk.Data yang sama juga
menunjukkan 13,3% anak kurus, 6% diantaranya anak sangat kurus
dan 17% anak t e r g o l o n g sangat pendek . Keadaan ini
b e r p e n g a r u h p a d a m a s i h t i n g g i n y a a n g k a kematian bayi.
Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah
C a i r a n p u t i h y a n g dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita
melalui proses laktasi. ASI e k s k l u s i f a d a l a h m e m b e r i k a n h a n y a
A S I p a d a b a y i d a n t i d a k m e m b e r i b a y i makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes.
ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 0-
6 bulan.
Menurut WHO, cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik dan
benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai usia0 -6 bulan
dan meneruskan menyusui anak sampai usia 2 tahun . Mulai usia 6
bulan, bayi mendapat
makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai
d e n g a n k e b u t u h a n t u m b u h kembangnya.
Salah satu penyebab utama dari gizi buruk yang terjadi pada bayi adalah
kurangnya asupan nutrisi. Nutrisi yang lengkap untuk bayi berusia 0 - 6
bulan dapat diperoleh dari ASI. Sehingga bayi sebaiknya diberi kan
ASI eksklusif.
PERMASALAHAN
Dari berbagai penelitian yang dilakukan terlihat penurunan jumlah ASI
eksklusif. Hal ini berkaitan erat dengan pola asuh ibu. Perilaku atau pola
asuh ibu dipengaruhi tingkat pengetahuan ibu, tingkat sosial
ekonomi dan warisan budaya setempat. Hal yang paling mungkin
dilakukan intervensi adalah dari segi pengetahuan ibu. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam angka
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0- 6bulan. Salah satu bentuk
upayanya adalah dilakukan tindakan promotif berupa penyuluhan tentang
pentingnya ASI eksklusif pada bayi usia 0- 6 bulan.
PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka kami
bermaksud mengadakan penyuluhan kesehatan dengan materi “Pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 Bulan”
Permasalahan di Masyarakat
Pemilihan Intervensi
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka untuk
mengurangi resiko kematian pada ibu hamil dan bayi baru lahir maka kami
melakukan program pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu
hamil untuk memantau kesehatan ibu ,perkembangan janin serta mencegah
dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat hamil dan berisiko terhadap
kehamilannya.
Pelaksanaan
Kegiatan antenatal care ini telah dilakukan di Poliklinik KIA
puskesmas tahtul yaman setiap hari senin-sabtu dan akan terus berlanjut
sesuai dengan program puskesmas dalam mendeteksi dini penyakit pada
kehamilan.
Pemeriksaan ini meliputi anamnesis tentang gejala utama seperti
demam, muntah, nafsu makan menurun, perdarahan selama kehamilan,
keputihan, sesak, batuk lama, riwayat hipertensi, riwayat kelahiran, status
imunisasi dan lain-lain. Dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisis meliputi
pengukuran berat badan, pemeriksaan Leopold, serta dilakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium bagi ibu hamil yang memiliki resiko atau
penyakit dalam kehamilannya. Dan pemberian suplemen besi dan
multivitamin jika perlu.
Evaluasi
- Pada anamnesis didapatkan keluhan terbanyak pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 1 sampai 20 minggu yaitu keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati
serta nafsu makan menurun. Keluhan lain yang didapatkan yaitu
perdarahan yang disertai dan tidak disertai nyeri perut,
- Pada pemeriksaan fisis sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam
kehamilannya dan bagi yang kami nyatakan memiliki resiko terhadap
kehamilannya kami anjurkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap untuk diperiksa lebih lanjut misalnya usg abdomen dll.
- Beberapa yang kami dapatkan memiliki gejala dan tanda seperti hipertensi,
edema tungkai, hiperemesis dll kami anjurkan untuk diperiksa gula
darah,darah rutin dan protein urin.
- Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis kegiatan ANC
dilanjutkan dengan pemberian tablet fe, vitamin dan imunisasi TT sesuai
indikasi.
1. Latar Belakang
Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak
didalam kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak
mencukupi untuk melindungi anak dari berbagai penyakit infeksi dan
menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat kekebalan buatan agar
anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi adalah
suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit
menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu
sehingga walaupun nantinya orang tersebut mendapat infeksi tidak akan
meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas dan menular tanpa bantuan
pengobatan. Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk
mencapai Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya
70% dari penduduk suatu daerah harus mendapat imunisasi dasar yang
meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di
Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat
dicegah dengan imunisasi.
2. Permasalahan
Permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini adalah :
- Stigma negatif yang masih berkembang di masyarakat tentang
imunisasi berkaitan dengan kandungan vaksin
- Kurangnya penyebaran informasi yang berkaitan dengan kejadian
ikutan pasca imunisasi
- Informasi yang salah terkait imunisasi yang banyak tersebar di media
sosial
- Kondisi pandemi mengakibatkan posyandu tidak berjalan efektif
4. Pelaksanaan
a. Bentuk Kegiatan
Dilakukan identifikasi imunisasi yang dibutuhkan saat ini dengan
melihat buku KIA yang dibawa ibu saat datang. Lalu kegiatan
dilanjutkan dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat kedalam KMS. Setelah itu dilakukan inform
concent kepada orang tua bayi dan balita dan menjelaskan
kemungkinan kondisi setelah dilakukan imunisasi. Selanjutnya
dilakukan pemberian imunisasi sesuai jadwal dan usia bayi dan balita
tersebut dan menjelaskan mengenai jadwal imunisasi selanjutnya.
b. Sasaran
Ibu dan balita yang datang ke Posyandu Anggrek
c. Materi
- Pentingnya imunisasi dasar lengkap
- Jenis-jenis imunisasi
- Keadaan yang ditimbulkan setelah di imunisasi
d. Pelaksanaan
- Hari/Tanggal : Senin, 22 Maret 2021
- Tempat : Posyandu Anggrek
- Acara : Posyandu Balita
- Waktu : 09.00 s/d selesai
e. Jumlah Peserta : 11 orang
Masalah
Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti Posyandu Balita di
Posyandu ASOKA 3
Intervensi
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya mengikuti posyandu
- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
Pelaksanaan
Hari Tanggal : Jumat, 12 Maret 2021
Pukul :08.30-11.00 WIB
Tempat :Posyandu ASOKA 3.
Peserta :Kegiatan ini dihadiri oleh 19 balita.
Acara :Pemeriksaan tumbuh kembang dan pemeberian imunisasi.
Monev
- Posyandu balita berjalan cukup lancar
2. Permasalahan
Permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini adalah :
- Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi
- Banyaknya masyarakat yang masih lalai dalam perawatan dan
pengobatan hipertensi
- Banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa hipertensi
tidak berbahaya
- Masih banyak masyarakat hipertensi yang memperhatikan gizi
mereka
4. Pelaksanaan
a. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dengan metode presentasi langsung di depan masyarakat
yang hadir mengenai bahaya jika hipertensi diabaikan dan modifikasi
makan serta gizi yang baik pada pasien dengan Hipertensi. Selain
penyuluhan dilakukan sesi tanya jawab seputar materi yang diberikan
sebelumnya dan dilanjutkan dengan pengukuran tekanan darah semua
masyarakat yang hadir.
b. Sasaran
Masyarakat yang datang ke puskesmas tahtul yaman
c. Materi
- Pengertian, Cara Pencegahan Hipertensi
- Modifikasi gizi pada pasien Hipertensi
d. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Senin, 26 April 2021
b. Tempat : Puskesmas Tahtul Yaman
c. Acara : Pemberian materi mengenai hipertensi dan
modifikasi gizi, pengukuran tekanan darah.
d. Waktu : 10.00 s/d selesai
Permasalahan
Saat ini terjadi peningkatan angka kejadian COVID-19 di wilayah kerja
puskesmas tahtul yaman. COVID-19 tergolong penyakit menular, maka selain
upaya kuratif dan rehabilitatif, upaya promotof dan preventif sangat
pempengaruhi guna memutus rantai penularan.
disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteri patogen, tetapi hanya strain bovin
dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x
2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah.1 2
didunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2016 didunia adalah sekitar 10,4 juta orang.
Kasus meninggal yang diakibat TB adalah sebanyak 1,7 juta orang, Penyebab
pendapatan per kapita rendah hingga sedang. Indonesia menempati urutan kedua
kasus TB terbanyak didunia setelah India, yang kemudian diikuti oleh China,
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada
B. Permasalahan
Identitas Pasien
a. Nama : Ny N
c. Umur : 45 Tahun
d. Pekerjaan : Buruh
Keluhan Utama
− Demam yang hilang timbul sejak ±3 bulan yang lalu. Demam tidak tinggi,
− Batuk yang hilang timbul sejak ±2 bulan yang lalu. Batuk kadang
normal seusianya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
• Kesadaran : CMC
• TD :110/70
• Nadi : 96 x/menit
• Suhu : 37,1ºC
• Pernapasan : 20x/menit
Kepala : Normocephal
Paru:
Paru depan
Paru belakang
Jantung :
Kanan : LSD
Abdomen :
• Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
• Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Teraba hangat, CRT <2 dtk, edema -/-, clubbing finger -/-
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
berikut:5
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
lanjutan.
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
• Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
kekambuhan.
Panduan OAT
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
D. Pelaksanaan
Nonfarmakologi
-Menerapkan protocol kesehatan berupa pemakaian masker dan cuci tangan
-menereapkan etika batuk yang baik dan benar
-memeriksakan anggota keluarganya yang berkontak erat dengan pasien
-rajin olahraga dan makanan bergizi serta hindari stress
-dukungan keluarga serta peran PMO sanagat berperan terhadap keberhasilan
terapi.
Farmakologi
- 4 FDC kategori 1 /haari selama 56 hari dan kontrol setiap 7 hari
- Vitamin B6
2. Skabies
a. Latar Belakang
b. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan pada kasus penyakit ini adalah :
- Banyak keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman
mengalami scabies
- Masyarakat yang mengalami gejala scabies sering tidak
melakukan pengobatan.
c. Identitas Pasien
Identitas Pasien
Nama : An. A
Usia : 7 tahun
Anamnesis
Auto dan alloanamnesis dilakukan pada hari Senin tanggal 10 April 2021
pukul 09.00 WIB di Poli Umum Puskesmas Tahtul Yaman
Faktor memperberat: -
Gejala Penyerta : Demam (-), batuk (-), nyeri kepala (-), muntah (-),
papul dan bintik merah dengan krusta (+), rasa tebal/kebas (-). BAB dan
BAK dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital :
HR: 88 x/menit,
RR : 20 x/menit,
T: 36OC
Kepala : Normochepali
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-), hidung pelana (-)
Abdomen
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube
timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tak teraba , nyeri tekan (-)
Status Lokalis
Pada seluruh tubuh tersebar merata terdaput papul dan krusta kehitaman
multipel berukuran miler hingga lentikuler dengan warna eritematosa
serta ekskoriasi dan bekas garukan
DIAGNOSIS
Scabies
Preventif :
Promotif :
- Memberikan edukasi kepada pasien dan ibu pasien tentang penyakit serta
upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan terutama pengobatan
terhadap penyakit anaknya.
- Edukasi pasien dan ibu pasien terutama mengenai cara penggunaan salap
sebagai terapi utama terhadap penyakit ini
Kuratif :
Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
Rehabilitatif :
5. PELAKSANAAN