ABSTRAK
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
Pendidikan kebidanan di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah
oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Metode yang digunakan adalah literature review. Hasilnya, masalah
kesehatan ibu dan anak terdapat beberapa faktor salah satunya adalah pernikahan dini
di mana ibu muda tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak. Peran
bidan pada masalah kesehatan ibu dan anak sangat dibutuhkan untuk mengurangi
masalah kesehatan ibu dan anak.
Keywords: Bidan, peran, kesehatan, ibu, anak.
Pendahuluan
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
Pendidikan kebidanan di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah
oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Praktik kebidanan yang dilakukan oleh bidan merupakan suatu kegiatan
pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan.
Sebagai salah satu anggota profesi tenaga kesehatan, bidan memiliki peran
sebagai anggota kesehatan. Untuk menunjang peran tersebut bidan dibekali dengan
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh bidan dalam menjalankan
praktik pelayanan kebidanan. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki peran
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
Ibu dan anak adalah populasi yang rawan terkena masalah kesehatan hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di Indonesia upaya peningkatan status kesehatan
ibu dan anak merupakan salah satu tujuan utama. Menurut UNICEF (Lestari, 2020:76),
setiap tiga menit, di suatu tempat di Indonesia, anak di bawah usia lima tahun
meninggal. Selain itu setiap jam seorang perempuan meninggal karena melahirkan atau
sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi harus selalu dipantau agar kesehatan dari
bayi tersebut tetap baik. Salah satunya dengan dibentuknya posyandu untuk bayi terdiri
dari penimbangan berat badan bayi, pengukuran tinggi badan bayi, memenuhi
imunisasi yang dibutuhkan, serta layanan lainnya (Fithri, 2018:5).
1
Jurusan Kebidanan, Universitas Andalas, Indonesia.
Pada posyandu diperlukan juga kader yang dibimbing oleh bidan di mana kader
posyandu ini dalam pelaksanaan kesehatan ibu dan anak memegang peranan penting
untuk memberi kesadaran pada ibu dan anak akan pentingnya kesehatan ibu dan anak,
sehingga masalah kesehatan ibu dan anak dapat berkurang (Sistiarani, Nurhayati,
Suratman, 2013: 100).
Kematian serta kesakitan ibu dan bayi merupakan masalah besar salah satunya
di Indonesia. (Widoyo, 2015:63) Kematian ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas. Ibu hamil membutuhkan dukungan, gizi yang cukup, akses pelayanan yang
mudah digapai serta kesiapan keluarga.
I. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis di mana pada topik ini berdasarkan literature review
topik yang telah diteliti sebelumnya yaitu pencegahan masalah kesehatan ibu dan anak
pada pernikahan dini. Pendekatan deskriptif merupakan pendekatan penelitian yang
berdasarkan pada fakta yang ada. Penelitian ini tidak mempertimbangkan benar
ataupun salah.
II. Hasil
Pola asuh berkaitan dengan tidak dilakukannya pemberian ASI Ekslusif kepada
bayi akibat kurangnya pengetahuan ibu muda yang menikah dini. Salah satu kasus
kematian bayi yang dialami oleh seorang ibu M yang masih remaja dengan usia masih
15 tahun. M adalah seorang ibu di usia muda dengan riwayat bayinya meninggal karena
sesak nafas. Dia mengalami masa kehamilan di usia 14 tahun. Ibu M menjaga
kehamilannya sejak usia satu 1 bulan hingga usia tujuh bulan. Pada bulan ketujuh, M
melahirkan bayinya. Bayi yang lahir prematur ini lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Keluarga M tidak memiliki BPJS sehingga bayi prematur yang
seharusnya masih menjalani perawatan terpaksa di bawa pulang setelah dirawat 19
hari. Bayi tersebut hampir setiap malam mengalami sesak nafas dan tidak ingin minum
2.3 Peran bidan dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak
Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator, motivator,
fasilitator, dan konselor bagi masyarakat. Macam-macam peran tersebut yaitu:
a. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang
yang. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampikan
pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain
yang menerima pesan (komunikan) tesebut memberikan respon terhadap pesan
yang diberikan. Proses dari interaksi komunikator ke komunikan disebut juga
dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik
dan psikologis harus hadir secara utuh, karena tidak cukup hanya dengan
mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga penting
untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.
Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan informasi
secara jelas kepada pasien, pemberian informasi sangat diperlukan karena
komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap
masyarakat yang salah terhadap kesehatan dan penyakit. komunikasi dikatakan
efektif jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas
kepada pasien, sehingga dalam penanganan selama kehamilan diharapkan
tenaga kesehatan bersikap ramah, dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil.
Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi
yag diberikan dan juga memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek
samping yang tidak bisa ditanggulagi sendiri segera datang kembali dan
komunikasi ke tenaga kesehatan.
b. Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.
Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai
suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang dilakukan. Motivasi adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai motivasi
tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu
memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran
pihak yang dimotivasi agar tumbuh kearah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-
ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan, menyadarkan, dan
mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapai, dan dapat
mengembangkan potendinya untuk memecahkan masalah tersebut. Tenaga
kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk
patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan menanyakan apakah ibu
sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus
mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan
yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama
kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan tumbuhnya motivasi.
c. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan
dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga
Kesehatan dilengkapi dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu
memberikan penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak. Tenaga kesehatan
juga harus membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peran sebagai fasilitator dalam
pemanfaatan buku KIA kepada ibu hamil juga harus dimiliki oleh setiap tenaga
kesehatan pada setiap kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil
mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitas, waktu yang
disediakan, dan optimalisasi partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas
waktu yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi kesempatan agar siap
melanjutkan cara menjaga kesehatan kehamilan secara mandiri dengan
keluarga. Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam
suatu forum dan memberikan kesemapatan pada pasien untuk bertanya
mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. menjadi seorang fasilitator tidak
hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja. tetapi seorang teanga
kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, seperti
menyediakan waktu dan tempat ketika pasien ingin bertanya secara lebih
mendalam dan tertutup.
d. Sebagai konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain
dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman tehadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan
klien. Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan
umum dari pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai
perkembangan yang optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang
dimiliki, sedangkan secara khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan
perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar
membuat keputusan dan membimbingn ibu hamil mencegah timbulnya
masalah selama proses kehamilan. Konselor yang baik harus memiliki sifat
peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang
lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan
interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dan menyimpan rahasia, mendorong
pengambilan keputusan, memberikan dukungan, membentuk dukungan atas
dasar kepecayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran
klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien. Konseling yang
dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil memiliki beberapa unsur.
Proses dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu pembinaan
hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian informasi
(identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan
pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan
mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya
akan dialami, serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah
dilakukan sebelumnya.
IV Kesimpulan
Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Masalah kesehatan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada. Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator,
motivator, fasilitator, dan konselor bagi masyarakat.
Referensi
Amalia, Rizki, and Sri Handayani. “Modul Konsep Kebidanan.” Manajemen Asuhan
Kebidanan, 2022. Pekalongan : NEM.
Andriana, dkk. KESEHATAN IBU DAN ANAK: Konsep Dasar Teori Persfektif
Akademisi Dan Praktisi . 2022. Bandung : Indie Press.
Bruno, Latour. “Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Asi Pada Bayi.”
Journal of Chemical Information and Modeling, vol. 53, no. 9, 2019, pp. 1689–
99.
Fithri, Diana Laily. “Aplikasi Manajemen Posyandu Untuk Peningkatan Kesehatan Ibu
Dan Anak.” SITECH : Jurnal Sistem Informasi Dan Teknologi, vol. 1, no. 1, 2018,
pp. 41–48.
Lestari, Tri Rini Puji. “Pencapaian Status Kesehatan Ibu Dan Bayi Sebagai Salah Satu
Perwujudan Keberhasilan Program Kesehatan Ibu Dan Anak.” Kajian, vol. 25,
no. 1, 2020, pp. 75–89.
Mass, Linda T. “Kesehatan Ibu Dan Anak Persepsi Budaya Dan Dampak
Kesehatannya.” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
2004, pp. 1–6.
Perdana, Fitri, and Heti Herawati. “Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu Dan Anak
Melalui Program Literasi Kesehatan Dan Hibah Buku Di Desa Cintamulya Rw 05
Jatinangor.” Dharmakarya, vol. 7, no. 1, 2018, pp. 6–10.
Ratno Widoyo. “Peningkatan Peran Suami Dalam Kesehatan Ibu Dan Anak
Indonesia.” Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, vol. 9 (2), 2015, pp. 63–64.
Sistiarani, Colti, and Siti Nurhayati. “Faktor Yang Mempengaruhi Peran Kader Dalam
Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak.” Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.
8, no. 2, 2013, pp. 99–105.
Vera Iriani Abdullah, Wiwit Vitania, Fitrah Ivana Paisal. BUKU AJAR KONSEP
KEBIDANAN. 2021. Pekalongan : NEM.
Wulandari, Heni Wulandari, dan Istiana Kusumastuti. “Pengaruh Peran Bidan, Peran
Kader, Dukungan Keluarga Dan Motivasi Ibu Terhadap Perilaku Ibu Dalam
Pencegahan Stunting Pada Balitanya.” Jurnal Ilmiah Kesehatan, vol. 19, no. 02,
2020, pp. 73–80.