Anda di halaman 1dari 9

Peran Bidan dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Ibu dan Anak

Sharla Raissaqinah Syafril1


sharla.raissakinah@gmail.com

ABSTRAK
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
Pendidikan kebidanan di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah
oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Metode yang digunakan adalah literature review. Hasilnya, masalah
kesehatan ibu dan anak terdapat beberapa faktor salah satunya adalah pernikahan dini
di mana ibu muda tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak. Peran
bidan pada masalah kesehatan ibu dan anak sangat dibutuhkan untuk mengurangi
masalah kesehatan ibu dan anak.
Keywords: Bidan, peran, kesehatan, ibu, anak.

Pendahuluan
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
Pendidikan kebidanan di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah
oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Praktik kebidanan yang dilakukan oleh bidan merupakan suatu kegiatan
pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan.
Sebagai salah satu anggota profesi tenaga kesehatan, bidan memiliki peran
sebagai anggota kesehatan. Untuk menunjang peran tersebut bidan dibekali dengan
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh bidan dalam menjalankan
praktik pelayanan kebidanan. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki peran
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
Ibu dan anak adalah populasi yang rawan terkena masalah kesehatan hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di Indonesia upaya peningkatan status kesehatan
ibu dan anak merupakan salah satu tujuan utama. Menurut UNICEF (Lestari, 2020:76),
setiap tiga menit, di suatu tempat di Indonesia, anak di bawah usia lima tahun
meninggal. Selain itu setiap jam seorang perempuan meninggal karena melahirkan atau
sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi harus selalu dipantau agar kesehatan dari
bayi tersebut tetap baik. Salah satunya dengan dibentuknya posyandu untuk bayi terdiri
dari penimbangan berat badan bayi, pengukuran tinggi badan bayi, memenuhi
imunisasi yang dibutuhkan, serta layanan lainnya (Fithri, 2018:5).

1
Jurusan Kebidanan, Universitas Andalas, Indonesia.
Pada posyandu diperlukan juga kader yang dibimbing oleh bidan di mana kader
posyandu ini dalam pelaksanaan kesehatan ibu dan anak memegang peranan penting
untuk memberi kesadaran pada ibu dan anak akan pentingnya kesehatan ibu dan anak,
sehingga masalah kesehatan ibu dan anak dapat berkurang (Sistiarani, Nurhayati,
Suratman, 2013: 100).
Kematian serta kesakitan ibu dan bayi merupakan masalah besar salah satunya
di Indonesia. (Widoyo, 2015:63) Kematian ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas. Ibu hamil membutuhkan dukungan, gizi yang cukup, akses pelayanan yang
mudah digapai serta kesiapan keluarga.

I. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis di mana pada topik ini berdasarkan literature review
topik yang telah diteliti sebelumnya yaitu pencegahan masalah kesehatan ibu dan anak
pada pernikahan dini. Pendekatan deskriptif merupakan pendekatan penelitian yang
berdasarkan pada fakta yang ada. Penelitian ini tidak mempertimbangkan benar
ataupun salah.

II. Hasil
Pola asuh berkaitan dengan tidak dilakukannya pemberian ASI Ekslusif kepada
bayi akibat kurangnya pengetahuan ibu muda yang menikah dini. Salah satu kasus
kematian bayi yang dialami oleh seorang ibu M yang masih remaja dengan usia masih
15 tahun. M adalah seorang ibu di usia muda dengan riwayat bayinya meninggal karena
sesak nafas. Dia mengalami masa kehamilan di usia 14 tahun. Ibu M menjaga
kehamilannya sejak usia satu 1 bulan hingga usia tujuh bulan. Pada bulan ketujuh, M
melahirkan bayinya. Bayi yang lahir prematur ini lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Keluarga M tidak memiliki BPJS sehingga bayi prematur yang
seharusnya masih menjalani perawatan terpaksa di bawa pulang setelah dirawat 19
hari. Bayi tersebut hampir setiap malam mengalami sesak nafas dan tidak ingin minum

2.1 Pengertian kesehatan ibu dan anak


Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis
terkait kehamilan dan persalinan Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-
menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan
alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini
tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
2.2 Faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan ibu dan anak
Masalah kesehatan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor
pernikahan dini, faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang
disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa
makanan tertentu.

• Makanan, penyakit dan kesehatan anak.


Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada
aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang
seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah
tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.
Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak
mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada
anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada
anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun
kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu. Pada beberapa masyarakat
tradisional di Indonesia bisa dilihat budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan
dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan
modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern
ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan
berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun,
pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak
(nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya
tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu
merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada beberapa daerah pada bayi usia
sebulan sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula
kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh
manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan
pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat
tradisional, kolostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik
diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang
menganggap bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin
pada bayi. Sementara, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan
tubuh bayi. Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan
merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan
bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang
tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada
kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas
ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang
dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.
Masalah kesehatan selalu berkaitan dengan dua hal yaitu sistem teori
penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori penyakit lebih menekankan
pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan pengobatan penyakit. Sementara,
sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan
interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi antar pasien dengan si penyembuh,
apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan
menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke dalam
dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit- penyakit yang dianggap
timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu,
mahluk halus dan lain-lain termasuk dalam golongan personalistik. Sementara yang
termasuk dalam golongan naturalistik adalah penyakit- penyakit yang disebabkan
oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain Dari sudut pandang
sistem medis moderen adanya persepsi masyarakat yang berbeda terhadap penyakit
seringkali menimbulkan permasalahan. Sebagai contoh ada masyarakat pada
beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang
disebabkan karena kemasukan roh halus, dan hanya dukun yang dapat
menyembuhkannya. Padahal kejang-kejang tadi mungkin disebabkan oleh demam
yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan dengan cara yang
tepat dapat menimbulkan kematian. Kepercayaan-kepercayaan lain terhadap demam
dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut bertambah kepandaiannya seperti
sudah mau jalan. Ada pula yang menganggap bahwa diare yang sering diderita oleh
bayi dan anak-anak disebabkan karena pengaruh udara, yang sering dikenal dengan
istilah "masuk angin". Karena persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-beda,
maka pengobatannyapun berbeda-beda. Misalnya, di suatu daerah dianggap bahwa
diare ini disebabkan karena "masuk angin" yang dipersepsikan sebagai
"mendinginnya" badan anak maka perlu diobati dengan bawang merah karena dapat
memanaskan badan si anak. Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak,
etiologi penyakit dan tindakan kuratif penyakit merupakan bagian dari sistem
perawaatan kesehatan umum dalam masyarakat.
• Kehamilan, persalinan dan kematian ibu
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan
kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang
berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei
1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada
peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian
ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting
untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Berbagai kalangan
masyarakat di Indonesia, masih banyak yang menganggap kehamilan sebagai hal
yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang
menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya
faktor-faktor risiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Risiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat
dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya
pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan
pada kehamilan dan persalinan. dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda
yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih
adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang
menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu
yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari
tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan
kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dikatakan
pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil
disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

2.3 Peran bidan dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak
Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator, motivator,
fasilitator, dan konselor bagi masyarakat. Macam-macam peran tersebut yaitu:
a. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang
yang. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampikan
pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain
yang menerima pesan (komunikan) tesebut memberikan respon terhadap pesan
yang diberikan. Proses dari interaksi komunikator ke komunikan disebut juga
dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik
dan psikologis harus hadir secara utuh, karena tidak cukup hanya dengan
mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga penting
untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.
Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan informasi
secara jelas kepada pasien, pemberian informasi sangat diperlukan karena
komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap
masyarakat yang salah terhadap kesehatan dan penyakit. komunikasi dikatakan
efektif jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas
kepada pasien, sehingga dalam penanganan selama kehamilan diharapkan
tenaga kesehatan bersikap ramah, dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil.
Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi
yag diberikan dan juga memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek
samping yang tidak bisa ditanggulagi sendiri segera datang kembali dan
komunikasi ke tenaga kesehatan.
b. Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.
Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai
suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang dilakukan. Motivasi adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai motivasi
tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu
memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran
pihak yang dimotivasi agar tumbuh kearah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-
ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan, menyadarkan, dan
mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapai, dan dapat
mengembangkan potendinya untuk memecahkan masalah tersebut. Tenaga
kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk
patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan menanyakan apakah ibu
sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus
mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan
yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama
kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan tumbuhnya motivasi.
c. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan
dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga
Kesehatan dilengkapi dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu
memberikan penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak. Tenaga kesehatan
juga harus membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peran sebagai fasilitator dalam
pemanfaatan buku KIA kepada ibu hamil juga harus dimiliki oleh setiap tenaga
kesehatan pada setiap kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil
mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitas, waktu yang
disediakan, dan optimalisasi partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas
waktu yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi kesempatan agar siap
melanjutkan cara menjaga kesehatan kehamilan secara mandiri dengan
keluarga. Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam
suatu forum dan memberikan kesemapatan pada pasien untuk bertanya
mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. menjadi seorang fasilitator tidak
hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja. tetapi seorang teanga
kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, seperti
menyediakan waktu dan tempat ketika pasien ingin bertanya secara lebih
mendalam dan tertutup.
d. Sebagai konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain
dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman tehadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan
klien. Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan
umum dari pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai
perkembangan yang optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang
dimiliki, sedangkan secara khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan
perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar
membuat keputusan dan membimbingn ibu hamil mencegah timbulnya
masalah selama proses kehamilan. Konselor yang baik harus memiliki sifat
peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang
lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan
interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dan menyimpan rahasia, mendorong
pengambilan keputusan, memberikan dukungan, membentuk dukungan atas
dasar kepecayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran
klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien. Konseling yang
dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil memiliki beberapa unsur.
Proses dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu pembinaan
hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian informasi
(identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan
pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan
mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya
akan dialami, serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah
dilakukan sebelumnya.

IV Kesimpulan
Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Masalah kesehatan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada. Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator,
motivator, fasilitator, dan konselor bagi masyarakat.
Referensi
Amalia, Rizki, and Sri Handayani. “Modul Konsep Kebidanan.” Manajemen Asuhan
Kebidanan, 2022. Pekalongan : NEM.
Andriana, dkk. KESEHATAN IBU DAN ANAK: Konsep Dasar Teori Persfektif
Akademisi Dan Praktisi . 2022. Bandung : Indie Press.
Bruno, Latour. “Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Asi Pada Bayi.”
Journal of Chemical Information and Modeling, vol. 53, no. 9, 2019, pp. 1689–
99.
Fithri, Diana Laily. “Aplikasi Manajemen Posyandu Untuk Peningkatan Kesehatan Ibu
Dan Anak.” SITECH : Jurnal Sistem Informasi Dan Teknologi, vol. 1, no. 1, 2018,
pp. 41–48.
Lestari, Tri Rini Puji. “Pencapaian Status Kesehatan Ibu Dan Bayi Sebagai Salah Satu
Perwujudan Keberhasilan Program Kesehatan Ibu Dan Anak.” Kajian, vol. 25,
no. 1, 2020, pp. 75–89.
Mass, Linda T. “Kesehatan Ibu Dan Anak Persepsi Budaya Dan Dampak
Kesehatannya.” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
2004, pp. 1–6.
Perdana, Fitri, and Heti Herawati. “Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu Dan Anak
Melalui Program Literasi Kesehatan Dan Hibah Buku Di Desa Cintamulya Rw 05
Jatinangor.” Dharmakarya, vol. 7, no. 1, 2018, pp. 6–10.
Ratno Widoyo. “Peningkatan Peran Suami Dalam Kesehatan Ibu Dan Anak
Indonesia.” Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, vol. 9 (2), 2015, pp. 63–64.
Sistiarani, Colti, and Siti Nurhayati. “Faktor Yang Mempengaruhi Peran Kader Dalam
Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak.” Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.
8, no. 2, 2013, pp. 99–105.
Vera Iriani Abdullah, Wiwit Vitania, Fitrah Ivana Paisal. BUKU AJAR KONSEP
KEBIDANAN. 2021. Pekalongan : NEM.
Wulandari, Heni Wulandari, dan Istiana Kusumastuti. “Pengaruh Peran Bidan, Peran
Kader, Dukungan Keluarga Dan Motivasi Ibu Terhadap Perilaku Ibu Dalam
Pencegahan Stunting Pada Balitanya.” Jurnal Ilmiah Kesehatan, vol. 19, no. 02,
2020, pp. 73–80.

Anda mungkin juga menyukai