Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN STUNTING PADA ANAK

DISUSUN OLEH :
NAMA : ERLINAWATI, Am.Keb
NIM : 193001070118
DOSEN PENGAMPU : LAILATUL BADRIYAH,S.ST,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan
tepat waktu. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan
menambah wawasan kita semua. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu terutama dosen pembimbing yang selalu memberikan
masukan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Meski saya telah membuat makalah ini dengan maksimal, namun tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Jambi, 24 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya


malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis berulang yang
ditunjukan dengan nilai standar deviasi (SD) unit z (Z-Score) tinggi badan menurut
umur (TB/U) < -2 SD ≥ -3 SD. Malnutrisi didefinisikan pertumbuhan linier yang
tidak mencapai rata-rata pertumbuhan untuk kelompok umur dan jenis kelamin
tertentu (WHO, 2010). Stunting dapat diketahui bila sorang balita sudah diukur
panjang atau tinggi badannya lalu dibandingkan dengan standar World Health
Oragnization (WHO) dan hasilnya berada di bawah normal.

Persiapan generasi keluarga yang baik dan berkualitas tinggi dengan


tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu tujuan dalam
membentuk generasi emas tahun 2045. Ketersediaan sumber daya manusia yang
berkualitas menjadi penentu dalam pembangunan suatu bangsa, seperti memiliki
fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta kognitif yang
baik, dimana itu semua ditentukan oleh status gizi sejak masa pertumbuhan dini,
yaitu dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan.

Gerakan dalam menyelamatkan 1000 HPK merupakan tujuan nasional


untuk memutus mata rantai masalah kesehatan ibu dan anak. Gerakaran besar ini
tentu melibatkan beberapa sektor dan profesi, terutama pada sektor kesehatan
salah satunya yaitu profesi bidan. Bidan sebagai ujung tombak dari pembangunan
kesehatan yang berhubungan langsung dengan ibu dapat menjadi faktor
pendukung ataupun pendorong untuk keberhasilan tujuan dalam program 1000
HPK.

Profil bidan di Indonesia merupakan tampilan kinerja bidan pada area


pelayanan kebidanan yaitu mencakup sebagai pemberi asuhan (care provider),
pengambil keputusan (decision maker), komunikator (communicator), pemimpin
masyarakat (community leader), dan manajer (manager). Bidan memiliki peran
yang penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya bagi
perempuan, namun juga kepada keluarga dan komunitas. Tugas tersebut dapat
dilakukan mulai pada pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan
dapat meluas pada kesehatan perempuan, seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan pada anak.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas didapatkan rumusan masalahnya adalah
bagaima peran bidan dalam pencegahan stunting pada anak?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah mendeskripsikan peran bidan
dalam pencegahan stunting pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stunting 1


Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

2.2 Peran bidan dalam pencegahan stunting pada anak 2


2.2.1 Edukasi Pranikah
Edukasi pranikah sangat diperlukan dalam mempersiapkan diri menjalani
kehidupan baru, dalam hal ini tenaga kesehatan salah satunya bidan dapat
memberikan edukasi untuk mencegah terjadinya stunting pada generasi berikutnya.
Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu tahap yang terpenting dalam
sepanjang siklus kehidupan manusia. Menjadi seorang ibu baru adalah peran yang
sangat berat. Umumnya, mereka akan menghadapi tantangan yang berat dalam
memberikan ASI eksklusif, dimana nantinya sang ibu akan menemukan titik paling
sensitifnya pada saat dirinya dihadapkan untuk menjalani peran baru sebagai ibu
untuk pertama kalinya. Seorang suami juga akan mendapat peran baru sebagai
seorang ayah sekaligus suami harus mendukung secara penuh sang istri untuk tetap
berjuang memberikan ASI eksklusif kepada bayi demi kelangsungan tumbuh
kembang sang bayi. Sejumlah penelitian menunjukkan, angka keberhasilan pemberian
ASI eksklulif bisa mencapai hampir 100% bila ada dukungan dari suami. Sebaliknya,
bila suami tidak peduli, angka keberhasilannya hanya 30% saja. Oleh karena itu,
pentingnya diberikan pengetahuan tentang pentingnya ASI eksklusif bagi para calon
pengantin agar keberhasilan pemberian ASI eksklusif mencapai 100% dan dapat
menciptakan generasi penerus yang sehat dan cerdas di masa mendatang.
2.2.2 Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK) guna mendeteksi risiko terjadinya komplikasi kehamilan. Indikator ANC
yang sesuai dengan MDGs adalah K1 (ANC minimal satu kali) dan ANC minimal
empat kali, dan indikator ANC untuk evaluasi program pelayanan kesehatan ibu
di Indonesia yaitu cakupan K1 ideal dan K4.
Perawatan selama kehamilan sangat penting untuk diperhatikan guna
mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan maupun persalinan dan
untuk menjaga kesehatan janin. Namun pada kenyataannya perilaku masyarakat
khususnya di Indonesia, masih banyak ibu yang menganggap kehamilan sebagai
hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke pelayanan kesehatan yang pada akhirnya
menyebabkan faktor-faktor risiko yang mungkin dialami oleh ibu tidak dapat
dideteksi sejak dini. Sebuah penelitian menyatakan bahwa ibu yang melakukan
perawatan antenatal kurang dari tiga kali dan tidak memeriksakan kehamilannya
kepada dokter, perawat maupun bidan dapat memiliki risiko untuk terjadi stunting
pada anak-anak mereka. Kunjungan ANC yang dilakukan secara teratur dapat
mendeteksi dini risiko kehamilan yang ada pada seorang ibu dan janinnya,
terutama yang berkaitan dengan masalah gizi.

2.2.3 Edukasi Gizi Ibu Hamil


 Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di
samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembe
ntukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil
dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka
macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan
adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu
protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu
proses pertumbuhan itu.
  Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telahmengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanantambahan kepada ibu hamil
tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablettambah darah, minimal 90 tablet
selama kehamilan. Kesehatan ibu harustetap dijaga agar ibu tidak mengalami
sakit.

2.2.4 Inisiasi Menyusui Dini dan ASI ekslusif


Usia 0-24 bulan adalah periode emas pertumbuhan dan perkembangan,
karena pada usia ini anak mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental yang pesat. Asupan zat gizi pada periode ini sangat penting, sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus. Pada masa bayi, asupan gizi yang diperoleh
sangat bergantung pada ibu atau pengasuhnya. Tahun pertama kehidupan, berat
badan bayi akan meningkat tiga kali lipat dibandingkan berat lahirnya dan
pertumbuhan otak meningkat mencapai 50 persen. Masalah gizi yang sangat perlu
diperhatikan pada anak usia 6-24 bulan adalah stunting. Stunting berhubungan
dengan perkembangan yang buruk pada usia balita yang dapat mengakibatkan
terganggunya proses metabolisme, fungsi kognitif dan menurunnya produktivitas.
Penyebab masalah stunting salah satunya akibat dari penundaan inisiasi menyusu
dini (IMD), pemberian air susu ibu (ASI) tidak eksklusif dan penyapihan ASI
yang terlalu cepat.
BAB III
PENUTUP

  Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam


kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup
gizi,mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau
kesehatannya.Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting   pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantaudan
dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan
benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yangsangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan,sehingga dapat
dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.Bersama dengan sektor lain
meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan
akses keluarga terhadap sumber air terlindung,serta pemukiman yang layak. Juga
meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila
sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.Peningkatan
pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan kemampuan
dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam
keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi
dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti
dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam
mencegah terjadinya balita stunting.
DAFTAR PUSTAKA

1. Situasi Balita Pendek (Sunting) di Indonesia. Pusat Data dan Informasi.


Kementerian Kesehatan RI. 2018
2. Peran Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting di
Indonesia.2018

Anda mungkin juga menyukai