Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.Pada mola hidatidosa
kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi
keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di negara–negaraAsia, Afrika dan
Amerika latindari pada di negara–negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita
dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun.1

Penyebab Mola tidak diketahui, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan
seseorang berisiko terkena Mola hidatidosa.Keluhan dari penderita seperti gejala-gejala
hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu tumbuh dan hidup
terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.

Penemuan klinis yang lazim berupa perdarahan uterus dalam trimester pertama
(90%), pengeluaran vesikel (80%), uterus cepat membesar (lebih besar dari yang
diperkirakan menurut umur kehamilan pada 50% kasus), pembesaran kista teka lutein
multipel pada satu atau kedua ovarium (15 %- 30%), hiperemis gravidarum (10%), onset
hipertensi yang dipicu oleh kehamilan selama trimester pertama (10%-12%) dan tidak
adanya denyut jantung janin. 1,2

Kehamilan mola secara makroskopik, bahwa mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm sedangkan secara histologis ditandai
oleh proliferasi trofoblastik dangan derajat bervariasi dan edema stroma vilosa. Mola
biasanya terdapat di rongga uterus; namun, mola kadang – kadang terletak di tuba falopii
atau bahkan di ovarium.Ada tidaknya janin atau elemen mudigah digunakan untuk
mengklasifikasi mola menjadi mola komplitdan parsial. 2,3
2

BAB II
LAPORAN KASUS
MRS: 25 Februari
A. Data Subjektif :
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.H
Umur : 40 tahun
Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : RT. 01 Bagan Pete
Nama Suami : M. Wahid
Umur : 46 tahun
Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT. 01 Bagan Pete

2. Riwayat Perjalanan Penyakit


Keluhan Utama :Os rencana operasi pengangkatan rahim (histerektomi)
Riwayat Perjalanan Penyakit :Os masuk pertama kali ke ruang kebidanan pada tanggal
25 Januari 2018 dengan diagnosa G5P4A0 gravida 14-15 minggu dengan perdarahan
aktif e.c Molahidatidosa. Keluhan os saat itu adalah keluar darah berupa bercak sejak
tanggal 15Januari 2018 dan pada tanggal 24 Februari 2018 os mengeluh perdarahan yang
lebih banyak dari semula. Dari hasil pemeriksaan USG os didiagnosa Mola Hidatidosa.
Direncanakan kuretase tanggal 26Februari 2018. Setelah dilakukan kuretase, 2 minggu
kemudian dilakukan pemeriksaan untuk melihat kadar B-Hcg dan didapatkan hasil
kadar B-Hcg yang tinggi dan direncanakan kuret kedua namun pasien menolak dan
memilih untuk dilakukan pengangkatan rahim.
3

3. Data Kebidanan
a. Haid
Menarche : usia 12 tahun
HPHT : 20 Oktober 2017
Haid : tidak teratur
Lama haid : 7 hari
Siklus : 28 hari
Dissmenorrhea : ya
Warna : merah tua
Bentuk perdarahan : Encer
Bau Haid : Anyir
Fluor albus : Sebelum haid
Kapan : Sedikit
Lama : 2 hari
b. Riwayat Perkawinan :
Pasien sudah menikah 1 kali dengan lama pernikahan 20 tahun. Menikah pada usia
21 tahun.
4

c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :

No Tahun Umur Jenis Penolong Penyulit Nifas Anak Keterangan


partus Kehamilan Persalinan JK BB
1 1996 Aterm Spontan Bidan - LK 3200
2 1998 Aterm Spontan Dokter - LK 3200
3 2002 Aterm Spontan Bidan - LK 3800
4 2004 Aterm Spontan Bidan - PR 3200

d. Riwayat KB
Os menggunakan KB jenis suntik
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat hipertensi, DM, Hepatitis, TB disangkal
b. Riwayat Kesehatan yang lalu : Riwayat hipertensi (+)

B. Data Objektif Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : CM
3. Vital Sign :
- Tekanan Darah : 160/100 mmHg
- Nadi : 84 kali/menit
- Temperature : 36,5’ C
- Pernafasan : 24 kali/menit
4. Berat Badan : 57 Kg
5. Tinggi Badan : 156 cm
6. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Kepala
5

Wajah : Pucat (-) Sianosis (-)


Rambut : tidak rontok
Cloasma Gravidarum : (-)
Konjunctiva : merah muda
Sklera : putih
Mulut dan gigi : sianosis (-), lidah kotor (-)
Telinga : dalam batas normal
b. Leher : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-), pembesaran KGB (-)
c. Dada :
Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : sonor
Palpasi : pengembangan dada simetris
Auskultasi : Pulmo : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-). Cor : BJ1 BJ2 :
reguler, murmur (-/-), gallop (-)
d. Abdomen :
Inspeksi : Simetris, linea (-), striae (-), bekas luka operasi (-)
Auskultasi : Bising Usus : (+)
Palpasi : pembesaran hepar dan lien (-)
Perkusi : timpani
e. Genitalia Eksterna : labia mayora/minora : simetris, pembesaran kelenjar
bartholini (-), pengeluaran vagina (-)
f. Ekstremitas : simetris, akral hangat
7. Status Ginekologik :
a. Pemeriksaan Luar : dalam batas normal
b. Inspekulo :(15 Desember 2014)
- Tampak OUE yang terbuka, dan terdapat darah serta stosel
c. Pemeriksaan Laboratorium :
6

Darah rutin :

Parameter Nilai (15 Desember 2014) Nilai (6 Januari 2015) Nilai Rujukan
WBC 12,9 x 103 8.3 x 103 3.5-10.0
RBC 2,49 x 106 4.05 x 106 3.80-5.80
HGB 7,7 10.4 11.0-16.5
HCT 21,5 31,6 35.0-50.0
PLT 318 x 103 466 x 103 150-390 x 103

Masaperdarahan (BT) : 2 menit


Masapembekuan (CT) : 4 menit
Kimia Darah :
Parameter Hasil Satuan Harga Normal
Protein total 7,7 g/dl 6.4-8.4
Albumin 4,3 g/dl 3.5-5.0
Globulin 3,4 g/dl 3.0-3.6
Faal Hati
SGOT 25 U/L < 40
SGPT 14 U/L < 41
Faal ginjal
Ureum 15,9 Mg/dl 15-39
Kreatinin 0,8 Mg/dl L 0,9-1,3
P 0,6-1,1
Gula Darah 128
Gula darah sewaktu 150 Mg/dl <200
Endokrinologi : (29 Desember 2014)
- Β-HCG 8677,64 mIU/ml (<5)
USG :uterus tampak membesar
Kesan : post kuret mola I

Diagnosa : Molahidatidosa post kuretase R/ histerektomi


7

Penatalaksanaan :

Tanggal Hasil Pemeriksaan


15 Desember S : Os mengeluh keluar darah dari jalan lahir (+), sejak jam
2014 11.20, pusing (+), mual (+)
O : Keadaan Umum : sedang, kesadaran : compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N/S : 100 kali/ menit 36,8’C
RR : 22 kali/menit
TFU : 1 jari dibawah pusat
Inspekulo :
Portio : lembek
OUE : terbuka
Fluksus : darah (+), stosel (+)
A : G5P4A0 gravida 14-15 minggu + perdarahan aktif e.c
mola hidatidosa
P : IVFD RL 20 gtt, inj. Transamin, Inj. Ceftriaxone
Pukul 09.20
S : os merasa lemas, pusing
O : TD : 110/60 mmHg, N : 96 x/menit S : 37,9’C RR : 27
x/menit, TFU : 1 jari di bawah pusat
Perdarahan aktif : (+) dari jalan lahir, stosel (+)
A : G5P4A0 gravida 14-15 minggu + perdarahan aktif e.c
molahidatidosa
P :IVFD RL + transfusi PRC + R/Kuretase
Laporan kuretase :
1. Pasein dibaringkan di atas meja tindakan
2. Pasien diatur posisinya dengan letak litotomi
3. Dilakukan premedikasi dengan anestesi:
- SA 1 amp
- Stesolid IV
8

- Ketalar 2 cc (diencerkan)
- Induksin 2 amp cor
- Induksin 2 ap 20 gtt
4. Dilakukan tindakan septik dan antiseptik
5. Dilakukan pemasangan sims bawah
6. Portio dijepit dengan tenakulum (arah jam 11)
7. Memasukkan sonde
8. Kuretase dimulai searah jarum jam
9. Suntikkan metergin 1 amp IV
10. Kuretase selesai
Terapi post kuretase:
- IVFD RL 30 gtt
- Transfusi PRC 2 kolf / hari
- Injeksi lasik post transfusi
- Ciprofloksasin 3x1
- Metergin 3x1
- Asam folat 2x1
- SF 2x1
- PCT 3x1
Tanggal Hasil Pemeriksaan
09 Januari 2015 S : Os tidak ada keluhan
O : Keadaan Umum : baik, kesadaran : compos mentis
TD : 160/100 mmHg
N/S : 84 kali/ menit 36,5’C
RR : 19 kali/menit
A : Molahidatidosa post kuretase R/ histerektomi
P : persiapan operasi histerektomi

11.00 pasien pindah ke bangsal kebidanan


9

Follow Up
10 Januari 2015 S : Os tidak ada keluhan
O : Keadaan Umum: baik, kesadaran : compos mentis
TD : 140/80 mmHg
RR : 21 kali/menit
Nadi : 84 kali / menit
Suhu : 36,2’C
A : Molahidatidosa post kuretase R/ histerektomi
P : persiapan operasi histerektomi

Jam 07.30 os diantar ke OK


10 Januari 2015 Diagnosa pre op : Molahidatidosa
Diagnosa post op : Molahidatidosa, Kistoma Ovarii bilateral
+ app kronis
Laporan operasi : Histerektomi total + SOD + Wedge
Resection + Appendiktomi
1. Pasien posisi telentang dengan anestesi spinal
2. Daerah lapangan operasi dilakukan desinfeksi
3. Daerah lapangan operasi diperkecil dengan duke steril
4. Pada stadium narkose dilakukan insisi pfannenstiel
5. Dinding perut dibuka secara tumpul lapis demi lapis
6. Tampak uterus membesar
7. Ovarium kanan berupa massa tumor kistik 8x6 cm
8. Ovarium kiri berupa massa kistik 6x4 cm
9. Klem, gunting, jahit ligamentum kanan dan kiri
10. Puncak vagina dipotong dan jahit lapis demi lapis
11. Ovarium kanan, klem, gunting, dan jahit  SOD
12. Ovarium kiri dilakukan wedge resection
13. Tampak appendik membesar ukuran 5x1x1 cm  app
kronis  konsul dr. Riswan Joni Sp. B
10

14. Dinding perut ditutup lapis demi lapis


Terapi post op :
Ampicillin 3 x 1 gr
Metronidazole 3 x 500 mg
Kanamicin 1x1
RL : NaCL 2:1
11 Januari 2015 S : Os mengeluh nyeri di bekas luka operasi
O : Keadaan umum : sedang, kesadaran : compos mentis
TD : 140/80 mmHg
RR : 21 kali/menit
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,2’C
A : Post op histerektomi total + SOD + wedge resection +
appendiktomi atas indikasi mola hidatidosa, kistoma ovarii
bilateral + appendisitis kronis perawatan hari ke-1
P : Inj. Ampicillin 3 x 1 gr IV
Metronidazole 3 x 500 mg fls
Kanamicin 1 x 1
IVFD RL/NaCl 2 : 1
12 Januari 2015 S : Os mengeluh nyeri perut
O : TD : 140/80 mmHg RR 21 Kali/menit N : 74 kali/menit
Temperatur : 37’C
A : Post op histerektomi total + SOD + wedge resection +
appendiktomi atas indkasi molahidatidosa, kistoma ovarii
bilateral + appendisitis kronis perawatan hari ke-2
P:
PO : cefixime tab 2 x 100 mg
Metronidazole 3 x 500 mg fls
Ketoprofen 3 x 100 mg
Vit-C 2 x 50 mg
13 Januari 2015 Os dibolehkan pulang
11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri – ciri stroma vilus korialis
mengalami vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi vilus – vilus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan ialah
sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang berproliferasi
ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormone, yakni Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.1
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea,
perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari usia kehamilan dan tidak
ditemukanbalottemen dan detak jantung janin. Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi
daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-scan) memberi gambaran yang khas mola
hidatidosa, dimana pada kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai
salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).1
Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung mola.
Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena
pengeluaran gelembung pada umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum
pasien menurun. Terbaik ialah bila mendiagnosis mola sebelum keluar.2
3.2 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah:1,3,4
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
b. Imunoselektif dari tropoblast
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d. Paritas tinggi
e. Kekurangan protein
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
12

3.3 Patofisiologi
Trias mola hidatidosa secara mikroskopis : adanya proses proliferasi dari sel-sel
trofoblas, terjadi degenerasi hidrofik dan kesembapan pada stroma villi chorialis, dan
keterlambatan atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :1,5
a. Mola hidatidosa komplet (klasik), ketika sel telur yang kurang kromosom pelengkap dan
dibuahi oleh sperma haploid biasanya mengandung kromosom X. Duplikasi kromosom
ini menghasilkan kariotipe 46 XX. Tidak ada janin berkembang, tetapi ada plasenta yang
abnormal terdiri dari massa jaringan seperti anggur, villi chorionic menggembung atau
bengkak.
b. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), ketika ovum dibuahi oleh dua set kromoso haploid
paternal, dapat terjadi jika dua sperma membuahi ovum tunggal atau ketika sperma
diploid membuahi ovum, atau jika sperma haploid membuahi ovum diploid. Hasilnya
adalah triploid dengan 69 kromosom. Karena set kromosom ibu ada, janin berkembang,
tetapi cacat dan kehamilan jarang terjadi untuk jangka panjang. Hanya beberapa villi
yang tampak seperti anggur.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast:
a. Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi
dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
b. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi
sehingga timbul gelembung.
c. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit
pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan
tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya
selama pembentukan cairan.
13

3.4 Manifestasi Klinis


- Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan
- Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakangejala utama
dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan sehingga dapat menyebabkananemia defisiensi besi.
- Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usiakehamilan.
- Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun ballotement
- Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
- Preklampsia dan eklampsi sebelum minggu ke – 24
- Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
- Tirotoksikosis

3.5 Penegakan Diagnosis


Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea,
perdarahan pervaginam uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak
ditemukan balottemen dan detak jantung janin.Pemeriksaan serum B-hCG untuk
memastikan kehamilan dan pemeriksaan B-hCG serial (diulang pada interval waktu
tertentu) dalam darah atau urin.Peningkatan B-hCG terutama hari ke-100 sangat sugestif.
Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG dimana pada kasus mola
menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau
gambaran seperti sarang lebah (honeycomb appearance).
Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung
mola.Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah
terlambat karena pengeluaran gelembung pada umumya disertai perdarahan yang banyak
dan keadaan umum pasien menurun.Terbaik ialah mendiagnosa mola sebelum keluar.

1. Klinis
a. Berdasarkan anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yangdisebut
muka mola (mola face)
14

Palpasi :Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek,
tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
c. Pemeriksaan dalam :Memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, terdapat
perdarahan dalam kanalis servikalis
2. Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi
3. Radiologik: Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin, USG :
ditemukan gambaran snow pattern atau gambaran seperti badai salju atau
honeycombappearance.
4. Histopatologik : dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab.
PatologiAnatomi

3.6 Klasifikasi
A. Klasifikasi histopatologi
1. Mola hidatidosa
2. Mola invasif
3. Koriokarsinoma
4. PSTT
B. Klasifikasi klinis
1. Penyakit trofoblas gestasional
2. Tumor trofoblas gestasional
3. Metastatik trofoblas gestasional
C. Klasifikasi FIGO
Pembagian stadium dari FIGO 1982 sifatnya sederhana dan menggunakan
kriteria yang sama dengan keganasan ginekologi yang lain. Pembagian ini
mengacu pada pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan radiologi dan tidak
menggunakan langkah-langkah rumit yang mungkin tidak dapat dilakukan
dinegara-negara yang sedang berkembang.
15

Tabel 3.1: Klasifikasi FIGO


Stadium I Tumor semata-mata terdapat dalam uterus
Stadium II Tumor menyebar ke adneksa, atau keluar dari
uterus namun terbatas pada struktur genital
Stadium III Tumor menyebar ke paru-paru dengan atau
tanpa penyebaran ke traktus genitalis
Stadium IV Tumor menyebar ke tempat-tempat lain

D. Sistem Hammond
1. Low metastatik
2. Low-risk metastatik
3. High risk metastatik

Tabel 3.2: Klasifikasi klinis dari GTT ( Hammond dkk 1973 )


A. Non- metastatik.
B. Metastatik.
C. Risiko rendah.
1. hCG< 100.00 IU/ urin 24 jam atau < 40.000 m IU/ml serum.
2. Gejala ada kurang dari 4 bulan No brain or liver metastases.
3. Tidak ada riwayat kemoterapi.
4. Kehamilan sebelumnya bukan kehamilan aterm ( mola, ektopik, abortus) .

D. Risiko tinggi .
1. hCG> 100.000 IU/ urin 24 jam atau > 40.000 ml/ml serum.
2. Gejala ada > 4 bulan .
3. Adanya metastasis ke otak atau hepar.
4. Gagal kemoterapi sebelumnya.
5. Kehamilan sebelumnya aterm.
16

Klasifikasi diatas kemudian direvisi dan dikenal sebagai klasifikasi National Cancer
Institute (NCI).2,6
7
E. Klasifikasi WHO
1. Mola hidatidosa :
- Komplet
- Parsial
2. Koriokarsinoma
3. Mola hidatidosa invasif
4. Tumor trofoblas di tempat implantasi plasenta
5. Tumor trofoblas:
- Ekstragragasi plasenta
- Nodul plasenta
6. Lesi trofoblas yang tidak terklasifikasi
Mola hidatidosa terbagi menjadi :8

Tabel 3.3Gambaran Mola Hidatidosa Parsial dan Sempurna


Gambaran Mola parsial Mola sempurna
Kariotipe Umumnya 69 XXX 46 XX atau 46 XY
atau 68 XXY
Patologi
- Janin Sering dijumpai Tidak ada
- Amnion, sel darah Sering dijumpai Tidak ada
merah janin
- Edema vilus Bervariasi, fokal Difus
- Proliferasi trofoblas Bervariasi, fokal, Bervariasi, ringan
ringan sampai sedang. sampai berat
Gambaran klinis
- Diagnosis Missed abortion Gestasi mola
- Ukuran uterus Kecil untuk masa 50% besar untuk masa
kehamilan kehamilan
17

- Kista teka-lutein Jarang 25-30%


- Penyulit medis Jarang Sering
- Penyakit pasca Kurang dari 5-10% 20%
mola

3.7 Diagnosa Banding


1. Kehamilan ganda
2. Abortus imminens
3. Hidroamnion
4. Khoriokarsinoma

3.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
a. HCG urin atau serum (+)
b. T3 dan T4 bila ada gejala tiroid tirotoksikosis
2. Percobaan sonde
Pada mola sonde mudah masuk kedalam cavum uteri, pada kehamilan biasa ada
tahanan oleh janin.
3. Radiologi
4. Gambar USG molahidatidosa, tampak seperti badai salju.

Gambar 1. USG molahidatidosa, tampak seperti badai salju


18

5. Gambaran PA:
Makroskopis:
a. Kelompok jaringan yang membentuk struktur ‘mirip buah anggur” diikat
oleh jaringan fibrotic yang halus
b. Jaringan seperti buah anggur, terdiri dari kista – kista yang berbeda – beda
ukuran dan pembengkakan jonjot– jonjot kecil sampai kista yang berdiameter
3 cm, berdinding tipis berisi cairan bening.

Gambar 2. Gambaran makroskopis Mola Hidatidosa

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-


gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari
beberapa millimeter sampai 1 atau 3 cm.1,2,4,5

Mikroskopis
a. Vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik
b. Proliferasi sel – sel trofoblas yang mengelilingi vili korealis dengan derajat
atipia yang berbeda – beda
c. Dinding vili yang tersusun dari proliferasi sel – sel trofoblast.
d. Stroma tanpa edema dan tidak mengandung pembuluh darah (avaskuler)
19

3.9 Penatalaksanaan
a. Perbaikan keadaan umum
Yang temasuk usaha ini misalnya pemberian tranfusi darah untuk memperbaiki
syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklamsi atau
tirotoksikosis.

b. Pengeluaran jaringan Mola


Ada 2 cara yaitu :
1. Kuretase.
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase.Bila mola sudah
keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap.Bila Kanalis servikalis belum
terbuka dipasang laminaria dan 12 jamkemudian dilakukan kuret. Memberikan
obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaanumum penderita.
2. Histerektomi.
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
danmempunyai cukup anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena
umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.
Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola
invasif/koriokarsinoma.

Evakuasi pengangkatan jaringan mola yang perlu dilakukan pada pasien mola
adalah:
- Dengan teknik pembedahan yang merupakan suatu pilihan untuk mengangkat
jaringan mola
- Penggunaan kemoterapi profilaksis pada saat pembedahan masih merupakan
kontroversi
- Setelah dilakukan pengangkatan jaringan mola, pasien harus melakukan pemeriksaan
ßHCG sampai mendekati level normal selama 6 bulan.
- Pasien tidak boleh hamil selama periode pemeriksaan
20

c. Pemeriksaan tindak lanjut


 pengawasan lanjutan untuk monitor dan evaluasi pasca evakuasi. Langkah
pengawasan dilakukan secara klinis dan laboratorium.
 Secara klinis dengan menilai tinggi fundus uteri.
 Pengawasan lanjutan dengan pemeriksaan kadar ßHCG. Pemeriksaan ini
dilakukan 1 bulan sekali sampai kadar ßHCG menjadi negatif. Setelah itu masih
diperiksa sampai tiga bulan berturut-turut kadar ßHCG tetap negatif. Jika ternyata
pemeriksaan ßHCG tidak sesuai harapan, atau dengan kata lain kadarnya tetap
atau malah naik, perlu diberikan obat kemoterapi.
 Kontrasepsi hormonal aman selama 1 tahun pasca remisi. Sebaiknya
menggunakan preparat progesteron oral selama 2 tahun.
 Penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan
 Pada dasarnya penderita mola dianjurkan tidak hamil sampai pengawasan lengkap
selesai dilakukan. (Sydney Gynaecological Oncology Group) Bagi wanita yang
belum punya anak, dianjurkan memakai alat kontrasepsi untuk menunda
kehamilan selama 1 tahun, dan bagi yang sudah punya anak dianjurkan tidak
hamil selama 2 tahun.
 Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
- Setiap minggu pada Triwulan pertama
- Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
- Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
- Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
Pemeriksaan dalam :Keadaan Serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
Laboratorium: Reaksi biologis dan imunologis :
 1x seminggu sampai hasil negatif
 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
 1x3 bulan selama tahun berikutnya
21

 Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

3.10 Komplikasi
a. Perdarahan hebat
b. Krisis tiroid (tirotoksikosis)
c. Infeksi, sepsis
d. Perforasi uterus
e. Keganasan (khoriokarsinoma)
f. Emboli trofoblast

3.11 Prognosis
Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang
menjadi penyakit trofoblastik ganas.
Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati. Faktor klinis yang
berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang tua, kadar hCG
yang tinggi (>100.000mIU/mL), eklamsia, hipertiroidisme, dan kista teka lutein
bilateral.
Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah proliferasi
trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi PTG
masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada atau
tidaknya faktor-faktor risiko ini. Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-
2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5
sampai 1/17,5.
22

HISTEREKTOMI

3.12 Definisi Histerektomi


Histerektomi merupakan salah satu prosedur bedah yang dilakukan untuk
menyelamatkan hidup dalam upaya mengontrol perdarahan ataupun masalah ginekologi
lainnya yang terjadi dengan mengangkat rahim pasien.Histerektomi postpartum biasanya
dilakukan pasca seksio sesarea ataupun pasca kelahiran pervaginal.Data dari Amerika
Serikat menunjukkan bahwa kasus histerektomi postpartum adalah 0.8 sampai 2.28 kasus
per 1000 kelahiran. Walaupun kasusnya relatif jarang namun tindakan ini merupakan
tindakan bedah obstetrik modern dengan insidens morbidity dan mortalitas yang relatif
tinggi.15

3.13 Klasifikasi
Terdapat empat tipe histerektomi yang dapat dilakukan tergantung pada masalah yang
terjadi:
- Subtotal histerektomi, dilakukan dengan mengangkat korpus uteri namun tetap
menyisakan cervix
- Total histerektomi, dilakukan dengan mengangkat semua bagian uterus termasuk
cervix
- Total histerektomi dengan salpingo-oophorectomy, merupakan pengangkatan rahim,
cervix, tuba fallopian dan ovarium
- Histerektomi radikal, dilakukan khusus pada kasus kanker ginekologi masif dengan
pengangkatan uterus, tuba, ovarium, cervic, hingga upper vagina, dan ganglion
limpatik pelvis.16

3.14 Indikasi
Prosedur histerektomi kebanyakan dilakukan saat terjadi perdarahan yang
berhubungan dengan keadaan plasenta yang abnormal, atonia uteri,ruptur uterus,
trauma uterus, dan sepsis.17
23

1. Plasenta abnormal
Plasenta previa dengan atau tanpa keadaan accreata adalah penyebab tersering
dilakukannya histerektomi di negara-negara berkembang.Plasenta previa adalah suatu
keadaan dimana plasenta berada sangat dekat dengan kanalis servikalis sehingga
memungkinkan terjadinya pendarahan ketika dilakukan seksio sesarea.
2. Atonia Uteri
Merupakan keadaan uterus tanpa tonus otot, yang terlihat dari tidak berkontraksinya
uterus pasca persalinan yang mengakibatkan tidak tertutupnya pembuluh darah dan
berujung pada perdarahan masif.Penyebab dari keadaan ini adalah overdistensi uterus
oleh janin yang sangat besar, kembar, atau polyhydramnios, agen anastetik, dan
perpanjangan waktu operasi.
3. Ruptur uterus
Sekitar 90% ruptur uterus berhubungan dengan skar yang terbentuk akibat prosedur
seksio sesarea ataupun bedah uterus lainnya. Secara epidemiologi ruptur uterus terjadi
pada 1:15.000 kehamilan tanpa operasi seksio sesarea sebelumnya dan kasusnya
meningkat 0,5-0,1% pada kehamilan pasca seksio sesarea.Jika ruptur sangat luas dan
terjadi perdarahan masif maka histerektomi perlu dilakukan.
4. Trauma Uterus
Ruptur pasca trauma berupa perforasi ataupun laserasi dapat timbul akibat berbagai
tindakan obstetrik termasuk versi internal, ekstraksi sungsang, eksplorasi manual uterus,
dll. Seksio saesarea yang dilakukan pada bayi dengan kepala yang tertahan di vagina
dapat menyebabkan trauma lateral yang memanjang dari segmen inferior uterus hingga
mengenai pembuluh darah besar. Pada saat ini perdarahan masif yang terjadi dapat
menjadi indikasi dilakukannya histerektomi.
5. Sepsis
Akibat perkembangan antibiotik masa kini, sepsis bukan merupakan indikasi tersering
dilakukannya histerektomi namun pada keadaan sepsis uterus masiv akibat clostridium
atau abses miometrium yang gagal diobati dengan antibiotik, infeksi dan nekrosis pasca
seksio saesar, terbentuknya fistula arteriovenosa akibat trauma uterus, dan endometriosis
dengan perdarahan, tindakan histerektomi perlu dilakukan.
24

3.15 Teknik Histerektomi


Pengangkatan uterus dapat dilakukan pervagina, pervagina dan laparoskopi, ataupun
melalui abdomen.
- Abdominal hysterectomy → operasi dilakukan dengan membuat insisi horizontal
atupun vertikal sebesar 10-15 cm pada abdomen. Dari lubang tersebut dapat dengan
mudah diobservasi keadaan uterus dan adneksanya. Prosedur ini biasanya dilakukan
pada histerektomi radikal dan fibroma uterus. Dibutuhkan beberapa hari untuk
hospitalisasi dan juga meninggalkan skar pasca operasi.
- Vaginal hysterectomy → dilakukan dengan membuat insisi kecil di bagian belakang
vagina dan melalui lubang inilah uterus lalu dikeluarkan. Prosedur ini tidak
membutuhkan waktu hospitalisasi yang lama dan tidak meninggalkan skar.
- Vaginal hysterectomy with laparoscopy → dilakukan dengan membuat insisi kecil 2-
4 cm pada abdomen untuk laparoskopi, dilain pihak inisisi juga dibuat pervagina.18

A. HisterektomiAbdominal Total dengandantanpaBilateralSalpingo-ooforektomi18


HisterektomiAbdominal Total digunakan pada penyakit jinak atau ganas yang
ditujukan mengangkat organ genitalia interna.Operasi dapat dilakukan dengan mengangkat
satu telur atau keduanya.Tujuan dari operasi adalah untuk mengangkat uterus, dengan atau
tanpa mengangkat tuba dan ovarium.
25

Teknik melakukan:
2. Fiksasi uterus yang akan dilakukan
oopheroktomi dan pastikan posisi yang akan
dilakukan pemotongan.

1. Pasien diposisikan dalam keadaan dorsal


lithotomi, dilakukan pemeriksaan panggul
dengan anestesi umum sebelumnya. Lalu
3. Lakukan pemotongan pada uterus, dan
pasien diposisikan dalam keadaan
lakukan pemotongan juga pada ligament
Trendelenburg 15 °. Lalu pasangkan kateter
anterior dan posterior, dan lakukan
folley untuk drainase urine. Setelah perut
penjepitan pada kedua bagian.
dibuka perhatikan bagian organ-organ
penting seperti hati, kandung empedu,
lambung dan yang lainnya.

4. Ketika uterus bagian sepalus diangkat, lalu


bagian anterior ligament dibuka seluas
lipatan vesikouterina.
26

5. Lapisan vesikoperitoneal diangkat, sampai


terlihat kandung kemih dan fasia serviks
pubovesikal. Jika terdapat kelainan pada 7. Lalu uterus ditarik ke arah sepalus dan
bagian segmen kandung kemih dapat diarahkan ke sisi pelvic dengan ligamentum.
dilakukan seksio tumpul atau tajam melalui
segmen uterus atau leher uterus.

6. Jika ovarium dipertahankan, uterus ditarik 8. Uterus ditarik ke posisi sepalus, lalu lakukan
kearah simpisis pubis mengarah kesatu sisi pemotongan fascia serviks pubovesikal
dari ligament infundibulopelviks, tuba, inferior.
ovarium. Tuba dan ligamentum
suspensorium dijahit.
27

9. Lakukan pemotongan ligamentum cardinal. 11. Lakukan pemotongan pada ligamentum


uterosakral

10. Lakukan juga pemotongan pada kedua sisi


12. Lalu lakukan juga pemotongna pada vagina,
ligamentum.
untuk selanjutnya dilakukan pengangkatan
pada uterusnya.
28

15. Setelah itu dilakukan penutupan lagi.

13. Lalu lakukan pengikatan dan penjahitan


pada seluruh bagian yang telah dilakukan
pemotongan.

16. Jika pada tuba dan ovarium juga diangkat,


maka pengangkatannya dilakukan pada
langkah ke-6, dengan cara yang hampir
sama.

14. Lakukan penggabungan dan penjahitan


kembali pada ligamentum yang telah dibuka
tadi.
29

17. Setelah dilakukan pemotongan pada tuba


atau ovarium, lakukan langkah yang sama
dengan 7-10.

18. Lakukanjuga penutupan


30

3.16 Komplikasi
- Infeksi
- Perdarahan
- Reaksi anastesi
- Masalah intestinal pasca operasi (adherence)
- Prolaps intestinal (konstipasi) dan vesika urinaria (inkontinensia).
- Nyeri saat penetrasi penis akibat prolaps
- Menopause (akibat diangkatnya ovarium ataupun penurunan aliran
darah ke ovarium)

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Stunting
    Makalah Stunting
    Dokumen9 halaman
    Makalah Stunting
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • TRAUMA VASKULAR
    TRAUMA VASKULAR
    Dokumen26 halaman
    TRAUMA VASKULAR
    ChenHayhay
    Belum ada peringkat
  • Sistem Cardiovaskuler (Compatibility Mode)
    Sistem Cardiovaskuler (Compatibility Mode)
    Dokumen97 halaman
    Sistem Cardiovaskuler (Compatibility Mode)
    s1 kep.Dendri cristiani simbolon
    Belum ada peringkat
  • Dasi
    Dasi
    Dokumen16 halaman
    Dasi
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Trauma Pada Bola Mata
    Trauma Pada Bola Mata
    Dokumen53 halaman
    Trauma Pada Bola Mata
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • PPK Perdoski 2017
    PPK Perdoski 2017
    Dokumen420 halaman
    PPK Perdoski 2017
    Alissa Yunitasari
    92% (12)
  • Dasi
    Dasi
    Dokumen16 halaman
    Dasi
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Tes C-RP
    Tes C-RP
    Dokumen1 halaman
    Tes C-RP
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Editorial
    Editorial
    Dokumen2 halaman
    Editorial
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Css THT
    Css THT
    Dokumen27 halaman
    Css THT
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Checklist Jahit Luka
    Checklist Jahit Luka
    Dokumen4 halaman
    Checklist Jahit Luka
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Dasi
    Dasi
    Dokumen16 halaman
    Dasi
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Checklist Pemasangan Kateter
    Checklist Pemasangan Kateter
    Dokumen3 halaman
    Checklist Pemasangan Kateter
    Miftakhul Baiti
    Belum ada peringkat
  • CSS Neuro
    CSS Neuro
    Dokumen12 halaman
    CSS Neuro
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan LSK
    Bab I Pendahuluan LSK
    Dokumen6 halaman
    Bab I Pendahuluan LSK
    Febryta Sari
    Belum ada peringkat
  • Pitiligo
    Pitiligo
    Dokumen35 halaman
    Pitiligo
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Checklist Jahit Luka
    Checklist Jahit Luka
    Dokumen2 halaman
    Checklist Jahit Luka
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Css THT
    Css THT
    Dokumen1 halaman
    Css THT
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    A Rezki Chairamsyah
    Belum ada peringkat
  • Checklist Pemasangan Kateter
    Checklist Pemasangan Kateter
    Dokumen3 halaman
    Checklist Pemasangan Kateter
    Miftakhul Baiti
    Belum ada peringkat
  • PERITONITIS DAN ILLEUS
    PERITONITIS DAN ILLEUS
    Dokumen24 halaman
    PERITONITIS DAN ILLEUS
    lelydeby
    Belum ada peringkat
  • Profil Kesehatan Jambi 2014
    Profil Kesehatan Jambi 2014
    Dokumen253 halaman
    Profil Kesehatan Jambi 2014
    Mira Fitriani Suwarnoo II
    50% (2)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    A Rezki Chairamsyah
    Belum ada peringkat
  • PEMERIKSAAN ABDOMEN LANJUT
    PEMERIKSAAN ABDOMEN LANJUT
    Dokumen2 halaman
    PEMERIKSAAN ABDOMEN LANJUT
    Miftakhul Baiti
    Belum ada peringkat
  • Ipi 359538
    Ipi 359538
    Dokumen8 halaman
    Ipi 359538
    Choiril Amin
    Belum ada peringkat
  • PERITONITIS DAN ILLEUS
    PERITONITIS DAN ILLEUS
    Dokumen24 halaman
    PERITONITIS DAN ILLEUS
    lelydeby
    Belum ada peringkat
  • Crs Ca OVARIUM
    Crs Ca OVARIUM
    Dokumen22 halaman
    Crs Ca OVARIUM
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • CSS (KPD)
    CSS (KPD)
    Dokumen16 halaman
    CSS (KPD)
    Yolan Sentika Novaldi
    Belum ada peringkat
  • Pemasangan AKDR
    Pemasangan AKDR
    Dokumen26 halaman
    Pemasangan AKDR
    Faizah Betty Rahayuningsih
    Belum ada peringkat