i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Yolan Sentika Novaldi, S.Ked
G1A217019
Universitas Jambi
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Science Session(CSS) yang
berjudul “Limfadenopati dan Limfadenitis” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Limfa .............................................. 5
2.2 Definisi ............................................................................................ 9
2.3 Etiologi ........................................................................................... 9
2.4 Patofisiologi dan Patogenesis .......................................................... 12
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................ 17
2.6 Diagnosa ............................................................................................ 18
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 20
2.8 Komplikasi....................................................................................... 21
2.9 Prognosis ........................................................................................ 22
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan
tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di
kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar
infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar
akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak terasa
sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak
bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.6
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.1 Anatomi7
1. Pembuluh Limfatik
2. Saluran Limfe
Bentuk kelenjar ini ialah lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe.Fungsinya ialah untuk menyaring limfe.Kelenjar ini
terdapat di dalam leher,axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.
4. Tonsil
Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring
(tonsila fariangalis,tonsila palatina, dan tonsila lingualis ).Tonsil merupakan garis
depan pertahanan infeksi yang terjadi di mulut,hidung,dan tenggorokkan.
6
5. Limpa / Lien
7. Sirkulasi limfe
7
2.1.2 Fisiologi8
8
2.2 Definisi
Limfadenitis adalah inflamasi atau pembesaran dari nodus limfatikus yang terasa
nyeri dan panas. Nodus limfatikus membesar beberapa milimeter sampai 2 cm.
Nodus limfatikus tersebar di sekitar pembuluh darah diseluruh tubuh yang
berfungsi sebagai penyaring dari mikroorganisme dan sel sel abnormal yang
terkumpul di cairain limfa. Pembengkakan dari nodus limfatikus menggambarkan
adanya suatu penyakit yang mendasari. Hal ini merupakan respon yang normal
untuk infeksi sistemik atau infeksi yang terlokalisasi. Limfadenitis tersering pada
kelenjar servikal, aksila, dan inguinal. Apabila infeksi yang mendasari bersifat
lokalisata maka limfadenitis yang terjadi unilateral sedangkan apabila infeksi
bersifat sistemik limfadenitis yang terjadi adalah limfadenitis bilateral.5
2.3 Etiologi
2.3.1 Limfadenopati
1. Malignansi
2. Infeksi ; M. Tuberculosis, measles, chickenpox, toxoplasmosis, HIV, sifilis,
Cytomegalovirus, E.Barr, Herpes simplex, hepatitis B
3. Obat – obatan ; Cotrimoxazol, Phenytoin, allopurinl, atenolol, dan penisilin
4. Autoimun ; SLE, rheumatoid arthritis, dan juvenile arthtritis
5. Miscellaneous ; sarcoidosis, hystocytosis, hypotiroid
9
Lokasi Limfadenopati :3
2. Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya
meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan
sifi lis sekunder.
3. Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
10
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi,
hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear
dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas yang bermetastasis
ke kelenjar getah bening ipsilateral.
4. Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan
keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita.
Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.1
Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di
mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus
Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung, kandung empedu,
pankreas, testis, ovarium, prostat).
5. Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada
orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang
jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal.
Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel
skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai
limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita
karsinoma penis atau uretra.
6. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius,
penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata.
Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata
dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium
lanjut. Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun
(immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV,
tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma
11
Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata
sebelum timbulnya lesi kulit.
2.3.2 Limfadenitis5
1. Generalisata padan infeksi cytomegalovirus dan salmonella
2. Submaxillary pada infeksi gigi atau abses gigi
3. Cervical pada infeksi eptein barr virus
4. Cervical, submadibular, dan submental pada infeksi mycobacerium atipic
5. Mediastinal, mesenterika, dan anterior cervical pada infeksi M. tuberculosis
6. Auricular posterior, cervical posterior, dan occipital pada infeksi parvovirus
dan rubella
7. Cervical dan submandibular (imobile, kenyal, dan unilateral) pada infeksi
Staphylococcus aureus
8. Post servical bilateralpada infeksi virus faringitis
2.4.1 Limfadenopati
12
peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons
terhadap antigen.6
13
1. HEV-tempat ekstravasasi limfosit
Pada keadaan normal terjadi lintas arus limfosit aktif terus menerus
melalui kelenjar getah bening, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam
kelenjar getah bening akan berhenti sementara. Sel yang antigen spesifik akan
ditahan dalam kelenjar getah bening. Dalam menghadapi antigen tersebut,
kelenjar dapat membengkak seperti yang sering ditemukan pada infeksi. Hal
tersebut merupakan hal yang esensial untuk respons imun yang efektif terhadap
antigen asing. Limfosit cenderung berimigrasi ke tempat-tempat yang selektif.
Homing mukosa adalah kembalinya sel limfoid reaktif imunologis ke asalnya di
folikel mukosa. Hal tersebut terjadi melalui ikatan antara molekul adhesi dan
kemokin, reseptor yang mengarahkan berbagai populasi limfosit ke jaringan
limfoid khusus atau inflamasi yang disebut dengan reseptor homing. L-selektin
atau CD62L adalah molekul pada permukaan limfosit yang berperan pada homing
limfosit. Adresin mukosa adalah salah satu adresin yang mengikat integrin pada
sel T yang memilih homing di saluran cerna. Reseptor pada permukaan limfosit
tersebut akan memberikan arah dan tujuan kembali ke plak peyer. Limfosit yang
awalnya disensitasi oleh antigen di plak peyer akan diaktifkan dan memproduksi
sel memori yang akan berimigrasi kembali ke tempat yang semula
mensensitasinya.11
14
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti
limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel
peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite
macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar
getah bening maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya
infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening. Benjolan, bisa berupa
tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening.
Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher, ketiak,
dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai
mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi
lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng
pertahanan tubuh. Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi
bila pembesaran kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat
dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak
sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar
tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau
keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi.
Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda
dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah
di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.6
15
alergi terhadap obat yang salah satu manifestasi klinisya adalah limfadenopati.
Keadaan ini muncul setelah pemberian antikonvulsan seperti phenytoin selama 8
minggu.13
2.4.2 Limfadenitis
16
metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran
KGB maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi
atau penyebab pembesaran KGB. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau
ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada
banyak sekali di tubuh kita, antara lain di daerah leher, ketiak, dalam rongga dada
dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar
getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan
bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan tubuh.
Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran
kelenjar di daerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah
membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit,
maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsi di kelenjar tersebut.
Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan.
Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam
sebulan, misalnya, sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan
yang disebabkan infeksi. Umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di
sekitar benjolan ditekan, terasa sakit.5
Maligna Benigna
Ukuran >2 cm < 2 cm
Konsistensi Keras Lunak
Durasi >2 minggu <2 minggu
Lokasi Supraclavicula, Ingunal,
epitrochlear, dan submandibular,
generalisata axillary, cervical,
dll
17
Pada limfadenitis Kelenjar getah bening yang terserang biasanya akan
membesar dan jika diraba terasa lunak dan nyeri, selain itu gejala klinis yang
timbul adalah demam, nyeri tekan, dan tanda radang. Kulit di atasnya terlihat
merah dan terasa hangat, pembengkakan ini akan menyerupai daging tumbuh atau
biasa disebut dengan tumor. Dan untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut
merujuk pada penyakit limfadenitis maka perlu adanya pengangkatan jaringan
untuk pemeriksaan di bawah mikroskop.14
2.6 Diagnosis
2.6.1 Limfadenopati
18
Gambar 2.3 Diagnosis Limfadenopati3
2.6.2 Limfadenitis
19
Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang
paling besar,paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan
nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik
paling rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai diagnostik
paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap
merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar
pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama
untuk membedakan limfoma dengan hyperplasia reaktif yang jinak.3
2.7 Tatalaksana
20
Hindari pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko
sindrom Reye pada anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa
komplikasi dan disebabkan oleh virus biasanya hilang dalam beberapa hari atau
minggu. Tata laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh
dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apa pun selain dari
observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi
untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan bila terdapat
tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan, kelenjar getah bening
yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis
belum dapat ditegakkan. Pengobatan limfadenitis adalah anti-biotic oral 10 hari
dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin dosis : 25 mg/kgBB 4 kali
sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic golongan penicillin dapat
diberikan cephalexin dengan dosis : 25 mg/kgBB(dosis maksimal 500 mg) 3 kali
sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis maksimal : 500 mg) 3 kali sehari. 18
2.8 Komplikasi7,6
1. Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah,yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini,
maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di
sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
21
2. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)
2.9 Prognosis
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24