Disusun oleh :
Yolanda Oktaviani (Jawa Barat) 41
Pradista harini (Yogyakarta) 20
Fivi Jordi (Jawa Timur) 13
Yuda ( Jawa Timur ) 12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Aspek Sosial
Budaya dalam Kesehatan Ibu dan Anak
Makalah ini berisikan mengenai berbagai macam permasalahan yang
dihadapi oleh ibu hamil dan juga kesehatan anak yang berkaitan dengan sosial
budaya. Kami berharap makalah ini bisa menjadi prasana dalam mempermudah
mata kuliah ISBD(Ilmu Sosial Budaya Dasar).
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program-program pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan pada
penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak.Pada dasarnya programprogram tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka
kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik
yang tak kunjung membaik keadaannya.Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan
budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama
sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100
ribu kelahiran.Tingginya angka kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu
kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu
dan anak.Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan,
namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya
tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pada dasarnya adalah merupakan
salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa aspek sosial budaya dalam kesehatan ibu?
2. Apa aspek sosial budaya dalam kesehatan bayi?
3. Aspek Sosial Budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu dan
anak di beberapa daerah.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui aspek sosial budaya dalam kesehatan ibu.
2. Untuk mengetahui aspek sosial budaya dalam kesehatan bayi.
3. Untuk mengetahui Aspek Sosial Budaya di kalangan masyarakat terhadap
kesehatan Ibu dan anak di beberapa daerah
BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan
untuk
mencegah
terjadinya
komplikasi
dan
kematian
kesehatan janin.
Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care)
Memahami perilaku perawatan kehamilan adalah penting
untuk
mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan
yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal
yaitu kematian.Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan kurangnya informasi. Pada penelitian yang dilakukan yang
dilakukan di RS Hasan Sadikin, Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69
diantaranya tidak pernah memeriksakan kehamilannya atau baru datang
3.
4.
5.
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para
ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan
selamat atau dengan kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam
proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan
penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan,
kemampuan penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi
6.
keadaan gawat.
Jauhnya pelayanan kesehatan
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan
dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak
jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula
diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat
pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh
faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke
rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor
keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala
ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya
suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang
7.
Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain
memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih
dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka
percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik
untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada
usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan
lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah
dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI
keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang
pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini
dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi
karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang
menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan
masuk angin pada bayi.Sementara, colostrum sangat berperan dalam
3.
dampak
negatif
pada
kesehatan
dan
pertumbuhan
Kerinci
ibu
yang
sedang
menyusui
pantang
untuk
-tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas
atau
terlau
dingin
maka
akan
menimbulkan
penyakit.
Untuk
(Reddy, 1990).
Pengobatan dan penyakit
Menurut Foster dan Anderson (1978: 37), masalah kesehatan selalu
berkaitan dengan dua hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan
penyakit.Sistemteori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit,
teknik-teknik
pengobatan
pengobatan
penyakit.Sementara,
sistem
ke
dalam
dua
golongan
yaitu
personalistik
dan
kemasukan
roh
halus,
dan
hanya
dukun
yang
dapat
demam yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan
dengan cara yang tepat dapat menimbulkan kematian.
Kepercayaan-kepercayaan lain terhadap demam dan diare pada bayi
adalah karena bayi tersebut bertambah kepandaiannya seperti sudah mau
jalan. Ada pula yang menganggap bahwa diare yang sering diderita oleh
bayi dan anak-anak disebabkan karena pengaruh udara, yang sering dikenal
dengan istilah masuk angin.Karena persepsi terhadap penyebab penyakit
berbeda-beda, maka pengobatannyapun berbeda-beda. Misalnya, di suatu
daerah dianggap bahwa diare ini disebabkan karena masuk angin yang
dipersepsikan sebagai mendinginnya badan anak maka perlu diobati
dengan bawang merah karena dapat memanaskan badan si anak.
Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak, etiologi penyakit
dan tindakan kuratif penyakit merupakan bagian dari sistem perawaatan
kesehatanumum dalam masyarakat (Klienman, 1980).Dikatakan bahwa
dalam sistem perawatan kesehatan ini terdapat unsur-unsur pengetahuan
dari sistem medis tradisional dan moderen. Hal ini terlihat bila ada anak
yang menderita sakit, maka si ibu atau anggota keluarga lain akan
melakukan pengobatan sendiri (self treatment) terlebih dahulu, apakah itu
dengan menggunakan obat tradisional ataupun obat moderen. Tindakan
pemberian obat ini merupakan tindakan pertama yang paling sering
dilakukan dalam upaya mengobati penykit dan merupakan satu tahap dari
perilaku mencari penyembuhan atau kesehatan yang dikenal sebagai
health seeking behavior. Jika upaya ini tidak berhasil, barulah dicari
upaya lain misalnya membawa ke petugas kesehatan seperti dokter, mantri
dan lain-lain.
2.3 Aspek Budaya di Kalangan Masyarakat Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak di
Beberapa Daerah
2.3.1 Aspek Sosbud yang Berhubungan dengan KIA di wilayah Jawa Barat
Di daerah Tasikmalaya, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun
beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.
Meskipun pada saat ini, dukun dan Bidan sudah mulai bekerja sama untuk
menolong persalinan tapi, beberapa tahun yang lalu masyarakat lebih
mempercayai dukun daripada bidan. Padahal, banyak sekali tindakan/praktek
yang membawa resiko infeksi pada sang ibu yang disarankan oleh dukun
beranak seperti ngolesi (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk
memperlancar persalinan), kodok (memasukkan tangan ke dalam vagina dan
uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau nyana (setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam
yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya
murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan
dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari.
2.3.2 Aspek Sosbud yang Berhubungan dengan KIA di wilayah DIY
Di desa Sogan terdapat 5 posyandu dan setiap dusunnya (Dusun
Kawirejan)terdapat 1 posyandu yang pengurusnya tidak lain adalah ibu dukuh
di desa tersebut dibantu oleh 3 atau 4 anggota posyandu. Setiap posyandu,
pedukuhan satu berbeda pelaksanaannya dengan posyandu di pedukuhan
lainnya karena waktunya ditentukankan oleh dusun masing-masing yang pasti
sebelum tanggal 20 harus sudah ada kegiatan di posyandu masing-masing
pedukuhan. Di tempat saya, posyandu dilaksanakan pada tanggal 17 tiap
bulannya. Apabila semua pedukuhan telah melaksanakan kegiatan posyandu,
2.3.3 Aspek Sosbud yang Berhubungan dengan KIA di wilayah Jawa Timur
Di daerah Jawa banyak sekali budaya yang dilakukan para ibu saat hamil.
Dalam menghadapi kelahiran, kelurga sudah memulai keadaan prihatin sejak
bulan pertama masa kandungan dan diikuti dengan selamatan sederhana. Si
calon ibu pada saat itu harus menuruti beberapa pantangan. Demikian pula bagi
calon ayah. Pada bulan pertama, keluarga Jawa akan membuat selamatan
sederhana yang dimaksudkan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan
bagi calon ibu dan calon bayi yang akan lahir. pada bulan ketujuh diadakan
upacara adat Jawa yang disebut tingkeban atau disebut mitoni yang
dimaksudkan untuk memohon doa restu supaya suci lahir dan batin serta diberi
kelancaran saat melahirkan sehingga ibu dan bayi sehat. Selain itu bagi ibu
hamil dilarang untuk mengonsumsi buah nanas,karena katanya dapat
menggugurkan kandungan.sebenarnya hal ini tidak rasional, dan terlalu
berlebihan dalam menafsirkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada setiap daerah memiliki adat dan kepercayaan yang berbeda.
Khususnya daerah jawa, kita masih sering menyaksikan adat adat
pada ibu hamil. Adat dan kepercayaan ini sudah mendarah daging sejak
zaman dahulu. Oleh karena itu, banyak ibu hamil yang menganggap
bahwa apabila telah melakuka segala bentuk upacara adat dengan baik
dan benar maka anak yang dikandung dan ibu akan terjaga
kesehatannya tanpa harus melakukan konsultasi atau pemeriksaan pada
bidan atau dokter. Selain pengaruh adat, ada pula pengaruh lain yang
menyebabkan ibu tidak memeriksakan kandungannya pada bidan atau
dokter yaitu adanya dukun bayi. Di kalangan masyarakat desa masih
banyak kepercayaan dan adatt seperti ini.
B. SARAN
Kita boleh percaya dan mengikuti adat yang ada di daerah
kita,karena kepercayaan orang tua dengan kita sudah berbeda mengenai
hal ini. Untuk menghindari perselisihan keluarga sebaiknya kita
menerima dan mengikuti adat tersebut namun dengan catatan kita harus
tetap mencari kebenaran akan hal yang kita anggap tabu. Alangkah
baiknya apabila kita juga menambah wawasan mengenai kesehatan ibu
dan anak agar supaya kita tahu mana yang sebenarnya baik untuk ibu
dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.peutuah.com/aspek-sosial-budaya-kesehatan-ibu-dan-anak/
http://www.scribd.com/doc/48194816/Aspek-sosial-budaya-kesehatan-dalampelayanan-kebidanan