Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar. Untuk
mengatasi peledakan penduduk yang tak terkendali pemerintah mencetuskan program
keluarga berencana. . Esensi tugas program keluarga berencana (KB) dalam hal ini telah jelas,
yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya
kebahagian dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Alat kontrasepsi sangat
berperan penting dalam program KB. Namun tidak semua para ibu cocok menggunakan
masing-masing dari alat kontrasepsi. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat
kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis
pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri
berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan
(umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi
yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya),
tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari
suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB.
Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang
berbeda-beda.
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk menciptakan kesjahteraan ekonomi, spiritual, dan social budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
1
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program Kb di
masa pendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
BAB II
2
Isi
Coitus Interuptus
A. pengertian
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi
atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam bahasa
latin disebut juga interrupted intercourse. Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya
(penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia.
B. CaraKerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat
dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai
rahim.
C. Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang
mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat
menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. Namun, efektifitas akan jauh menurun
apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
3
Keuntungan utama coitus interuptus adalah tidak memerlukan alat mekanisme atau
hormone,selalu dapat dilakukan oleh pasangan yang bersangkutan. Akan tetapi Coitus
interuptus juga memberikan keuntungan baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
Keuntungan kontrasepsi
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
5. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian sangat dalam
E. Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai kekurangan utamanya adalah angka
kegagalannya yang relative tinggi : biasanya pemakai mengalami angka kegagalan tahun
pertama sebesar 18%. Namun, coitus interuptus juga mempunyai keterbatasan, antara lain:
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma
selama senggama.
6. Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekat pada penis.
H. Penilaian Klien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak
memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE
baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna
kontrasepsi ini adalah:
Coitus Interuptus
Sesuai untuk Tidak sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai Suami dengan ejakulasi dini.
masalah dengan interupsi pra
5
orgasmik.
Pasangan yang tidak mau metode Suami yang tidak dapat mengontrol
kontrasepsi lain. interupsi pra orgasmik.
Suami yang ingin berpartisipasi Suami dengan kelainan
aktif dalam keluarga berencana. fisik/psikologis.
Pasangan yang memerlukan Pasangan yang tidak dapat
kontrasepsi segera. bekerjasama.
Pasangan yang memerlukan Pasangan yang tidak komunikatif.
metode sementara, sambil
menunggu metode lain.
Pasangan yang membutuhkan Pasangan yang tidak bersedia
metode pendukung. melakukan senggama terputus.
Pasangan yang melakukan Suami yang sulit melakukan
hubungan seksual tidak teratur. senggama terputus
Menyukai senggama yang dapat
dilakukan kapan saja/tanpa
rencana.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
6
SIMPTO THERMAL
A. Pengertian
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal
mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang
menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu
basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode
kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita
daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-
sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
B. keuntungan
C. Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan hamil
dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau
tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari
metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah
pengawasan yang ketat.
7
D. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila:
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu
untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau
menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur.
1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
3. Pasca perjalanan.
4. Konsumsi alkohol.
Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi
kurang akurat.
2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode
simptothermal.
3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu sendiri atau
alasan lain.
8
4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual tanpa alat
kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan metode kontrasepsi
lain di hari tidak amannya.
5. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang membahayakan jika dia
hamil.
G. Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang
dibutuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode
simptothermal dengan benar.
H. Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca
perjalanan maupun konsumsi alkohol.
2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan mencatat
suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
Efek samping dan komplikasi langsungtidak ada. Persoalan timbul bila terjadi
kegagalan/ kehamilan, karena ada data-data yang menunjukan timbulnya kelainan-
kelainan janin sehubungan dengan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan ovum yang
berumur tua / terlalu matang (overaged / overripe)
1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid
berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai keluarnya
lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks. Lakukan
pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang berlangsung.
10
3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari
puncak lendir subur.
4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur,
periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang dimana
masa pantang senggama harus dilakukan.
11
L. Contoh Pengamatan dan Pencatatan Grafik Simptothermal
Di bawah ini merupakan contoh pengamatan dan pencatatan pada grafik simpto thermal.
12
Grafik metode simptothermal
M. Interpretasi Grafik
Buat pengamatan Anda dalam urutan yang sama:
1. Tanyakan (nama, umur, grafik ke , jumlah hari siklus terpanjang dan terpendek).
4. Menafsirkan grafik suhu (panjang siklus, pergantian hari, penerapan aturan Three
over Six, mengenali hari pertama masa tidak subur setelah ovulasi).
5. Menafsirkan pola lendir serviks (mengenali perubahan lendir serviks pertama kali,
menafsirkan pola lendir serviks berdasarkan petunjuk, mengenali lendir pada hari
puncak subur, mengenali masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi, periksa lendir
dengan suhu).
6. Menafsirkan perubahan pada serviks (pilihan), antara lain: perubahan serviks rendah,
kaku, tertutup, serviks saat tidak subur dan perubahan serviks tinggi, lunak, terbuka,
serviks saat subur.
9. Periksa bila terjadi hal yang mempengaruhi grafik seperti: gangguan, faktor stres,
penyakit ataupun obat.
10. Terapkan petunjuk metode simptothermal ini dengan tepat (untuk merencanakan
kehamilan atau mencegah kehamilan).
Dokumentasi Pelayanan KB
14
A. Pengertian
Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu/akseptor keluarga berencana (KB) merupakan
suatu bentuk kegiatan pencatatan dari asuhan kebinan yang diberikan pda ibu yang akan
melaksanakan pemakaian KB atau calon akseptor KB seperti pil, suntik, implant, IUD,
metode operasi pri (MOP) , dan lain sebagainya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diperoleh dari data dan informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan
kontrasepsi secara cepat, tepat, lengkap, dipercaya yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan, serta
dalam kegiatan perencanaan, pengendalian dan penilaian program Keluarga Berencana
Nasional.
2. Tujuan khusus
Diperoleh dari data dan informasi tentang :
a. Kegiatan pelayanan kontrasepsi
b. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB dan
dokter/bidan praktek swasta.
c. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi (persediaan, penerimaan dan
pengeluaran) di Klinik KB.
15
KB Pil dengan antisipasi masalah potensial seperti potensial terjadinya peningkatan
berat badan, potensial fluor albus meningkat, obesitas, mual dan pusing.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakn segera atau masalah potensial pada
ibu/akseptor KB
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi dan
kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien sepertikenutuhan KIE
(komunikasi, informasi, dan edukasi)
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada ibu/akseptor KB yang dilakukan sebagaimana
contoh berikut: apabila ibu adalah akseptor KB pil maka jelaskan tentang pengertian
dan keuntungan KB Pil, anjurkan menggunakan pil secara teratur dan anjurkan untuk
periksa secara dini bila ada keluhan.
6. Melaksanakan perencanaan
Pada tahap ini dilakukan rencana asuhan kebidanan menyeluruh yang dibatasi
oleh standar asuhan kebidanan pada ibu/akseptor KB.
7. Evaluasi
Evaluasi pada ibu/akseptor KB dapat menggunakan bentuk SOAP sebagai
berikut.
S : data subyektif
Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB
O: data objektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama
pemakaian KB.
A : analisis dan intepretasi
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi
diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan
segera.
P: perencanaan
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak
lanjut.
16
Mengenai masukan laporan, baik laporan bulanan maupun laporan tahunan serta
bagaimana informasi yang disajikan setiap bulan atau tahun.
3. Tenaga
Ketersediaan / jumlah tenaga dan kualitas tenaga
4. Sarana
a. Ketersediaan formulir dan kartu
b. Ketersediaan buku petunjuk teknis pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
c. Ketersediaan faksimil untuk seluruh kabupaten / kota untuk kecepatan laporan
d. Ketersediaan computer sampai dengan tingkat kabupaten / kota
5. Penyediaan dana operasional
Dalam mengevaluasi dan operasional perlu dilakukan inventarisasi apakah tersedianya
anggaran untuk kegiatan operasional petugas registrasi klinik dan biaya pembinaan
petugas baik yang bersumber dari APBN atau dari luar APBN.
..
IV. Riwayat kesehatan dahulu
..
V. Riwayat kesehatan keluarga
..
VI. Riwayat menstruasi
Menarche : disminore :..
Siklus : .. fluor albus :..
Lama : .. . haid terakhir tanggal :
VII. Status pernikahan
Umur pernikahan : .
Lama :
Jumlah istri :
VIII. Riwayat obstetri
No keha persalinan anak nifas
milan
umur Kom jenis pen kom Jenis umur BB/ Lakta kb kom
plika olo plik kelamin PB si plika
si ng asi si
IX. Riwayat kb
Jenis kb : Kapan berhenti : ..
Lama : alasan berhenti : ..
Mulai kb : ..
18
X. Keadaan psikologis
..
XI. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : frekuensi : /hari, komposisi : ..porsi :
Minum : per hari
b. Eliminasi
BAK : .
BAB : ..
c. Istirahat/tidur : .
d. Aktivitas sehari-hari : ..
e. Personal hygiene : .
XII. Riwayat social ekonomi
..
XIV. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : ..
Kesadaran :
Tekanan darah : .
Nadi : ..
Pernafasan : ..
Suhu : .
Berat badan : .
Tinggi badan : .
19
Hidung : ..
Mulut : .
Leher : ..
Dada : ...
Abdomen :
Ekstremitas atas : .
Ekstremitas bawah :
Lain-lain, jelaskan : ..
XVI. Pemeriksaan penunjang
Plano test : ..
Pemerisaan hb : ..
Pap smear : .
Lain-lain, jelaskan : .
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam metode kontrasepsi sederhana seperti simpto thermal dan coitus interuptus
pada dasarnya akan meningkatkah pengetahuan system reproduksi dari pasangan, tanpa resiko
kesehatan. Sehingga tidak ada efek samping sistem, namun dalam penggunaannya dibutuhkan
latihan, dan keterlibatan dari pasangan. Terdapat perbedaan dalam metode kontrasepsi simpto
thermal dengan coitus interuptus, yaitu pada metode kontrasepsi sympto thermal tidak
diperbolehkan bagi wanita yang mempunyai bayi ataupun masih dalam pemberian ASI
terhadap bayinya. Sedangkan pada metode coitus interuptus, kontrasepsi ini tidak
mengganggu dalam pemberian ASI dan diperbolehkan untuk wanita yang mempunyai bayi.
Dan untuk dokumentasi pelayanan Kontrasepsi itu merupakan suatu kegiatan mencatat
dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan
oleh bidan klinik KB dan dokter/bidan praktek swasta. Seorang bidan diharapkan mampu
melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB dengan baik sehingga dapat mengetahui
seberapa besar keberhasilan KB sekaligus sebagai alat untuk monitoring dan evaluasi dari
pelayanan yang telah diberikan kepada klien.
21
Daftar Pustaka
Susan Klien, Fiona Thomson. 2008. Panduan Lengkap Kebidanan. Palmall Yogyakarta
Sri Handayani, S.Si.T. 2010. Buku Ajar Pelayanan KB. Pustaka Rihama Yogyakarta
22
23