Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia
saat itu 120 juta jiwa.Dalam kurang lebih 30 tahun, penduduk Indonesia bertambah 70%
(sensus 2000, jumlah penduduk Indonesia 206 juta jiwa).Sedangkan program KB sudah
dikenal sejak tahun 1970.Dari mulai tahun 2000 sampai sekarang angka penduduk
Indonesia bertambah hampir 40 juta jiwa.Hal ini dapat dikatakan hampir 30% dari angka
di tahun 1971.Dari hal ini dapat dilihat bahwa trend KB merosot dalam dekade ini (Xixi,
2009).
Coitus Interuptus (senggama terputus) merupakan salah satu usaha kontrasepsi yang
paling tua. Cara ini banyak digunakan di Benua Eropa pada abad ke-18 dan memegang
peranan penting dalam pembatasan penduduk. Kira-kira 50 % dari suami istri
mempergunakan pada waktu itu. Pada pertengahan abad ini masih juga dipergunakan di
Jamaika 60%, Puerto Rico 54% dan Ungaria 67%.
Walaupun cara ini tentu ada kegagalannya namun tidak kalah hasilnya dengan
pasangan yang menggunakan kondom dan diafragma. Cara ini tentu memerlukan kerja
sama yang baik dengan pasangan . Survey demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2002-2003 menunjukkan bahwa penggunaan cara KB dan mencegah kehamilan dengan
senggama terputus cukup banyak mencapai 1,5%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian coitus interuptus?
2. Apa indikasi dan kontra indikasi dari kontrasepsi coitus interuptus?
3. Apa manfaat dan keterbatasan kontrasepsi coitus interuptus?
4. Bagaimana efektivitas dan cara kerja dari kontrasepsi cotus interuptus?
5. Bagaimana cara kerja dari cotus interuptus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian coitus interuptus.
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari kontrasepsi coitus interuptus
3. Untuk mengetahui manfaat dan keterbatasan kontrasepsi coitus interuptus
4. Untuk mengetahui efektivitas dan cara kerja dari kontrasepsi cotus interuptus
5. Untuk mengetahui cara kerja dari cotus interuptus?

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat penulisan dari makalah ini yaitu baik penulis maupun pembaca dapat
mengetahui tentang apa itu metode kontrasepsi sederhana dengan cara coitus interuptus,
indikasi maupun kontra indikasi, manfaat dan keterbatasannya, efektifitas dan cara kerja
dari metode tersebut sehingga dapat diterapkan dan angka kegagalan semakin menurun
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Coitus Interuptus


Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah suatu
metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra
vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita, (Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi:58;2004).
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra
ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method.
Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Metode Withdrawal adalah
metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal.
Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.( Everett S. Buku Saku
Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif, Hal : 37)
Coitus Interuptus adalah saat pria menarik penisnya dari vagina sebelum
ejakulasi selama coitus. Sebutan Coitus Interuptus jarang digunakan oleh pria dan
wanita. Istilah ini biasanya disebut penarikan meskipun ada kata lain yang lebih
halus, seperti “berhati-hati” atau “ia(laki-laki)berhati-hati melakukanya”

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana


tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum mencapai ejakulasi. . (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi:MK-
14;2003

Coitus Interuptus merupakan metode di mana pria menarik penisnya sebelum


ejakulasi diluar vagina wanita. (Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual
Reproduktif:57;2008)

2.2 Indikasi
Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus,
hendaknya pasangan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. Kegiatan KB
tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan saja. Laki-laki juga dapat berperan
dengan menggunakan metode senggama terputus, apabila suami
tidakmengizinkan istrinya untuk ber-KB maka suami dapat melakukan KB
dengan cara senggama terputus.
b. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode-metode lain.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat dan berpikiran bahwa


banyak anak banyak rezeki atau karena alasan agama maka banyak pasangan
yang tidak menginginkan menggunakan KB dalam bentuk alat. Untuk itu, metode
senggama terputus menjadi salah satu solusi agar pasangan tersebut tidak
memiliki banyak anak dalam waktu yang berdekatan dan dalam jumlah yang
banyak.
c. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
d. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang
lain
Banyak pasangan suami istri yang ragu untuk melakukan KB karena berbagai
alasan , salah satunya belum menemukan KB yang cocok karena setiap KB
memiliki efek samping masing-masing. Sehingga untuk mencegah terjadinya
kehamilan, metode ini dapat dilakukan asal tidak ada kontraindikasi yang
menyertai.
e. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
Tidak semua pasangan dapat selalu tinggal bersama dalam satu atap. Ada kalanya
mereka harus berpisah karena alasan pekerjaan, sehingga intensitas untuk
bertemu menjadi jarang dan tidak menentu. Maka metode ini dapa digunakan
apabila tidak mau menggunakanalat kontrasepsi karena alasan jarang tinggal satu
atap dengan suaminya sehingga tidak teratur dalam melakukan hubungan seksual.
f. Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik.
Interupsi pra orgasmic merupakan penghentian berhubungan seksual sebelum
orgasme.
g. Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain.
h. Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana.
2.3 Kontra Indikasi
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak
memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau
KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna
kontrasepsi ini adalah:

a. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini

Sebaiknya untuk pasangan yang memiliki suami dengan pengalaman ejakulasi dini
tidak melakukan kontrasepsi alamiah ini karena dikhawatirkan tingkat
kegagalannya tinggi.
b. Suami yang sulit melakukan senggama terputus.

Tidak semua laki-laki mampu melakukan senggama terputus karena alasan


menggangu kenikmatan.
c. Suami yang memilki kelainan fisik atau psikologis
d. Pasangan yang kurang dapat berkomunikasi sehingga sulit bekerja sama

Dalam metode senggama terputus dibutuhkan komunikasi yang baik dengan


pasangan sehingga akan mudah bekerja sama untuk saling mengingatkan selama
melakukan hubungan seksual agar segera melepas penis sebelum terjadi ejakulasi
sehingga tidak terjadi kehamilan.
e. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
f. Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik.

2.4 Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.

a. Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.

Metode ini merupakan metode alami tanpa alat sehingga tidak akan
terjadi efek samping seperti iritasi ataupun infeksi, namun bila terjadi kegagalan
dapat terjadi kehamilan.

2. Efektif bila dilakukan dengan benar.


3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping
5. Tidak membutuhkan biaya dan alat
6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.

b. Manfaat non kontrasepsi


1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB

2.5 Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
a. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan
sperma selama senggama.
b. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
c. Tidak melindungi terhadap HIV dan penyakit menular lainya
d. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi
coitus.
Kurang efektif untuk mencegah kehamilan,angka kegagalan cukup tinggi
dengan 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun. Factor-faktor yang menyebabkan
angka kegagalan adalah adanya cairan pra ejakulasi yang dapat keluar setiap saat dan
setiap tetes sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa, kurangnya kontrol dari pria,
yang pada metode ini justru penting, kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri,
sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan. (Saifuddin, Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16)

2.6 Efektivitas
Efektifitas Coitus Interuptus bervariasi, tetapi pada penggunaan yang cermat
dan konsisten, metode ini dapat mencapai efektifitas sampai 96% untuk mencegah
kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun sampai 81% pada pencegahan yang
kurang cermat dan kurang komitmen(Clubb&Knight,1996). Alasan lain kegagalan
metode ini adalah adanya sperma sebelum ejakulasi.
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan
yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat
menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. (Saifuddin, Buku Panduana Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).

2.7 Cara Kerja


Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan
kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air
mani mencapai rahim. (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Bagian Kedua MK 15- MK 16).

Cara Coitus Interuptus :

1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun


kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan
sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung
kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi
sebelumnya.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah suatu
metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra
vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita. Sebelum
memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus, hendaknya
pasangan memperhatikan indikasi dan kontra indikasi dari metode ini. Klien atau
akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak
memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau
KIE baik lisan maupun tertulis. Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara
kontrasepsi maupun non kontrasepsi. Metode coitus interuptus ini mempunyai
keterbatasan namun akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

3.2 Saran
Petugas Kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan tetap memberikan saran untuk menggunakan
kontrasepsi alat disamping menjelaskan metode ini, karean angka kegagalan dari
banyak factor dapat terjadi
Pasangan suami istri
Sebaiknya sebelum melakukan metode kontrasepsi senggama terputus diharapkan
suami maupun istri tidak memiliki kontra indikasi yang dapat mempengaruhi
keberhasilan metode ini, sehingga metode yang dilakukan dapat bekerja optimal
dan segera memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi berupa alat agar lebih
meningkatkan efektifitas KB.
DAFTAR PUSTAKA

Delvin, D. 2008. Coitus Interruptus (Withdrawal Methods)..


Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka. (Bagian Kedua MK 15- MK 16).

Manuaba, IB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.EGC :
Jakarta

Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai