PENDAHULUAN
2.2 Indikasi
Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus,
hendaknya pasangan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. Kegiatan KB
tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan saja. Laki-laki juga dapat berperan
dengan menggunakan metode senggama terputus, apabila suami
tidakmengizinkan istrinya untuk ber-KB maka suami dapat melakukan KB
dengan cara senggama terputus.
b. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode-metode lain.
Sebaiknya untuk pasangan yang memiliki suami dengan pengalaman ejakulasi dini
tidak melakukan kontrasepsi alamiah ini karena dikhawatirkan tingkat
kegagalannya tinggi.
b. Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
2.4 Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
a. Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.
Metode ini merupakan metode alami tanpa alat sehingga tidak akan
terjadi efek samping seperti iritasi ataupun infeksi, namun bila terjadi kegagalan
dapat terjadi kehamilan.
2.5 Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
a. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan
sperma selama senggama.
b. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
c. Tidak melindungi terhadap HIV dan penyakit menular lainya
d. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi
coitus.
Kurang efektif untuk mencegah kehamilan,angka kegagalan cukup tinggi
dengan 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun. Factor-faktor yang menyebabkan
angka kegagalan adalah adanya cairan pra ejakulasi yang dapat keluar setiap saat dan
setiap tetes sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa, kurangnya kontrol dari pria,
yang pada metode ini justru penting, kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri,
sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan. (Saifuddin, Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16)
2.6 Efektivitas
Efektifitas Coitus Interuptus bervariasi, tetapi pada penggunaan yang cermat
dan konsisten, metode ini dapat mencapai efektifitas sampai 96% untuk mencegah
kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun sampai 81% pada pencegahan yang
kurang cermat dan kurang komitmen(Clubb&Knight,1996). Alasan lain kegagalan
metode ini adalah adanya sperma sebelum ejakulasi.
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan
yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat
menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. (Saifuddin, Buku Panduana Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
3.1 Kesimpulan
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah suatu
metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra
vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita. Sebelum
memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus, hendaknya
pasangan memperhatikan indikasi dan kontra indikasi dari metode ini. Klien atau
akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak
memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau
KIE baik lisan maupun tertulis. Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara
kontrasepsi maupun non kontrasepsi. Metode coitus interuptus ini mempunyai
keterbatasan namun akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
3.2 Saran
Petugas Kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan tetap memberikan saran untuk menggunakan
kontrasepsi alat disamping menjelaskan metode ini, karean angka kegagalan dari
banyak factor dapat terjadi
Pasangan suami istri
Sebaiknya sebelum melakukan metode kontrasepsi senggama terputus diharapkan
suami maupun istri tidak memiliki kontra indikasi yang dapat mempengaruhi
keberhasilan metode ini, sehingga metode yang dilakukan dapat bekerja optimal
dan segera memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi berupa alat agar lebih
meningkatkan efektifitas KB.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.EGC :
Jakarta
Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta