Anda di halaman 1dari 49

Pucanggading, Oktober 2015

MATA KULIAH:
(Bd.6.402)

ETIKOLEGAL
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Pokok Bahasan
Aspek Legal pelayanan kebidanan, Legislasi, Registrasi dan Lisensi serta Otonomi
dalam Pelayanan Kebidanan.

Aspek Legal Pelayanan Kebidanan(1)


Legislasi,(2)
Registrasi dan(3)
Lisensi(4)
Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan(5)

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

36

Pucanggading, Oktober 2015

MATERI POKOK (POKOK BAHASAN) 3

SUB POKOK BAHASAN


ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN
1. Pengantar.
Manusia tercipta dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan makhluk lain
ciptaanNya. Kelebihan itu berupa kemampuan memiliki daya cipta, karsa dan rasa.
Kelebihan daya cipta, karsa dan rasa, senantiasa diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui pengembangan potensi yang dimiliki, manusia ingin perubahan.
Dengan ciptanya manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat membuat perlengkapan kehidupan manusia seperti yang kita
rasakan saat ini. Kecanggihan teknologi diberbagai bidang kehidupan. Dengan karsanya manusia berkeinginan memiliki kehidupan yang tertip, teratur dan sejahtera. Dan
dengan rasanya manusia memiliki seni yang tinggi. Keindahan, kecantikan, keserasian
adalah hasil buah karya keinginan manusia dalam mengembangkan rasa manusia.
Dikaitkan dengan Mata Kuliah ini adalah dari sisi kemampuan manusia untuk
berkehidupan yang tertib dan teratur, berkeinginan pada sesuatu yang baik. Hal yang
demikian, menuntut manusia untuk berbuat sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk perperilaku baik atau tidak baik, ukuran atau pedoman dalam
bertindak, berinteraksi berupa aturan aturan atau perlengkapan manusia agar dalam
kehidupannya dapat dilakukan dengan tertip dan teratur. Untuk itu dibuatlah sebuah
aturan, atau tata tertip bertindak, atau disebut dengan hukum. Pengertian hukum
sebagaimana disampaikan Ronny Hanintijo Soemitro dan Prof. Satjito Rahardjo
(1985), hukum itu merupakan perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban
dan keterturan. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai
macam tatanan, yaitu tatanan kebiasaan, tatanan hukum dan tatanan kesusilaan 1
Sehingga masing-masing tatanan memiliki norma, yaitu norma kebiasaan, norma
hukum dan norma kesusilaan serta dalam masing-masing norma memiliki sifat,
hakekat dan nilai dasar.
Untuk memahami sifat, hakekat dan nilai dasar dari masing-masing norma tentu
membutuhkan waktu dan materi tersendiri. Dan kaitannya dengan aspek legal pelayanan kebidanan ini menunjuk pada betapa pentingnya norma hukum kaitannya
dengan pelaksanaan pelayanan kebidanan. Sehingga materi ini akan membahas tentang
aspek legal atau aspek hukum yang menjadi landasan pelayanan kebidanan.
Untuk memberikan pemahaman tentang materi pada pokok bahasan Aspek legal
pelayanan kebidanan ini, saudara akan diajak untuk mengi-kuti proses pembelajaran
dengan mengikuti Pembelajaran Ceramah/tanya jawab dan pembelajaran Praktik.
2. Tujuan Instruksional Umum.
Setelah saudara mempelajari materi pada pokok bahasan ini, saudara diharapkan
memahami pengertian aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Menjelaskan legislasi,
1

Ronny Hanintijo Soemitro, SH dan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Pengantar
Ilmu Hukum, Penerbit Karunika Jakarta, Univesitas Tebuka, 1985, hal.1
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

37

Pucanggading, Oktober 2015

registrasi, lisensi praktek kebidanan dan dapat Menjelaskan otonomi dalam pelayanan
kebidanan.
3. Tujuan Instruksional Khusus.
Setelah mempelajari materi pada ini, diharapkan saudara dapat:
a. Menjelaskan kembali pengertian aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
b. Menjelaskan tentang legislasi
c. Menjelasakan registrasi
d. Menjelaskan tentang Otonomi.
4. Kegiatan Belajar Mengajar.
Dalam kegiatan belajar ini, saudara akan diberi materi masing masing sub pokok
bahasan dari pokok bahasan 3, Aspek Legal Praktik Kebidanan, terdiri dari materi dalam
bentuk kegiatan belajar, yaitu:
a. Kegiatan Belajar 1, tentang Pengertiian Aspek Legal Pelayanan Kebidanan.
b. Kegiatan Belajar 2, Legislasi, Registrasi dan Lisensi.
c. Kegiatan Belajar 3, Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan.
Masing masing kegiatan belajar, akan disampaikan susunan / sistematika materi
pembelajaran, yaitu: uraian materi sub pokok bahasan, rangkuman materi, latihan soal
dan umpan balik.
Jika saudara dapat mempelajari dengan mengikuti uaraian tersebut dengan seksama maka saudara akan dapat menguasai materi di masing-masing sup pokok bahasan.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

38

Pucanggading, Oktober 2015

Kegiatan Belajar 1.

PENGERTIAN ASPEK LEGAL PELAYANAN


KEBIDANAN.
a)

Uraian Materi.
Sebelum membahas tentang aspek legal dalam pelayanan kebidanan, ada baiknya saudara saya ajak untuk belajar tentang kata yang mengikuti kata legal yang
tertera sebagaimana judul pokok bahasan ini, yaitu pelayanan kebidanan. Dua kata
pelayanan dan kebidanan ini jika diurai satu persatu maka kata pertama, pelayanan
dan kata kedua adalah kebidanan.
Kata pelayanan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: Pertama,
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, dan Kedua: masih menurut kamus besar Bahasa Indonesia, dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan:
pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya dengan pencegahan,
diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu2.
Selanjutnya jika kita hubungkan dengan perkembangan bidang kesehatan terutama profesi kesehatan, pengertian pelayanan yang ada dalam kamus tersebut masih
sangat sempit, sebab uraian pengertian tersebut belum mencakup keseluruhan aspek
dalam pelayanan kesehatan .
Selanjutnya kalau membaca Ps.1 UU, No:36 Th 2009, tentang Kesehatan 3, dalam Ketentuan Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek pelayanan. Yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis
upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Dua sumber pengertian tersebut, masih belum menggambarkan subyek atau
pelaksana pelayanan. Kalaupun ditambahkan dengan subyeknya tentu akan menjadi
sederatan kalimat panjang, sebab subyek atau pelaksana pelayanan kesehatan terdiri
dari berbagai profesi. Selanjutnya saudara saya ajak untuk membaca pengertian

2
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, edisi kedua, Balai Pustaka,Jakarta th. 1991.
3
-------------------- , Undang-Undang Kesehatan RI, No:36 Tahun 2009, Bab I, Ps. 1.

1.

2.
3.
4.

5.

6.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang


dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.
Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan
agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan
cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun
secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku dimasyarakat.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

39

Pucanggading, Oktober 2015

pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI Nomor: 369/ Menkes /


SK / III /2007 tentang Standart Profesi Bidan. Didalam SK ini pengertian pelayanan
kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehaan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.
Sejauh ini saudara sudah mempelajari atau stidak-tidaknya memiliki tiga pengertian pelayanan kebidanan dari tiga sumber. Sebagai sebuah definisi jika ditinjau
dari teori pembuatannya, definisi pelayanan kesehatan tersebut belum kalau tidak
boleh dikatakan tidak tepat. Sebab sebuah definisi tidak boleh mengulang kata yang
didefinisikan4, yaitu pelayanan. Selanjudnya saudara saya ajak untuk mencoba
menggabungkan ketiganya sehingga menjadi: kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien, oleh tenaga kesehatan (bisa bidan, perawat, dokter dan
sebagainya) dalam upaya kesehatan ---(meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan)--- yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
Bahasan kita berikutnya adalah tentang aspek legal. Aspek dan Legal. Aspek,
kata ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi), dapat diartikan pertama;
sebagai tanda, kedua; diartikan; sudut pandang, ketiga; diartikan sebagai pemunculan atau gagasan, situasi sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang
tertentu. Dan empat: Ling, memiliki pengertian tertentu tergantung kata yang
mengikutinya. Antara lain aspek frekuentatif, aspek yang menggambarkan perbuatan
berulang (kekerapannya). Kemudian pengertian Aspek yang diikuti dengan kata
legal berasal dari kata leggal (bahasa Belanda), pengertiannya adalah aspek menurut
hukum, atau aspek yang sah menurut undang-undang 5. Atau menurut kamus Bahasa
Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum. Dari dua
sumber pengertian tersebut sama-sama menyebut undang-undang. Sedangkan dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat kata hukum.
Untuk memberi gambaran lain tentang pengertian dimaksud, berikut ini akan
dibahas tentang konsep undang-undang dan konsep hukum secara garis besarnya.
Sebagaimana telah dibahas dalam pengantar, bahwa hukum merupakan salah satu
tatanan dari tiga tatanan yang ada dimasyarakat---dua tatanan lainnya, yaitu: tatanan
kebiasaan, dan tatanan kesusilaan--- merupakan perlengkapan masyarakat untuk
menciptakan ketertiban dan keteraturan. Dalam tatanan hukum, dicirikan oleh
penciptaan norma-norma hukum yang dibuat secara sengaja oleh suatu badan
perlengkapan dalam masyarakat yang khusus ditugasi untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu dan menghasilkan substansi yang sah.
Norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi
sumber hukum yang paling utama dan kegiatan badan itu, disebut dengan kegiatan
perundang-undangan. Hukum yang dihasilkan oleh proses seperti itu disebut sebagai
hukum yang diundangkan6.
Dengan uraian tersebut, maka pengertian Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan
adalah penggunaan Norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi
untuk itu menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Upaya dalam pengertian diamaksud perlu disampaikan bahwa dalam
4

----------------------------, Logika, penerbit Karunika Universitas Terbuka, Jakarta Th. 1985,

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, edisi lengkap, Penerbit Aneka Ilmu Semarang, th.

hal....
1977.
6
Ronny Hanintijo Soemitro, SH dan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Pengantar
Ilmu Hukum, Penerbit Karunika Jakarta, Univesitas Tebuka, 1985, hal.77.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

40

Pucanggading, Oktober 2015

praktik pelayanan kebidanan terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh


profesi Bidan dalam menjalankan profesinya, yaitu menjalankan Peran fungsi dan
tugas yang sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku.
Perlu disampaikan pula pada saudara, bahwa Undang undang atau hukum yang
digunakan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan sebagai dasar pelayanan adalah
undang-undang atau hukum yang memang dibuat untuk kepentingannya. Walaupun
dimengerti bahwa tidak harus setiap profesi memiliki Undang-Undang sendiri, jika
terdapat Undang-undang yang dapat memenuhi kebutuhan profesi atau menjadi
payung bagi profesi dalam menjalankan profesinya. Contohnya, Profesi Bidan telah
mengajukan RUU Praktik Kebidanan sejak tahun 2006, bersamaan dengan RUU
Praktik Keperawatan, namun setelah 9 tahun ditunggu hingga tahun 2015, belum
juga selesai.
Dengan belum ditetapkannya RUU praktik Bidan, bukan berarti Profesi Bidan
tidak memiliki dasar hukum dalam menjalankan profesi, perlu diketahui bahwa,
semua bentuk peraturan hukum maupun perundang-undangan yang menyangkut
pengaturan tentang bidan dan kebi-danan dan atau peraturan tentang kesehatan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat menjadi acuan dasar pelaksanaan
pelayanan kebidanan. Oleh karena secara spesifik belum ada literatur yang ber hubungan dengan susunan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pelayanan kebidanan, maka menjadi tugas kita bersama untuk menginventarisasi
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan,
mulai dari UUD 1945, UU, Peraturan Pemerintah Peng-ganti Undang Undang, PP
termasuk peraturan / keputusan Menteri maupun peraturan daerah Perda.
b)

Latihan.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, tentang pengertian Aspek
Hukum Pelayanan Kebidanan sebagaimana diuraikan tersebut, maka saudara
diminta untuk mencoba menjelaskan kembali masing-masing kata dalam kalimat
tentang aspek hukum / legal pelayanan kebidanan menggunakan kata-kata
sendiriselanjutnya rangkum kedalam kalimat saudara sendiri.

c)

Rangkuman.
Pengertian pelayanan yang kesehatan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh tenaga kesehatan (bisa bidan, perawat, dokter
dan sebagainya) dalam upaya kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegah-an,
pengobatan dan pemulihan.
Dalam tatanan hukum, dicirikan oleh penciptaan norma-norma hukum yang
dibuat secara sengaja oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus
ditugasi untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu dan menghasilkan substansi yang sah.
Pengertian Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggu-naan Norma
hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber
hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelak-sanaan kegiatan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien / kelom pok masyarakat oleh Bidan
dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengo batan dan pemulihan kesehatan.

d)

Tes formatif.
i. Uraikan secara singkat masing-masing kata dalam kalimat Aspek legal
dalam pelayanan kebidanan.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

41

Pucanggading, Oktober 2015

ii.

e)

Dari masing masing kata dalam kalimat selanjudnya susun menjadi kalimat
sendiri yang membentuk pengertian yang kompre-hensif dari kalimat
Aspek legal dalam pelayanan kebidanan

Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah disajikan, jika
kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang te-lah disajikan maka
pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu maka pemahaman materi 1
yang saudara pelajari perlu diulang lagi.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

42

Pucanggading, Oktober 2015

Bd. 4.32
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
MATERI POKOK 3
Aspek Legal Pelayanan Kebidanan
Legislasi, Registrasi dan Lisensi
Otonomi Dalam Praktik Kebidanan

Sub Pokok Bahasan

LEGISLASI, REGISTRASI, LISENSI


PRAKTIK KEBIDANAN

Oleh:
Drs. Ngadiyono, SKp. Ns., MHKes.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

43

Pucanggading, Oktober 2015

Materi Pokok 3
Sup Pokok Bahasan

LEGISLASI, REGISTRASI, LISENSI


PRAKTIK KEBIDANAN
1.

Pengantar.
Kemajuan tehnologi dan peradapan telah merambah seluruh lapisan
masyarakat. Dan masyarakat itu sendiri tidak dapat memproteksi diri untuk tetap
dengan tehnologi dan peradapan masa lalu. Kesadaran diri akan hak dan kewajiban
semakin tajam. Tuntutan akan hak terasa dominan dalam setiap jasa pelayanan,
termasuk jasa pelayanan kebidanan.
Pengaturan baik melalui organisasi profesi IBI maupun regulasi Pemerintah
telah dilakukan antara lain melalui Peraturan Menteri Kesehatan NOMOR: 1796
/MENKES/PER/VIII/2011, yang mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
Praktik Profesi Tenaga Kesehatan termasuk Bidan.
Untuk memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih, maka materi
legislasi, registrasi dan lisensi bagi saudara sangat penting untuk dimengerti.
Disamping itu pemahaman tentang batas kewenangan dan oto-nomi pelayan bagi
bidan juga perlu dipahami untuk menghindari pelak-sanaan pekerjaan yang tidak
menjadi kewenangannya. Sehingga harapan akhirnya saudara memiliki pemahaman
yang sesuai dalam rangka pemberian jasa pelayanan kebidanan untuk dapat
melindungi diri dari permasalahan hukum dan juga sebaliknya masyarakat peneri-ma
jasa pelayanan kebidanan akan terlindungi dari praktik-praktik yang tidak
bertanggung jawab yang dapat merugikan semua pihak.

2. Tujuan Instruksional Umum.


Setelah saudara mempelajari materi pokok bahasan ini, melalui pembelajaran
ceramah / tanya jawab, saudara diharapkan mempunyai ke-mampuan memahami
legislasi, regristrasi, lesensi praktek kebidanan dan memahami otonomi dalam
pelayanan kebidanan
3. Tujuan Instruksional Khusus.
Setelah mempelajari materi legislasi, registrasi, lisensi dan otonomi dalam
pelayanan ini, diharapkan saudara dapat:
a. Menjelaskan kembali tentang legislasi.
b. Menjelaskan kembali tentang registrasi.
c. Menjelaskan kembali tentang lisensi.
4. Kegiatan Belajar Mengajar Ceramah / tanya jawab.
Materi: legislasi, regristrasi, lesensi praktek kebidanan.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

44

Pucanggading, Oktober 2015

a. Kegiatan Belajar 1.

LEGISLASI
1)

Uraian Materi.
a)

Pengertian.
IPM Ranuhandoko, (2000), menjelaskan bahwa Legislasi
diadop dari kata legislatie, artinya menciptakan undang-undang,
sedangkan legislation yang artinya prosedur pembuatan undangundang7. Selanjutnya dalam pembuatan peraturan perundang un-dangan
termasuk didalamnya pembuatan undang-undang telah diatur melalui
UU No 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan Pera-turan Perundangundangan. Sehingga segala aspek, prosedur, ke-wenangan serta proses
telah diatur sebagai materi muatan dida-lamnya.
Untuk materi muatan RUU, usulan Rancangan Undang-undang
dapat berasal dari inisiatif DPR, Presiden maupun dari Dewan Perwakilan Daerah. Untuk dapat sampai pada pengesahan undang-undang oleh
DPR bersama Presiden, melalui proses dan mekanisme yang panjang.
Contoh Pembentukan Rancangan Un-dang-Undang Praktik Bidan, yang
diajukan sejak tahun 2006, masuk daftar Program Legislasi Nasional
nomor 169, sampai saat ini masih dalam proses dan tidak tahu kapan
akan selesai adalah contoh usulan RUU yang berasal dari Presiden. Dan
terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu:

b)

Tahapan Pembentukan Undang-Undangan.


Tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut: 8
Tahap Perencanaan.
Dalam perencanaan digunakan dasar adalah Peraturan Presiden
No. 61 Tahun 2005 tentang Tata cara Penyusunan dan Pengelolaan
Program Legislasi Nasional, Keputusan Dewan Per-wakilan Rakyat
Republik IndonesiaI, No. 01/DPR RI/III/2004-2005 tentang Persetujuan
Penetapan Program Legislasi nasional Tahun 2005 tahun 2009 dan
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat No.02F/DPR-RI/II/2005-2006
tentang Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-undang
Prioritas Tahun 2006.
Penyiapan Rancangan Undang-undang.
Dalam penyiapannya dapat dibedakan berdasarkan asal mula
Rancangan Unddang-undang dibuat, yaitu Rancangan Undang-undang

IPM Ranuhandoko, BA, Terminologi Hukum Ingris Indonesia, Penerbit


Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal. 381.
8

...................UU No: 10 Tahun 2004., tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

45

Pucanggading, Oktober 2015

yang berasal dari Pemerintah, Rancangan Undang-undang yang berasal


dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Rancangan
Undang-undang yang berasal dari Dewan Perawakilan Daerah Republik
Indonesia.
Tahap pembahasan.
Tahap pembehasan ini ada di Dewan Perwakilan Rakyat
berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
No. 08/DPR-RI/I/2005-2006 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Tahap Pengesahan.
Tahap ini dilaksanakan menurut Undang-undang No. 10 tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undang-an dan
Peraturan Presiden No. 1 tahun 2007 tentang Pengesahan Perun-dangan
dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan.
Tahap Pengundangan.
Tahab ini dilaksanakan berdasarkan,: Undang-undang No. 10
tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang un-dangan dan
Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2007 tentang Penge-sahan Perundangan
dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan.
Masing-masing tahapan terdapat banyak aktivitas yang harus
dilakukan untuk dapat sampai pada tahap akhir, yaitu pengundangan.
Namun dalam kapasitas pembelajaran ini tidak sesuai apabila dibahas
samapi tuntas.
Keikutsertaan masyarakat khususnya anggota profesi, termasuk
anggota profesi Kebidanan adalah menyiapkan materi rancangan
undang-undang seperti RUU Praktik Kebidanan, ang-gota ikut
berperanserta khususnya dalam memberikan masukan tentang sesuatu
hal yang harus masuk atau diaur dalam sebuah peraturan perundangundangan.
2) Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang legislasi, bacalah UU
No:10 Tahun 2004, khususnya tentang BAB V Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
3)

Rangkuman.
Dalam proses pembuatan undang-undang / hukum telah diatur melalui UU
Negara Republik Indonesia No: 10 Tahun 2004, tentang Pemben-tukan Peraturan Perundang-undangan. Tahapan-tahapan dan proses pembentukan,
menjadi salah satu materi muatan didalamnya. Mema-hami isi materi proses
pembentukan peraturan perundang-undangan membutuhkan per-hatian dan
konsentrasi belajar tersendiri.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

46

Pucanggading, Oktober 2015

4) Tes formatif.
Uraikan secara singkat pengertian legislasi dan uraikan tahap-an
pembentukan peraturan perundang-undangan.
Rancangan Undang Praktik Kebidanan telah dibuat dan diusul-kan
untuk menjadi undang-undang, menurut saudara mengapa perlu undangundang dan mengapa sejak tahun 2006 sampai sekarang ran-cangan itu
belum jadi undang-undang. Jelaskan secara singkat.
5) Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara khususnya soal no: i, kedalam uraian materi yang telah disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai
dengan materi yang telah disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %.
Dan jika kurang dari itu maka pemahaman materi 1 yang saudara pelajari
perlu diulang lagi.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

47

Pucanggading, Oktober 2015

b. Kegiatan Belajar 2

REGISTRASI
1) Uraian Materi.
a)

Pengertian.
Pengertian registrasi sebagaimana bunyi Pasal 1, Peraturan Menteri Kesehatan, No: 161 Tahun 2010 9, menggantikan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES /SK/VII/2002),
berbunyi Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah memiliki kualifikasi
tertentu lainnya dan telah diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik dan atau pekerjaannya. Dan telah diperbarui lagi dengan
PERATURAN MENTERI KESE-HATAN REPUBLIK INDONESIA,
NOMOR: 1796/ MENKES /PER/-III/201110, yang bunyinya hanya
berbeda bagian tetentu sebagai-mana asli bunyi dalam Pasal 1,
Permenkes ini, yaitu Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga
kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya.
Sebagai tanda bahwa seseorang telah melakukan pencatat-an
kepada pihak berwenang, maka kepadanya diberikan Surat Tanda
Registrasi yang selanjutnya disingkat STR, yaitu bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi.
Pelaksanaan Registrasi.
Sebagaimana dalam Pasal 2, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1796/MEN-KES/PER/
VIII/2011, di-nyatakan bahwa pelaksanaan registrasi dilakukan harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang digariskan. Sebagaimana bunyi
aslinya:
BAB II
PELAKSANAAN REGISTRASI
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib memiliki STR.

Peraturan Menteri Kesehatan, No: 161 Tahun 2010, bunyi Ps.1, No. 5. Surat
Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
10
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA,
NOMOR
1796/MENKES/PER/VIII/2011, Pasal 1, Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap
tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan profesinya.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

48

Pucanggading, Oktober 2015

(2) Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan
sertifikat kompetensi.
(3) Ijazah dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2)diberikan kepada peserta didik setelah
dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji
kompetensi.
b)

Syarat Registrasi.
Pada proses pelaksanaan dilapangan ternyata terdapat syarat lain yang
harus dipenuhi semata-mata untuk memberikan kepastian terhadap
kebenaran dokumen dan keadaan pemohon terhadap kese-hatannya, sehingga
saat akan mengajukan registrasi, maka akan di-minta untuk melengkapi dan
membawa beberapa syarat, antara lain :
-

Fotokopi ijasah bidan.


Fotokopi Transkrip nilai akademik.
Surat keterangan sehat dari dokter.
Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

2)

Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang registrasi mohon sau-dara
membuat ringkasan tentang proses registrasi adakah perbedaan persyarat-an
untuk mendadatkan Surat Tanda Registrasi.

3)

Rangkuman.
Surat tanda registrasi penting bagi tenaga kerja, termasuk Bi-dan. Sebab
untuk mendapatkannya harus melalui proses yang sangat panjang, harus
menempuh pendidikan termasuk pendidikan profesi, menempuh ujian
termasuk uji kompetensi.

4) Tes formatif.
Jelaskan pengertian registrai dan pengertian Surat Tanda Registrasi.
Dan mengapa penting STR itu.
5) Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah
disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang telah
disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu
maka pemahaman materi 1 yang saudara pelajari perlu diulang lagi.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

49

Pucanggading, Oktober 2015

c. Kegiatan Belajar 3

LISENSI
1) Uraian Materi.
a)

Pengertian.
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri atau pengertian yang
diberikan oleh IBI pemberian ijin sebelum diperkenenkan melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan.

b)

Tujuan lisensi adalah.


-

Memberikan kejelasan batas wewenang.


Menetapkan sarana dan prasarana.
Meyakinkan klien.

Lisensi dalam praktik kebidanan dalam bentuk SIPB (Surat Ijan


Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Kesehatan kepada tenaga
bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persya-ratan yang
dite-tapkan.
Cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Ke-sehatan
Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi persya-ratan tertentu
yang telah ditetapkan.
Rekomendasi diperlukan sebagai syarat, diberikan organisasi
profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan.
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah
yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi
bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi. Mes-kipun Uji
Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba dibeberapa wilayah,
termaksud Propinsi Jawa Tengah dan Yog-yakarta, sehingga ,memang
belum dibakukan
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah
yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi
bagi bidan yang mengurus Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB) atau lisensi.
SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan
dapat diperbaharui kembali.
c)

Syarat Lisensi.
- Fotokopi SIB yang masih berlaku.
- Fotokopi ijasah bidan.
- Surat keterangan sehat.
- Rekomendasi dari organisasi profesi.
- Pas foto ukurab 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

50

Pucanggading, Oktober 2015

2) Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang lisensi, jelaskan apa yang
dimaksud lisensi, apa persyaratan untuk memperoleh lisensi. Jelaskan
mekanisme yang harus ditempuh untuk mendapatkan lisensi.
3) Rangkuman.
Lisensi sangat penting bagi tenaga profesi yang akan melaksa-nakan
praktik mandiri. Dengan lisensi akan memberikan kejelasan wewenang
terhadap tenaga profesi, akan jelas sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
4) Tes formatif.
Uraikan secara singkat masing-masing kata, sertifikat kompe-tensi,
STR, Lisensi, SIB, SIPB dam jelaskan prosedur untuk men-dapatkan lisensi.
5) Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah
disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang telah
disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu
maka pemahaman materi 1 yang saudara pelajari per-lu diulang lagi.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

51

Pucanggading, Oktober 2015

d. Kegiatan Belajar Mengajar Praktik.


Legislasi, registrasi, lisensi praktik pelayanan kebidanan.
Studi literatur/ bahan pustaka

MEKANISME REGISTRASI, LISENSI PRAKTIK


KEBIDANAN
1) Uraian materi.
Dalam kegiatan belajar praktik pada pokok bahasan tentang re-gistrasi,
lisensi praktik kebidanan, saudara mempunyai tugas mencari literatur atau
bahan pustaka untuk dapat menghasilkan rangkuman mekanisme atau tata cara
memperoleh STR dan lisensi yang dapat saudara lakukan agar memperoleh
persyaratan melakukan praktik mandiri bidan.
Hasil diskusi dapat dijelaskan dengan skema atau cara lain yang saudara
anggap mudah dipahami oleh pembacanya.
2) Latihan.
-

Untuk tugas tersebut saudara melakukan hal-hal sebagai berikut:


Membagi dalam kelompok kecil, 5 kelompok.
Masing- masing kelompok mencari literatur yang berhubungan dengan
tugas ini.
Waktu yang digunakan adalah 2 x 60 menit, sesuai dengan kontrak
belajar yang telah disepakati. Apabila waktu yang digunakan belum
cukup atau tidak selesai, tugas praktik ini dapat dilanjutkan dilain waktu
paling lama 1 minggu setelah PBM ini.
Isi materi diskusi saudara meliputi; 1). registrasi, lisensi. 2). Prose-dur
cara memperolehnya. 3). Hambatan-hambatan yang mungkin ada dalam
pengurusan tersebut.
Hasil yang diharapkan, adalah dikumpulkannya hasil diskusi kelompok
yang berisi isi materi beserta daftar nama kelompok, susunan tim /
kelompok (ketua, sekretaris dan anggota), matteri hasil diskusi, sumber
literatur/daftar pustaka.

3) Rangkuman.
Hasil diskusi akan menggambarkan pemahaman saudara dalam menguasai materi tentang registrasi lisensi dan ketentuan lain yang dibutuhkan
bidan dalam melaksanakan praktik.
4) Tes formatif.
Jelaskan kembali melalui diskusi/seminar kelas saudara, pada waktu
yang akan ditentukan kemudian.
5) Umpan Balik.
Apa bila hasil diskusi lengkap dapat dikerjakan sesuai waktu 2 x 60
menit, berarti tugas pekerjaan pada kelompok saudara baik sekali. Apabila
saudara belum dapat menyelesaikan dan kelompok saudara saudara harus
melaksanakan diskusi lanjutan dalam waktu satu minggu setelah PBM maka
hasil diskusi saudara harus mendalami lagi dalam waktu yang ditentukan.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

52

Pucanggading, Oktober 2015

Bd. 4.32

ETIKOLEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


MATERI POKOK 3
Aspek Legal Pelayanan Kebidanan
Legislasi, Registrasi dan Lisensi
Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan

Sub Pokok Bahasan

OTONOMI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Oleh:
Drs. Ngadiyono, SKp. Ns., MHKes.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

53

Pucanggading, Oktober 2015

Materi Pokok 3
Sup Pokok Bahasan

OTONOMI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1.

Pengantar.
Kemajuan tehnologi dan peradapan telah merambah seluruh lapisan
masyarakat. Dan masyarakat itu sendiri tidak dapat memproteksi diri untuk tetap
dengan tehnologi dan peradapan masa lalu. Kesadaran diri akan hak dan kewajiban
semakin tajam. Tuntutan akan hak terasa dominan dalam setiap jasa pelayanan,
termasuk jasa pelayanan kebidanan.
Pengaturan baik melalui organisasi profesi IBI maupun regulasi Pe-merintah
telah dilakukan antara lain melalui Peraturan Menteri Kesehatan NOMOR: 1796
/MENKES/PER/VIII/2011, yang mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
Praktik Profesi Tenaga Kesehatan termasuk Bidan.
Untuk memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih, maka ma-teri
legislasi, registrasi dan lisensi bagi saudara sangat penting untuk dime-ngerti.
Disamping itu pemahaman tentang batas kewenangan dan otonomi pelayan bagi
bidan juga perlu dipahami untuk menghindari pelaksanaan pekerjaan yang tidak
menjadi kewenangannya. Sehingga harapan akhirnya saudara memiliki pemahaman
yang sesuai dalam rangka pemberian jasa pelayanan kebidanan untuk dapat
melindungi diri dari permasalahan hukum dan juga sebaliknya masyarakat peneri-ma
jasa pelayanan kebidanan akan terlindungi dari praktik-praktik yang tidak
bertanggung jawab yang dapat merugikan semua pihak.

2. Tujuan Instruksional Umum.


Setelah saudara mempelajari materi pokok bahasan ini, melalui pem-belajaran
ceramah / tanya jawab, saudara diharapkan mempunyai kemampuan memahami
memahami otonomi dalam pelayanan kebidanan
3. Tujuan Instruksional Khusus.
Setelah mempelajari materi legislasi, registrasi, lisensi dan otonomi dalam
pelayanan ini, diharapkan saudara dapat:
a. Menjelaskan kembali tentang pengertian otonomi
b. Menjelaskan kembali tentang otonomi dalam pelayanan kebidanan.
4. Kegiatan Belajar Mengajar Ceramah / tanya jawab.
Materi: otonomi dalam pelayanan kebidanan.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

54

Pucanggading, Oktober 2015

a.

Kegiatan Belajar 1.

OTONOMI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1)

Uraian Materi.
a)

Pengertian Otonomi
Istilah otonomi pikiran kita menuju kearah otonomi daerah. Hal ini
disebabkan gaung istilah otonomi menggema setelah Pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam mengelola negara.
Untuk memberikan gambaran umum tentang otonomi, baiklah
saudara saya ajak untuk memperhatikan setidaknya dari sisi kata, kata
otonomi berasal dari bahasa Yunani secara etimologi, terbentuk dari dua
kata autos yang artinya sendiri, dan nomos yang berarti hukuman atau
aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengun-dangan sendiri.
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, (Koesoemahatmadja 1979: 9),
bahwa menurut perkembangannya, otonomi juga mengandung pengertian
"pemerintahan" (bestuur) Wayong (1979:16) yang menjabarkan pengertian
otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan
khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukuman sendiri,
dan pemerintahan sendiri. Syarif Saleh (1963) menjelaskan bahwa otonomi
ialah hak mengatur dan mmerintah sendiri, hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
Dalam rangka menjelaskan konsep / kata otonomi dalam profesi
saudara saya ajak untuk mengikuti pengertian otonomi yang disampaikan
oleh Ateng Syafrudin, membicarakan otonomi, alam pikiran kita menuju ke
sebuah kegiatan kemandirian profesi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kalau menterjemahkan dari asal kata, otonomi berasal dari bahasa Yunani autos berarti sendiri dan nomos berarti hukuman atau aturan, kalau kita
gunakan terjemahan bebas yang paling cocok dengan profesi kebidanan
adalah mengatur sendiri. Dan jika membaca definisi yang diberikan para
ahli, misalnya Koesoemahatmaja (1979), mengartikan pemerintah sendiri
atau perundangan sendiri. Dan yang sesuai dengan jasa pelayanan yang
mendekati dengan profesi kebidanan adalah definisi yang diberikan oleh
Ateng Syarifrudin (1985), yang mengartikan otonomi adalah kebebasan
dan kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau
kemandirian itu wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Meminjam definisi otonominya Ateng Syarifudin (1985) untuk masuk dalam
definisi otonomi dalam pelayanan kebidanan, berarti kebebasan dan

kemandirian bidan dalam menjalankan praktik profesi yang sesuai dan


dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah mau-pun dengan peraturan
perundangan.
Lingkup Praktik Kebidanan memberikan batas kewenangan bidan
dalam menjalankan praktik yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan. Praktek Kebidanan dilaksanakan
dalam rangka penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terEtikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

55

Pucanggading, Oktober 2015

hadap pasien/klien, dilaksanakan dengan pendekatan manajemen kebidanan.


b)

Dasar Otonomi Pelayanan Kebidanan.


Beberapa peraturan perundang-undangan yang mendasari pelayanan
kebidanan terdapat dalam undang-undang sampai pada peraturan daerah
yang berlaku dimana seorang bidan melaksanakan praktik kebidanan.
Peraturan yang terkait langsung dengan Praktik Kebidanan dalam
bentuk Undang-Undang sampai saat ini belum ada. Usulan Rancangan
Undang-Undang Praktik Bidan oleh Organisasi IBI pada
tahun 2006 dan masuk Prolegnas nomor urut 169, namun sampai saat ini
belum ada hasil dalam bentuk Undang-Undang.
Namun demikian bukan berarti Praktik Kebidanan tidak memiliki
peraturan perundang-undangan yang mendasarinya, tetapi peraturan itu
tersebar dalam berbagai bentuk, misalnya:
1) Undang-undang Kesehatan No: 36 tahun 2009, tentang Kese-hatan.
2) Kepmenkes. Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007
Tentang Standar Prof esi Bidan.
3) Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes.
Dan banyak lagi peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai landasan praktik kebidanan. Satu hal yang mendasari Pratik
Bidan adalah Kepmenkes. Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/
2007 Tentang Standar Prof esi Bidan. Untuk uraian lebih luas tentang
standart profesi ini akan dijelaskan pada sub pokok bahasan lain di Pokok
Bahasan Otonomi selanjutnya.

c)

Standart Profesi Bidan.


Dalam Ayat (1) Pasal 23 UU No: 36 Tahun 2009, menyatakan
bahwa tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Kemudian Ayat (1) Pasal 24, menyatakan bahwa tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, harus memenuhi ketentuan
kode etik, standart profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standart
pelayanan dan standart prosedur pelayanan.
Untuk memenuhi ketentuan Undang-undang tersebut telah diterbitkan Kepmenkes RI, No: 369/Menkes/SK/III/2007, tentang Standar
Profesi Bidan. Sebagaimana dalam lampiran keputusan tersebut terdapat
standar standar, yaitu:
Standar Kompetensi
Standar Pendidikan
Standar pendidikan berkelanjutan
Standar pelayanan
Standar praktik
Standart Asuhan kebidanan.
Sesuai Kepmenkes No:369, th 2007 dan untuk menyesuaikan
materi pada Sup Pokok Bahasan ini, saudara saya ajak untuk me-ngambil
bagian standar yaitu yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan,
sebagai berikut:

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

56

Pucanggading, Oktober 2015

STANDAR

KOMPETENSI BIDAN
Kompetensi ke 1 :
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi
baru lahir dan keluarganya.
Pengetahuan dan Keterampilan Dasar
1.
Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia.
2.
Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan
modern.
3.
Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan bagi
anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan.
4.
Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan
kesakitan ibu dan bayi di masyarakat.
5.
Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam
mempromosikan hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai
kesehatan yang optimal (kesehatan dalam memperoleh pelayanan
kebidanan).
6.
Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang
tersedia.
7.
Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
8.
Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk
penyediaan air, perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan
ancaman umum bagi kesehatan.
9.
Standar profesi dan praktik kebidanan.
Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan
1.
Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik.
2.
Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana
mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.
3.
Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan
menggu- nakan promosi kesehatan serta strategi penvegahan penyakit.
4.
Program imunisasi nasional akses untuk pelayanan imu-nisasi.
Perilaku Profesional Bidan
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

57

Pucanggading, Oktober 2015

1.
2.

Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.


Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan
klinis yang dibuatnya.
3.
Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan
keterampilan mutakhir.
4.
Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit,
penularan dan strategis dan pengendalian infeksi.
5.
Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.
6.
Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik
kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru
lahir dan anak.
7.
Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan
kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah
diin- formasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan
secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri.
8.
Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.
9.
Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga.
10.
Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

PRA KONSEPSI, KB, DAN GINEKOLOGI


Kompetensi ke-2 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan ke-sehatan
yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan kelu-arga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Pengetahuan Dasar
1.
Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual.
2.
Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan
dengan konsepsi dan reproduksi.
3.
Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan
kemampuan bereproduksi.
4.
Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat
genetik yang relevan.
5.
Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang sehat.
6.
Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan
metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan.
7.
Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek
samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntik,
AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet vagina
dan tisu vagina.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

58

Pucanggading, Oktober 2015

8.

Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode


kontrasepsi.
9.
Penyuluhan kesehatan mengenai IMS, HIV/AIDS dan kelangsungan hidup anak.
10.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular
seksual yang lazim terjadi.
Pengetahuan Tambahan
1.

2.
3.

Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan


yang berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak
diren-canakan.
Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh
kondisi geografis, dan proses rujukan pemeriksaan/pengobatan lebih
lanjut.
Indikator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguan
hubungan interpersonal, termasuk kekerasan dan pelecehan dalam
keluarga (seks, fisik dan emosi).

Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap.


Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus sesuai dengan
kondisi wanita.
Menetapkan dan atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil
peme- riksaan laboratorium seperti hematokrit dan analisa urine.
Melaksanakan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan tepat.
Memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan
dan budaya masyarakat.
Melakukan pemeriksaan berkala akseptor KB dan melakukan
intervensi sesuai kebutuhan.
Mendokumentasikan temuan-temuan dari intervensi yang
ditemukan.
Melakukan pemasangan AKDR.
Melakukan pencabutan AKDR dengan letak normal.

Keterampilan Tambahan
1.
2.

Melakukan pemasangan AKBK.


Melakukan pencabutan AKBK dengan letak normal.

ASUHAN DAN KONSELING SELAMA KEHAMILAN


Kompetensi ke-3 :
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
Pengetahuan Dasar
1.
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

59

Pucanggading, Oktober 2015

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Siklus menstruasi dan proses konsepsi.


Tumbuh kembang janin dan faktor yang mempengaruhinya.
Tanda-tanda dan gejala kehamilan.
Mendiagnosa kehamilan.
Perkembangan normal kehamilan.
Komponen riwayat kesehatan.
Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal.
Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau tinggi fundus uteri.
Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen,
molahy-datidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan
letak serta pre eklamsia.
Nilai Normal dari pemeriksaan laboratorium seperti Haema globin dalam darah, test gula, protein, acetone dan bakteri dalam urine.
Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik,
ketidak-nyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang
diharapkan.
Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan
dampak kehamilan terhadap keluarga.
Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan buah
dada ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerja-an
dan aktifitas (senam hamil).
Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.
Penata laksanaan immunisasi pada wanita hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan janin.
Persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orang tua.
Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut
kelahiran bayi.
Tanda-tanda dimulainya persalinan.
Promosi dan dukungan pada ibu menyusukan.
Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan
persa-linan dan kelahiran.
Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan.
Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan.
Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk
mengu-rangi keti-daknyamanan selama kehamilan.
Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol,
dan obat terla-rang bagi wanita hamil dan janin.
Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu
terhadap kehamilan, misalnya toxoplasmasmosis.
Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam
jiwa seperti pre-eklampsia, perdarahan pervaginam, kelahiran
premature, anemia berat.
Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.
Resusitasi kardiopulmonary.

Pengetahuan Tambahan

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

60

Pucanggading, Oktober 2015

1.

2.

Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu


dalam kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi menular seksual
(IMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus.
Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi
kehamilan dan janinnya.

Keterampilan Dasar
1.
Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menga-nalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
2.
Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan
lengkap.
3.
Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk
pengu- kuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan penurunan
janin.
4.
Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur
tulang panggul.
5.
Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak
jantung janin dengan menggunakan fetoscope (Pinrad) dan gera-kan
janin dengan palpasi uterus.
6.
Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan
persalinan.
7.
Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan
pertum- buhan janin.
8.
Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan
kompli-kasi kehamilan.
9.
Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tandatanda berbahaya serta bagaimana menghubungi bidan.
10.
Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,
hype-remesis gravidarum tingkat I, abortus imminen dan preeklamsia
ringan.
11.
Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi ketidaknya-manan yang lazim terjadi dalam kehamilan.
12.
Memberikan immunisasi pada ibu hamil.
13.
Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan
melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas
pelayanan tepat dari:
a.
Kekurangan gizi.
b.
Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA.
c.
Pre eklamsia berat dan hipertensi.
d.
Perdarahan per-vaginam.
e.
Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.
f.
Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.
g.
Kematian janin.
h.
Adanya adema yang signifikan, sakit kepala yang hebat,
gang-guan pandangan, nyeri epigastrium yang disebab-kan
tekanan darah tinggi.
i.
Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah
Dini).
j.
Persangkaan polyhydramnion.
k.
Diabetes melitus.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

61

Pucanggading, Oktober 2015

l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

Kelainan congenital pada janin.


Hasil laboratorium yang tidak normal.
Persangkaan polyhydramnion, kelainan janin.
Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS, vaginitis, infeksi
salu-ran perkemihan dan saluran nafas.
Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan,
kelahi-ran dan menjadi orang tua.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai
perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan (senam),
keaman-an dan berhenti merokok.
Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional
yang tersedia.

Keterampilan Tambahan
1.
Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ.
2.
Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap
penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar
local dan sumber daya yang tersedia.
3.
Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran.
ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN
Kompetensi ke-4 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persa-linan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu
untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
Pengetahuan Dasar
1.
Fisiologi persalinan.
2.
Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk.
3.
Aspek psikologis dan cultural pada persalinan dan kelahiran.
4.
Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
5.
Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau
alat serupa.
6.
Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
7.
Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
8.
Proses penurunan janinmelalui pelvic selama persalinan dan
kelahiran.
9.
Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan
nor-mal dan ganda.
10.
Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran
keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril,
pengurangan nyeri tanpa obat.
11.
Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.
12.
Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

62

Pucanggading, Oktober 2015

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

20.
21.

Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir,


jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata
antar bayi dan ibunya bila dimungkinkan.
Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Manajemen fisiologi kala III.
Memberikan suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika,
antibiotika dan sedative.
Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu,
asfiksia neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan
mengatasi renjatan.
Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat
janin, CPD.
Indikator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi,
ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer,
post term dan pre term serta tali pusat menumbung.
Prinsip manajemen kala III secara fisiologis.
Prinsip manajemen aktif kala III.

Pengetahuan Tambahan
1.
Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.
2.
Pemberian suntikan anestesi local.
3.
Akselerasi dan induksi persalinan.
Keterampilan Dasar
1.
Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan
tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
2.
Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
3.
Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi
dan penurunan janin.
4.
Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
5.
Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara
lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah,
presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi.
6.
Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograph.
7.
Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
8.
Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama
persalinan.
9.
Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan
abnormal dan kegawat daruratan dengan intervensi yang sesuai dan
atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
10.
Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4
cm sesuai dengan indikasi.
11.
Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
12.
Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
13.
Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
14.
Melaksanakan manajemen aktif kala III.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

63

Pucanggading, Oktober 2015

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.

Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika,


antibiotika dan sedative.
Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit (HT).
Menahan uterus untuk mnecegah terjadinya inverse uteri dalam
kala III.
Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan
dengan benar.
Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak
sungsang, partus macet kepada di dasar panggul, ketuban pecah dini
tanpa infeksi, post term dan pre term.
Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual.
Mengelola perdarahan post partum.
Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawat daruratan dengan tepat waktu sesuai indikasi.
Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan
hubung-an/ikatan tali kasih ibu dan bayi baru lahir.
Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan
intervensi yang dilakukan.

Keterampilan Tambahan
1.
Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan
gerakan tangan yang tepat.
2.
Memberikan suntikan anestesi local jika diperlukan.
3.
Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan
sesuai kewenangan.
4.
Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu,
gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan
tepat.
5.
Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
6.
Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
7.
Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk
mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.
8.
Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan post partum.

ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI


Kompetensi ke-5 :
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
Pengetahuan Dasar
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

64

Pucanggading, Oktober 2015

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Fisiologis nifas.
Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
pe-nyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara,
abses, masitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan
fisiolo- gis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
Bonding & Atacchment orang tua dan bayi baru lahir untuk
men-ciptakan hubungan positif.
Indikator subinvolusi:misalnya perdarahan yang terusmenerus,
infeksi.
Indikator masalah-masalah laktasi.
Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan
preeklamsia post partum.
Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum,
seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinetia
alvi.
Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan konseling selama
dan sesudah abortus.
Tanda dan gejala komplikasi abortus.

Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,


ter-masuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka
jahitan.
Merumuskan diagnosa masa nifas.
Menyusun perencanaan.
Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan
bilama- na perlu.
Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai
kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta,
renjatan dan infeksi ringan.
Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB
pasca persalinan.
Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita
pasca persalinan.
Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
Memberikan antibiotika yang sesuai.
Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

65

Pucanggading, Oktober 2015

Keterampilan Tambahan
1.

Melakukan insisi pada hematoma vulva.

ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR


Kompetensi ke-6 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
Pengetahuan Dasar
1.
2.

Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.


Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan napas,
perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, bonding & attachment.
3.
Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya dari APGAR.
4.
Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5.
Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1
bulan.
6.
Memberikan immunisasi pada bayi.
7.
Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti:
caput, molding, mongolian spot, hemangioma.
8.
Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal
seperti: hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus.
9.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru
lahir sampai 1 bulan.
10.
Keuntungan dan resiko immunisasi pada bayi.
11.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature.
12.
Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma
intracranial, fraktur clavicula, kematian mendadak, hematoma.
Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan, dan merawat tali pusat.
Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru
lahir dan screening untuk menemukan adanya tanda kelainan-kelainan
pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup.
Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.
Memberikan immunisasi pada bayi.
Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan
kapan harus membawa bayi untuk minta pertolongan medik.
Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir, se-perti: kesulitan bernafas/asphyksia, hypotermia,
hypoglycemi.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

66

Pucanggading, Oktober 2015

10.

Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawat


daruratan apabila dimungkinkan.
11.
Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang
dilakukan.
Keterampilan Tambahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melakukan penilaian masa gestasi.


Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dan asuhannya.
Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber
daya yang tersedia di masyarakat.
Memberikan dukungan kepada orang tua selama masa berduka cita sebagai akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran, atau
kematian bayi.
Memberikan dukungan kepada orang tua selama bayinya
dalam perjalanan rujukan diakibatkan ke fasilitas perawatan kegawat
daruratan.
Memberikan dukungan kepada orang tua dengan kelahiran
ganda.

ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA


Kompetensi ke-7 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
dan balita sehat (1 bulan 5 tahun).
Pengetahuan Dasar
1.

Keadaan kesehatan bayi dan anak di Indonesia, meliputi: angka


kesa-kitan, angka kematian, penyebab kesakitan dan kematian.
2.
Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi
dan anak.
3.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4.
Kebutuhan fisik dan psikososial anak.
5.
Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak. Prinsip-prinsip
komunikasi pada bayi dan anak.
6.
Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
7.
Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak misalnya
pemberian immunisasi.
8.
Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti:
gumoh/ -regurgitasi, diaper rash dll serta penatalaksanaannya.
9.
Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak.
10.
Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta
penatalaksa-naannya.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

67

Pucanggading, Oktober 2015

11.

Bahayabahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam


dan luar rumah serta upaya pencegahannya.
12.
Kegawat daruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
Keterampilan Dasar
1.

Melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang


bayi dan anak.
2.
Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan
bahaya-bahaya pada bayi dan anak sesuai dengan usia.
3.
Melaksanakan pemberian immunisasi pada bayi dan anak.
4.
Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan
anak yang terfokus pada gejala.
5.
Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus.
6.
Mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan
fisik.
7.
Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau
merujuk dengan cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak.
8.
Menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang
dilakukan.
9.
Melakukan pemeriksaan secara berkala pda bayi dan anak
sesuai dengan standar yang berlaku.
10.
Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang
pemeliharaan bayi.
11.
Tepat sesuai keadaan bayi dan anak yang mengalami cidera
dari kecelakaan.
12.
Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang
dilakukan.
KEBIDANAN KOMUNITAS
Kompetensi ke-8 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Pengetahuan Dasar
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

Konsep dan sasaran kebidanan komunitas.


Masalah kebidanan komunitas.
Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dari
masyara- kat.
Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.
Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam keluarga dan masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

68

Pucanggading, Oktober 2015

Pengetahuan Tambahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kepemimpinan untuk semua (kesuma).


Pemasaran sosial.
Peran serta masyarakat (PSM).
Audit maternal perinatal.
Perilaku kesehatan masyarakat.
Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan
ibu dan anak

Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi,


bayi balita dan KB di masyarakat.
Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
Mengelola pondok bersalin desa (polindes).
Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan
laktasi bayi dan balita.
Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk men-dukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak.
Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

Keterampilan Tambahan
1.
2.
3.

4.

Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.


Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna.

ASUHAN PADA IBU/WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI


Kompetensi ke-9 :
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
Pengetahuan Dasar
1.
Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,
penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS.
2.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual
yang lazim terjadi.
3.
Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi
meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Keterampilan Dasar
1.
Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan
sistem reproduksi.
2.
Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan
abortus spontan (bila belum sempurna).
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

69

Pucanggading, Oktober 2015

3.
4.

5.
6.

Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat ada


wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi.
Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan system reproduksi meliputi: keputihan,
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Mikroskop dan penggunaannya.
Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.

Keterampilan Tambahan
1.
Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
2.
Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

70

Pucanggading, Oktober 2015

STANDAR

PENDIDIKAN BIDAN
STANDAR I :
LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu institusi pendi-dikan
tinggi.
Definisi Operasional :
Penyelenggara pendidikan kebidanan adalah institusi pendidikan tinggi
baik pemerintah maupun swasta sesuai dengan kaidah-kaidah yang
tercantum pada sistim pendidikan nasional.
STANDAR II :
FALSAFAH
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai falsafah yang mencer-minkan
visi misi dari institusi yang tercermin pada kurikulum.
Definisi Operasional :
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai-nilai mengenai
pendidikan kebidanan dan pelayanan kebidanan.
2. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistim pendidikan
nasional Indonesia.
STANDAR III :
ORGANISASI
Organisasi lembaga pendidikan kebidanan konsisten dengan struk-tur
administrasi dari pendidikan tinggi dan secara jelas menggam-barkan
jalur-jalur hubungan keorganisasian, tanggung jawab dan garis
kerjasama.
Definisi Operasional :
a. Struktur organisasi pendidikan kebidanan mengacu pada sistem
pendidikan nasional.
b. Ada kejelasan tentang tata hubungan kerja.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

71

Pucanggading, Oktober 2015

c.

Ada uraian tugas untuk masing-masing komponen pada orga-nisasi.

STANDAR IV :
SUMBER DAYA PENDIDIKAN
Sumber daya manusia, finansial dan material dari lembaga pendi-dikan
kebidanan memenuhi persyaratan dalam kualitas maupun kuantitas untuk
memperlancar proses pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Dukungan administrasi tercermin pada anggaran dan sumber-sumber
untuk program.
2. Sumber daya teknologi dan lahan praktik cukup dan memenuhi
persyaratan untuk mencapai tujuan program.
3. Persiapan tenaga pendidik dan kependidikan mengacu pada undangundang sistem pendidikan nasional dan peraturan yang berlaku.
4. Peran dan tanggung jawab tenaga pendidik dan kependidikan mengacu pada undang-undang dan peraturan yang berlaku.
STANDAR V :
POLA PENDIDIKAN KEBIDANAN
Pola pendidikan kebidanan mengacu kepada undang-undang sistem
pendidikan nasional, yang terdiri dari :
1.
Jalur pendidikan vokasi
2.
Jalur pendidikan akademik
3.
Jalur pendidikan profesi
Definisi Operasional :
Pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan diploma, pendidikan sarjana,
pendi-dikan profesi dan pendidikan pasca sarjana.
STANDAR VI :
KURIKULUM
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan kurikulum nasional yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan organisai profesi serta
dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan
mengacu pada falsafah dan misi dari lembaga pendidikan kebidanan.
Definisi Operasional :
1.
Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada kurikulum
nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Depar-temen pendidikan nasional dan organisasi profesi serta
2.
Dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi dan mengacu pada falsafah dan misi dari lembaga
pendidikan kebidanan. Dalam pelaksanaan pendidikan kurikulum
dikembangkan sesuai dengan falsafah dan visi dari institusi
pendidikan kebidanan.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

72

Pucanggading, Oktober 2015

STANDAR VII :
TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan dan desain kurikulum pendidikan kebidanan mencerminkan
falsafah pendidikan kebidanan dan mempersiapkan perkembangan setiap
mahasiswa yang berpotensi khusus.
Definisi Operasional :
1. Tujuan pendidikan merupakan dasar bagi pengembangan kurikulum
pendidikan, pengalaman belajar dan evaluasi.
2. Tujuan pendidikan selaras dengan perilaku akhir yang ditetapkan.
3. Kurikulum meliputi kelompok ilmu dasar (alam, sosial, perilaku,
humaniora), ilmu biomedik, ilmu kesehatan, dan ilmu kebidanan.
4. Kurikulum mencerminkan kebutuhan pelayanan kebidanan dan
kesehatan masyarakat .
5. Kurikulum direncanakan sesuai dengan standar praktik kebidanan.
6. Kurikulum kebidanan menumbuhkan profesionalisme sikap etis,
kepemimpinan dan manajemen.
7. Isi kurikulum dikembangkan sesuai perkembangan teknologi mutakhir.
STANDAR VIII :
EVALUASI PENDIDIKAN
Organisasi profesi ikut serta dalam program evaluasi pendidikan baik
internal maupun eksternal.
Definisi Operasional :
1.
Organisasi profesi merupakan bagian dari badan akreditasi
yang berwenang.
2.
Dalam proses evaluasi, organisasi profesi menggunakan
institusi pelayanan atau yang terkait dengan lahan praktik kebidanan
yang telah diakui oleh pihak yang berwenang.
STANDAR IX :
LULUSAN
Lulusan pendidikan bidan mengemban tanggung jawab profesional sesuai
dengan tingkat pendidikan.
Definisi Operasional :
1.
Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III
kebidanan, merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi
untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun
praktik perorangan.
2.
Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1
merupakan bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan praktik-nya baik di institusi pelayanan maupun praktik
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

73

Pucanggading, Oktober 2015

3.

4.
5.
6.

perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan,


pengelola, dan pendidik.
Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan
bidan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksa-nakan
praktik nya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, pendidik,
peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan maupun
system/ketata-laksanaan pelayanan kesehatan secara universal.
Lulusan program kebidanan, tingkat master dan doktor
melakukan praktik kebidanan lanjut, penelitian, pengembangan,
konsultan pendi-dikan dan ketatalaksanaan pelayanan.
Lulusan wajib berperan aktif dan ikut serta dalam penentuan
kebijak-an dalam bidang kesehatan.
Lulusan
berperan
aktif
dalam
merancang
dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagai tanggapan terhadap
perkembangan masyarakat.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

74

Pucanggading, Oktober 2015

STANDAR

PENDIDIKAN
BERKELANJUTANBIDAN
STANDAR I:
ORGANISASI
Peyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan Bidan berada di bawah
organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada tingkat Pengurus Pusat
(PP-IBI), Pengurus Daerah (PD-IBI)dan Pengurus Cabang (PC -IBI)
Definisi Operasional :
1.
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan, terdapat dalam
organisasi profesi IBI.
2.
Keberadaan pendidikan berkelanjutan bidan dalam organisasi
profesi IBI, disahkan oleh PP-IBI/PD-IBI/PC-IBI.
STANDAR II :
FALSAFAH
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai falsafah yang selaras
dengan falsafah organisasi profesi IBI yang terermin visi, misi dan tujuan.
Definisi Operasional :
1.
Bidan harus mengembangkan diri dan belajar sepanjang
hidupnya.
2.
Pendidikan berkelanjutan merupakan kebutuhan untuk
meningkatkan kemampuan bidan .
3.
Melalui penelitian dalam Pendidikan Berkelanjutan akan
memperkaya Body of Knowledge ilmu kebidanan.
STANDAR III :
SUMBER DAYA PENDIDIKAN
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai sumber daya ma-nusia,
finansial dan material untuk memperlancar proses pendidikan berkelanjutan.
Definisi Operasional :
1. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi dan
mampu melaksanakan / mengelola pendidikan berkelanjutan.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

75

Pucanggading, Oktober 2015

2.

Ada sumber finansial yang menjamin terselenggaranya program.

STANDAR IV :
PROGRAM PENDIDIKAN dan PELATIHAN
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki program pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan.
Definisi Operasional :
1. Program Pendidikan Berkelanjutan bidan berdasarkan hasil pengkajian kelayakan.
2. Ada program yang sesuai dengan hasil pengkajian kelayakan.
3. Program tersebut disahkan/ terakreditasi organisasi IBI (PP/PD/PC),
yang di buktikan dengan adanya sertifikat.
STANDAR V :
FASILITAS
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas pembelajaran yang
sesuai dengan standar.
Definisi Operasional :
1. Tersedia fasilitas pembelajaran yang terakreditasi
2. Tersedia fasilitas pembelajaran sesuai perkembangan ilmu dan tehnologi.
STANDAR VI:
DOKUMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan bidan perlu pendokumentasian
Definisi Operasional :
1. Ada dokumentasi pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
2. Ada laporan pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengem-bangan.
3. Ada laporan evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada rencana tindak lanjut yang jelas.
STANDAR VII :
PENGENDALIAN MUTU
Pendidika berkelanjutan bidan melaksanakan pengendalian mutu
pendidikan, pelatihan dan pengembangan
Definisi Operasional :
1. Ada program peningkatan mutu pendidikan, pelatihan dan
pengembangan.
2. Ada penilaian mutu proses pendidikan, pelatihan dan pengembangan
3. Ada penilaian mutu pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada umpan balik tentang penilaian mutu.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

76

Pucanggading, Oktober 2015

5.

Ada tindak lanjut dari penilaian mutu.

STANDAR

PELAYANAN KEBIDANAN
STANDAR I :
FALSAFAH DAN TUJUAN
Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan filosofi bidan
Definisi Operasional :
1.

Dalam menjalankan perannya bidan memiliki


keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan
2.
Tujuan
utama
asuhan
kebidanan
untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian).
Asuhan kebidanan berfokus pada promosi persalinan normal,
pencegahan penyakit, pencegahan cacad pada ibu dab bayi, promosi
kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif,
fleksibel, suportif, peduli, bim-bingan, monitor dan pendidikan
berpusat pada perempuan. Asuhan berkesinambungan, sesuai
keinginan klien dan tidak otoriter serta menghormati pilihan
perempuan.
STANDAR II :
ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan, standar
pelayanan dan prosedur tetap. Pengelolaan pelayanan yang kondusif,
menjamin praktik pelayanan kebidanan yang akurat.
Definisi Operasional :
1. Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme
kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pimpinan.
2. Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar
alat, standar ruangan, standar ketenagaan yang telah tindakan di
sahkan oleh pimpinan.
3. Ada standar prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan/ kebidanan
yang di sahkan oleh pimpinan.
4. Ada rencana/program kerja disetiap institusi pengelolaan yang
mengacu ke institusi induk.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

77

Pucanggading, Oktober 2015

5.

Ada bukti tertulis terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur,


dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
6. Ada naskah kerjasama, program praktik dari institusi yang menggunakan lahan praktik, program pengajaran dan penilaian klinik.
7. Ada bukti administrasi.
STANDAR III :
STAF DAN PIMPINAN
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengeloaan sumber
daya manusia, agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
Definisi Operasional :
1. Tersedia SDM sesuai kebutuhan baik kualifikasi maupun jumlah.
2. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian.
3. Ada jadwal dinas sesuai dengan tanggung jawab dan uraian kerja.
4. Ada jadwal bidan pengganti dengan peran fungsi yang jelas.
5.

Ada data personil yang bertugas di ruangan tersebut.

STANDAR IV :
FASILITAS DAN PERALATAN
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan
pelayanan kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi
pelayanan.
Definisi Operasional :
1. Tersedia sarana dan peralatan untuk mencapai tujuan pelayanan
kebidanan sesuai standar.
2. Tersedianya peralatan yang sesuai dalam jumlah dan kualitas.
3. Ada sertifikasi untuk penggunaan alat-alat tertentu.
4. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
STANDAR V :
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki kebijakan penyelenggaraan
pelayanan dan pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualitas.
Definisi Operasional :
1. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar
pelayanan yang disahkan oleh pimpinan.
2. Ada prosedur rekrutment tenaga yang jelas.
3. Ada regulasi internal sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk
mengatur hak dan kewajiban personil.
4. Ada kebijakan dan prosedur pembinaan personal.
STANDAR VI :
PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

78

Pucanggading, Oktober 2015

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan


perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Definisi Operasional :
1.

Ada program pembinaan staf dan pendidikan secara berkesinambungan.

2.

Ada program orientasi dan pelatihan bagi tenaga bidan/personil baru


dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan.
Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil
pelatihan.

3.

STANDAR VII :
STANDAR ASUHAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/ mana jemen
kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam membe rikan
pelayanan kepada pasien.
Definisi Operasional :
1. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
3. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
4. Ada diagnosa kebidanan.
5. Ada rencana asuhan kebidanan.
6. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
7. Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan.
8. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
9. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.
STANDAR VIII :
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan
dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Definisi Operasional :
1. Ada program atau rencana tertulis peningkatan mutu pelayanan
kebidanan.
2. Ada program atau rencana tertulis untuk melakukan penilaian
terhadap standar asuhan kebidanan.
3. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan
pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan.
4. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana
tindak lanjut.
5. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada
semua staf pelayanan kebidanan

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

79

Pucanggading, Oktober 2015

STANDAR

PRAKTIK KEBIDANAN
STANDAR I :
METODE ASUHAN
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan
de-ngan langkah: Pengumpulan data dan analisis data, penegakan
diagnosa perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Definisi Operasional :
1. Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan asuhan
kebidanan.
2. Format manajemen asuhan kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data, rencana asuhan, catatan implementasi, catatan perkembangan,
tindakan, evaluasi, kesimpulan dan tindak lanjut kegiatan lain.
STANDAR II :
PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Definisi Operasional :
Ada format pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, meliputi data
1.
Demografi identitas klien
2.
Riwayat penyakit terdahulu
3.
Riwayat kesehatan reproduksi :
Riwayat haid
Riwayat bedah organ reproduksi
Riwayat kehamilan dan persalinan
Pengaturan kesuburan
Faktor kongenital/keturunan yang terkait
4.
Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
5.
Analisis data.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

80

Pucanggading, Oktober 2015

STANDAR III :
DIAGNOSA KEBIDANAN
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
Definisi Operasional :
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.
STANDAR IV :
RENCANA ASUHAN
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Ada format rencana asuhan kebidanan.
2. Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi
rencana tindakan, evaluasi dan tindakan.
STANDAR V :
TINDAKAN
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan diagnosa, rencana dan
perkembangan keadaan klien.
Definisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau hasil kolaborasi.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika dan kode
etik kebidanan.
5. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
STANDAR VI :
PARTISIPASI KLIEN
Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan pemeli-haraan
dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :
1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
Status kesehatan saat ini
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

81

Pucanggading, Oktober 2015

2.
3.

Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan


Klien dan keluarga dilibatkan dalam menentukan pilihan dan
mengambil keputusan dalam asuhan.
Pasien dan keluarga diberdayakan dalam terlaksananya rencana
asuhan klien

STANDAR VII :
PENGAWASAN
Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Definisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus dan sistimatis untuk
mengetahui perkembangan klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan dicatat dan dievaluasi.
STANDAR VIII :
EVALUASI
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus sesuai dengan
tindakan kebidanan dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi Operasional :
1. Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan sesuai
standar.
2. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
STANDAR IX :
DOKUMENTASI
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar doku-mentasi
asuhan kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara sistimatis, tepat, dan jelas.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
2)

Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang cobalah menelaah Permenkes RI,
No: 369/Menkes/SK/III/2007, kemudian standar mana yang paling sering
dilakukan atau tidak dilakukan oleh anggota profesi.

3)

Rangkuman.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

82

Pucanggading, Oktober 2015

Untuk dapat memahami tentang otonomi bagi profesi kebidanan, harus


dipahami standar-standar pelayanan kebidanan yang telah ditentukan. Untuk
kepentingan praktik ausuhan kebidanan maka harus dipahami tentang standar
praktik bidan sesuai Kepmenkes No:938, th 2007.
Untuk memenuhi ketentuan Undang-undang tersebut telah diterbitkan
Kepmenkes RI, No: 369/Menkes/SK/III/2007, tentang Standar Profesi Bidan.
Sebagaimana dalam lampiran keputusan tersebut terdapat 6 (enam) standar
standar, yaitu:
Standar Kompetensi
Standar Pendidikan
Standar pendidikan berkelanjutan
Standar pelayanan
Standar praktik
Standart Asuhan kebidanan.
Sesuai Kepmenkes No:369, th 2007 dan untuk menyesuaikan materi pada
Sup Pokok Bahasan ini, terdapat standar pengetahuan dan staqndar ketrampilan
yang harus dipahami dan menjadi pedoman perilaku praktik pelayanan
kebidanan.
4)

Tes formatif.
Jelaskan kembali tentang pengertian otonomi pelayanan profesi, sebutkan
macam macam standar profesi. Dan jelaskan secara singkat masing masing
stanadar.

5)

Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah
disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang telah
disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu maka
pemahaman materi 1 yang saudara pelajari perlu diulang lagi.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

83

Pucanggading, Oktober 2015

BUKU SUMBER
Bennet, RV, Brown, LK, 1999, Myles textbook for Midwifery. London : Churcill
Livingstone
Etika dan Kode Etik Bidan di Indonesia
Frith, CY, 1996, Ethic and Midwifery, Oxford : Butterworth Heisman.
Imroni, dkk, 1987, Logika, Materi Pokok 2 Definisi dan Kesesatan, Penerbit Karunika
Jakarta. Hal. 2.15.
Muninjaya A.A. Gde, 2004, Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta. hal 67., Sirajudin
dkk, Legislative Drafting, in Trans Publishing, 2007, hal 1.
Kerridge, I, Lowe, M., McPhee, J, 1998, Ethics and Law for the Health Profession.
NSW : Social Science Press.
Permenkes 1464/2010
PP 32 th 1996
Peraturan Menteri Kesehatan, No: 161 Tahun 2010, bunyi Ps.1, No. 5.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, No: 1796 / Menkes/ Per / VIII / 2011.
Ronny Hanintijo Soemitro, SH dan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Pengantar Ilmu
Hukum, Penerbit Karunika Jakarta, Univesitas Tebuka, 1985, hal.1
Robert Lawang, Logika, penerbit Karunika Universitas Terbuka, Jakarta Th. 1985.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
edisi kedua, Balai Pustaka,Jakarta th. 1991.
Undang undang Kesehatan 36 th 2009
Wahyuningsih, HP., Zein, A.Y., 2005, Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
50 Tahun IBI
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, edisi lengkap, Penerbit Aneka Ilmu Semarang, th.
1977.
-------------------- , Undang-Undang Kesehatan RI, No:36 Tahun 2009, Bab I, Ps. 1.

Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,

84

Anda mungkin juga menyukai