Modul Aspek Legal Bidan Des 2014
Modul Aspek Legal Bidan Des 2014
MATA KULIAH:
(Bd.6.402)
ETIKOLEGAL
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
Pokok Bahasan
Aspek Legal pelayanan kebidanan, Legislasi, Registrasi dan Lisensi serta Otonomi
dalam Pelayanan Kebidanan.
36
Ronny Hanintijo Soemitro, SH dan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Pengantar
Ilmu Hukum, Penerbit Karunika Jakarta, Univesitas Tebuka, 1985, hal.1
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
37
registrasi, lisensi praktek kebidanan dan dapat Menjelaskan otonomi dalam pelayanan
kebidanan.
3. Tujuan Instruksional Khusus.
Setelah mempelajari materi pada ini, diharapkan saudara dapat:
a. Menjelaskan kembali pengertian aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
b. Menjelaskan tentang legislasi
c. Menjelasakan registrasi
d. Menjelaskan tentang Otonomi.
4. Kegiatan Belajar Mengajar.
Dalam kegiatan belajar ini, saudara akan diberi materi masing masing sub pokok
bahasan dari pokok bahasan 3, Aspek Legal Praktik Kebidanan, terdiri dari materi dalam
bentuk kegiatan belajar, yaitu:
a. Kegiatan Belajar 1, tentang Pengertiian Aspek Legal Pelayanan Kebidanan.
b. Kegiatan Belajar 2, Legislasi, Registrasi dan Lisensi.
c. Kegiatan Belajar 3, Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan.
Masing masing kegiatan belajar, akan disampaikan susunan / sistematika materi
pembelajaran, yaitu: uraian materi sub pokok bahasan, rangkuman materi, latihan soal
dan umpan balik.
Jika saudara dapat mempelajari dengan mengikuti uaraian tersebut dengan seksama maka saudara akan dapat menguasai materi di masing-masing sup pokok bahasan.
38
Kegiatan Belajar 1.
Uraian Materi.
Sebelum membahas tentang aspek legal dalam pelayanan kebidanan, ada baiknya saudara saya ajak untuk belajar tentang kata yang mengikuti kata legal yang
tertera sebagaimana judul pokok bahasan ini, yaitu pelayanan kebidanan. Dua kata
pelayanan dan kebidanan ini jika diurai satu persatu maka kata pertama, pelayanan
dan kata kedua adalah kebidanan.
Kata pelayanan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: Pertama,
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, dan Kedua: masih menurut kamus besar Bahasa Indonesia, dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan:
pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya dengan pencegahan,
diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu2.
Selanjutnya jika kita hubungkan dengan perkembangan bidang kesehatan terutama profesi kesehatan, pengertian pelayanan yang ada dalam kamus tersebut masih
sangat sempit, sebab uraian pengertian tersebut belum mencakup keseluruhan aspek
dalam pelayanan kesehatan .
Selanjutnya kalau membaca Ps.1 UU, No:36 Th 2009, tentang Kesehatan 3, dalam Ketentuan Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek pelayanan. Yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis
upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Dua sumber pengertian tersebut, masih belum menggambarkan subyek atau
pelaksana pelayanan. Kalaupun ditambahkan dengan subyeknya tentu akan menjadi
sederatan kalimat panjang, sebab subyek atau pelaksana pelayanan kesehatan terdiri
dari berbagai profesi. Selanjutnya saudara saya ajak untuk membaca pengertian
2
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, edisi kedua, Balai Pustaka,Jakarta th. 1991.
3
-------------------- , Undang-Undang Kesehatan RI, No:36 Tahun 2009, Bab I, Ps. 1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
39
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, edisi lengkap, Penerbit Aneka Ilmu Semarang, th.
hal....
1977.
6
Ronny Hanintijo Soemitro, SH dan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Pengantar
Ilmu Hukum, Penerbit Karunika Jakarta, Univesitas Tebuka, 1985, hal.77.
40
Latihan.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, tentang pengertian Aspek
Hukum Pelayanan Kebidanan sebagaimana diuraikan tersebut, maka saudara
diminta untuk mencoba menjelaskan kembali masing-masing kata dalam kalimat
tentang aspek hukum / legal pelayanan kebidanan menggunakan kata-kata
sendiriselanjutnya rangkum kedalam kalimat saudara sendiri.
c)
Rangkuman.
Pengertian pelayanan yang kesehatan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh tenaga kesehatan (bisa bidan, perawat, dokter
dan sebagainya) dalam upaya kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegah-an,
pengobatan dan pemulihan.
Dalam tatanan hukum, dicirikan oleh penciptaan norma-norma hukum yang
dibuat secara sengaja oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus
ditugasi untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu dan menghasilkan substansi yang sah.
Pengertian Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggu-naan Norma
hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber
hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelak-sanaan kegiatan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien / kelom pok masyarakat oleh Bidan
dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengo batan dan pemulihan kesehatan.
d)
Tes formatif.
i. Uraikan secara singkat masing-masing kata dalam kalimat Aspek legal
dalam pelayanan kebidanan.
41
ii.
e)
Dari masing masing kata dalam kalimat selanjudnya susun menjadi kalimat
sendiri yang membentuk pengertian yang kompre-hensif dari kalimat
Aspek legal dalam pelayanan kebidanan
Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah disajikan, jika
kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang te-lah disajikan maka
pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu maka pemahaman materi 1
yang saudara pelajari perlu diulang lagi.
42
Bd. 4.32
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
MATERI POKOK 3
Aspek Legal Pelayanan Kebidanan
Legislasi, Registrasi dan Lisensi
Otonomi Dalam Praktik Kebidanan
Oleh:
Drs. Ngadiyono, SKp. Ns., MHKes.
43
Materi Pokok 3
Sup Pokok Bahasan
Pengantar.
Kemajuan tehnologi dan peradapan telah merambah seluruh lapisan
masyarakat. Dan masyarakat itu sendiri tidak dapat memproteksi diri untuk tetap
dengan tehnologi dan peradapan masa lalu. Kesadaran diri akan hak dan kewajiban
semakin tajam. Tuntutan akan hak terasa dominan dalam setiap jasa pelayanan,
termasuk jasa pelayanan kebidanan.
Pengaturan baik melalui organisasi profesi IBI maupun regulasi Pemerintah
telah dilakukan antara lain melalui Peraturan Menteri Kesehatan NOMOR: 1796
/MENKES/PER/VIII/2011, yang mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
Praktik Profesi Tenaga Kesehatan termasuk Bidan.
Untuk memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih, maka materi
legislasi, registrasi dan lisensi bagi saudara sangat penting untuk dimengerti.
Disamping itu pemahaman tentang batas kewenangan dan oto-nomi pelayan bagi
bidan juga perlu dipahami untuk menghindari pelak-sanaan pekerjaan yang tidak
menjadi kewenangannya. Sehingga harapan akhirnya saudara memiliki pemahaman
yang sesuai dalam rangka pemberian jasa pelayanan kebidanan untuk dapat
melindungi diri dari permasalahan hukum dan juga sebaliknya masyarakat peneri-ma
jasa pelayanan kebidanan akan terlindungi dari praktik-praktik yang tidak
bertanggung jawab yang dapat merugikan semua pihak.
44
a. Kegiatan Belajar 1.
LEGISLASI
1)
Uraian Materi.
a)
Pengertian.
IPM Ranuhandoko, (2000), menjelaskan bahwa Legislasi
diadop dari kata legislatie, artinya menciptakan undang-undang,
sedangkan legislation yang artinya prosedur pembuatan undangundang7. Selanjutnya dalam pembuatan peraturan perundang un-dangan
termasuk didalamnya pembuatan undang-undang telah diatur melalui
UU No 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan Pera-turan Perundangundangan. Sehingga segala aspek, prosedur, ke-wenangan serta proses
telah diatur sebagai materi muatan dida-lamnya.
Untuk materi muatan RUU, usulan Rancangan Undang-undang
dapat berasal dari inisiatif DPR, Presiden maupun dari Dewan Perwakilan Daerah. Untuk dapat sampai pada pengesahan undang-undang oleh
DPR bersama Presiden, melalui proses dan mekanisme yang panjang.
Contoh Pembentukan Rancangan Un-dang-Undang Praktik Bidan, yang
diajukan sejak tahun 2006, masuk daftar Program Legislasi Nasional
nomor 169, sampai saat ini masih dalam proses dan tidak tahu kapan
akan selesai adalah contoh usulan RUU yang berasal dari Presiden. Dan
terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu:
b)
45
Rangkuman.
Dalam proses pembuatan undang-undang / hukum telah diatur melalui UU
Negara Republik Indonesia No: 10 Tahun 2004, tentang Pemben-tukan Peraturan Perundang-undangan. Tahapan-tahapan dan proses pembentukan,
menjadi salah satu materi muatan didalamnya. Mema-hami isi materi proses
pembentukan peraturan perundang-undangan membutuhkan per-hatian dan
konsentrasi belajar tersendiri.
46
4) Tes formatif.
Uraikan secara singkat pengertian legislasi dan uraikan tahap-an
pembentukan peraturan perundang-undangan.
Rancangan Undang Praktik Kebidanan telah dibuat dan diusul-kan
untuk menjadi undang-undang, menurut saudara mengapa perlu undangundang dan mengapa sejak tahun 2006 sampai sekarang ran-cangan itu
belum jadi undang-undang. Jelaskan secara singkat.
5) Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara khususnya soal no: i, kedalam uraian materi yang telah disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai
dengan materi yang telah disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %.
Dan jika kurang dari itu maka pemahaman materi 1 yang saudara pelajari
perlu diulang lagi.
47
b. Kegiatan Belajar 2
REGISTRASI
1) Uraian Materi.
a)
Pengertian.
Pengertian registrasi sebagaimana bunyi Pasal 1, Peraturan Menteri Kesehatan, No: 161 Tahun 2010 9, menggantikan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES /SK/VII/2002),
berbunyi Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah memiliki kualifikasi
tertentu lainnya dan telah diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik dan atau pekerjaannya. Dan telah diperbarui lagi dengan
PERATURAN MENTERI KESE-HATAN REPUBLIK INDONESIA,
NOMOR: 1796/ MENKES /PER/-III/201110, yang bunyinya hanya
berbeda bagian tetentu sebagai-mana asli bunyi dalam Pasal 1,
Permenkes ini, yaitu Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga
kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya.
Sebagai tanda bahwa seseorang telah melakukan pencatat-an
kepada pihak berwenang, maka kepadanya diberikan Surat Tanda
Registrasi yang selanjutnya disingkat STR, yaitu bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi.
Pelaksanaan Registrasi.
Sebagaimana dalam Pasal 2, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1796/MEN-KES/PER/
VIII/2011, di-nyatakan bahwa pelaksanaan registrasi dilakukan harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang digariskan. Sebagaimana bunyi
aslinya:
BAB II
PELAKSANAAN REGISTRASI
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib memiliki STR.
Peraturan Menteri Kesehatan, No: 161 Tahun 2010, bunyi Ps.1, No. 5. Surat
Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
10
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA,
NOMOR
1796/MENKES/PER/VIII/2011, Pasal 1, Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap
tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan profesinya.
48
Syarat Registrasi.
Pada proses pelaksanaan dilapangan ternyata terdapat syarat lain yang
harus dipenuhi semata-mata untuk memberikan kepastian terhadap
kebenaran dokumen dan keadaan pemohon terhadap kese-hatannya, sehingga
saat akan mengajukan registrasi, maka akan di-minta untuk melengkapi dan
membawa beberapa syarat, antara lain :
-
2)
Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang registrasi mohon sau-dara
membuat ringkasan tentang proses registrasi adakah perbedaan persyarat-an
untuk mendadatkan Surat Tanda Registrasi.
3)
Rangkuman.
Surat tanda registrasi penting bagi tenaga kerja, termasuk Bi-dan. Sebab
untuk mendapatkannya harus melalui proses yang sangat panjang, harus
menempuh pendidikan termasuk pendidikan profesi, menempuh ujian
termasuk uji kompetensi.
4) Tes formatif.
Jelaskan pengertian registrai dan pengertian Surat Tanda Registrasi.
Dan mengapa penting STR itu.
5) Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah
disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang telah
disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu
maka pemahaman materi 1 yang saudara pelajari perlu diulang lagi.
49
c. Kegiatan Belajar 3
LISENSI
1) Uraian Materi.
a)
Pengertian.
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri atau pengertian yang
diberikan oleh IBI pemberian ijin sebelum diperkenenkan melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan.
b)
Syarat Lisensi.
- Fotokopi SIB yang masih berlaku.
- Fotokopi ijasah bidan.
- Surat keterangan sehat.
- Rekomendasi dari organisasi profesi.
- Pas foto ukurab 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
50
2) Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang lisensi, jelaskan apa yang
dimaksud lisensi, apa persyaratan untuk memperoleh lisensi. Jelaskan
mekanisme yang harus ditempuh untuk mendapatkan lisensi.
3) Rangkuman.
Lisensi sangat penting bagi tenaga profesi yang akan melaksa-nakan
praktik mandiri. Dengan lisensi akan memberikan kejelasan wewenang
terhadap tenaga profesi, akan jelas sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
4) Tes formatif.
Uraikan secara singkat masing-masing kata, sertifikat kompe-tensi,
STR, Lisensi, SIB, SIPB dam jelaskan prosedur untuk men-dapatkan lisensi.
5) Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah
disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang telah
disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu
maka pemahaman materi 1 yang saudara pelajari per-lu diulang lagi.
51
3) Rangkuman.
Hasil diskusi akan menggambarkan pemahaman saudara dalam menguasai materi tentang registrasi lisensi dan ketentuan lain yang dibutuhkan
bidan dalam melaksanakan praktik.
4) Tes formatif.
Jelaskan kembali melalui diskusi/seminar kelas saudara, pada waktu
yang akan ditentukan kemudian.
5) Umpan Balik.
Apa bila hasil diskusi lengkap dapat dikerjakan sesuai waktu 2 x 60
menit, berarti tugas pekerjaan pada kelompok saudara baik sekali. Apabila
saudara belum dapat menyelesaikan dan kelompok saudara saudara harus
melaksanakan diskusi lanjutan dalam waktu satu minggu setelah PBM maka
hasil diskusi saudara harus mendalami lagi dalam waktu yang ditentukan.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
52
Bd. 4.32
OTONOMI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Oleh:
Drs. Ngadiyono, SKp. Ns., MHKes.
53
Materi Pokok 3
Sup Pokok Bahasan
OTONOMI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1.
Pengantar.
Kemajuan tehnologi dan peradapan telah merambah seluruh lapisan
masyarakat. Dan masyarakat itu sendiri tidak dapat memproteksi diri untuk tetap
dengan tehnologi dan peradapan masa lalu. Kesadaran diri akan hak dan kewajiban
semakin tajam. Tuntutan akan hak terasa dominan dalam setiap jasa pelayanan,
termasuk jasa pelayanan kebidanan.
Pengaturan baik melalui organisasi profesi IBI maupun regulasi Pe-merintah
telah dilakukan antara lain melalui Peraturan Menteri Kesehatan NOMOR: 1796
/MENKES/PER/VIII/2011, yang mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
Praktik Profesi Tenaga Kesehatan termasuk Bidan.
Untuk memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih, maka ma-teri
legislasi, registrasi dan lisensi bagi saudara sangat penting untuk dime-ngerti.
Disamping itu pemahaman tentang batas kewenangan dan otonomi pelayan bagi
bidan juga perlu dipahami untuk menghindari pelaksanaan pekerjaan yang tidak
menjadi kewenangannya. Sehingga harapan akhirnya saudara memiliki pemahaman
yang sesuai dalam rangka pemberian jasa pelayanan kebidanan untuk dapat
melindungi diri dari permasalahan hukum dan juga sebaliknya masyarakat peneri-ma
jasa pelayanan kebidanan akan terlindungi dari praktik-praktik yang tidak
bertanggung jawab yang dapat merugikan semua pihak.
54
a.
Kegiatan Belajar 1.
OTONOMI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1)
Uraian Materi.
a)
Pengertian Otonomi
Istilah otonomi pikiran kita menuju kearah otonomi daerah. Hal ini
disebabkan gaung istilah otonomi menggema setelah Pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam mengelola negara.
Untuk memberikan gambaran umum tentang otonomi, baiklah
saudara saya ajak untuk memperhatikan setidaknya dari sisi kata, kata
otonomi berasal dari bahasa Yunani secara etimologi, terbentuk dari dua
kata autos yang artinya sendiri, dan nomos yang berarti hukuman atau
aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengun-dangan sendiri.
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, (Koesoemahatmadja 1979: 9),
bahwa menurut perkembangannya, otonomi juga mengandung pengertian
"pemerintahan" (bestuur) Wayong (1979:16) yang menjabarkan pengertian
otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan
khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukuman sendiri,
dan pemerintahan sendiri. Syarif Saleh (1963) menjelaskan bahwa otonomi
ialah hak mengatur dan mmerintah sendiri, hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
Dalam rangka menjelaskan konsep / kata otonomi dalam profesi
saudara saya ajak untuk mengikuti pengertian otonomi yang disampaikan
oleh Ateng Syafrudin, membicarakan otonomi, alam pikiran kita menuju ke
sebuah kegiatan kemandirian profesi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kalau menterjemahkan dari asal kata, otonomi berasal dari bahasa Yunani autos berarti sendiri dan nomos berarti hukuman atau aturan, kalau kita
gunakan terjemahan bebas yang paling cocok dengan profesi kebidanan
adalah mengatur sendiri. Dan jika membaca definisi yang diberikan para
ahli, misalnya Koesoemahatmaja (1979), mengartikan pemerintah sendiri
atau perundangan sendiri. Dan yang sesuai dengan jasa pelayanan yang
mendekati dengan profesi kebidanan adalah definisi yang diberikan oleh
Ateng Syarifrudin (1985), yang mengartikan otonomi adalah kebebasan
dan kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau
kemandirian itu wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Meminjam definisi otonominya Ateng Syarifudin (1985) untuk masuk dalam
definisi otonomi dalam pelayanan kebidanan, berarti kebebasan dan
55
c)
56
STANDAR
KOMPETENSI BIDAN
Kompetensi ke 1 :
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi
baru lahir dan keluarganya.
Pengetahuan dan Keterampilan Dasar
1.
Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia.
2.
Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan
modern.
3.
Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan bagi
anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan.
4.
Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan
kesakitan ibu dan bayi di masyarakat.
5.
Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam
mempromosikan hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai
kesehatan yang optimal (kesehatan dalam memperoleh pelayanan
kebidanan).
6.
Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang
tersedia.
7.
Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
8.
Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk
penyediaan air, perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan
ancaman umum bagi kesehatan.
9.
Standar profesi dan praktik kebidanan.
Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan
1.
Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik.
2.
Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana
mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.
3.
Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan
menggu- nakan promosi kesehatan serta strategi penvegahan penyakit.
4.
Program imunisasi nasional akses untuk pelayanan imu-nisasi.
Perilaku Profesional Bidan
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
57
1.
2.
58
8.
2.
3.
Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterampilan Tambahan
1.
2.
59
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Pengetahuan Tambahan
60
1.
2.
Keterampilan Dasar
1.
Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menga-nalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
2.
Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan
lengkap.
3.
Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk
pengu- kuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan penurunan
janin.
4.
Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur
tulang panggul.
5.
Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak
jantung janin dengan menggunakan fetoscope (Pinrad) dan gera-kan
janin dengan palpasi uterus.
6.
Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan
persalinan.
7.
Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan
pertum- buhan janin.
8.
Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan
kompli-kasi kehamilan.
9.
Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tandatanda berbahaya serta bagaimana menghubungi bidan.
10.
Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,
hype-remesis gravidarum tingkat I, abortus imminen dan preeklamsia
ringan.
11.
Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi ketidaknya-manan yang lazim terjadi dalam kehamilan.
12.
Memberikan immunisasi pada ibu hamil.
13.
Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan
melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas
pelayanan tepat dari:
a.
Kekurangan gizi.
b.
Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA.
c.
Pre eklamsia berat dan hipertensi.
d.
Perdarahan per-vaginam.
e.
Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.
f.
Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.
g.
Kematian janin.
h.
Adanya adema yang signifikan, sakit kepala yang hebat,
gang-guan pandangan, nyeri epigastrium yang disebab-kan
tekanan darah tinggi.
i.
Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah
Dini).
j.
Persangkaan polyhydramnion.
k.
Diabetes melitus.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
61
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
Keterampilan Tambahan
1.
Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ.
2.
Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap
penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar
local dan sumber daya yang tersedia.
3.
Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran.
ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN
Kompetensi ke-4 :
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persa-linan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu
untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
Pengetahuan Dasar
1.
Fisiologi persalinan.
2.
Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk.
3.
Aspek psikologis dan cultural pada persalinan dan kelahiran.
4.
Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
5.
Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau
alat serupa.
6.
Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
7.
Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
8.
Proses penurunan janinmelalui pelvic selama persalinan dan
kelahiran.
9.
Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan
nor-mal dan ganda.
10.
Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran
keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril,
pengurangan nyeri tanpa obat.
11.
Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.
12.
Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.
62
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Pengetahuan Tambahan
1.
Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.
2.
Pemberian suntikan anestesi local.
3.
Akselerasi dan induksi persalinan.
Keterampilan Dasar
1.
Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan
tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
2.
Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
3.
Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi
dan penurunan janin.
4.
Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
5.
Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara
lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah,
presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi.
6.
Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograph.
7.
Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
8.
Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama
persalinan.
9.
Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan
abnormal dan kegawat daruratan dengan intervensi yang sesuai dan
atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
10.
Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4
cm sesuai dengan indikasi.
11.
Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
12.
Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
13.
Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
14.
Melaksanakan manajemen aktif kala III.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
63
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Keterampilan Tambahan
1.
Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan
gerakan tangan yang tepat.
2.
Memberikan suntikan anestesi local jika diperlukan.
3.
Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan
sesuai kewenangan.
4.
Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu,
gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan
tepat.
5.
Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
6.
Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
7.
Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk
mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.
8.
Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan post partum.
64
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Fisiologis nifas.
Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
pe-nyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara,
abses, masitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan
fisiolo- gis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
Bonding & Atacchment orang tua dan bayi baru lahir untuk
men-ciptakan hubungan positif.
Indikator subinvolusi:misalnya perdarahan yang terusmenerus,
infeksi.
Indikator masalah-masalah laktasi.
Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan
preeklamsia post partum.
Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum,
seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinetia
alvi.
Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan konseling selama
dan sesudah abortus.
Tanda dan gejala komplikasi abortus.
Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
65
Keterampilan Tambahan
1.
Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan, dan merawat tali pusat.
Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru
lahir dan screening untuk menemukan adanya tanda kelainan-kelainan
pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup.
Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.
Memberikan immunisasi pada bayi.
Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan
kapan harus membawa bayi untuk minta pertolongan medik.
Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir, se-perti: kesulitan bernafas/asphyksia, hypotermia,
hypoglycemi.
66
10.
67
11.
4.
5.
6.
7.
8.
68
Pengetahuan Tambahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterampilan Dasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keterampilan Tambahan
1.
2.
3.
4.
69
3.
4.
5.
6.
Keterampilan Tambahan
1.
Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
2.
Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.
70
STANDAR
PENDIDIKAN BIDAN
STANDAR I :
LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu institusi pendi-dikan
tinggi.
Definisi Operasional :
Penyelenggara pendidikan kebidanan adalah institusi pendidikan tinggi
baik pemerintah maupun swasta sesuai dengan kaidah-kaidah yang
tercantum pada sistim pendidikan nasional.
STANDAR II :
FALSAFAH
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai falsafah yang mencer-minkan
visi misi dari institusi yang tercermin pada kurikulum.
Definisi Operasional :
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai-nilai mengenai
pendidikan kebidanan dan pelayanan kebidanan.
2. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistim pendidikan
nasional Indonesia.
STANDAR III :
ORGANISASI
Organisasi lembaga pendidikan kebidanan konsisten dengan struk-tur
administrasi dari pendidikan tinggi dan secara jelas menggam-barkan
jalur-jalur hubungan keorganisasian, tanggung jawab dan garis
kerjasama.
Definisi Operasional :
a. Struktur organisasi pendidikan kebidanan mengacu pada sistem
pendidikan nasional.
b. Ada kejelasan tentang tata hubungan kerja.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
71
c.
STANDAR IV :
SUMBER DAYA PENDIDIKAN
Sumber daya manusia, finansial dan material dari lembaga pendi-dikan
kebidanan memenuhi persyaratan dalam kualitas maupun kuantitas untuk
memperlancar proses pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Dukungan administrasi tercermin pada anggaran dan sumber-sumber
untuk program.
2. Sumber daya teknologi dan lahan praktik cukup dan memenuhi
persyaratan untuk mencapai tujuan program.
3. Persiapan tenaga pendidik dan kependidikan mengacu pada undangundang sistem pendidikan nasional dan peraturan yang berlaku.
4. Peran dan tanggung jawab tenaga pendidik dan kependidikan mengacu pada undang-undang dan peraturan yang berlaku.
STANDAR V :
POLA PENDIDIKAN KEBIDANAN
Pola pendidikan kebidanan mengacu kepada undang-undang sistem
pendidikan nasional, yang terdiri dari :
1.
Jalur pendidikan vokasi
2.
Jalur pendidikan akademik
3.
Jalur pendidikan profesi
Definisi Operasional :
Pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan diploma, pendidikan sarjana,
pendi-dikan profesi dan pendidikan pasca sarjana.
STANDAR VI :
KURIKULUM
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan kurikulum nasional yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan organisai profesi serta
dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan
mengacu pada falsafah dan misi dari lembaga pendidikan kebidanan.
Definisi Operasional :
1.
Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada kurikulum
nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Depar-temen pendidikan nasional dan organisasi profesi serta
2.
Dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi dan mengacu pada falsafah dan misi dari lembaga
pendidikan kebidanan. Dalam pelaksanaan pendidikan kurikulum
dikembangkan sesuai dengan falsafah dan visi dari institusi
pendidikan kebidanan.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
72
STANDAR VII :
TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan dan desain kurikulum pendidikan kebidanan mencerminkan
falsafah pendidikan kebidanan dan mempersiapkan perkembangan setiap
mahasiswa yang berpotensi khusus.
Definisi Operasional :
1. Tujuan pendidikan merupakan dasar bagi pengembangan kurikulum
pendidikan, pengalaman belajar dan evaluasi.
2. Tujuan pendidikan selaras dengan perilaku akhir yang ditetapkan.
3. Kurikulum meliputi kelompok ilmu dasar (alam, sosial, perilaku,
humaniora), ilmu biomedik, ilmu kesehatan, dan ilmu kebidanan.
4. Kurikulum mencerminkan kebutuhan pelayanan kebidanan dan
kesehatan masyarakat .
5. Kurikulum direncanakan sesuai dengan standar praktik kebidanan.
6. Kurikulum kebidanan menumbuhkan profesionalisme sikap etis,
kepemimpinan dan manajemen.
7. Isi kurikulum dikembangkan sesuai perkembangan teknologi mutakhir.
STANDAR VIII :
EVALUASI PENDIDIKAN
Organisasi profesi ikut serta dalam program evaluasi pendidikan baik
internal maupun eksternal.
Definisi Operasional :
1.
Organisasi profesi merupakan bagian dari badan akreditasi
yang berwenang.
2.
Dalam proses evaluasi, organisasi profesi menggunakan
institusi pelayanan atau yang terkait dengan lahan praktik kebidanan
yang telah diakui oleh pihak yang berwenang.
STANDAR IX :
LULUSAN
Lulusan pendidikan bidan mengemban tanggung jawab profesional sesuai
dengan tingkat pendidikan.
Definisi Operasional :
1.
Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III
kebidanan, merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi
untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun
praktik perorangan.
2.
Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1
merupakan bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan praktik-nya baik di institusi pelayanan maupun praktik
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
73
3.
4.
5.
6.
74
STANDAR
PENDIDIKAN
BERKELANJUTANBIDAN
STANDAR I:
ORGANISASI
Peyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan Bidan berada di bawah
organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada tingkat Pengurus Pusat
(PP-IBI), Pengurus Daerah (PD-IBI)dan Pengurus Cabang (PC -IBI)
Definisi Operasional :
1.
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan, terdapat dalam
organisasi profesi IBI.
2.
Keberadaan pendidikan berkelanjutan bidan dalam organisasi
profesi IBI, disahkan oleh PP-IBI/PD-IBI/PC-IBI.
STANDAR II :
FALSAFAH
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai falsafah yang selaras
dengan falsafah organisasi profesi IBI yang terermin visi, misi dan tujuan.
Definisi Operasional :
1.
Bidan harus mengembangkan diri dan belajar sepanjang
hidupnya.
2.
Pendidikan berkelanjutan merupakan kebutuhan untuk
meningkatkan kemampuan bidan .
3.
Melalui penelitian dalam Pendidikan Berkelanjutan akan
memperkaya Body of Knowledge ilmu kebidanan.
STANDAR III :
SUMBER DAYA PENDIDIKAN
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai sumber daya ma-nusia,
finansial dan material untuk memperlancar proses pendidikan berkelanjutan.
Definisi Operasional :
1. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi dan
mampu melaksanakan / mengelola pendidikan berkelanjutan.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
75
2.
STANDAR IV :
PROGRAM PENDIDIKAN dan PELATIHAN
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki program pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan.
Definisi Operasional :
1. Program Pendidikan Berkelanjutan bidan berdasarkan hasil pengkajian kelayakan.
2. Ada program yang sesuai dengan hasil pengkajian kelayakan.
3. Program tersebut disahkan/ terakreditasi organisasi IBI (PP/PD/PC),
yang di buktikan dengan adanya sertifikat.
STANDAR V :
FASILITAS
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas pembelajaran yang
sesuai dengan standar.
Definisi Operasional :
1. Tersedia fasilitas pembelajaran yang terakreditasi
2. Tersedia fasilitas pembelajaran sesuai perkembangan ilmu dan tehnologi.
STANDAR VI:
DOKUMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan bidan perlu pendokumentasian
Definisi Operasional :
1. Ada dokumentasi pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
2. Ada laporan pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengem-bangan.
3. Ada laporan evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada rencana tindak lanjut yang jelas.
STANDAR VII :
PENGENDALIAN MUTU
Pendidika berkelanjutan bidan melaksanakan pengendalian mutu
pendidikan, pelatihan dan pengembangan
Definisi Operasional :
1. Ada program peningkatan mutu pendidikan, pelatihan dan
pengembangan.
2. Ada penilaian mutu proses pendidikan, pelatihan dan pengembangan
3. Ada penilaian mutu pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada umpan balik tentang penilaian mutu.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
76
5.
STANDAR
PELAYANAN KEBIDANAN
STANDAR I :
FALSAFAH DAN TUJUAN
Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan filosofi bidan
Definisi Operasional :
1.
77
5.
STANDAR IV :
FASILITAS DAN PERALATAN
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan
pelayanan kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi
pelayanan.
Definisi Operasional :
1. Tersedia sarana dan peralatan untuk mencapai tujuan pelayanan
kebidanan sesuai standar.
2. Tersedianya peralatan yang sesuai dalam jumlah dan kualitas.
3. Ada sertifikasi untuk penggunaan alat-alat tertentu.
4. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
STANDAR V :
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki kebijakan penyelenggaraan
pelayanan dan pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualitas.
Definisi Operasional :
1. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar
pelayanan yang disahkan oleh pimpinan.
2. Ada prosedur rekrutment tenaga yang jelas.
3. Ada regulasi internal sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk
mengatur hak dan kewajiban personil.
4. Ada kebijakan dan prosedur pembinaan personal.
STANDAR VI :
PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN
78
2.
3.
STANDAR VII :
STANDAR ASUHAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/ mana jemen
kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam membe rikan
pelayanan kepada pasien.
Definisi Operasional :
1. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
3. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
4. Ada diagnosa kebidanan.
5. Ada rencana asuhan kebidanan.
6. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
7. Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan.
8. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
9. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.
STANDAR VIII :
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan
dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Definisi Operasional :
1. Ada program atau rencana tertulis peningkatan mutu pelayanan
kebidanan.
2. Ada program atau rencana tertulis untuk melakukan penilaian
terhadap standar asuhan kebidanan.
3. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan
pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan.
4. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana
tindak lanjut.
5. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada
semua staf pelayanan kebidanan
79
STANDAR
PRAKTIK KEBIDANAN
STANDAR I :
METODE ASUHAN
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan
de-ngan langkah: Pengumpulan data dan analisis data, penegakan
diagnosa perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Definisi Operasional :
1. Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan asuhan
kebidanan.
2. Format manajemen asuhan kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data, rencana asuhan, catatan implementasi, catatan perkembangan,
tindakan, evaluasi, kesimpulan dan tindak lanjut kegiatan lain.
STANDAR II :
PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional :
Ada format pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, meliputi data
1.
Demografi identitas klien
2.
Riwayat penyakit terdahulu
3.
Riwayat kesehatan reproduksi :
Riwayat haid
Riwayat bedah organ reproduksi
Riwayat kehamilan dan persalinan
Pengaturan kesuburan
Faktor kongenital/keturunan yang terkait
4.
Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
5.
Analisis data.
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
80
STANDAR III :
DIAGNOSA KEBIDANAN
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
Definisi Operasional :
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.
STANDAR IV :
RENCANA ASUHAN
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Ada format rencana asuhan kebidanan.
2. Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi
rencana tindakan, evaluasi dan tindakan.
STANDAR V :
TINDAKAN
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan diagnosa, rencana dan
perkembangan keadaan klien.
Definisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau hasil kolaborasi.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika dan kode
etik kebidanan.
5. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
STANDAR VI :
PARTISIPASI KLIEN
Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan pemeli-haraan
dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :
1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
Status kesehatan saat ini
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
Etikolegal DAlam Praktik Kebidanan, Drs. Ngadiyono, SKp., Ns., MHKes,
81
2.
3.
STANDAR VII :
PENGAWASAN
Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Definisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus dan sistimatis untuk
mengetahui perkembangan klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan dicatat dan dievaluasi.
STANDAR VIII :
EVALUASI
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus sesuai dengan
tindakan kebidanan dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi Operasional :
1. Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan sesuai
standar.
2. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
STANDAR IX :
DOKUMENTASI
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar doku-mentasi
asuhan kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara sistimatis, tepat, dan jelas.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
2)
Latihan.
Untuk memberikan pemahaman tentang cobalah menelaah Permenkes RI,
No: 369/Menkes/SK/III/2007, kemudian standar mana yang paling sering
dilakukan atau tidak dilakukan oleh anggota profesi.
3)
Rangkuman.
82
Tes formatif.
Jelaskan kembali tentang pengertian otonomi pelayanan profesi, sebutkan
macam macam standar profesi. Dan jelaskan secara singkat masing masing
stanadar.
5)
Umpan Balik.
Cocokan hasil jawaban saudara kedalam uraian materi yang telah
disajikan, jika kedua pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang telah
disajikan maka pemahaman saudara 80 100 %. Dan jika kurang dari itu maka
pemahaman materi 1 yang saudara pelajari perlu diulang lagi.
83
BUKU SUMBER
Bennet, RV, Brown, LK, 1999, Myles textbook for Midwifery. London : Churcill
Livingstone
Etika dan Kode Etik Bidan di Indonesia
Frith, CY, 1996, Ethic and Midwifery, Oxford : Butterworth Heisman.
Imroni, dkk, 1987, Logika, Materi Pokok 2 Definisi dan Kesesatan, Penerbit Karunika
Jakarta. Hal. 2.15.
Muninjaya A.A. Gde, 2004, Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta. hal 67., Sirajudin
dkk, Legislative Drafting, in Trans Publishing, 2007, hal 1.
Kerridge, I, Lowe, M., McPhee, J, 1998, Ethics and Law for the Health Profession.
NSW : Social Science Press.
Permenkes 1464/2010
PP 32 th 1996
Peraturan Menteri Kesehatan, No: 161 Tahun 2010, bunyi Ps.1, No. 5.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, No: 1796 / Menkes/ Per / VIII / 2011.
Ronny Hanintijo Soemitro, SH dan Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Pengantar Ilmu
Hukum, Penerbit Karunika Jakarta, Univesitas Tebuka, 1985, hal.1
Robert Lawang, Logika, penerbit Karunika Universitas Terbuka, Jakarta Th. 1985.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
edisi kedua, Balai Pustaka,Jakarta th. 1991.
Undang undang Kesehatan 36 th 2009
Wahyuningsih, HP., Zein, A.Y., 2005, Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
50 Tahun IBI
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, edisi lengkap, Penerbit Aneka Ilmu Semarang, th.
1977.
-------------------- , Undang-Undang Kesehatan RI, No:36 Tahun 2009, Bab I, Ps. 1.
84