Anda di halaman 1dari 15

Hubungan Hukum Pelayanan Kesehatan

dengan Pasien

KELOMPOK 3

Cenayang Dara Yasa


Chistine Natalia Limbong
Cindi Diana Novita
Dede Komala Sari
Denti Fitria
Dewi Sukmawati
Disa Oki Oktaviani
Ana Maria Bumarop
Diana Yolanda Ameron
Imakulata Bumarop
Pengertian Pelayanan Kesehatan
Sementara pengertian yang bisa ditarik
Pengertian pelayanan dalam Kamus dari istilah ”pelayanan Kesehatan” dalam
berbagai bentuknya (promotif dll) adalah,
Besar Bahasa Indonesia diartikan
bahwa pelayanan kesehatan merupakan
sebagai : Perihal dan servis . Perihal kegiatan atau serangkaian kegiatan,
atau cara melayani sedangkan servis;. dengan demikian ”pelayanan kesehatan”
Sementara kesehatan bermakna keadaan pada hakikatnya adalah segala
kegiatan/serangkaian kegiatan yang
(hal) sehat . dilakukan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan termasuk
kedalamnya adalah ”pelayanan medik”
yang meliputi sarana dan prasarana
kesehatan.
Adapun serangkaian kegiatan pelayanan tersebut dapat
meliputi hal-hal sebagai berikut
a. Promosi kesehatan
b. Promosi kesehatan
c. Penyediaan fasilitas (sarana dan prasarana)
d. Pencegahan penyakit
e. Pengobatan penyakit
f. Pengembalian bekas penderita penyakit
g. Perawatan
h. Pengawasan
i. Perlindungan dll
Pengertian Hukum Kesehatan

Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua


ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini
menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan
segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman
standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan
hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.
Hubungan Hukum antara pasien dengan tenaga medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan
Berawal dari pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara ayah dengan
anak yang bertolak dari prinsip “father know best” yang melahirkan
hubungan yang bersifat paternalistik. Hubungan hukum timbul bila pasien
menghubungi tenaga kesehatan (dokter) karena ia merasa ada sesuatu yang
dirasakannya membahayakan kesehatannya.
Hubungan Hukum Dokter Dengan Pasien
Hubungan hukum dokter-pasien akan Hubungan hukum dokter pasien yang sesuai Pasal 1320
menempatkan dokter dan pasien berada pada KUHPerdata yang mengatur syarat-syarat sahnya sebuah
kesejajaran, sehingga setiap apa yang dilakukan perjajiajan atau perikatan hukum Syarat-syarat tersebut
oleh dokter terhadap pasien tersebut harus yaitu antara lain :
melibatkan pasien dalam menentukan apakah a. Pelaku perjanjian harus dapat bertindak sebagai subjek
sesuatu tersebut dapat atau tidak dapat dilakukan hukum.
atas dirinya. Salah satu bentuk kesejajaran dalam b. Perjanjian antara subjek hukum tersebut harus atas dasar
sukarela dan tanpa paksaan.
hubugan hukum dokter pasien adalah melalui
c. Perjanjian tersebut memperjanjikan sesuatu di bidang
informed consent atau persetujuan tindakan medis. pelayanan kesehatan.
d. Perjanjian tersebut harus atas sebab yang halal dan tidak
bertentangan dengan hukum.
Hubungan Hukum Dokter Dengan Pasien
Adapun dalam suatu sistem kesehatan, interaksi
yang nampak adalah interaksi antara dokter dan
pasien yang mungkin juga melibatkan unsur-unsur Oleh karena itu perlunya ditinjau kembali Perangkat
lainnya. Unsur-unsur lain tersebut mungkin para hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik
medis baik bagian perawatan maupun non kedokteran dirasakan belum memadai, selama ini masih
perawatan, pekerja sosial dan rumah sakit, di mana didominasi oleh kebutuhan formal dan kepentingan
mereka secara pribadi atau bersama-sama terikat pemerintah,sedangkan porsi profesi masih sangat kurang.
oleh kaidah-kaidah tertentu, baik kaidah-kaidah Dokter dengan perangkat keilmuan yang dimilkinya
hukum maupun kaidah sosial lainnya. mempuyai karakteristik yang khas.
Pengantar Hukum Pelayanan Kesehatan
1. Kelompok masalah yang menyangkut asas umum, meliputi hak menentukan diri sendiri, hak atas pemeliharaan
kesehatan , fungsi undang – undang dan hukum dan pemeliharaan kesehataan , hubungan hukum kesehatan dengan
etika kesehatan.
2. Kelompok masalah tentang kedudukan indifidu dalam hukum kesehatan, antara lain : hak atas tubuh sendiri,
kedudukan material tubuh, hak atas kehidupan, genetika, reproduksi, status hukum hasil pembuahan, Perawatan
yang dipaksakan dalam RS.
3. Kelompok masalah dengan aspek- aspek pidana antara lain : tanggung jawab pidana, tindakan medis dan
hukum pidana, hak untuk tidak membuka rahasia.
4. Kelompok masalah dakam pelayanan kuratif, antara lain kewajiban memberika pertolongan medis, menjaga
mutu, eksperimen – eksperimen medis, batas – batas pemberiaan pertolongan medis, penyakit menular.
Dokumentasi medis dan lain – lain.
5. Kelompok tentang pelaksanaan profesi dan kepentingan pihak ketiga antara lain kesehatan industry,
pelaksanaan medis skrining, keterangan medis, saksi ahli, asuransi kesehatan social.
Pengelompokkan Hukum
Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu:

1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu antara lain :
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009 tentang
Kesehatan
b. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
c. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
d. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
e. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi, dan lain sebagainya.
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan pelayanan
Kesehatan antara lain:
a. Hukum Pidana
b. Hukum Perdata.
c. Hukum Administrasi
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional
a. Konvensi
b. Yurisprudensi
c. Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
a. Perda (Peraturan Daerah) tentang kesehatan
b. Kode etik profesi
Tujuan Hukum Pelayanan Kesehatan

Tujuan hukum pada intinya adalah menciptakan


tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan
ketertiban dan keseimbangan. Dengan demikian
jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun
tidak akan banyak menyimpang dari tujuan
umum hukum.
Hubungan Hukum Dalam Pelayanan
Praktik Kebidanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan
suatu hal yang penting dan di tuntut dari suatu profesi,
terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukuannya.
Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus-
menerus ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan praktik bidan
2. Standar Pelayanan Kebidanan
3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata kerja Depkes
6. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah
7. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi dan transplantasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai