Anda di halaman 1dari 4

HUKUM KESEHATAN

UJIAN TENGAH SEMESTER


NAMA : KENAN FEBRIAN

NIM : 8111420252

ROMBEL : INTERNATIONAL CLASS

DOSEN : EKO MUKMINTO, SH, MH

SIFAT: Take home

SOAL:

1. Hukum kesehatan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
tenaga kesehatan, individu dan masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan, aspek
organisasi kesehatan dan aspek sarana kesehatan. Selain itu, hukum kesehatan dapat juga
dapat didefinisikan sebagai segala ketentuan atau peraturan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Sebut dan jelaskan ketentuan-
ketentuan peraturan dalam Undang-Undang Kesehatan !
2. Jelaskan secara singkat perkembangan sejarah hukum kesehatan di Indonesia!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perjanjian terapeutik!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan informed consent dan apa saja kategorinya dan
tujuannya.
5. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang menjadi hak-hak pasien! Dan apakah dalam hal
situasi darurat dimungkinkan untuk mengurangi, membatasi atau menghilangkan hak-hak
pasien seperti misal rahasia rekam medis? Jelaskan pendapat anda!

JAWABAN:

1. Dalam dunia kesehatan terdapat hukum yang mengaturnya, yakni dalam Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2006 tentang Kesehatan atau yang dikenal sebagai Undang-Undang
Kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut mengatur mengenai:
a. Asas dan Tujuan dari pembangunan kesehatan
Dalam hal ini pembangunan kesehatan yang dimaksud adalah peningkatan mutu
kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan
sumber daya manusia yang lebih produktif secara sosial dan ekonomi.
b. Hak dan Kewajiban
Dalam bagian tersebut menjelaskan mengenai hak-hak serta kewajiban pada
setiap orang untuk dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan bagi dirinya
sendiri maupun kesehatan bagi orang lain.
c. Tanggung Jawab Pemerintah
Pada bagian ini menjelaskan mengenai tanggung jawab Pemerintah bagi tiap
Warga Negara Indonesia.
d. Sumber Daya di Bidang Kesehatan
Dalam bagian tersebut menjelaskan mengenai pengaturan pada tenaga kesehatan,
fasilitas kesehatan, perbekalan kesehatan, serta teknologi dan produk teknologi
kesehatan, yang kemudian diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang.
e. Upaya Kesehatan
Dalam hal ini pewujudan dari derajat kesehatan bagi masyarakat maka
dilakukannya upaya kesehatan. Selain itu, juga diatur mengenai pelayanan
kesehatan, pemberian layanan, perlindungan pasien, pelayanann kesehatan
tradisional, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan, kesehatan reproduksi, keluarga berencana,
kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pelayanan kesehatan pada bencana,
pelayanan darah, kesehatan gigi dan mulut, penanggulangan gangguan
penglihatan dan gangguan pendengaran, kesehatan matra, pengamanan dan
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan makanan dan
minuman, pengamanan zat adiktif, dan bedah mayat.
f. Kesehatan Jiwa
g. Gizi
h. Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Remaja, Lanjut Usia, dan Penyandang Cacat
i. Penyakit Menular dan Tidak Menular
j. Kesehatan Kerja
k. Pengelolaan Kesehatan
l. Informasi Kesehatan
m. Pembiayaan Kesehatan
n. Peran Serta Masyarakat
o. Badan Pertimbangan Kesehatan
p. Pembinaan dan Pengawasan
q. Penyidikan
r. Ketentuan Pidana
2. Sejarah terbentuknya Hukum Kesehatan di Indonesia adalah pada masa penjajahan
Belanda. Belanda pada tahun 1954 melakukan sebuah peraturan pemerintah bernama
gezondheidsrecht, yang kemudian pada tahun 1960 terbentuk sebuah perkumpulan
Hukum Kesehatan yang bernama Vereniging Voor Gezondheidsrecht. Dan pada tahun
1967 ahli hukum senior dan dokter Indonesia melakukan kongres hukum kedokteran di
Belgia. Dan pada tahun 1982 di Jakarta membentuk sebuah Kelompok Studi Hukum
Kedokteran Indonesia yang terdiri dari dokter dan sarjana hukum. Dan pada tahun 2009
terbentuklah Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan sebagai kodifikasi dan dasar
hukum pada bidang kesehatan.
3. Perjanjian Terapeutik menurut Cecep Triwibowo adalah perikatan yang dilakukan antara
dokter dan tenaga kesehatan dengan pasien, berupa hubungan hukum yang melahirkan
hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Melihat pada syarat sah sebuah perjanjian
yang telah diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa
perjanjian terapeutik harus dilakukan oleh orang-orang yang cakap. Pihak penerima
pelayanan medis adalah dokter dan tenaga kesehatan. Objek dalam perjanjian terapeutik
ini adalah pelayanan medis atau dapat dikatakan sebagai upaya penyembuhan. Dapat
dikatakan demikian karena dalam perjanjian terapeutik memiliki tujuan upaya
enyembuhan yang berupa pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
4. Informed Consent dapat disebut sebagai persetujuan tindakan medis atau persetujuan
tindakan kedokteran yang merupakan suatu persetujuan yang dibuat ileh pasien atau
dokter daam melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan penunjang medis dan
melakukan tindakan medis tertentu kepada pasien. Persetujuan tersebut dapat dilakukan
oleh pasien atau keluarga dari pasien itu sendiri. Dalam prosesnya doker memiiki
kewajiban untuk menjelaskan risiko cara tindakan medis tujuan, dan hal-hal terkait
dengan keuntungan atau kerugian yang akan diterima oleh pasien dan apapun keputusan
dari pasien harus dihargai oleh dokter atau tenaga kesehatan. Dasar hukum dari Informed
Consent diantaranya:
a. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
b. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2004 tentang Rumah Sakit;
c. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
d. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
e. Permenkes RI Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
Informed Consent dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a. Implied Consent, adalah persetujuan yang bersifat tersirat atau tidak dinyatakan.
Pasien dapat saja melakukan gerakan tubuh yang menyatakan bahwa mereka
mempersilahkan dokter melaksanakan tindakan kedokteran yang dimaksud.
Misalnya adalah bila pasien menggulung lengan bajunya dan meyodorkan
lengannya pada saat dokter menanyakan mau atau tidaknya diukur tekanan
darahnya atau saat dilakukan pengambilan darah vena untuk pemeriksaan
laboratorium.
b. Expressed Consent, adalah persetujuan yang dinyatakan. Pasien dapat
memberikan persetujuan dengan menyatakan secara lisan (oral consent) ataupun
tertulis (written consent).
5. Hak-Hak dari pasien:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun luar Rumah Sakit;
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatife tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
o. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan el,ektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Menurut Pasal 37 ayat 1 UU No. 44 Tahun 2009 Setiap tindakan kedokteran harus memperoleh
persetujuan dari pasien kecuali pasien tidak cakap atau pada keadaan darurat. Persetujuan tersebut
diberikan secara lisan atau tertulis. Persetujuan tertulis hanya diberikan pada tindakan kedokteran
berisiko tinggi.

Anda mungkin juga menyukai