Anda di halaman 1dari 29

PERTEMUAN 13

perkawinan kedua dan


selanjutnya dalam Hukum
Perdata Barat
PART 2
Pembagian harta warisan, dalam hal ada
harta persatuan
• Apabila perkawinan dilakukan dengan tanpa
lebih dahulu membuat perjanjian kawin, maka
demi hukum terjadilah harta persatuan bulat.
Contoh
• P meninggal dunia, meninggalkan seorang isteri dan
seorang anak dalam perkawinan kedua bernama K
dan L, seorang anak dalam perkawinan pertama
bernama B. Perkawinan antara P dan K dilakukan
tanpa terlebih dahulu membuat perjanjian kawin .
• Ke dalam perkawinan P membawa harta sebesar Rp.
24.000.000 sedangkan K membawa harta sebesar Rp.
6.000.000
• Harta peninggalan sebesar Rp. 30.000.000
• Berapa yang diterima masing-masing ahli waris P?
• Harta bawaan P = Rp. 24.000.000
• Harta bawaan K = Rp. 6.000.000
• Jumlah = Rp. 30.000.000
Jawaban
• Ahli waris P yaitu B, K, dan L
• B = K = L = 1/3
• Bagian K sebagai isteri = Rp. 30.000.000 X
½ = Rp. 15.000.000
• Ahli waris = B = K = L = Rp. 15.000.000 X
1/3 = Rp. 5.000.000
• Jadi bagian K = Rp. 15.000.000 + Rp.
5.000.000 = Rp. 20.000.000
Lanjutan …

• Karena ada batasan Pasal 852 a dan Pasal 181 KUH


Perdata, maka harus di cari manfaat K.
• Untuk itu terlebih dahulu harus dicari harta K
• Harta K = 6.000.000
• Manfaat K = Rp. 20.000.000 – Rp. 6.000.000 = Rp.
14.000.000
• Karena ada batasan Pasal 852 a dan Pasal 181 KUH
Perdata maka manfaat yang boleh dinikmati isteri
kedua (K) = ¼ X harta warisan P
• K = ¼ X Rp. 24.000.000 Rp. 6.000.000 atau tidak
boleh melebihi bagian terkecil anak dari
perkawinan terdahulu (Rp. 5.000.000)
Lanjutan …
• Jadi manfaat yg boleh dinikmati K = Rp. 5.000.000
• Sehingga K kelebihan manfaat Rp. 14.000.000 – Rp.
5.000.000 = Rp. 9.000.000
• Manfaat K harus dipotong Rp. 9.000.000
• Bagian yang diterima K = Rp. 20.000.000 – Rp.
9.000.000 = Rp. 11.000.000
• Bagian yang diterima B = L = ½ X (Rp. 30.000.000 –
Rp. 11.000.000) = Rp. 9.500.000
Pembagian harta warisan dalam hal ada harta
persatuan dan keuntungan

• Contoh kasus
• P meninggal dunia meninggalkan seorang isteri dan
seorang anak dari perkawinan kedua bernama K dan
L. Seorang anak dari perkawinan pertama bernama B.
Perkawinan antara P dan K dilakukan tanpa lebih
dahulu membuat perjanjian kawin. Ke dalam
perkawinan P membawa harta sebesar Rp.
24.000.000 sedangkan K membawa harta sebrsar Rp.
6.000.000. harta peninggalan pada saat P meninggal
dunia sebesar Rp. 60.000.000. berapa yang diterima
masing-masing ahli waris P?
• Harta bawaan P = Rp. 24.000.000
• Harta bawaan K = Rp. 6.000.000
• Jumlah = Rp. 30.000.000
• Untung persatuan = Rp. 30.000.000
• Harta persatuan = Rp. 60.000.000
Jawaban
• Ahli waris P yaitu B, K, dan L
• Ai. B = K = L = 1/3
• Bagian K sebagai isteri = Rp. 60.000.000 X
½ = Rp. 30.000.000
• Harta Warisan P = Rp. 60.000.000 – Rp.
30.000.000 = Rp. 30.000.000
• Ai. B = K= L = Rp. 30.000.000 X 1/3 = Rp.
10.000.000
• Jadi bagian K = Rp. 30.000.000 + Rp.
10.000.000 = Rp. 40.000.000
Lanjutan …
• Karena ada batasan Pasal 852v a dan 181 KUH
Perdata, maka harus dicari manfaat K. untuk itu
terlebih dahulu harus dicarai harta K.
• Harta K = harta bawaan + ½ untung persatuan +
harta yang diperoleh secara Cuma-cuma.
• Harta K = Rp. 6.000.000 + Rp. 15.000.000 + 0 = Rp.
21.000.000
• Manfaat K = Rp. 40.000.000 – Rp. 21.000.000 = Rp.
19.000.000
Lanjutan …
• Kemudian di cari harta P.
• Harta P = harta bawaan + ½ untung persatuan
+ harta yang diperoleh secara Cuma-cuma.
• Rp. 24.000.000 + Rp. 15.000.000 + 0 = Rp.
39.000.000
Kontrol manfaat
• Karena ada batasan Pasal 852 a dan Pasal 181 KUH
Perdata, maka manfaat yang boleh dinikmati isteri
kedua (K) = maksimal ¼ X harta warisan P = Rp.
39.000.000 X ¼ = Rp. 9.750.000 atau tidak boleh
melebihi bagian terkecil anak dari perkawinan
pertama (Rp. 10.000.000)
• Jadi manfaat yang boleh dinikmati K = Rp. 9.750.000
• Sehingga K kelebihan manfaat = Rp. 19.000.000 – Rp.
9.750.000 = Rp. 9.250.000
Lanjutan …
• Manfaat K harus dipotong Rp. 9.250.000
• Bagian yang diterima K = Rp. 40.000.000 – Rp.
9.250.000 = Rp. 30.750.000
• Bagian yang diterima B = L = ½ X (Rp.
60.000.000 – Rp. 30.750.000) = Rp. 14.625.000
Pembagian harta warisan dalam hal ada harta
persatuan dan ada kerugian

• Contoh kasus
• P meninggal dunia meninggalkan seorang isteri dan
seorang anak dari perkawinan kedua bernama K dan L.
Seorang anak dalam perkawinan pertama bernama B.
Perkawinan antara K dan L dilakukan tanpa lebih dahulu
membuat perjanjian kawin. Ke dalam perkawinan, P
membawa harta sebesar Rp. 24.000.000, sedangkan K
membawa harta sebesar Rp. 6.000.000. Harta peninggal
pada saat P meninggal dunia sebesar Rp. 21.000.000
• Berapa yang diterima masing-maisng ahli waris P?
• Harta bawaan P = Rp. 24.000.000
• Harta bawaan K = Rp. 6.000.000
• Jumlah = Rp. 30.000.000
• Rugi persatuan = Rp. 9.000.000
• Harta persatuan = Rp. 21.000.000
Jawabannya …
• Ahli waris P yaitu B,K, dan L
• Ai. B = K = L = 1/3
• Bagian K sebagai isteri = Rp. 21.000.000 X ½ = Rp.
10.500.000
• Harta warisan P = Rp. 21.000.000 – Rp. 10.500.000
= Rp. 10.500.000
• Ai. B = K = L = Rp. 10.500.000 X 1/3 = Rp. 3.500.000
• Jadi bagian K = Rp. 10.500 + Rp. 3.500.000 =
14.000.000
Lanjutan …
• Karena ada batasan Pasal 852 a dan Pasal 181 KUH
Perdata, maka harus di cari manfaat K. Untuk itu
terlebih dahulu harus dicari harta K.
• Harta K = harta bawaan - ½ rugi persatuan + harta
yang diperoleh secara Cuma-Cuma
• Harta K = 6.000.000 – Rp. 4.500.000 + 0 = Rp.
1.500.000
• Manfaat K = Rp. 14.000.000 – Rp. 1.500.000 = Rp.
12.500.000
Lanjutan
• Kemudian dicari harta P
• Harta P = harta bawaan - ½ rugi persatuan +
harta yang diperoleh secara Cuma-Cuma
• Harta P = Rp. 24.000.000 – Rp. 4.500.000 + 0 =
Rp. 19.500.000
Kontrol manfaat
• Karena ada batasan Pasal 852 a dan Pasal 181 KUH
Perdata, maka manfaat yang boleh dinikmati isteri
kedua (K) = maksimal ¼ X harta warisan P = Rp.
19.500.000 X ¼ = Rp. 4.875.000 atau tidak boleh
melebihi bagian terkecil anak dari perkawinan
pertama (Rp. 3.500.000)
• Jadi manfaat yang boleh dinikmati K = Rp.
3.500.000
• Sehingga K kelebihan manfaat = Rp. 12.500.000 –
Rp. 3.500.000 = Rp. 9.000.000
Lanjutan …
• Manfaat K harus dipotong Rp. 9.000.000
• Bagian yang diterima K = Rp. 14.000.000 – Rp.
9.000.000 = Rp. 5.000.000
• Bagian yang diterima B = L = ½ X (Rp.
21.000.000 – Rp. 5.000.000) = Rp. 8.000.000
Pembagian harta warisan dalam hal ada
harta persatuan dan ALD

• Contoh kasus
• P meninggal dunia meninggalkan seorang ALD sebelum perkawinan
pertama bernama X, seorang anak dalam perkawinan pertama
bernama B dan seorang isteri dan seorang anak dari perkawinan
kedua bernama K dan L. Perkawinan antara P dan K dilakukan
tanpa lebih dahulu membuat perjanjian kawin.Ke dalam
perkawinan, P membawa harta sebesar Rp. 100.000.000 sedangkan
K membawa harta sebesar Rp. 44.000.000. harta peninggalan pada
saat P meninggal dunia sebesar Rp. 144.000.000. berapa yang
diterima masing-masing ahli waris P?
Jawab
• Harta bawaan P = Rp. 100.000.000
• Harta bawaan P = Rp. 44.000.000
• Harta persatuan = Rp. 144.000.000
• Ahli waris P yaitu B, K, L dan X
• Ai. X = 1/3 X ¼ = 1/12
• Sisa = 1 – 1/12 = 11/12
• B = K = L = 11/12 X 1/3 = 11/36
Lanjutan …
• Bagian K sebagai isteri = Rp. 144.000.000 X
½ = Rp. 72.000.000
• Ai. X = Rp. 72.000.000 X 1/12 = Rp.
8.000.000
• B=K=L=Rp. 72.000.000 X 11/36 = Rp.
22.000.000
• Jadi bagian K = Rp. 72.000.000 + Rp.
22.000.000 = Rp. 94.000.000
Lanjutan …
• Karena ada batasan Pasal 852 a dan Pasal 181 KUH
Perdata, maka harus di cari manfaat K. Untuk itu
terlebih dahulu harus dicari harta K.
• Harta K = harta bawaan + ½ untung persatuan + harta
yang diperoleh secara Cuma-Cuma
• Harta K = 44.000.000 + 0 + 0 = Rp. 44.000.000
• Manfaat K = Rp. 94.000.000 – Rp. 44.000.000 = Rp.
50.000.000
Lanjutan …
• Kemudian di cari harta P
• Harta P = harta bawaan + ½ untung persatuan
(atau – ½ rugi persatuan) + harta yang
diperoleh secara Cuma-Cuma
• Harta P = Rp. 100.000.000 + 0 + 0 = Rp.
100.000.000
Kontrol manfaat
• Karena ada batasan Pasal 852 a dan 181 KUH
Perdata, maka manfaat yang boleh dinikmati isteri
kedua (K) yaitu maksimal ¼ X harta warisan P = Rp.
100.000.000 X ¼ = Rp. 25.000.000 atau tidak boleh
melebihi bagian terkecil anak dari perkawinan
pertama (Rp. 22.000.000).
• Jadi manfaat yang boleh dinikmati K = Rp.
22.000.000
• Sehingga K kelebihan manfaat = Rp. 50.000.000 –
Rp. 22.000.000 = Rp. 28.000.000
Lanjutan …
• Bagian yang diterima K = Rp. 94.000.000 – Rp.
28.000.000 = Rp. 66.000.000
• Bagian yang diterima X = Rp. 6.000.000
• Bagian yang diterima B = L = ½ X ((Rp.
144.000.000 – (Rp. 6.000.000+Rp.
66.000.000)) = Rp. 36.000.000

Anda mungkin juga menyukai