Perawat teregistrasi adalah perawat yang telah dicatat dengan resmi(bukti tertulis dari pemerintah)
memiliki sertifikat kompetensi yaitu s u r a t t a n d a p e n g a k u a n
t e r h a d a p kemampuan seorang perawat untuk menjalankan praktik keperawatan diseluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi oleh konsil keperawatan Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya. Mekanisme sertifikasi terdiri dari: -perawat teregistrasi mengikutu kursus lanjutan -mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen -perawat teregistrasi yang memenuhi persyaratan diberikan sertifikat untuk melakukan praktik keperawatan Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional. 28 November 2010 http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/legislasi-dan-registrasi-keperawatan/ Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tenaga Kesehatan, 2005, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Robert Prihardjo, Praktik Keperawatan Profesional : Konsep Dasar Dan Hukum, EGC , Jakarta. Kusnanto, Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC : Jakarta. Rahardjo, Joko Setijadji dan Adrian Purwanto Rahardjo, 2002, Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan, CV.Cipta Usaha Makmur : Surabaya.
http://www.scribd.com/doc/47413491/9/REGISTRASI-DAN-PRAKTIK-PERAWAT HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DI RS : HAK PASIEN : 1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur. 3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi . 4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi keperawatan 5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. 7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat. 8. Pasien berhak atas "privacy" dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. 9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi : penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk mengatasinya alternatif terapi lainnya prognosanva. perkiraan biaya pengobatan 10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya 11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. 12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. 13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya. 14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit 15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan rumah sakit terhadap dirinya. 16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
KEWAJIBAN PASIEN 1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah skait 2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya. 3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat. 4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter 5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya. http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/hak-dan-kewajiban-pasien-perawat-rumah.html Definisi / Pengertian Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan kedokteran (medical care / sevice) Hukum kesehatan merupakan bidang hukum yang masih muda. Perkembangannya dimulai pada waktu World Congress on Medical Law di Belgia pada tahun 1967. Perkembangan selanjutnya melalui World Congress of The Association for Medical Law yang diadakan secara periodik hingga saat ini. http://www.prasko.com/2010/09/definisi-hukum-kesehatan.html Posted by Prasko, S.Si.T, M.H at Sabtu, September 11, 2010 UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. Undang- undang ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi. Tenaga perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU ini juga tercantum berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan seperti sekarang ini.
UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam UU ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter.
Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yan membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan paramdis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga termasuk katagori keperawatan (Soekanto & Herkutanto, 1987; Sciortino, 1991). http://hukumperawat.blogspot.com/ Sabtu, 12 Desember 2009 Diposkan oleh TUTOR HIJI di 00:06
Prof.H.J.J.Leenen, Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Arti peraturan disini tidak hanya mencakup pedoman internasional, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, namun ilmu pengetahuan dan kepustakaan dapat juga merupakan sumber hukum. Prof. Van der Mijn, Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengaturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi. Hukum medis yang mempelajari hubungan yuridis dimana dokter menjadi salah satu pihak, adalah bagian dari hukum kesehatan. Dari perumusan tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum kesehatan (gezondheidsrecht, health law) adalah lebih luas dari pada hukum medis (Medical law). Universitas Sumatera Utara Jika dilihat hukum kesehatan, maka ia meliputi : - Hukum medis (Medical law), - Hukum keperawatan (Nurse law),. - Hukum rumah sakit (Hospital law), - Hkum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear), - Hukum keselamatan kerja, - Hukum dan peraturan peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24762/4/Chapter II.pdf Setelah pasien diberi penjelasan maka keputusan untuk meneima atau menolak tindakan perawatan yang ditawarkan dokter mutlak berada ditangan pasien itu sendiri. Hak untuk menolak perawatan ini disebut dengan Informed refusal, namun dalam keadaan seperti ini dokter juga harus menerangkan secara rinci akibat dari penolakan tersebut. Jika pasien tetap menolak perawatan makapasien harus menandatangani formulir surat penolakan tindakan medis yang sudah disiapkan oleh rumah sakit. Oleh karena itu, masalah persetujuan tindakan kedokteran ini juga perlu dibahas untuk menghindari kesalahpahaman antara kedua belah pihak baik pihak dokter maupun pasien. Di dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 290/Menkes/Per/III/2008 dinyataakan bahwa persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. Pasal 1 ayat 3 tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
Oleh karena itu, bentuk persetujuan tindakan kedokteran dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Dengan pernyataan (expression), yaitu dapat secara lisan (oral) dan dapt secara tertulis (written). 2. Dianggap diberikan, tersirat (implied), yaitu dalam keadaan biasa atau normal dan dalam keadaan gawat darurat. Di dalam pasal 5 ayat (1) Permenkes No. 290/2008, isi informasi yang diberikan belum diatur secara rinci, hanya disebutkan: Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medik yang akan dilakukan baik diagnostik maupun terapeutik. Persetujuan Tindakan Kedokteran tidak mutlak dibuat oleh pasien yang bersangkutan dalam hal- hal sebagai berikut.: 1. Pasien belum cukup umur ; 2. Usia lanjut ; 3. Terganggu jiwanya karena penyakit ; 4. Pasien dalam keadaan tidak sadar. Bagi pasien yang belum cukup umur, usia lanjut, atau terganggu jiwanya karena penyakit, persetujuan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh ahli waris Universitas Sumatera Utara yang terdekat. Terhadap pasien yang tidak sadar, dokter boleh melakukan tindakan medik tertentu dengan bertindak sebagai bapak yang baik, sesuai dengan Pasal 1354 KUHPerdata namun begitu pasien sadar dokter harus segera memberitahukan kepada pasien tentang tindakan medik tertentu yang telah dilakukan selama pasien tidak sadar tadi. ini penting karena semua tindakan medis harus dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi biaya, prosedur, sampai dengan komplikasi yang dapat terjadi. Adapaun tujuan dari informed consent itu sendiri adalah:
a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko
( Permenkes no.290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ) http://rumahsunatan.com/_berita-detail.php?id=71 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24762/4/Chapter%20II.pdf Menurut Guwandi proses sampai terjadinya persetujuan dan penandatanganan formulir informed consent dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: 39 a. Fase Pertama Pada saat dimana seorang pasien datang ke tempat dokter. Dengan kedatangan pasien ke tempat dokter ini sudah dapat disimpulkan bahwa pasien telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan pemeriksaan (implied consent). b. Fase Kedua Pada saat ini pasien sudah duduk berhadapan dengan dokter dan dokter telah mulai melakukan anamnese terhadap pasien dan mencatatnya dalam rekam medis pasien. Pada saat ini dapat dikatakan sudah terjadi hubungan dokter-pasien. c. Fase Ketiga Dimana dokter mulai melakukan pemeriksaan fisik dan juga kemungkinan pemeriksaan penunjang lainnya. Dokter kemudian mengambil kesimpulan tentang penyakit pasien dan akan 39 J Guwandi, Dokter dan Hukum, (Jakarta : PT Monell, 1983), hal. 48 memberikan pengobatan, nasihat dan anjuran termasuk tindakan medis disertai dengan penjelasan yang cukup. d. Bila pasien atau pihak yang berwenang menyetujui untuk dilakukan tindakan medis, barulah persetujuan tersebut diberikan, berdasar Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 45 ayat 5 menyatakan di dalam penjelasan bahwa yang disebut tindakan medis yang beresiko tinggi adalah tindakan bedah atau tindakan invasif lainnya. Sedangkan tindakan invasif dalam Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Nomor HK.00.06.3.5.1866 Tahun 1999 tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Medis menyebutkan bahwa tindakan invasif adalah tindakan medis langsung yang dapat mempengaruhi keutuhan jaringan.
Rekam Medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara. Dalam PERMENKES No.749a/Menkes/XII/1989 tentang Rekam Medis disebut pengertian Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Isi Rekam Medis Di rumah sakit didapat dua jenis Rekam Medis, yaitu : 1. Rekam Medis untuk pasien rawat jalan 2. Rekam Medis untuk pasien rawat inap Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, rekam medis mempunyai informasi pasien antara lain : a. Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa) b. Riwayat penyakit (anamnesa) tentang Keluhan utama Riwayat sekarang Riwayat penyakit yang pernah diderita Riwayat keluarga tentang penyakit yang pernah diturunkan c. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, scanning, MRI, dan lain-lain d. Diagnosa dan atau diagnosis banding e. Instruksi diagnosis dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang. http://blogdokter.blogdetik.com/2011/10/17/pengertian-rekam-medis/ Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis.
Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan . Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar , maka tertib administrasi tidak akan berhasil Kegunaan Rekam Medis antara lain:
1. Aspek Administrasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi , karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga mdis dan perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
2. Aspek Medis Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien Contoh : _ Identitas pasien _ name, age, sex, address, marriage status, etc. _ Anamnesis _ fever _ how long, every time, continuously, periodic??? _ Physical diagnosis _ head, neck, chest, etc. _ Laboratory examination, another supporting examination. Etc
3. Aspek Hukum Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan , dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan
4. Aspek Keuangan Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan . Tanpa adanya bukti catatan tindakan /pelayanan , maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan
5. Aspek Penelitian Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian , karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian .
6. Aspek Pendidikan Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan , karena isinya menyangkut data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien
7. Aspek Dokumentasi Isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan
Berdasarkan aspek-aspek tersebut , maka rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas yaitu : 1). Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan 2). Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien 3). Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan , perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah sakit 4). Sebagai bahan yang berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi terhadap program pelayanan serta kualitas pelayanan Contoh : Bagi seorang manajer : - Berapa banyak pasien yang dating ke sarana kesehatan kita ? baru dan lama ? - Distribusi penyakit pasien yang dating ke sarana kesehatan kita - Cakupan program yang nantinya di bandingkan dengan target program 5). Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan yang terlibat 6). Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan pengembangan program , pendidikan dan penelitian 7). Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan kesehatan 8). Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan pertanggungjawaban dan laporan
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/tujuan-dan-kegunaan-rekam-medis.html , November 15, 2009 Standar Rekam Medis Ada beberapa standar penyimpanan rekam medis yang diterima oleh organisasi profesional juga oleh pengadilan. Dokter harus memeriksa bahwa dalam setiap lembaran tercantum nama dan materi identifikasi pasien yang terisi dengan baik. Pengisian harus jelas, tidak membingungkan. Rekam medis harus akurat, adekuat, tepat, faktual dan relevan. Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai standar seorang dokter harus melakukan pencatan sesering mungkin. Baik dokter maupun perawat harus memiliki rencana perawatan yang terpisah namun saling melengkapi. Setiap tindakan yang dilakukan harus tercatat sejak kedatangan awal pasien. Semakin darurat keadaan pasien maka rekam medis harus ditulis sesegera mungkin. Pada saat pasien pulang dokumentasi harus dapat menunjukkan bahwa pemulangan pasien sudah sesuai medis dengan mencantumkan rencana tindak lanjut dan mengajarkan pada pelaku rawat cara pemberian obat setelah pulang. Pencatatan pada saat transfer pasien juga dilakukan dengan cara serupa. Saat ini banyak rumah sakit memiliki sekretaris bangsal atau pekerja yang mentranskripsikan perintah. Perintah verbal itu legal namun sangat beresiko. Perintah verbal secara langsung atau melalui telepon oleh dokter harus dikonfirmasi dalam 24 jam dan dicatat sudah dibaca dan sudah dilakukan beserta waktu dan jam saat tindakan dilakukan. Rekam medis dapat digunakan pada pengadilan yang memperlihatkan proses kerja penyedia pelayanan medis. Rumahsakit harus bertanggungjawab apabila melakukan pencatatn rekam medis yang buruk.
Informasi Secara umum rekam medis pasien harus memuat : 1. Keluhan utama atau keluhan 2. Informasi riawayat alergi, pengobatan, sensivitas terhadap obat dan vis-a-vis yang signifikan 3. Riwayat sosial termasuk penyalahgunaan obat dan alkohol. Masalah emosional pasien dan keluarga. 4. Riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat operasi dan luka. 5. Pemeriksaan fisik termasuk semua temuan yang positif dan negatif. 6. Semua prosedur diagnostik 7. Semua hasil pemeriksaan laboraorium dan rontgen termasuk tanggal permintaan, pemeriksaan dan hasil. Begitu juga dengan pemeriksaan mikroskopik. 8. Catatan perkembangan penyakit psien 9. Diagnosis provisional yang merefleksikan keadaan awal pasien saat diperiksa oleh dokter sebelumnya. 10. Laporan hasil konsultasi tertulis dan ditandatangani oleh konsultan 11. Obat yang diresepkan, terapi yang disediakan dan spesimen yang diambil termasuk dimana spesimen tersebut diperiksa. 12. Respon terhadap terapi yang diberikan. 13. Catatan tentang kurangnya kerjasama psien dalam pengobatan, tidak mengikuti nasehat, dan jarang menepati janji untuk konsultasi berikutnya termasuk peringatan yang telah diberikan melalui telepon dan surat. 14. Informed consent yang telah ditandatangani tentang prosedur yang dilakukan, terapi dan pembedahan. 15. Tanggal dan identitas dokter tempat berkonsultasi termasuk hasil konsultsi. 16. Catatan tentang keluhan pasien, responnya dan tanggal kejadian 17. Diagnosis akhir berdasarkan terminologi yang berlaku. 18. Resume saat passien keluar dari rumah sakit termasuk temuan dan kejadian yang signifikan saat pasien masuk dan saat pasien keluar. 19. Hasil autopsi yang jelas dan lengkap 20. Resume kronologis dari pencatatan yang dilakukan terhadap pasien yang diletakkan pada bagian terdepan dari rekam medis.
Catatan keperawatan harus mencantumkan 1. Lembar persetujuan yang ditandatangani tentang tindakan yang akan dilakukan 2. catatan khusus tentang hal-hal tertentu seperti larangan makan peroral, alergi, kecatatan, hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen serta status pasien saat masuk ke ruang operasi. 3. catan tentang cairan intravena yang diberikan sebelum operasi, saat operasi termasuk darah, produk darah dan obat-obatan 4. Lokasi grounding dari alat elektrosurgical. 5. Tipe prep dan kondisi kulit 6. Catatan tentang pembuangan sisa alat, jaringan atau implan 7. Identifikasi semua peralatan seperti kateter, drain, protese bedah, termasuk nomor seri, jumlah dan tipenya. 8. Penghitungan alat, jarum dan spon
Keakuratan Rekam medis yang akurat sangat dibutuhkan kalau tidak pasien akan sangat dirugikan.
Koreksi dan Pengalihan Pada dasarnya tindakan koreksi sangat dihindari namun sebagai manusia kita tidak terlepas dari kesalahan. Koreksi yang dilakukan jangan sampai meninggalkan keraguan untuk penggunaan berikutnya. Bila terjadi kesalahan dalam penulisan maka bagian yang salah digarisbawahi dengan satu garis diberi tanggal dan waktu serta alasan penggantian. Kemudian cataatn baru dituliskan pada tempat kosong disebelahnya. Bagian yang salah ataupun halaman yang salah tidak boleh dibuang. Apabila pasien minta penggantian rekam medis maka dokter yang bersangkutan harus mendiskusikannya dengan pasien dimana harus dicantumkan bahwa penggantian tersebut atas permintaan pasien. Bila mungkin seorang dokter atau perawat supervisor harus mengoreksi bagian yang salah yang tidak diketahui sebelumnya kemudian mencantumkan tandatangan, waktu dan tanggal serta alasan koreksi dekat bagian yang dikoreksi. Bagian yang salah tidak boleh dihapus.
Penulisan yang Tidak pada Tempatnya Seorang dokter tidak boleh menuliskan perasaan pribadinya tentang si pasien. Apabila sudah dituliskan maka tidak boleh diganti atau dihapus kecuali dengan mencantumkan alasannya selanjutnya dilakukan seperti penjelasan sebelumnya.
Legalitas dan Kejelasan Rekam medis harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan kata-kata yang dapat dimengerti oleh semua staf yang berkaitan dengan pasien. Catatan bisa tertulis ataupun diketik dengan jelas. Penulis harus mencantumkan nama, jabatan dan tandatangannya setelah menulis. Penggunaan cap nama juga dibenarkan. Adekuat, rekam medis harus mencantumkan jumlah yang adekuat tentang terapi yang diberikan pada pasien untuk menilai apakah terapi yang diberikan sudah memenuhi standar prosedur. Kalau tidak rumah sakit bisa dianggap melalaikan pasiennya. Waktu, rekam medis harus segera diselesaikan beberaa hari setelah pasien pulang. Tidak ada standar yang baku, beberapa rumah sakit memakai batasan 15 hari setelah pasien pulang. Lengkap, data yang ditambahkan pada rekam medis setelah pasien pulang biasanya dianggap tidak kredibel lagi. Bahkan beberapa perusahaan asuransi tidak mempertimbangkan data-data yang diisi setelah pasien pulang.
Autorisasi Penulisan rekam medis seharusnya dilakukan oleh dokter begitu juga pada catatan keperawatan harus ditulis oleh perwat supervisor. Namun pencatatan boleh dilakukan oleh staf atau koass atau perawat yang sedang dalam tahap belajar asalkan dikonfirmasi oleh dokter atau perawat berlisensi yang merawat pasien dalam waktu 24 jam.
Dokumentasi yang Sesuai Untuk menjamin semua rekam medis didokumentasikan dengan baik maka semua instruksi harus tertulis, Catatan atau tindakan yang dilakukan harus dimengerti oleh perawat dan keluarga pasien. Dokter juga harus mencantumkan tandatangannya yang menyatakan bahwa ia menyetujui tindakan yang dilakukan.
Privasi dan Konfidensialitas Karena rekam medis sering memuat beberapa hal yang sangat pribadi dari pasien maka privasi dan konfidensialitasnya harus terjaga. Rekam medis pasien hanya boleh di paparkan untuk kepentingan sensus dan persidangan. http://www.freewebs.com/forensik_rekam_medis/standarrekammedis.htm Landasan hukum yang mendasari penyelenggaraan rekam medis di Indonesia: a. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pada pasal 53, disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, untuk itu maka setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Yang dimaksud standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik (ayat: 2). Standar profesi ini dibuat oleh organisasi profesi dan disyahkan oleh pemerintah. Sedangkan tenaga kesehatan yaitu tenaga yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan perawat. Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah hak terhadap informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion). b. Keputusan Menteri Kesehatan no.034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit disebutkan bahwa guna menunjang terselenggaranya Rencana Induk yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan : (a) mempunyai dan merawat statistik yang up-to-date (terkini) dan (b) membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. c. Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Records. dalam peraturan tersebut telah ditetapkan pasal demi pasal yang mengatur penyelenggaraan rekam medis (baca lampiran). d. Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik No. 78 tahun 1991 tentang penyelenggaraan rekam medik. Surat keputusan ini menjelaskan rincian penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit (baca lampiran). e. PP No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran. Peraturan Pemerintah ini mengatur kewajiban menyimpan kerahasiaan ini rekam medis (baca lampiran). f. Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik. Peraturan ini mengatur keharusan meminta persetujuan pasien terhadap tindakan medis yang akan diterimanya dengan memberi penjelasan secara lengkap terhadap akibat dan risiko yang ditimbulkannnya (baca lampiran). g. SE Dirrektorat Jendral Pelayanan Medik No: HK.00.06.1.5.01160 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis. Surat edaran ini mengatur tata cara pengabadian dan pemusnahan rekam medis (baca lampiran). Kewajiban membuat rekam medis Kewajiban tenaga kesehatan terhadap pembuatan rekam medis lebih lanjut dirinci dalam Peraturan Pemerintah No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan yaitu bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesi berkewajiban untuk : Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis RanoCenter / PORMIKI DPD JATENG Hlm : 2 dari 7 1. menghormati hak pasien, 2. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, 3. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, 4. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, dan 5. membuat dan memelihara rekam medis. Tenaga yang berhak dan berkewajiban membuat rekam medis di rumah sakit yaitu: a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang bekerja di rumah sakit atau Puskesmas tersebut. b. Dokter tamu pada rumah sakit atau Puskesmas tersebut. c. Residens (mahasiswa kedokteran, peserta program pendidikan dokter spesialis) yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik. d. Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non keperawatan yang langsung terlibat di dalam pelayanan-pelayanan kepada pasien di rumah sakit meliputi antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anastesia, penata rontgen, rehabilitasi medik dan sebagainya. e. Dalam hal dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi kedokteran dalam bentuk tindakan atau konsultasi kepada pasien, yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit. Tanggung jawab perekam medis dalam penyelenggaraan rekam medis meliputi 1. Pencatatan identitas pasien ke dalam form Kartu Identitas Berobat (KIB), Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) dan formulir rekam medis; 2. Pencatatan register pendaftaran yaitu catatan tentang pendaftaran pasien baru dan lama yang datang berobat di tempat pendaftaran rawat jalan (TPPRJ) dan tempat pendaftaran rawat inap. 3. Pencatatan register pelayanan yaitu catatan tentang pendafatan pasien yang melakukan pelayanan di setiap unit pelayanan (unit rawat jalan, unit gawat darurat, unit rawat inap dan pemeriksaan penunjang); 4. Penyediaan dokumen rekam medis (DRM) baru atau lama utk keperluan pelayanan pasien, penilitian dan lain lain; 5. Evaluasi konsistensi dan penelitian kelengkapan isi DRM; 6. Pemberian kode penyakit, operasi dan kematian yaitu memberikan kode penyakit, operasi dan kematian berdasarkan International Classification of Desease and Health Problem revisi 10 (ICD 10) dan ICOPIM; 7. Pengindeksan penyakit, operasi, kematian dan dokter yaitu suatu indeks dalam bentuk daftar penyakit, operasi, kematian dan dokter yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menemukan kembali informasi penyakit, operasi, kematian dan dokter; 8. Penyimpanan, perlindungan dan penjagaaan atas kerahasiaan isi DRM; 9. Meretensi, mengabadikan dan memusnahkan DRM; 10. Pembuatan abstrak rekam medis; 11. Pembuatan laporan/informasi data rekam medis dan statistik rumah sakit; 12. Analisis dan pelaporan data rekam medis; 13. Analisis kuantitatif, kualitatif dan statistik. 14. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis RanoCenter / PORMIKI DPD JATENG Hlm : 3 dari 7 Menurut Permenkes no. 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Records, disebutkan bahwa : Pasal 2: Setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat nginap wajib membuat rekam medis. Sarana pelayanan kesehatan yang dimaksud disini adalah organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien secara langsung atau individual (aspek pelayanan klinis), yaitu rumah-sakit umum, rumah-sakit khusus, rumah-sakit ibu dan anak rumah-sakit bersalin, rumah bersalin, Puskesmas, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Pasal 3: Rekam medis sebagaimana dimaksud pasal 2 dibuat oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lain yang memberi pelayanan langsung kepada pasien. Tenaga kesehatan yang dimaksud disini adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan kewenangan melayani pasien secara langsung. Kemampuan ditunjukkan dengan adanya pengakuan akademik, sedangkan kewenangan ditunjukkan olah adanya surat penugasan, surat keputusan dari pejabat yang berwenang. Pasal 4: Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan (lihat isi rekam medis). Pasal 5: Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama dan tandatangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang bersangkutan, sehingga bila akan dilakukan evaluasi pelayanan tampak jelas siapa yang bertanggungjawab. Pasal 6: Pembetulan kesalahan catatan dilakukan pada tulisan yang salah dan diberi paraf oleh petugas yang bersangkutan. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan. Pasal 7: Lama penyimpanan rekam medis sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat. Lama penyimpanan rekam medis yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan tersendiri. Pasal 8: Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pasal 7 dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan. Pasal 9: Rekam medis harus disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Penyimpanan rekam medis Penyimpanan rekam medis dilakukan dengan cara sentralisasi dan desentralisasi. Yang dimaksud sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis dipusatkan di satu folder/unit rekam medis/medical record. Yang dimaksud desentralisasi adalah penyimpanan rekam medis di masing-masing unit pelayanan. Rumah sakit yang belum mampu melakukan penyimpanan rekam medis dengan sistem sentralisasi, dapat menggunakan sistem desentralisasi. 1. Rekam medis rumah sakit disimpan sekurang-kurangnya 5 Tahun, dihitung dari tanggal terakhir berobat. 2. Dalam hal rekam medis yang berkaitan dengan kasus-kasus tertentu dapat disimpan lebih dari 5 Tahun. 3. Penyimpanan rekam medis dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi penyimpanan, antara lain dengan mikrofilm. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis RanoCenter / PORMIKI DPD JATENG Hlm : 4 dari 7 Tata cara memusnahkan rekam medis : 1. Rekam medis yang sudah memenuhi syarat untuk dimusnahkan dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit. 2. Direktur rumah sakit membuat surat keputusan tentang pemusnahan rekam medis dan menunjuk Tim Pemusnah Rekam Medis. 3. Tim Pemusnah Rekam Medis melaksanakan pemusnahan dan membuat Berita Acara Pemusnahan yang disyahkan Direktur Rumah Sakit. 4. Berita Acara dikirim kepada Pemilik Rumah Sakit dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Kepemilikan dan pemanfaatan Menurut Permenkes no. 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Records, kepemilikan dan pemanfaatan rekam medis, disebutkan bahwa : Pasal 10: Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan. Isi rekam medis milik pasien. Pasal 11: Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya. Pasal 12: Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 13: Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas: hilangnya, rusaknya, atau pemalsuan rekam medis dan penggunaan oleh orang/badan yang tidak berhak. Pasal 14: Rekam medis dapat dipakai sebagai: (a) dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, (b) bahan pembuktian dalam perkara hukum, (c) bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan, (d) dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, (e) bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan. Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit, artinya Direktur rumah sakit bertanggung jawab atas : hilangnya, rusaknya atau pemalsuan rekam medis; penggunaan oleh Badan/orang yang tidak berhak. Isi rekam medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya. Untuk melindungi kerahasiaan tersebut dibuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ruang penyimpanan berkas rekam medis. 2. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau perorangan, kecuali yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung jawab perawat ruangan dan menjaga kerahasiaannya. Peminjaman rekam medis Peminjaman rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset, dan lain-lain oleh seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya sebaiknya dikerjakan di kantor rekam medis. Mahasiswa kedokteran dapat meminjam rekam medis jika dapat menunjukkan surat pengantar dari dokter ruangan. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis RanoCenter / PORMIKI DPD JATENG Hlm : 5 dari 7 Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di rumah sakit/institusi lain, berkas rekam medis tidak boleh dikirimkan, akan tetapi cukup diberikan resume akhir pelayanan. Rekam medis dapat dipakai sebagai 1. Sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke rumah sakit yang berguna untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasien. 2. Alat komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya, antara dokter dengan paramedis dalam usaha memberikan pelayanan, pengobatan dan perawatan. 3. Bukti tertulis (documentary evidence) tentang pelayanan yang telah diberikan oleh rumah sakit dan keperluan lain. 4. Alat untuk analisa dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. 5. Alat untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien, dokter tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. 6. Untuk penelitian dan pendidikan. 7. Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumber daya. 8. Untuk keperluan lain yang ada kaitannya dengan rekam medis. Isi rekam medis Menurut Permenkes no. 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Records, isi rekam medis adalah milik pasien. Pasal 15: Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan dapat dibuat sekurang-kurangnya memuat : identitas, anamnese, diagnosis, dan tindakan/pengobatan. Pasal 16: Isi rekam medis untuk pasien rawat nginap sekurang-kurangnya memuat : (a) identitas pasien, (b) anamnesa, (c) riwayat penyakit, (d) hasil pemeriksaan laboratorik, (e) diagnosis, (f) persetujuan tindakan medik, (g) tindakan/pengobatan, (h) cacatan perawat, (i) catatan observasi klinis dan hasil pengobatan dan (j) resume akhir dan evaluasi pengobatan. Ketentuan tentang kelengkapan isi rekam medis yaitu a). Ketentuan umum 1. Setiap tindakan atau konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam waktu 224 jam harus ditulis dalam lembaran (formulir) rekam medis. 2. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal. 3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau oleh dokter yang membimbingnya. 4. Pencatatan yang dibuat oleh residens harus diketahui oleh dokter pembimbingnya. 5. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf. 6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis RanoCenter / PORMIKI DPD JATENG Hlm : 6 dari 7 b). Kelengkapan isi rekam medis. Dokumen rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien gawat darurat, minimal memuat informasi pasien tentang : 1. Identitas pasien. 2. Anamnesis : yang berisi keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan/ kontak. 3. Pemeriksaan yang meliputi pemeriksakaan fisik, laboratorium dan khusus lainnya. 4. Diagnosis yang meliputi diagnosis awal/masuk/kerja, diferensial diagnosis, diagnosis utama, diagnosis komplikasi dan diagnosis lainnya. 5. Pengobatan/tindakan. 6. Persetujuan tindakan/pengobatan. 7. Catatan konsultasi. 8. Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain. 9. Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan. 10. Resume akhir dan evaluasi pengobatan. 11. Pengorganisasian. Menurut Permenkes no. 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Records, pengorganisasian dalam penyelenggaraan rekam medis berikut ini. Pasal 17: Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan tatakerja organisasi sarana pelayanan kesehatan. Pasal 18: Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib melakukan penbinaan terhadap petugas rekam medis untuk mrningkatkan keterampilan. Pasal 19: Pengawasan terhadap penyelenggaraan rekam medis dilakukan oleh Direktur Jenderal. Dalam penyelenggaran rekam medis di rumah sakit, terdapat kegiatan-kegiatan sebagai berikut 1. Penerimaan pasien. 2. Pencatatan. 3. Pengelolaan data medis. 4. Penyimpanan rekam medis. 5. Pengambilan kembali rekam medis (retrival). 6. Pembinaan dan pengawasan. Kewajiban Direktur RS 1. Melakukan pembinan terhadap petugas yang berkaitan dengan rekam medis serta pengetahuan dan keterampilan mereka. 2. Membuat prosedur kerja tetap penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit masingmasing. 3. Di dalam melakukan pembinaan dan pengawasan Direktur Rumah Sakit dapat membentuk dan atau dibantu Komite Rekam Medis. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis RanoCenter / PORMIKI DPD JATENG Hlm : 7 dari 7 Sanksi, menurut Permenkes no. 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis/Medical Records, pada pasal 20 disebutkan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan sanksi administratif dimulai dari teguran lisan sampai pencabutan izin. Pelepasan informasi data rekam medis Peminjaman rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset, dan lain-lain oleh seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya sebaiknya dikerjakan di kantor rekam medis. Mahasiswa kedokteran dapat meminjam rekam medis jika dapat menunjukkan surat pengantar dari dokter ruangan. Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di rumah sakit/institusi lain, berkas rekam medis tidak boleh dikirimkan, akan tetapi cukup diberikan resume akhir pelayanan. Penyampaian informasi rekam medis kepada orang atau badan yang diberi kuasa pasien, misalnya pihak asuransi yang menanggung biaya pengobatan, dipelukan surat kuasa pasien atau yang bertanggungjawab terhadap pasien tersebut (bila pasien tak kuasa membuat surat kuasa). Surat kuasa ini dapat disediakan oleh sarana kesehatan atau rumahsakit yang bersangkutan. Selanjutnya pemegang kuasa harus menunjukkan identitas diri dan kemudian harus memperoleh ijin dari pimpinan sarana kesehatan setelah disetujui oleh komite medis dan rekam medis. Untuk data sosial boleh disampaikan tanpa perlu memperoleh ijin pimpinaan sarana kesehatan. Apabila diperlukan untuk pengadilan, maka bukti pelayanan yang terrekam dan tercatat dalam formulir rekam medis harus dianggap sebagai dokumen resmi kegiatan pemberi pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran isinya. Pimpinan sarana kesehatan dapat memberikan salinan rekam medisnya atas pemintaan pengadilan. Bila diminta aslinya harus ada permintaan secara tertulis dan pada saat diserahkan harus ada tanda terima dari pengadilan pada setiap lembar rekam medis yang diserahkan dengan tanda bukti penerimaan. Bila dijumpai keraguan terhadap isi DRM pengadilan dapat memerintahkan saksi ahli untuk menanyakan arti dan maksud yang terkandung di dalammya. Informed consent Khusus mengenai tindakan medis atau informed consent yang diatur dalam Permenkes no 585 tahun 1989 tentang Persetujan Tindakan Medis, disebutkan bahwa persetujan tindakan medis yang diberikan pasien atau keluarganya diberikan secara tertulis, lisan atau tindakan isyarat bila telah memperoleh informasi tentang tindakan medis yang akan diterimanya. Informasi tersebut meliputi (a) diagnosis dan alasan tindakan yang akan dilakukan, (b) kemungkinan yang terjadi apabila tindakan tersebut tak dilakukan, (c) kemungkinan yang terjadi apabila tindakan tersebut dilakukan, (d) prognosis penyakitnya, dan (e) pengobatan dan cara pengobatannya. By aryant00 on 11/22/2010 http://perekammedik.wordpress.com/2010/11/22/dasar-hukum-penyelenggaraan-rekam-medik/