Dalam pengertian hukum kesehatan yang dibahas secara terperinci, diungkapkan oleh
beberapa ahli yang dapat dipahami, sebagai berikut:
1) Van Der Mijn mengungkapakan bahwa hukum kesehatan diratikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat
hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
2) Leenen berpendapat bahwa hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
3) Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak
dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam
segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu
pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum
kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan /
pelayanan kedokteran (medical care / sevice)
6. Hukum polusi (bising, asap, debu, bau, gas yang mengandung racun)
9. Hukum dan peraturan peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
merupakan landasan setiap penyelenggara usaha kesehatan. Oleh karena itu, ada
dan memahami apa saja yang diatur di dalam undang-undang tersebut. Tujuan
2. Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi pada masa
Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan oleh
hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Dalam ilmu
digunakan pada peraturan hak-hak tenaga medis, tenaga medis berhak menolak
2. Agroti Salus Lex Suprema yaitu keselamatan pasien adalah hukum yang
tertinggi.
3. Deminimis noncurat lex yaitu hukum tidak mencampuri hal-hal yang sepele.
Hal ini berkaitan dengan kelalaian yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Selama kelalaian itu tidak berdampak merugikan pasien maka hukum tidak
akan menuntut.
4. Res ispa liquitur yaitu faktanya telah berbicara. Digunakan di dalam kasus
kasus malpraktik dimana kelalaian yang terjadi tidak perlu pembuktian lebih
2. Hukum Medis
Hukum medis adalah cabang hukum yang berkaitan dengan hak prerogratif dan
tanggung jawab professional medis dan hak-hak pasien.
Pada medical law berkaitan dengan segi penyembuhanyan saja, sedangkan dalam
hukum kesehatan ( health law ) meliputi tidak hanya dalm segi penyembuhan akan tetapi
juga meliputi sampai ke pemulihan pasien.
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan yang di maksud dengan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit.
A. HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN
Hubungan hukum antara dokter dengan pasien pada dasarnya adalah merupakanperjanjian
perbintenis yang di karena berupaya untuk mewujudkan apa yang di perjanjikan kedua pihak
antara dokter dengan pasien, yang sebagaimana diatur dalam pasal 1320 kitab undang hukum
perdata tentang sahnya suatu perjanjian. Ketika hubungan antara dokter dan pasien termasuk
dalam ruang lingkup perjanjian, maka apaun ketentuan – ketentuan yang di atur pada
KUHPeradata berlaku terhadap perjanjian teraupeutik, yang karena pada dasarnya kedatangan
seorang pasien kepada dokter dianggap sudah adanya perjanjian ( mutual consent )
Dalam tahapan perkembangan hubungan hukum antara dokter dengan pasien di dalam
memberikan pelayanan kesesahatan ini dikenal menjadi 3 ( tiga ) tahapan perkembangan
hubungan hukum yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan aktif – pasif.
Pada tahapan hubungan ini, pasien tidak memberikan kontribusi apapun, dimana pasien
hanya menyerahkan sepenuhnya akan tindakan dokter yang akan di lakukan dalam hal
pemberian jasa kesehatan.
2. Hubungan kerja sama terpimpin.
Pada tahapan hubungan ini, sudah tampak adanya partisipasi dari pasien dalam proses
pelayanan kesehatan sekalipun peranan dokter masih bersifat dominan di dalam menetukan
tidakan – tindakan yang akan di lakukan, pada thapan ini pula kedudukan dokter sebagai orang
yang di percaya oleh pasien masih bersifat signifikan.
3. Hubungan partisipasi bersama.
Pada tahapan hubungan ini, pasien menyadari bahwa dirinya, sederajat dengan dokter dan
dengan demikian apabila terbentuk suatu hubungan hukum maka hubungan tersebut dibangun
atas dasar perjanjian yang di sepakati bersama antara pasien dengan dokter.
Menurut Lumenta hubungan antara dokter dengan pasien ada 3 ( tiga ) hubungan yanitu :
1) Hubungan patnerlistik.
2) Hubungan individualistik.
3) Hubungan kolegial.
Sedangkan menurut Veronika Komalawati bahwa hubungan antara dokter dengan pasien
di kenal dengan 3 ( tiga ) tahapan yaitu :
1. aktiviti – pasivity relation.
2. Qwidance corporation relation.
3. Mutual partisipation.
Menurut Dasen sebagai mana di kutip oleh Soejhono Soekanto ada terdapat beberapa
alasan mengapa seorang pasien mendatangi dokter, yaitu :
1. Pasien pergi kedokter semata – mata karena ada merasa sesuatu yang membahyakan
kesehatanya.
2. Pasien pergi kedoter di karenakan mengetahui bahwa dirinya sakit dan dokter dianggap mampu
intuk menyembuhkan.
3. Pasien pergi keokter guna mendapatkan pemeriksaan yang intensif dan mengobati penyakit yang
di temukan.
Di dalam hubungan hukum antara dokter dengan pasien menurut undang-undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pada pasal 52 dan pasal 53 dalam
hal hak dan kewajiban pasien ditemui hubungan hukum pasien dengan dokter yaitu :
1. Pasal 52 mengatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai hak sebagai berikut :
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (3);
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.
2. Dan di Pasal 53 mengatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
B. ASAS – ASAS HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN DOKTER DENGAN PASIEN
Di dalam hubungan hukum antara dokter dengan pasien terdapat beberapa asas – asas yang
di atur di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran, pasal 2 sebagai mana di sebutkan bahwa Praktik kedokteran dilaksanakan
berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.
Di dalam penjelasan pasal 2 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran, dapat diartikan asas – asas tersebut di dalam pegertianya di uraikan
yang mana di dalam ketentuan ini yang dimaksud adalah :
a. Nilai ilmiah adalah bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun
pengalaman serta etika profesi
b. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
c. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus mampu memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat serta pelayanan yang bermutu
d. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran memberikan perlakuan
yang sama dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras
e. Keseimbangan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran tetap menjaga
keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat
f. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran tidak
hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan
derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
Maka selain dari pada itu, ada pula yang menyebutkan beberapa asas yang harus di
pedomani oleh dokter untuk menjadikan dasar dalam pemberian pelayanan kesehatan yaitu :
1. Asas legalitas.
2. Asas keseimbangan.
3. Asas tepat waktu.
4. Asas kejujuran.
5. Asas keterbukaan.
6. Asas kehati – hatian.
Demikian pula di dala informed konsent ( persetujuan medes ) menganut ada 2 ( dua )
unsur antara lain yaitu :
a. Informasi yang di berikan oleh dokter kepada pasien mengenai tindakan apa yang di lakukan.
b. Persetujuan yang di berikan oleh pasien kepada dokter.
Seperti yang di maksud di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran di dalam pasal 45 yang menyatakan bahwa :
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan
secara lengkap.
Dari sudut pandang sosiologis seorang dokter yang melakukan hubungan atau transaksi
teraupeutik, masing – masing mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan yang dimaksud
disini adalah kedudukan yang berupa wadah, hak dan kewajiban. Sedangkan peranan merupakan
pelaksanaan hak – hak dan kewajiban tersebut. Secara sederhana dapat di katakan bahwa hak itu
merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan kewajiban adalah tugas atau
beban yang harus di laksanakan.
Dahulu kedudukan doter di anggap lebih tinggi dari pasien dan oleh karena itu perananaya
lebih penting pula. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat hubungan dokter dengan pasien
secara khusus mengalami perubahan bentuk, hal itu di sebabkan oleh beberapa faktor, antara
lainya ialah sebagai berikut ini :
1. Kepercayaan tidak lagi tertuju kepada dokter pribadi, akan tetapi kepada kemampuan iptek
kesehatan.
2. Masyarakat menganggap bahwa tugas dokter itu bukan hanya melakukan penyembuhan, akan
tetapi juga di lakukan pada perawatan.
3. Adanya kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan bukan lagi merupakan keadaan
tanpa penyakit, akan tetapi lelbih berarti oada kesejahteraan fisik, mental, dan sosial.
4. Semakin banyaknya perturan yang memberikan perlindungan hukum kepada pasien, sehinggga
lebih mengetahui dan memahami hak – haknya dalam hubunganya dengan dokter.
5. Tingkat kecerdasan masyarakat menegenai kesehatan semakin meningkat.
Selain dari pada kewajiban dokter di dalam memberikan pelayanan kesehatan, dokter juga
memiliki hak, sebagaimana yang di atur di dalam pasal 50 Undang – Undang Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran, yang menyatakan bahwa Dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa.
Selain dari pihak pasien yang di atur di dalam perundang – undangan maka hak pasien
juga di cantumkan di dalam peraturan Kode Etik Profesi Kedokteran Indonesia yaitu :
1. hak untuk hidup, hak atas tubuhnya, dan hak untuk mati secara wajar.
2. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standart profesi kedokteran.
3. Hak memperoleh penjelasan secara lengkap tenetang diagnosa dan terapi medis yang di lakukan
oleh dokter di dalam mengobatinya.
4. Hak untuk menolak prosedur diagnosis dan terapi yang akan di rencanakan, bahkan untuk
menarik diri dari kontrak teraupeutik.
5. Hak atas kerahasiaan atau rekam medic yang bersifat pribadi.