Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang berhak untuk hidup sehat dan memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat,
sebagaimana tertuang dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang – undangan lainnya.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, dan kuratif, dan rehabilitative yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Berbagai upaya kesehatan tersebut, tercermin didalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.

Tindakan medis merupakan salah satu tindakan pelayanan


kesehatan yang harus dilakukan oleh yang berwenang sesuai dengan yang
diatur dalam peraturan dan undang – undang. Perawat dalam melakukan
praktik keperawatan sekaligus menjalankan tugas pemerintah sering
melakukan tindakan medis sehingga membutuhkan tindakan hukum yang
jelas. Perawat dalam melakukan tindakan medis mempunyai tanggung
jawab hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil sebuah masalah yang


akan dikaji dalam makalah ini diantaranya :
1. Pengertian Hukum Kesehatan dan Keperawatan
2. Apa saja Undang-undang dalam Praktik Keperawatan?
3. Bagaimana Masalah Hukum dalam Praktik Keperawatan?
4. Bagaimana Strategi Penyelesaian Masalah Hukum Keperawatan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan


2. Sebagai bahan diskusi bersama dalam proses pembelajaran
3. Untuk mengetahui tentang pengertian Hukum dalam Keperawatan
4. Untuk mengetahui tentang Undang – Undang apa saja yang berlaku
dalam hukum profesi keperawatan
5. Untuk mengetahui berbagai masalah hukum dalam praktik
keperawatan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Hukum Kesehatan dan Keperawatan


Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang
berhubungan langsung pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada
hukum perdata, hukum administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan
No. 23 tahun 1992).
Hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan yang berkaitan langsung
dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum
perdata, hukum pidana dan hukum administrasi (Prot. Van der
Miju). Kewenangan perawat adalah hak otonomi untuk melaksanakan
asuhan keperawatan berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan dan
posisi sarana kesehatan. Kewenangan perawat adalah melakukan asuhan
keperawatan meliputi pada kondisi sehat dan sakit. ( Sri Praptiningsih.
2006 ). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.
HK.02.02//Menkes/148/1/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat Pasal 1 angka (1), Perawat adalah “ seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat bail di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku “.

2.2 Undang-Undang dalam Praktik Keperawatan

1. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan. Bab
II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan
kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.


UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan
sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker.
Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana, termasuk
bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada
keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan
kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa
pengawasan langsung.

2
3. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja
Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3)dijelaskan bahwa tenaga
kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib menjalankan
wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Yang perlu
diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan
sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis,
sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh
dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979.
Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis
keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan.
Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga
bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga
keperawatan.

5. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980.
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara
tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter,
diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini boleh
dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita
ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta.

6. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
94/Menpan/1986, tanggal 4 November 1986, tentang jabatan
fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik
jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi
angka kredit tertentu. Sistem ini menguntungkan perawat, karena
dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada
pangkat/golongan atasannya

3
7. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang
banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang
standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

- Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat


dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan
adalah :
- Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai
standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
- Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan
bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan
sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya
- Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat
perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan. Namun
kenyataannya sampai sekarang UU praktek keperawatan
belum juga disahkan.

2.3 Masalah Hukum dalam Praktik Keperawatan

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah


diidentifikasi oleh para ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara
singkat disini meliputi :

1. Menandatangani Pernyataan Hukum

Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta


untuk sebagai saksi. Dalam hal ini perawat hendaknya tidak
membuat pernyataan yang dapat diinterpretasikan menghilangkan
pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian perawat disarankan
mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan.

2. Format Persetujuan (Consent)

Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi


pelayanan dalam bentuk yang cukup bervariasi. Beberapa rumah
sakit memberikan format persetujuan pada awal pasien masuk
rumah sakit yang mengandung p ernyataan kesanggupan
pasien untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk
4
persetujuan lain adalah format persetujuan operasi. Perawat dalam
proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai saksi. Sebelum
informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang tindakan
yang akan dilakukan beserta resikonya.

3. Report

Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang


mengenai pasien, pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat
harus segera membuat suatu laporan tertulis yang disebut incident
report. Dalam situasi klinik, kecelakaan sering terjadi misalnya
pasien jatuh dari kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat sewaktu
melakukan pengobatan, kesalahan memberikan obat dan lain-lain.
Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus segera diberi tahu.
Beberapa rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan
ini. Bila format tidak ada maka kejadian dapat ditulis tanpa
menggunakan format buku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pencatatan incident report antara lain :

 Tulis kejadian sesuai apa adanya


 Tulis tindakan yang anda lakukan
 Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
 Sebutkan waktu kejadian ditemukan

4. Pencatatan

Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas


dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan
merupakan salah satu komponen yang penting yang memberikan
sumber kesaksian hukum. Betapapun mahirnya keterampilan anda
dalam memberikan perawatan, jika tidak dicatat atau dicatat tetapi
tida lengkap, tidak dapat membantu dalam persidangan. Setiap
selesai melakukan suatu tindakan maka perawat harus segera
mencatat secara jelas tindkan yang dilakukan dan respon pasien
terhadap tindakan serta mencantumkan waktu tindakan diberikan
dan tanda tangan yang memberikan tindakan.

5. Pengawasan Penggunaan Obat

Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan


penggunaan obat. Obat ada yang dapat dibeli secara bebas dan ada
pula yang dibeli harus dengan resep dokter. Obat-obat tersebut
5
misalnya narkotik disimpan disimpan ditempat yang aman dan
terkunci dan hanya oprang-orang yang berwenang yang dapat
mengeluarkannya. Untuk secara hukum hanya dapat diterima
dalam pengeluaran dan penggunaan obat golongan nartkotik ini,
perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pncatatan yang
benar.

6. Abortus Dan Kehamilan Diluar Secara Alami

Abortus merupakan pengeluaran awal fetus pada periode


gestasi sehingga fetus tidak mempunya kekuatan untuk bertahan
hidup. Abortus merupakan tindakan pemusnahan yang melanggar
hukum, atau menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum
masa lahir secara alami.
Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai
pendapat telah diajukan baik yang menyetujui maupun yang
menentang. Factor-faktor yang mendorong abortus antara lain
karena :

 Pemerkosaan
 Pria tidak bertanggung jawab
 Demi kesehatan mental
 Kesehatan tubuh
 Tidak mampu merawat bayi
 Usia remaja
 Masih sekolah
 Ekonomi

Yang dimaksud dengan kelahiran yang diluar secara alami


meliputi kelahiran yang diperoleh dengan tidak melalui hubungan
intim suami istri sebagai mana mestinya. Misalnya melalui
fertilisasi invirto (bayi tabung).

7. Kontroversi Aborsi

Aborsi di Indonesia masih merupakan perbuatan yang


secara jelas dilarang, terkecuali jika ada indikasi medis tertentu
yang mengakibatkan terancamnya hidup dari sang Ibu. Di dunia
Internasional sendiri dikenal dua kelompok besar yaitu pro life
(yang menentang aborsi) dan pro choice (yang tidak menentang
6
aborsi) berikut dengan berbagai argumentasi yang
melatarbelakanginya.

Di Indonesia sendiri, meski aborsi dilarang, namun tetap


banyak perempuan-perempuan yang melakukan aborsi. Baik
dilakukan erdasarkan indikasi medis tertentu maupun indikasi non
medis. Dalam aborsi, kami cenderung melihatnya dari sisi non
moral, karena problem moral haruslah diletakkan dalam koridor
moral semata dan tentu bukan dalam koridor moral yang
dimasukkan unsur-unsur hukum. Beberapa contoh bagaimana
terkadang moral dan hukum, dalam pandangannya, tidak mampu
untuk menjawab persoalan persoalan ini.

Contoh A: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata


mendapatkan kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini
merupakan korban perkosaan dalam terminologi adanya kekuatan
yang melakukan pembersihan etnis dimana dia adalah salah satu
etnis yang hendak disapu bersih.

Contoh B: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata


mendapatkan kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini
merupakan korban perkosaan dalam konteks kejahatan dalam
keluarga.

Contoh C: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata


mendapatkan kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini
merupakan korban perkosaan dalam konteks kejahatan di
lingkungan kerja. Dia sendiri sudah bersuami dan memiliki anak-
anak yang baik dan lucu-lucu

Contoh D: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata


mendapatkan kehamilan yang tidak dia inginkan. Perempuan ini
merupakan korban perkosaan dalam konteks kejahatan biasa. Dia
diperkosa karena ada perampok yang memasuki rumahnya.

Contoh E: Seorang perempuan yang hendak melangsungkan


perkawinan, ternyata telah hamil sebelum perkawinannya
berlangsung. Sementara calon suaminya sendiri kabur entah
kemana dan tak dapat dilacak kembali
Jika perempuan-perempuan ini diharuskan memelihara
kehamilannya, kami yakin dia akan menanggung beban psikologis
yang berat dan melahirkan anak yang tidak diinginkan akan
merupakan beban dan pukulan kedua yang berat bagi mereka. Dan
7
bisa jadi anak yang dilahirkannya malah tidak diurus dengan baik,
baik oleh dirinya maupun keluarganya. Kalau sudah begini terjadi
lingkaran kekerasan yang tak ada habisnya

8. Kematian dan Masalah yang Terkait

Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain


meliputi pernyataan kematian, bedah mayat/otopsi dan donor
organ. Kematian dinyatakan oleh dokter dan ditulis secara sah
dalam surat pernyataan kematian. Surat pernyataan ini biasanya
dibuat beberapa rangkap dan keluarga mendapat satu lembar untuk
digunakan sebagai dasar pemberitahuan kepada kerabat serta
keperluan ansuransi. Pada keadaan tertentu misalnya untuk
keperluan keperluan peradilan, dapat dilakukan bedah mayat pada
orang yang telah meninggal.

2.4 Strategi Penyelesaian Masalah Hukum

Malpraktik masih menjadi topik dalam dunia kesehatan.


Berbagai praktik kesehatan termasuk keperawatan ini sudah diarahkan unt
uk mencegah terjadinya malpraktik. Berbagai UU praktik kesehatan telah
mulai diupayakan untuk memberikan arahan bagi praktik professional
dan perlindungan bagi praktik kesehatan. Peradilan profesi semakin banya
k dibicarakan bagi pemikir hukum kesehatan (misalnya PERHUKI
dan pemerintah) yang nantinya dapat memberikan pengayoman hukum ba
gi tenaga kesehatan dan bagi masyarakat. Masalah hukum memang
merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib manusia.
Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama mencegah lebih baik dari
pada mengobati‖. Kiranya mencegah masalah hukum lebih baik dari pada
memberikan sanksi hukum. Untuk ini sebagai perawat harus mengetahui
prinsip-prinsip dalam mencegah hukum.

2.5 Tujuan Undang- Undang Praktek Keperawatan :

1. Tujuan utama
Memberikan landasan hukum terhadap praktik keperawatan
untuk melindungi baik masyarakat maupun perawat.

2. Tujuan Khusus
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatandan kesehatan yang diberikan oleh perawat.

8
b. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
perawat.
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
d. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
e. Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik
keperawatan
f. Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang
dilakukan perawat dalam memberi pelayanan.

9
BAB 111
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah


diidentifikasi oleh para ahli meliputi : menandatangani pernyataan hukum,
format persetujuan (Consent), report, pencatatan, pengawasan penggunaan
obat, abortus dan kehamilan diluar secara alami, kontroversi aborsi, dan
kematian dan masalah yang terkait.

10

Anda mungkin juga menyukai