Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DI BIDANG

KESEHATAN TENTANG WEWENANG BIDAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

Anissya Suci Fitriani Lindawati


Arikhanti Chandra Rizki Sri yuni Gerhanawati
Astri Puji Rahayu Siti Irawati Yuniar
Evy Kusmawati Iceu Kusmawati

 
 LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
menyeluruh
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang
profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan
kebidanan. Karena itu bidan harus memiliki pengetahuan dan kompetensi
serta memahami tentang hukum yang berhubungan dengan ibu, bayi
serta kliennya. Agar bidan memahami tugas dan wewenang sebagai
tenaga kesehatan dan melakukan pelayanan sesuai standar profesi bidan
 RUMUSAN MASALAH
 Pengertian peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan dasar hukum yang terkait dengan profesi bidan?
 Bagaimanakah ketentuan tugas dan wewenang bidan menurut
undang-undang yang berlaku di Indonesia?
 Bagaimanakah wewenang bidan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan?
 Bagaimanakah perlindungan hukum yang di peroleh bidan dalam
menjalankan praktik bidan?
 Contoh pelanggaran hukum wewenang bidan dan sanksi hukum
yang berlaku?
 TUJUAN
 Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan dan dasar hukum yang terkait dengan profesi bidan.
 Untuk mengetahui tugas dan wewenang bidan menurut undang-
undang yang berlaku di Indonesia.
 Untuk mengetahui wewenang bidan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan.
 Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diperoleh bidan dalam
menjalankan praktik bidan.
 Untuk mengetahui contoh pelanggaran hukum wewenang bidan dan
sanksi hukum yang berlaku.
Pengertian peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan dasar hukum yang terkait dengan profesi bidan

 Hukum kesehatan adalah kaidah atau peraturan hukum yang


Hukum Kesehatan mengatur hak dan kewajiban tenaga kesehatan, individu dan
masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan, aspek organisasi
kesehatan dan aspek sarana kesehatan.
 Menurut Kansil, SH : “Hukum Kesehatan adalah rangkaian
peraturan perundang- undangan dalam bidang kesehatan yang
mengatur pelayanan medik dan sarana medik. Kesehatan yang
dimaksud adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani
(mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari
cacat, penyakit dan kelemahan”.

Tujuan Hukum  melindungi kepentingan-kepentingan pasien, disamping tujuan-tujuan


Kesehatan lain seperti mengembangkan kualitas profesi tenaga kesehatan.
DASAR HUKUM PELAYANAN KEBIDANAN
 Undang – undang nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan yaitu

Pasal 20 : Tata cara Uji Kompetensi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan,

Pasal 21 : 1) Setiap Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil kepada bidan yang
memenuhi persyaratan. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a.
Memiliki ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, b. Memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi, c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, d.
Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan e. Membuat
pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


nomor HK.01.07/Menkes/320 tahun 2020 Tentang
Standar Profesi Bidan
Tugas dan wewenang bidan menurut undang-undang
yang berlaku di Indonesia

 Undang – undang No 4 Tahun 2019 dalam pasal 46 ayat 1 yaitu :


Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang Pelimpahan wewenang
e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Wewenang Bidan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia

 Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tentang izin dan


penyelenggaraan praktik bidan, Kewenangan yang dimiliki bidan
meliputi :
a. Kewenangan normal
b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang
tidak memiliki dokter
 Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki


kewenangan untuk memberikan :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
Perlindungan hukum yang diperoleh bidan dalam
menjalankan praktik bidan
 Merupakan suatu perlindungan yang diberikan terhadap subjek
Perlindungan Hukum hukum dalam bentuk sebuah perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis.

 Merupakan perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah


Perlindungan Hukum
Preventif terjadinya sengketa. Sehingga dalam upaya yang dilakukan lebih
difokuskan untu meminimalisir terjadinya masalah

 Bentuk Perlindungan hukum preventif dalam pelayanan kesehatan


adalah UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dalam Pasal 27 ayat (1)
yang berbunyi: “Tenaga Kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas yang sesuai dengan
profesinya”.
Perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan
Perlindungan
Hukum Represif permasalahan atau sengketa yang timbul. Perlindungan ini baru akan
dilakukan pada saat pelaksanaan perjanjian berlangsung

Bentuk Perlindungan hukum represif dalam pelayanan kesehatan


adalah Dalam Peraturan Pemerintah Repuplik Indonesia Nomor 67 tahun
2019 tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan pasal 88 menyebutkan
perlindungan hukum represif untuk menjamin tenaga kesehatan yang
telah bekerja sesuai standar mendapatkan kesempatan pembelaan diri
dan proses peradilan yang adil sesuai ketentuan perundang-undangan.
 
Contoh Pelanggaran hukum wewenang bidan dan
sanksi hukum yang berlaku

Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah penanganan kasus
kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus patologis dan yang lainnya. Untuk
kasus kelahiran sungsang jika bidan melakukan pertolongan sendiri maka bertentangan
dengan:
• Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman”.
• Permenkes RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Pasal 10 point (d)
disebutkan bahwa “Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi pertolongan persalinan
normal”.
Setiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak sengaja, akan tetap di audit oleh dewan
audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten
tersebut. Dan bila terbukti melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut
akan mendapat sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya.
Sanksi Hukum

Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan,
pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga
bisa mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran terhadap
Peraturan Perundang-undangan.
 Kesimpulan

 Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program Pendidikan


Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Dalam Undang-Undang Tenaga Kesehatan Nomor 36 Tahun 2014
dijelaskan bahwa salah satu jenis tenaga kesehatan adalah bidan yang
memiliki kewenangan tertentu yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1464 tahun 2010 yang diperbaharui dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 28 tahun 2017 tentang Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Tugas dan wewenang bidan juga diatur menurut
undang-undang yang berlaku di Indonesia Undang-Undang No 4 tahun 2019 pasal
46 ayat 1.

Anda mungkin juga menyukai