Setelah mempelajari materi mata kuliah ini Anda diharapkan mampu menjelaskan dan
menerapkan pelayanan kesehatan sesuai atuuran yang berlaku di Indonesia dan kebijakan
pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan primer, dan kebijakan pemerintah dalam pelayanan
kebidanan.
1
BAB I
DASAR HUKUM TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI
INDONESIA
Pendahuluan
BAB ini membahas Dasar Hukum tentang pelayanan kesehatan dalam pelayanan
kesehatan kebidanan di Indonnesia. Dasar hukum tidak lepas dari kaitannya denagn regulasi
ataupun peraturan.
Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/ lembaga
dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama. Dan hukum pada umumnya
diartikan sebagai keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan tertulis atau kaidah-kaidah
dalam suatu masyarakat sebagai susunan sosial, keseluruhan peraturan tingkah laku yang
berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan
memberikan sanksi bila dilanggar. Tujuan pokok dari hukum ialah menciptakan suatu tatanan
hidup dalam masyarakat yang tertib dan sejahtera di dalam keseimbangan-keseimbangan.
Dengan terciptanya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia
akan terlindungi . Oleh karena itu, setiap kesalahan yang diperbuat oleh seseorang tentunya
harus ada sanksi yang layak untuk di terima si pembuat kesalahan, agar terjadi keseimbangan
dan keserasian dalam kehidupan sosial. Untuk mengatur kehidupan masyarakat diperlukan
kaidah-kaidah yang mengikat setiap anggota masyarakat agar tidak terjadi kejahatan dan
pelanggaran terhadap ketertiban umum agar masyarakat dapat hidup damai, tentram dan
aman.
Disinilah hukum diperlukan untuk mengatur agar tenaga kesehatan manaati peraturan
yang di telah tentukan oleh profesinya. Dalam PERMENKES No. 21 Tahun 2021 BAB I
Ketentuan Umum pasal 4 ayat 1 Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan
Seksual diselenggarakan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin secara
konstitusional dalam undang-undang dasar Negara repoblik Indonesia tahun 1945.hal ini
merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan
kemerdekaan,perdamaian abadi serta keadilan sosial.
2
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunnan
yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh,
terarah, dan terpadu, termasuk pembangunan kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud
derajat kesetan masyarakat yang setinggi- tingginya
BAB I ini terdiri dari 2 topik yaitu :
Topik 1 : Regulasi dan peraturan dalam pelayanan kebidanan yaitu :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Topik 2 : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan
Seksual.
Topik 3 : Tanggung Jawab Dan Akuntabilitas Dalam Asuhan Kebidanan
dan Etika profesionalisme, nilai, dan HAM
Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan dan memahami
aturan dalam sistem pelayanan kesehatan, sehingga akan mempermudah Anda dalam
membahas Bab berikutnya.
Selanjutnya secara khusus setelah mempelajari Bab ini Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dan memahami tentang konsep dasar mutu pelayanan kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
2. Menjelaskan dan memahami tentang Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual.
3. Menjelaskan dan memahami tentang Tanggung Jawab Dan Akuntabilitas Dalam
Asuhan Kebidanan dan Etika profesionalisme, nilai, dan HAM
3
Topik 1
Regulasi dan peraturan dalam pelayanan kebidanan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
4
praktik keprofesiannya.
Ayat (2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah
Bidan memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5
(lima) tahun.
Ayat (4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
b) Pasal 4 STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Bagian Ketiga
c) SIPB, Pasal 5 :
Ayat (1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki
SIPB.
Ayat (2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Bidan yang telah memiliki STRB.
Ayat (3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1
(satu) Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Ayat (4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR
Bidan masih berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
d) Pasal 6 :
Ayat (1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
Ayat (2) Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan
SIPB pertama.
e) Pasal 7 :
Ayat (1) SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Ayat (2) Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditembuskan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Ayat (3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan
kabupaten/kota, Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak ditembuskan.
f) Pasal 8 :
5
Ayat (1) Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan
kepada Instansi Pemberi Izin dengan melampirkan: fotokopi STRB yang
masih berlaku dan dilegalisasi asli; surat keterangan sehat dari dokter
yang memiliki surat izin praktik; surat pernyataan memiliki tempat
praktik; surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tempat Bidan akan berpraktik; pas foto terbaru dan berwarna dengan
ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; rekomendasi dari kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat; dan rekomendasi dari Organisasi
Profesi.
Ayat (2) Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d dikecualikan untuk Praktik Mandiri Bidan.
Ayat (3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan
kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
Ayat (4) Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f (surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik)
dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setelah dilakukan
visitasi penilaian pemenuhan persyaratan tempat praktik Bidan.
Ayat (5) Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana
tercantum dalam formulir III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Ayat (6) Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
g) Pasal 9 :
Ayat (1) Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja
sejak berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
diterima dan dinyatakan lengkap, Instansi Pemberi Izin harus
mengeluarkan SIPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (2) Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.
h) Pasal 10 SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal:
Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB;
6
Masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang;
Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau
Bidan meninggal dunia.
i) Pasal 11
Ayat (1) Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik
Kebidanan di Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR
sementara, dan SIPB.
Ayat (2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh Bidan warga negara asing setelah lulus evaluasi kompetensi.
Ayat (3) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.
Ayat (4) Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga negara asing harus
melakukan permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
Ayat (5) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan
warga negara asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
j) Pasal 12 STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
k) Pasal 13 :
Ayat (1) Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan
melakukan Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan
SIPB.
Ayat (2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah
melakukan proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (3) Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan
permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
l) Pasal 14
ayat (1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan
Bidan yang tidak memiliki SIPB.
7
Ayat (2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus melaporkan Bidan yang bekerja dan berhenti bekerja
di Fasilitas Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi
Profesi.
Ayat (3) Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal perorangan,
akses pintu keluar masuk tempat praktik harus terpisah dari tempat tinggal
perorangan.
Ayat (4) Bangunan praktik mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia
lanjut.
14
5) Pasal 34 Persyaratan prasarana Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (2) paling sedikit memiliki: a. sistem air bersih; b. sistem
kelistrikan atau pencahayaan yang cukup; c. ventilasi/sirkulasi udara yang baik;
dan d. prasarana lain sesuai kebutuhan.
6) Pasal 35 Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
berupa peralatan Praktik Mandiri Bidan harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik untuk menyelenggarakan pelayanan.
7) Pasal 36
Ayat (1) Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan
bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal, persalinan
normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan
penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
Ayat (2) Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan
habis pakai.
Ayat (3) Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan
pendokumentasian surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang
baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam formulir V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
8) Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan bangunan, prasarana,
peralatan, dan obat-obatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan
Pasal 36 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
9) Pasal 38
Ayat (1) Praktik Mandiri Bidan harus melaksanakan pengelolaan limbah
medis.
Ayat (2) Pengelolaan limbah medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan institusi yang memiliki instalasi
pengelolaan limbah.
10)Pasal 39
15
Ayat (1) Praktik Mandiri Bidan harus memasang papan nama pada bagian
atau ruang yang mudah terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan
ukuran 60x90 cm dasar papan nama berwarna putih dan tulisan berwarna
hitam.
Ayat (2) Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat nama Bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu pelayanan.
11)Pasal 40
Ayat (1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melakukan penilaian
terhadap pemenuhan persyaratan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 36, dengan menggunakan
instrumen penilaian sebagaimana tercantum dalam Formulir I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Ayat (2) Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada huruf (1),
menjadi dasar dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf f.
12)Pasal 41
Ayat (1) Praktik Mandiri Bidan tidak memerlukan izin penyelenggaraan
sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Ayat (2) Izin penyelenggaraan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melekat pada SIPB yang bersangkutan.
13)Pasal 42
Ayat (1) Bidan dalam menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan dapat
dibantu oleh tenaga kesehatan lain atau tenaga nonkesehatan.
Ayat (2) Tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki SIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
14)Pasal 43
Ayat (1) Bidan yang berhalangan sementara dalam melaksanakan praktik
kebidanan dapat menunjuk Bidan pengganti dan melaporkannya kepada
kepala puskesmas setempat.
Ayat (2) Bidan pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki SIPB dan tidak harus SIPB di tempat tersebut.
15)Pasal 44 Dalam rangka melaksanakan praktik kebidanan, Praktik Mandiri Bidan
dapat melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana antenatal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
16
e. BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN
1) Pasal 45
Ayat (1) Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.
Ayat (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke
puskesmas wilayah tempat praktik.
Ayat (3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan
disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan bagi Bidan yang melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan selain Praktik Mandiri Bidan
Latihan :
Tes 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. D
2. D
3. D
18
4. F
5. F
Topik 2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual.
19
c) Pelayanan Kesehatan Persalinan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya persalinan
hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.
d) Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu selama masa nifas
dan pelayanan yang mendukung bayi yang dilahirkannya sampai berusia 2
(dua) tahun.
e) Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan terkait dengan
pemberian obat, pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dan tindakan-
tindakan lain dalam upaya mencegah kehamilan.
f) Pelayanan Kesehatan Seksual adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada kesehatan seksualitas.
g) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
h) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
i) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom .
j) Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang kesehatan.
2) Pasal 2 Pengaturan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual bertujuan untuk mengurangi
angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir dengan:
a) Menyiapkan kesehatan remaja, calon pengantin, dan/atau pasangan usia
subur pada masa sebelum hamil;
b) Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas;
c) Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
d) Menjamin kualitas Pelayanan Kontrasepsi; dan
20
e) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir.
3) Pasal 3 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana,
prasarana, dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual.
4) Pasal 4
a) Ayat (1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan
Pelayanan Kesehatan Seksual diselenggarakan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan.
b) Ayat (2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan
Pelayanan Kesehatan Seksual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh tenaga kesehatan dan/atau tenaga nonkesehatan baik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik pemerintah dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan milik swasta, atau di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
c) Ayat (3) Tenaga kesehatan dan/atau tenaga nonkesehatan dalam
melaksanakan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan
Pelayanan Kesehatan Seksual sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan Menteri ini
dan standar yang berlaku.
Latihan :
Tes 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. D
2. D
3. F
4. F
5. d
36
Topik 3
Tanggung Jawab Dan Akuntabilitas Dalam Asuhan Kebidanan dan Etika profesionalisme,
nilai, dan HAM
Kesehatan dipandang tidak lagi sekedar urusan pribadi yang terkait dengan
nasib atau karunia Tuhan yang tidak ada hubungannya dengan tanggung jawab
negara, melainkan suatu hak hukum (legal rights).
Latihan :
Tes 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. D
2. D
3. F
4. F
41
5. d
42
GLOSARIUM
Value : Nilai-nilai
Regulasi : Peraturan
HIV-AIDS : Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat
GO : Infeksi Gonore
RIS : Republik Indonesia Serikat
43
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/ Permenkes/07/2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
44
BAB II
KEBIJAKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Pendahuluan
BAB ini membahas Kebijakan dalam pelayanan kesehatan . Hal ini merupakan tujuan
nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi serta
keadilan sosial.
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin secara
konstitusional dalam undang-undang dasar Negara repoblik Indonesia tahun 1945. Untuk
mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunnan yang
berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah,
dan terpadu, termasuk pembangunan kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud derajat kesetan
masyarakat yang setinggi- tingginya
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan sebagai upaya
kesehatan,salah satunya dalam bentuk, pelayanan kesehatan,opelayanan kesehatan bertujuan
untuk memelihara dan meningkatakan kesehatan,mencegah dan menyembuhkan penyakit,serta
memulihkan kesehatan perorangan,kelompok dan masyarakat. Pelayanan kebidanan yang
merupakan saklah satu bentuk pelayanan kesehatan ditunjukkan khusus perempuan,bayi baru
lahir,bayi balita dan anak prasekolah termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana pelayan kebidanan harus diberikan secara tanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan
aman.
Pedoman peraturan dalam pelayanan kebidanan saat ini yakni peraturan menteri kesehatan
no 21 tahun 2021 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil,masa
hamil,persalinan,dan masa sesudah melahirkan,pelayanan kontrasepsi,dan pelayanan kesehatan
seksual.
45
Setelah mempelajari Bab ini Anda diharapkan dapat menjelaskan kebijakan pemerintah dalam
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga akan mempermudah Anda dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Selanjutnya secara khusus setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan
dapat:
46
Topik I
Kebijakan Global Tentang Pelayanan Kebidanan
1. Defenisi
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak. Sedangkan global adalah sifat yang artinya secara umum dan
keseluruhan, secara garis besar, yang meliputi seluruh dunia. Jadi kebijakan global adalah
2. Pelayanan Kebidanan
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan muncul sebagai wanita terpercayaa dan mendampingi dan menolong ibu yang
melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena
tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampaai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan
sebagai pekerja profesional dalam menjalangkan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan
pandangan filosofis yang dianut, keilmuaan, metode kerja, standar praktik Bidan dalaam
pelayanan kebidanan mempunyai peraanan penting dalam menurungkan angka kematian ibu
dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan
bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,
kesehataan dan mengubah perilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yang
tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap masyarakat
dan keluarga. Oleh karenaa itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat
mengoganisasikan semua unsur-unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan baik dalam
47
Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan yang telah
terdaftar memperoleh SIPB (Surat Ijin pRaktik Bidan) dari dinas kesehatan. Pelayanan
kebidanan merupakan seluruh tugas yang menjadi taanggung jawab praktek profesi bidan
dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anaak
diarahkan untuk mewujudkan kesehataan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang
a. Layanan kebidanan primer adalah layanaan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab bidan.
b. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim yang kegiatannya dilakukan bersamaan atau sebagai salah satu urutaan dari
c. Layanan kebidanan rujukan adalaah layanan yang dilakukaan oleh bian dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yaang lebih tinggi ataau sebaiknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh budan sewaktu menerima rujukan dari dkun yang menolong persalinan,
juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan
lain secara horisontal maupun vertikal atau ke profes kesehatan lainnya. Layanan
kebidanan yang tepaat aakaan meninkaatkan keamanaan dari kesejaahteraaan ibu serta
bayinya.
Pelaayanan kebidanan yang bermutu yaitu pelaayanaan kebidanaan yang dapat memuaaskan
setiap pemakai jadi pelayanaan kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk serta penyelenggaraanya sesuai dengaan kode etik dan standart pelayanan
48
Ukuran pelayanan kebidanan bermutu :
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakat adalah setiap saat yang dibutuhkan.
Syarat pokok kedua pelayanan kebidanan yang baik adalah yang dapat diterima oleh
masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanaan kesehatan tersebut tidak bertentangan
masyarakat serta bersifat tidak wajar, bukaanlah suatu pelayanan kebidanan yangg baik.
c. Mudah di capa
Syarat pokok ketiga pelayanaan kebidanan aang baik adalah yang mudah dicapaai
sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapaat mewujudkan pelyanan kebidanan yang
baik, maka pengaturan distribusi sasaran kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan
kebidanan yang terlalu terkonsentrasi daerah perkotaaan saja, dan sementara itu tidak
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kebidanan yang baik adalah yang mudah
terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan berkesinambungan, bidan harus
memahami falsafah, kode etik, dan regulasi yang terkait dengan praktik kebidanan.
49
Berdasarkan pasal 46 undang-undang nomor 4 tahun 2019 tentaang kebidanan bahwa dalam
kesehatan ibu, pelayanaan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh dokter umum (tenaga medis), perawat mantri
(tenaga paramedis).
Pelayanan kebidanan primer (primary bealth care), adalah pelayanan kebidanan yan
paling depan, yang pertama kaali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalaami
gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary bealth care pada pokoknya ditunjukkan
berobat jalan (Ambulatory services). Diperlukan untuk masyarakat yang sehta untuk
Pelayanan kebidanan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
kebidanaan sekunder adan tersier (secondary abd tertiary beaalth care), adalah rumah
terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan
rumah sakit kelas A. pelayanan kebidanan dilakukan oleh : dokter spesialis dan dokter
subspesialis terbatas.
50
Pelayanan kebidanan ini sifatnya pelayanan jalan atu pelayanan rawat (inpantient
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanaan kesehatan primer. Contoh : rumah skit
subspesialis dan dokter subspesialis luas. Pelayanan kebidanan ini sifatnya dapat
merupakan pelayanaan jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitas). Diperlukan untuk
kelompok masyaraakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kebidanan sekunder. Contohnya rumah sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
WHO mengumumkan pada tanggal 30 januari 2020 terjadinya wabah global pandemi
covid-19. Hal tersebut menyebabkan rusuh seluruh dunia, termasuk masyarakat indonesia.
salah satunya yaitu berdampak pada pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Pelayanan
kesehatan reproduksi bagi perempuan adalah bentuk keharusan atau tidak bisa ditunda.
Adapaun pelayanan diantaranya pelayanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan pelayanan
Peran bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan digarda terdepan tentu diharapkan tetap
semangat tanpa pamrih memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas namun harus lebih
hati-hati dan waspada terhadap “high risk” terpapar nyaa penularan covid 19 karena di era
new normal bukan berarti bebas resiko penularan covid 19. Pelayanan di era new normaal
bidan dalaam memberikan pelayanan harus tetap mengacu pada pedoman dan prinsip-
prinsip manajemen covid 19 yang sudah ditetapkan oleh pemerintah baik fasilitas,
51
penggunaan APD, maupun prosedur (SPO) pencegahan putusan mata rantai penularan
infeksi.
Edukasi pada bagi klien ibu hamil, bersali, nifas, nayi baru lahir dan ibu menyusui:
a. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara
b. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol70% jika
c. Cuci tangan terutama setelah buang air besar (BAB) dan buang air kcil (BAK) dan
sebelum makan.
d. Khusus ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelumdan sesudah memegang bayi dan
sebelum menyusui.
e. Hindari mnyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
g. Guakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah sakit atau segera ke fasilitas
h. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue, buang tissue ada tempat
yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk.
i. Bersihkan dan lakukan disenfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
j. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan saluran nafas,
a. Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan setelah usia kehamilan 28
bergizi seimbang, mengjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikkan aktivitas fisik
52
berupa senam ibu hamil/yoga/peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap bugar
dan sehat.
c. Ibu hamil tetap minim tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh tenaga
kesehatan.
b. Ibu tetap bersalin difasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas kesehatan jika
c. Ibu dengan kasus covid-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksanan persalinan yang
d. Pelayanan KB paasca persalinan tetap berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya.
a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya dimasa nifas. Jika terdapat
b. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesua jadwal kunjungan nifas yaitu KF 1 : pada
periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (hari) hari pasca persalinan ; KF 2 : pada periode
3 (tiga) hari sampai 7 (tujuh) hari ; KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai 28 hari ;
Latihan :
Tes 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. D
2. D
3. F
4. F
5. d
53
Topik 2
Lingkungan Sosial Ekonomi Politik yang Mempengaruhi Kebijakan Pelayanan
Kebidanan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaks
psikososial meliputi keluarga, komuniti dan masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi
yang paling penting dan kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan sosial.
Masyarakat adalah lingkungan pergaulan hidup manusia yang terdiri dari individu, keluarga,
kelompok dan komuniti yang mempunyai tujuan atau sistem nilai, ibu/wanita merupakan
Kesetaraan berarti keadilan sosial, yaitu konsep etis yang didasarkan pada prinsip
keadilan distributif yang juga di hubungkan dengan hak asasi manusia. Kesetaraan dalam
kesehatan secara luas di defenisikan sebagai ketiadaan disparitas sistematis dalam kesehatan
atau dalam determinan sosial kesehatan antara kelompok sosial yang memiliki tingkat
keuntungan atau kerugian sosial mendasar yang berbeda yaitu berbeda posisi dalam hierarki
orang hang secara sosial kurang beruntung (misalnya karena menjadi miskin, perempuan atau
anggota kelompok ras, etnis, atau agama yang tercabut hak nya) pada kerugian lebih lanjut
berkenan dengan kesehatan mereka, kesehatan sangat penting untuk kesejahteraan dan untuk
Derajat kesehatan dan sosial suatu bangsa dapat dinilai dari beberapa indikator antara
lain angka kematian bayi, angka kematian ibu dan umur harapan hidup. Kematian bayi itu
sendiri tidak dapat dipisahkan dari baik buruknya kesehatan ibu. Rawannya derajat kesehatan
ibu juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan janin yang dikandungnya. Kejadian lahir mati
54
dan kematian bayi pada minggu pertama kehidupannya dipengaruhi oleh kondisi selama
kehamilan, komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir serta pertolongan persalinan, disamping itu
kondisi yang berkaitan dengan perawatan bayi baru lahir pada masa perinatal. Kematian
perinatal merupakan indikator derajat kesehatan ibu dan anak dalam pelayanan obstetrik secara
umum. Kematian perinatal merupakan masalah yang membutuhkan perhatian secara serius
dibeberapa negara termasuk Indonesia. Berbagai program dan pelayanan telah dilakukan untuk
Faktor usia ibu kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun salah satu penyebab kematian
perinatal, dimana ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung
kepada orang lain. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yang rendah. Jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan
lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.
Paritas ibu dengan jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
rendah dan dan sosial ekonominya juga rendah sehingga masih banyak terdapat perkawinan di
usia muda. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih ada sampai
sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah kematangan fisik, (haid, bentuk
tubuh yang sudah menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder), atau bahkan hal-hal yang sama
sekali tidak ada kaitnya dengan calon pengantin. Fakta masih tingginya pernikahan diusia
remaja sejalan dengan adanya kehamilan diusia remaja. Kehamilan usia dini memuat risiko
yang cukup berat. Emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Kecacatan kelahiran
dapat muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara
55
emosional ketika ibu mengandung bayinya. Usia merupakan faktor penting dalam menentukan
waktu yang ideal untuk hamil, usia remaja lebih berisiko mengalami komplikasi pada
kehamilannya, serta angka kematian bayi lebih tinggi terjadi pada remaja yang hamil. Remaja
yang sudah menjadi ibu biasanya belum siap secara finansial dan emosi untuk memiliki anak.
Faktor sosial ekonomi seperti pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan
kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan faktor individu dan
faktor pengaruh yang kuat terhadap kematian bayi. Pendidikan pada hakekatnya merupakan
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah
seumur hidup sehingga makin matang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai masalah
termasuk masalah kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian. Pendidikan ibu sangat
erat kaitannya dengan reaksi serta pembuatan keputusan rumah tangga terhadap penyakit. Ini
terlihat bahwa kematian balita yang rendah dijumpai pada golongan wanita yang mempunyai
pendidikan yang tinggi. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
Perbedaan tingkat kematian perinatal antara daerah perdesaan dan perkotaan dapat
dilihat menurut karakteritik sosio ekonomi wanita yang mencerminkan perilaku seorang ibu
meliputi cara hidup sehat dan konsumsi gizi. Wanita hamil yang kekurangan gizi akan
cenderung untuk mengalami anemia yang berdampak pada kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada kematian.
Wanita yang sosial ekonominya rendah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari karena
keterbatasan ekonomi sehingga kebutuhan gizi wanita tersebut tidak tercukupi, hal ini akan
Kebidanan
56
Undang-undang tentang kebidanan no.04 tahun 2019 tentang
a. Pendidikan Kebidanan
Pendidik Profesi
b. Setiap bidan yang memiliki yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib memiliki
STR
c. Bidan warna negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan menjalankan praktik
d. Bidan lulusan pendidikan kebidanan dibawah diploma III kebidanan yang telah
dapat melakukan praktik kebidanan untuk jangka waktu paling lama bulan oktober 2020
e. Bidan lulusan pendidikan diploma III dan bidan lulusan pendidikan diploma IV yang
telah melaksanakan praktik kebidanan secara mandiri masih dapat melaksanakan praktik
kebidanan secara mandiri di tempat praktik mandiri bidan untuk jangka waktu paling
a. Umur
b. Pekerjaan
c. Sosial Ekonomi
a. Pengaruh Tradisi
b. Sikap Fanatik
c. Sikap Ethnosentris
57
b. Adat istiadat yang dianut di wilayah setempat
Latihan :
Tes 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. D
2. D
3. F
4. F
5. D
58
Teori 3
Kepemimpinan Dalam Setting Pelayanan Kebidanan
1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
(Stogdill). Batasan kepemimpinan akan muncul apabila seseorang yang karena sifat-sifat
dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berfikir,
bersikap, dan atau berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Pengertian kepemimpina yaitu hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh pengaruh
yang dimiliki dimiliki seseorang seseorang terhadap terhadap orang lain, sehingga sehingga
orang tersebut secara suka rela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Goergy R. Terry). Kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang yang
karena sifat-sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
untuk berfikir, bersikap, ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan
untuk membangun komitmen kerja yang tinggi dari lingkungan kerja yang baik. Kriteria
Malcolm Baldrige adalah sistem manajemen kerja yang dapat mengukur kepemimpinan,
sehat dan mengambil bagian dalam pelayanan 4 kesehatan masyarakat, turut membantu
konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Pelayanan kebidanan
yang berkualitas akan memberi hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan maupun
59
provider dan pelayanan pelayanan yang bermutu. bermutu. Untuk pelayanan pelayanan
yang berkualitas berkualitas tersebut tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat
diberikan oleh organisasinya organisasinya dan pelayanan pelayanan yang diberikan harus
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi dan
d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif dengan perspektif luas dan kritis.
e. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik kebidanan.
2. Teori Kepemimpinan
a. Teori Orang Besar atau Teori Bakat
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat ( trait theory) ini adalah teori
klasik dari kepemimpinan. Disini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya
pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi
b. Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat, teori situasi ( situasional theory) adalah teori yang
muncul sebagai pengamatan dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata
dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang
biasa yang jadi pemimpin tersebut terjadi karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya,
c. Teori Ekologi
60
Sekalipun teori situasi banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak
menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang
telah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik.
Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang
memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik
memang ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.
3. Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan
perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan
orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang
diperlihatkan juga tidak sama. Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan
menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan,
pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan bawahan tidak pernah dibenarkan.
dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator
dibangun dengan baik, segi positif dari gaya kepemimpinan demokratis ini
mendatangkan keuntungan antara lain, keputusan serta tindakan yang lebih obyektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan
61
kelemahannya, keputusan serta usan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa
tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan
yang baik
Pada gaya kepemimpinan santai ini peranan pemimpin hampir tidak terlihat karena
segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat
melakukan kegia kan kegiatan masin tan masing-masing sesuai kehendak masing-
masing pula.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi
orang lain aar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya
perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain :
Menentukan tujuan yang jelas cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
Mengambil tindakan.
b. Hellander (1974)
62
Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia (hubungan
antar manusia).
menghambatnya.
Karakteristik Kelompok
kelompok.
Karakteristik Individu
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang orang yang bertugas melakukan proses
sebagai berikut :
63
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang
proporsi peranan peranan tehnical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
Adalah pimpinan yang berada satu tungkat diatas Lower diatas Lower Manager.
Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower
Manager dan Top Manager, yakni pimpinan puncak (diatas Middle Manager) sehingga
konseptual skill yang terbesar terbesar dan tehnical skill yang terkecil. Tugas- tugas
pimpinan
melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung ajwab ung ajwab dan
64
memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung
c. Menghimpun kekuatan.
e. Memilih suati strategi utama yang paling efektif, bertindak disaat yang tepat
f. Mempertahankan kegiatan.
i. Mempelajari pengalaman.
Latihan :
Tes 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. D
2. D
3. F
4. F
5. D
65
GLOSARIUM
66
DAFTAR PUSTAKA
Arsy Novianty, M. K. (2017). Konsep Kebidanan, Jakarta : Fakultas Kedokteraan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
67