Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASPEK LEGAL DAN REGULASI KEBIDANAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Kebijakan Dalam Pelayanan Kebidanan

Disusun Oleh:
Kelompok 3.2

Siti Fatonah 212207159


Sitti Rusniwati 212207160
Sri Puji Rezekiah 212207161
Surianti 212207162
Syadhila Adzkiah Saleh 212207163
Vika Suci Indah Sari 212207164
Wiwit Dwi Prawidya Nabila Putri 212207165
Wiwit Triastuti 212207166
Yani Sugianti 212207167

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas Aspek Legal dan Regulasi Kebidanan dengan tepat waktu.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan terkait proses
menyusui pasca ibu bersalin bagi para pembaca dan juga bagi penyusun. Dengan harapan,
untuk bisa memberikan wawasan kepada klien dan masyarakat terkait proses menyusui.
Kami, mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah asuhan
kebidanan kompleks yang telah memberikan kontribusi penyusunan makalah ini, kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

28 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
Daftar isi ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Legal Kebidanan...................................................................................... 3
B. Regulasi Kebidanan............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, yang tidak kalah penting
dari bidang lain adalah bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk menin
gkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
nya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembang
unan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. (Kementrian Keseh
atan, 2015)
Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah diwujudkan dalam ben
tuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pe
layanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.Salah satunya mempunyai patokan atau
standard kode etik profesi, mengembangkan ilmu pengetahuan, mengikuti pelatihan berke
lanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan lisensi serta membina, mengawasi dan mema
ntau agar pengabdian sesuai dengan standar pelayanan atau pun standar pendidikan yang
berlaku. (Arimbi, 2014)
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahte
raan ibu dan janinnya adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang
membutuhkannya.Atas dasar itulah profesi bidan merupakan profesi yang sangat strategis
dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia.Bidan merupakan profesi yang berhubun
gan dengan keselamatan jiwa manusia, memiliki pertanggung jawaban dan tanggung gug
at (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya, sehingga semua tindakan yan
g dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Acc
ountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang
profesi yang bersangkutan. (Tajmiati, 2016)
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi m
empunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan erupakan d
aftar wewenang yang sudah tertulis. (Arimbi, 2014)
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Pengetahuan dan penerapan et
ika dalam praktik kebidanan, akan menjadikan seorang bidan terlindung dari pelanggaran
etik ataupun moral yang sedang berkembang di hadapan publik.
Masalah hukum di dalam kesehatan merupakan ilmu yang saling berhubungan sat

1
u sama lain. Salah satu yang berpengaruh terhadap tenaga kesehatan yaitu pelanggaran et
ik ataupun pelanggaran hukum. Bidan perlu mengetahui aspek hukum yang sebagai acuan
dasar dalam memberikan pelayanan dan sebagai landasan dalam memberikan pelayanan k
ebidanan.Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas dari hubungan ber
masyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika berprilaku dalam memberikan pe
layanan agar risiko kelalaian dalam memberikan pelayanan dapat dicegah dengan adanya
hukum yang mengatur kebijakan dalam memberikan pelayanan. Jika tidak diterapkan ma
ka berlaku hukum pidana atau hukum perdata yang nantinya berupa tuntutan akan pelaya
nan yang diberikan, apakah sesuai standar atau tidak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aspek legal dalam kebidanan?
2. Bagaimana aspek legal dalam kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan regulasi kebidanan?
4. Bagaimana regulasi kebidanan dalam penerapannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi aspek legal dalam kebidanan?
2. Mengetahui aspek legal dalam kebidanan?
3. Mengetahui definisi regulasi kebidanan?
4. Mengetahui regulasi kebidanan?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Legal Dalam Kebidanan


1. Definisi Aspek legal Dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikandengan membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang,
selanjutnya  menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah
kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya
dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu. 
Menurut Ps. 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009], dalam Ketentuan Umum,
terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek
pelayanan. Yaitu  pelayanan kesehatan  yang ditujukan pada jenis upaya, meliputi
upaya peningkatan (promotif)  pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pemulihan  (rehabilitatif). 
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat disimpulkan
pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau
pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan —(meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan  dan pemulihan)— yang sesuai dengan wewenang  dan tanggung
jawabnya.
Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda)
yang artinya adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut kamus  Bahasa
Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian Aspek
Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma hukum yang telah disahkan
oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang paling utama dan
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau
pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan kesehatan.

3
2. Pengertian kebidanan
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu atau
multi disiplin  yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi  ilmu kedokteran,
ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan
masyarakat, dan ilmu manajemen, untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu
dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, dan bayi baru lahir. Pelayanan
kebidanan tersebut meliputi pendeteksian  keadaan abnormal pada ibu dan anak,
melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan
masyarakat.
Kebidanan adalah seni dan praktek yang mengkombinasikan keilmiahan,
filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau ketetapan dalam
pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya yang normal, termasuk
kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan atau orang yang berarti lainnya.
Lang,1979.

3. Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan


a. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
b. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain
c. Menjaga privacy setiap individu
d. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
e. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya
f. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
g. Menghasilkan tindakan yg benar
h. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
i. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk,
benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
j. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
k. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
l. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
m. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata

4
cara di dalam organisasi profesi
n. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.

4. Hak Kewajiban Dan Tanggung Jawab


Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak
pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai
kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien.
Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak
yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.
a. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi.
4) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginannya.
5) Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas
dan bayinya yang baru dilahirkan.
6) Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses
persalinan berlangsung.
7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.
9) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut terhadap penyakit yang dideritanya,sepengatahuan dokter yang merawat.
10) Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
11) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a) Penyakit yang diderita

5
b) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
c) Alternatifterapi lainnya
d) Prognosisnya
e) Perkiraanbiaya pengobatan
12) Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
13) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
14) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
15) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
16) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
17) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
18) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus
mal¬praktek
b. Kewajiban Bidan
1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekerja.
2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga.
5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.
6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien.
7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang

6
akan dilakukan.
9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10) Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.
11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
Tujuan umum :           
Agar pada bidan mengetahui tugas otonomi atau mandiri independen sesuai
dengan hal kewenangan berdasarkan undang-undang kesehatan yang berlaku
Tujuan khusus :
a. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
b. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan
c. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan
d. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.
e. Untuk berperan sebagai anggota tim kesehatan
f. Untuk mengikuti perkembangan kebidanan melalui penelitian.

5. Aspek Legal
MENURUT IBI:
Adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku,
dicatat, diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik.

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002  bab I pasal 1:


Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan
dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.

MENURUT WHO:
Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program
pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia
ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin
melaksanakan praktek kebidanan.
INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE:
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang

7
diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan
praktek kebidanan di negara itu.

6. Legislasi, Registrasi, dan Lisensi dalam kebidanan


a. Legislasi
Pengertian 
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan)
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
sekarang adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal
sekarang para bidan yang membuka praktek atau memberikan pelayanan
kebidanan harus memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke
dunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga
kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya
sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa
menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat izin
yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.
Tujuan Legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :
a) Mempertahankan kualitas pelayanan
b) Memberi kewenangan
c) Menjamin perlindungan hukum
d) Meningkatkan profisionalisme
SIB adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh DEPKES yang menyatakan
bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan .
b. Registrasi
Pengertian 

8
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan
kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tesebut.
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhaap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar
penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu
melaksanakan praktik profesinya. (Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan
haknya untuk ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan
administrasi untuk lisensi.
Tujuan Registrasi
a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian
kasus mal praktik
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Aplikasi proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut,
bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan
registrasi kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan
berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan
setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi
transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2
lembar. 
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar
untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ).
SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas
permintaan sendiri.

7. Otonomi dalam Praktek Kebidanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang

9
penting dan di tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung guguat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukanya. Sehingga semua tindakan
yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kopetensi dan didasari suatu evidence
based. Accountability diperkuat dengan suatu landasan hukum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki
hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan
etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
a. Pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan
b. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan
c. Akreditasi
d. Sertifikasi
e. Registrasi
f. Uji kompetensi
g. Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
a.Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan
b. Standar praktik kebidan
c.UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
d. PP No. 32/Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
e.Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja Depkes
f. UU No. 22/1999 tentang Otonomi daerah
g. UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
h. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi

Pengaturan Pelayanan Kebidanan


Pengaturan yang terkait dengan kebidanan yaitu undang-undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan, undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan.

10
Undang-yndang nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan. Keputusan menteri kesehatan
Nomor 369/MENKES/sk/III/2007 tentang standar profesi bidan dan keputusan menteri

Landasan Hukum praktik pelayanan kebidanan


a.Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut Undang-Undang Kesehatan
Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien,
memberikan informasi dan meminta persetujuan (Informed consent), dan membuat serta
memelihara rekam medik. Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus
dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara
baik. Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya
sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.
b.Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia tenggara
tahun 1995 tentang SPK Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan
yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi
standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO
mengembangkan Standar Pelayanan KebidananStandar ini kemudian diadaptasikan untuk
pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan
di tingkat masyarakat. Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.
c.pertemuan Program tingkat propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999 Bidan sebagai
tenaga profesional merupakan ujung tombak dalam pemeriksaan kehamilan seharusnya
sesuai dengan prosedur standar pelayanan kebidanan yang telah ada yang telah tertulis dan
ditetapkan sesuai dengan kondisi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY,
1999).
d.Kep Menkes RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan.
Pada BAB I yaitu tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar profesi
adalah pedoman yang harus dipergunakan ebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi
secara baik. Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan serta penyelenggaraannya sesuai kode
etik dan standar pelayanan pofesi yang telah ditetapkan. Standar profesi pada dasarnya
merupakan kesepakatan antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi
pedoman dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi.
e.Kep Menkes RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Bidan Indonesia adalah : seorang

11
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang di akui pemerintah dan organisasi profesi
diwilayah Negara Republik Indonesia seta memiliki kompetisi dan kualifikasi untuk di
register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dan system pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregrister) yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
f.Peraturan Menkes RI Nomor HK. 02. 02/Menkes/149/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada BAB I yaitu tentang Ketentuan Umumpada pasal 1
ayat 3 yang berbunyi Surat Izin Praktek Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan
praktik kebidanan. Kemudian pasal 1 ayat 4 yang berbunyi Standar adalah pedoman yang
harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar
pelayanan, standar profesi, dan standar operasional prosedur.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang menyelenggarakan upaya


kesehatan. Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan pelanyanan kebidanan,
antara lain :
a. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
c. Undang-undang No 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
d. Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
e. Bidan dalam menjalankan pelayanan wajib menaati kode etik bidan sesuai dengan
Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan

Dimana berdasarkan Undang-undang No.4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan,


dijelaskan bahwa bidan yang boleh melakukan praktik mandiri adalah bidan profesi yang
telah memiliki izin, sedangkan bidan vokasi atau dari D III Kebidanan boleh melakukan
pelayanan kebidanan di fasilitas kesehatan.

B. Saran
Seorang Bidan haruslah memilki sikap profesionalisme yang berarti bekerja
sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, yang dapat memberikan jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, serta berdampak
terhadap peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

13

Anda mungkin juga menyukai