Anda di halaman 1dari 15

Kebutuhan khusus pada permasalahn

sosial: LGBT, ibu pengganti,PSK

KELOMPOK 5 :
•P U T R I M AYA N G S A R I
•Suci annur nasution
•R A K I J A H S A R A G I H
•R E G I TA FA U Z I A H
•Sulistiansih
•R E K A F E B R I •Sutanti eka
•R O S S A N AT U L •Tasya novita
•S A N TA M A R I A •Tia ivanka
•S A R I P E R M ATA •Tri murti
•S E L A F R I S K A
•Vita ester
•S I LV E S K U S M AWAT Y
•Vivi elvira
•S I T I N U R H A L I Z A H
•S R I I N D A H N A
•Yulia ningsih
•Zuliam mursida
LGBT ( lesbian, gay, bisexual dan transgender )

Gay adalah istilah yang umum digunakan untuk


merujuk orang homoseksual. Sedangkan biseksual
adalah orang yang dapat menikmati hubungan
emosional dan seksual dari kedua jenis kelamin.
Trangender adalah ketiaksamaan identitas gender
seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk
pada dirinya.
Kebutuhan khusus pada LGBT
seperti penanggulagan HIV/AIDS
dan dalam penanggulanga
hiv/aids yang mengakibatkan
diakriminasi dan sigma dalam
upaya kesehatan.
Ibu pengganti

Surrogate mother adalah perjanjian antara pasangan suami


istri yang mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan
pihak lain, yaitu wanita yang rahimnya akan dipakai untuk
menjadi hamil terhadap hasil pembuahan suami istri
tersebut berdasarkan perjanjian yang telah dibuat dan
disepakati bersama. Proses Pada awalnya program bayi
tabung merupakan salah satu dari teknologi reproduksi
bantuan (assisted reproduction technology) yang digunakan
ketika pasangan sulit mendapatkan keturunan, misalnya
kualitas/kuantitas sperma yang buruk, adanya penghalang
antara sel telur dan sperma, masalah ovulasi, dan masalah
interaksi sel telur dan sperma
Surrogate mother ini setelahmelahirkan anak
tersebut harus menyerahkan anak tersebut kepada
intended parent. Semisalnya teknik sewa rahim ini
bisa menjadi pilihan untuk sepasang suami istri
yang ingin memiliki keturunan akan tetapi banyak
hal yang mungkin akan menimbulkan kerancuan
serta ketidakseimbangan yang sekiranya muncul,
mulai dari bertentangan dengan Undang-Undang
Kesehatan yang sudah memberi penjelasan bahwa
hanya teknik bayi tabung sajalah yang bisa dan
legal dilakukan di Indonesia
Jenis –jenis sewa rahim

Traditional surrogacy
Traditional surrogacy adalah suatu kehamilan yang
mana sang wanita menyediakan sel telurnya untuk
dibuahi dengan inseminasi buatan kemudian
mengandung atas janinnya serta melahirkan anaknya
untuk orang lain atau kehamilan yang berasal dari
suatu inseminasi buatan, di mana ovum (sel telur)
berasal dari si wanita yang hamil dan mengandung
bayi tersebut dalam suatu jangka waktu kehamilan,
kemudian melahirkan anak untuk pasangan lain
Gestational surrogacy

Gestational surrogacy merupakan suatu


kehamilan yang berasal dari sel telur atau ovum
seorang wanita yang telah dibuahi oleh
spermaseorang pria (umumnya pasangan dari
wanita pemilik ovum) yang dikandung dalam
rahim wanita lain (si ibu pengganti) hingga si ibu
pengganti tersebut melahirkan.
Intended mother

Intended mother adalah wanita lajang atau yang


memiliki pasangan yang menghendaki kehamilannya
dilakukan oleh wanita lain yang menyetujui untuk dihamili
dengan janin dari sel telurnya sendiri maupun dari hasil
donasi melalui suatu perjanjian bisnis.“Intenden mother”
diartikan sebagai “ibu yang menginginkan kehamilan” yang
mana hak atas anak akan dialihkan kepadanya setelah sang
anak lahir.
PENGATURAN HUKUM TERKAIT SEWA RAHIM DI Indonesia

Indonesia tidak mempunyai ketentuan hukum yang mengatur mengenai


surrogate mother. Praktek surrogate mother dilarang dilakukan,
meskipun faktanya praktek surrogate mother terjadi di beberapa
wilayah di Indonesia dan dilakukan dengan cara kekeluargaan.
Peraturan yang dapat dikatakan secara tidak langsung menyangkut
mengenai surrogate mother dapat dilihat dari beberapa
ketentuan sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 127 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009, menyatakan bahwa upaya
kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan
suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu;
c. Pada fasilitas pelayanan tertentu.
PEKERJA SEKS KOMERSIAL

Pelacuran saat ini lebih dikenal dengan sebutan


lokalisasi pekerja seks komersial (PSK) atau
prostitusi. Menurut Kartini Kartono, prostitusi adalah
bentuk penyimpangan seksual dengan pola-pola
organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar
dan tidak terintegrasi dalam bentuk orang
(promiskuitas) disertai eksploitasi dan komersialisasi
seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya. Orang
yang melakukan kegiatan pelacuran ini biasa disebut
dengan PSK, yang menjual dirinya dengan melakukan
hubungan seks untuk tujuan ekonomi
Dampak negatif yang bersifat langsung maupun tidak
langsung yang ditimbulkan oleh praktek pelacuran
merupakan salah satu sumber justifikasi untuk
menjadikan prostitusi sebagai masalah sosial, sumber
maksiat dan kejahatan, serta penyakit masyarakat
yang harus diberantas. Pelacuran dipandang
membawa beragam dampak yang tidak diinginkan
terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dari
sudut pandang hak asasi manusia kemanusiaan,
pelacuran dipandang sebagai pelanggaran hak asasi
manusia dan nilai-nilai kemanusiaan
Rehabilitasi PSK

Para pekerja seks juga diwajibkan melakukan


pemeriksaan kesehatan secara teratur dan
mendapatkan pembinaan dari Dinas Sosial dan
Dinas Kesehatan. Pendekatan ini dianggap
Indonesia sebagai paling masuk akal karena
pemberantasan pelacuran dianggap tidak
memungkinkan. Karenanya kebijakan sosial dalam
penanganan komersialisasi seks berfokus pada
pekerja seks
Rehabilitasi tersebut berbasis panti (residence) di mana para
peserta diwajibkan tinggal di suatu asrama sekitar 3 sampai
dengan 6 bulan untuk mendapatkan pembinaan mental, sosial,
fisik, dan keterampilan kerja untuk mengubah cara pandang
mereka tentang prostitusi dan mempersiapkan mereka untuk
meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seks dan berintegrasi
dengan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari dalam proses
rehabilitasi diharapkan dapat didayagunakan sebagai sumber
penghasilan untuk menjalani kehidupan. Rehabilitasi pekerja
seks dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di tingkat nasional
maupun tingkat daerah. Saat ini ada lebih dari 20 panti
rehabiltasi perempuan eks pekerja seks yang tersebar di berbagai
provinsi di Indonesia (Balai/ Panti Sosial Karya
Wanita).Pelaksanaan rehabilitasi pekerja seks yang
diselenggarakan pemerintah secara luas menunjukkan keseriusan
pemerintah untuk membantu para mantan pekerja seks untuk
lebih berdaya sehingga dapat hidup normal di dalam masyarakat.
Masalah sosial yaitu pekerja seks komersial (PSK)
memang sudah lama adanya yaitu sudah
berlangsung bertahun-tahun yang lalu. Hingga saat
ini masalah tersebut masih ada dan semakin marak
saja. PSK menjadi masalah sosial karena tindakan
yang dilakukannya merupakan tindakan
menyimpang yang tidak hanya merugikan diri
sendiri namun juga merugikan orang lain, dalam hal
ini lingkungan sekitar. Bekerja menjadi seorang
PSK, baik atau tidaknya dapat dilihat dari berbagai
macam sudut pandang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai