BALITA
Masalah gizi di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah
malnutrisi, anemia zat gizi, gangguan akibat kekurangan yodium, kurang vitamin A dan
obesitas
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor-faktor (determinan) yaitu faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer adalah bila sumber makanan seseorang salah dalam kuantiatas atau
kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor
sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh
Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan yang berkontribusi terhadap
rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Asupan gizi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik sangat dibutuhkan terutama pada usia balita karena
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif sedang tumbuh dengan pesat
pada tahap usia tersebut. Gizi kurang pada anak
balita dapat mempengaruhi kecerdasan anak, menurunnya produktivitas anak serta
rendahnya kemampuan kognitif
Pelatihan PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) di kota Yogyakarta dimulai pada
tahun 2016 dan dilaksanakan 3 angkatan. Setiap angkatan terdiri dari 12 kader posyandu.
Salah satu kader yang telah dilatih PMBA oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta adalah
kader Puskesmas Tegalrejo. Tujuan dari pelatihan PMBA ini adalah untuk meningkatkan
status gizi bayi dan balita. Setelah tiga tahun dilakukan pelatihan PMBA belum ada
penurunan masalah gizi yang signifikan. Pada tahun 2019 masih terdapat 6,53% gizi
kurang, 1,18 % balita mengalami status gizi kurus, dan 12,46 % balita mengalami stunting.
Oleh sebab itu perlu diadakan evaluasi pasca pelatihan konseling PMBA bagi kader.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA Determinant of Nutritional
Status in Infants
Ika Nopa