Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel: Masalah penelitian adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan status gizi
Diterima 6 November 2013 underweight pada balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
Disetujui 28 November 2013 berhubungan dengan status gizi underweight pada balita. Metode penelitian survei
Dipublikasikan Januari 2014
pada balita umur 7-59 bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding sebanyak 200
sampel, menggunakan cluster random sampling. Pengambilan data dengan
Keywords: wawancara dan pengukuran berat badan secara langsung menggunakan alat ukur
Underweigt; dacin. Analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan balita
Parenting;
yang tergolong status gizi underweight sebanyak 31,40 %, yang mengalami diare
Consumption.
kronik 14,90 %, dan pneumonia 8,80 %. Praktik pemberian makan anak balita
tergolong kurang baik sebanyak 43,80 %, praktik pengobatan anak balita tergolong
kurang baik sebanyak 25,30 %, dan praktik kesehatan anak balita tergolong kurang
baik sebanyak 41,80 %. Tingkat konsumsi energi kurang baik pada anak balita
sebanyak 60,30 %, dan tingkat konsumsi protein kurang baik pada anak balita 54,60
%. Simpulan penelitian, faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada balita
umur 7-9 bulan yaitu pola asuh pemberian makan balita, tingkat konsumsi energi, dan
protein balita.
Abstract
The research problem was whether the factors associated with underweight
nutritional status in children under five. Research purpose to determine the factors
associated with underweight nutritional status in toddler. Survey method in infants
aged 7-59 months in the region of Leuwimunding health center amounts 200 samples,
using cluster random sampling. Data collected by interview and direct weight
measurement using bathroom scales. Data analysis by chi square. The results showed
the nutritional status of toddler were classified as underweight as 31.40 %, which was
experiencing chronic diarrhea 14.90% and pneumonia 8.80%. Unfavorable practice of
toddler feeding as 43.80%, unfavorable treatment practices of toddler as 25.30%, and
unfavorable health practices of toddler as unfavorable as 41.80% . The rate of energy
consumption is not good for toddler as much as 60.30%, and the rate of protein
consumption wass less good in 54.60% of toddler. The conclusions, factors associated
with underweight nutritional status in infants aged 7-9 months were toddler feeding,
level of energy consumption, and protein toddlers.
116
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
keadaan gakin. Adapun di wilayah makan pada anak (PMA), praktik mengasuh
Leuwimunding, prevalensi anak gizi buruk anak balita dilihat dari praktik kebersihan
pada balita dengan keadaan gakin adalah 5,4 anak (PKA), dan Praktik mengasuh anak balita
%, sedangkan pada balita dengan keadaan dilihat dari praktik pengobatan anak (PPA) (Sri
non-gakin 2,1 %. Angka prevalensi ini cukup D A, 2008).
tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Asupan dan keadaan gizi balita
Berdasarkan data sekunder Puskesmas dipengaruhi oleh pola pengasuhan keluarga,
Leuwimunding kelompok anak yang karena balita masih tergantung dalam
mengalami gizi buruk banyak terjadi pada mendapatkan makanan. Penelitian mengenai
anak balita yang berumur 12- 48 bulan. adanya hubungan antara pola asuh dengan
Adapun secara nasional, berdasarkan laporan status gizi juga dilakukan oleh Dadang
riskesdas 2010 kelompok umur yang Rosmana tahun 2003, dimana dalam
mengalami gizi buruk banyak terjadi pada penelitiannya terdapat hubungan yang
umur balita 12 – 47 bulan. bermakna antara pola asuh gizi dengan status
Dalam buku penilaian status gizi buruk gizi anak. Salah satu aspek kunci dalam pola
(2002) “konsep terjadinya keadaan gizi asuh gizi adalah praktek penyusun dan
mempunyai dimensi yang sangat kompleks”. pemberian MP-Asi. Praktek penyusunan
Adapun menurut BAPPENAS dalam materi tersebut dapat meliputi pemberian makanan
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011- prelaktal, kolostrum, menyusui secara secara
2015 beberapa faktor yang menyebabkan gizi eksklusif dan praktek penyapihan.
buruk atau kurang telah dijelaskan dan Berdasarkan laporan tahunan tahun
diperkenalkan oleh UNICEF dan telah 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka,
disesuaikan dengan kondisi Indonesia, prevelansi kejadian ISPA (pneumonia) di
penyebabnya terdiri dari beberapa tahap wilayah Puskesmas Leuwimunding adalah
yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar 8,08 % dan prevalensi kejadian diare adalah
masalah, dan pokok masalah. Penyebab 21,52 %. Prevalensi kejadian ISPA
langsung yaitu konsumsi makanan anak dan (pneumonia) di wilayah puskesmas
penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Leuwiminding mengalami peningkatan dari
Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan tahun sebelumnya tahun 2009 yaitu 4,18 %.
makanan yang kurang tetapi juga karena Adapun kejadian prevalensi diare tahun
penyakit infeksi. Anak yang mendapat sebelumnya periode Juni-Desember 2009
makanan yang baik tetapi karena sering sakit yaitu sebesar 8,32 %. Kejadian penyakit
diare atau demam dapat menderita kurang infeksi tersebut pun dapat menjadi faktor
gizi. Adapun penyebab tidak langsung yaitu resiko terjadinya kejadian gizi buruk pada
ketahanan pangan di keluarga, pola balita. Selain itu, prevalensi rumah tangga
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan yang sudah berperilaku hidup bersih dan
dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor sehat di wilayah puskesmas Leuwimunding
tersebut sangat terkait dengan tingkat adalah 21,11 %. Angka prevalensi ini masih
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan cukup rendah karena masih jauh dari nilai 100
keluarga. Pola pengasuhan anak dapat %. Sedangkan jumlah populasi balita di
berpengaruh terhadap konsumsi makanan wilayah Puskesmas Leuwimunding paling
anak dan penyakit infeksi yang mungkin banyak se-Kabupaten Majalengka yaitu
diderita anak balita. sebanyak 4.076 balita (Dinkes Majalengka,
Dalam penelitian ini terdapat beberapa 2010).
faktor yang diteliti yaitu faktor langsung
berupa penyakit infeksi dan tingkat konsumsi Metode
energi dan protein serta pola asuh anak.
Adapun pola pengasuhan anak dapat Desain penelitian yang digunakan
dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu praktik dalam penelitian ini adalah cross sectional.
mengasuh anak balita dilihat dari pemberian Populasi pada penelitian ini balita umur 7-59
117
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
118
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
memegang peranan yang dominan dalam energi dan protein dengan status gizi sejalan
pengasuhan anak. Artinya, pesan-pesan gizi dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat
dan kesehatan yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat asupan energi dan
pengasuhan anak dapat dilaksanakan oleh ibu protein dengan kejadian KEP bermakna
sebagai pengasuh anak. Temuan ini sejalan secara statistik. Hubungan keduanya memiliki
dengan hasil penelitian Mulyati dalam Sri nilai OR 6.73. Begitu juga dengan asupan
119
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
protein, memiliki nilai OR 3.49. Variabel pada status gizi underweight pada balita jika
asupan energi dan protein memiliki pengaruh tingkat konsumsinya kurang.
yang besar terhadap status gizi balita. Asupan
energi yang kurang mempunyai risiko 2,9 kali Penutup
lebih besar untuk mengalami status gizi
kurang dibandingkan dengan anak yang Terdapat 31,40 % anak balita umur 7-59
asupan energinya cukup, sedangkan anak bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding
dengan asupan protein yang kurang tergolong underweight. Pola asuh pemberian
mempunyai risiko 3,1 kali lebih besar untuk makan anak (PMA) dan tingkat konsumsi
mengalami status gizi kurang dibandingkan energi dan protein berhubungan dengan
dengan anak yang asupan proteinnya cukup. underweight pada balita umur 7-59 bulan di
Tingkat konsumsi energi dan protein wilayah Puskesmas Leuwimunding. Tingkat
merupakan faktor langsung yang konsumsi energi dan protein merupakan
mempengaruhi status gizi balita. Defisiensi faktor langsung yang mempengaruhi status
energi dan protein secara progresif gizi balita, sehingga dapat dikatakan keadaan
menyebabkan kerusakan mukosa, kesehatan gizi tergantung dari tingkat
menurunnya resisten terhadap kolonisasi dan konsumsi zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari.
invasi kuman patogen. Menurunnya imunitas Sedangkan diare kronik, pneumonia, pola
dan kerusakan mukosa memegang peranan asuh praktik pengobatan anak (PPA) dan
utama dalam mekanisme pertahanan tubuh, praktik kebersihan anak (PKA) tidak terbukti
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi berhubungan dengan underweight pada
insiden penyakit. Keadaan kesehatan gizi balita umur 7-59 bulan.
tergantung dari tingkat konsumsi zat gizi yang
terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat Ucapan Terimakasih
konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan.
Kualitas hidangan menunjukkan adanya Ucapan terimakasih disampaikan
semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam kepada Pimpinan Puskesmas Leuwimunding,
suatu susunan hidangan dan perbandingan Kabupaten Majalengka Jawa Barat atas
yang satu terhadap yang lain. Kualitas terlaksananya penelitian ini. Terimakasih juga
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi diucapkan kepada kader posyandu dan ibu
terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan balita yang bersedia membantu dan menjadi
hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik responden dalam penelitian ini.
dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka Daftar Pustaka
tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan
Ali, Sadiq Mohammad. 2006. Socioeconomic,
gizi yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi psychosocial, behavioural, and
adekuat. Sebaliknya konsumsi yang kurang psychological determinants of BMI among
baik kualitas dan kuantitasnya akan young women: differing patterns for
memberikan kondisi kesehatan gizi kurang underweight and overweight/obesity. Eur J
atau kondisi defisit. Status gizi atau tingkat Public Health, 16(3): 324-330
konsumsi pangan merupakan bagian
terpenting dari status kesehatan seseorang.
Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi Andriani Elisa P, Sofwan I. 2012. Determinan status
kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan gizi pada siswa sekolah dasar. Jurnal Kemas,
juga mempengaruhi status gizi. Maka, tingkat 7 (2): 122-126
Sri, D A. 2008. Pengaruh program pendampingan
konsumsi makanan sangat berpengaruh
gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi
terhadap status gizi balita. Pola pemberian dan status gizi balita kurang energi protein,
makan pada anak yang berhubungan dengan [Tesis]. Program pascasarjana gizi
status gizi. Oleh karena itu dapat masyarakat Universitas Diponegoro,
mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan Semarang.
protein pada balita, sehingga berimplikasi
120
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
121