Anda di halaman 1dari 8

Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang

berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja


PuskesmasTanah Sepenggal

PENYAKIT INFEKSI DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN STATUS GIZI KURANG
BERDASARKAN BB/U PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANAH SEPENGGAL
1
M. Nuzul Azhim Ash Siddiq
1
S1 Gizi, Universitas Adiwangsa Jambi
email : rizkafikrinnisa25@gmail.com

ABSTRAK
Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode dua tahun pertama ini bersifat
permanen, sulit untuk dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa berikutnya terpenuhi.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan panduan kuesioner dan
pengukuran berat badan. Besarnya sampel sebanyak 90 orang. Analisis yang digunakan
adalah analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan analisis univariat diketahui 51 balita (56,7%) mengalami penyakit infeksi
dan 39 balita (43,3%) tidak mengalami penyakit infeksi. 50 balita (55,6%) dengan pola makan
tidak baik dan 40 balita (44,4%) dengan pola makan baik, 77 balita (85,6%) dengan status
gizi baik dan 13 balita (14,4%) dengan status gizi kurang. Hasil uji bivariat menunjukkan 13
balita dengan gizi kurang 12 balita menderita penyakit infeksi dan 13 balita dengan gizi
kurang 12 balita memiliki pola makan tidak baik.
Terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan kejadian status gizi
kurang menurut indeks BB/U (p-value 0,012), dan terdapat hubungan yang bermakna antara
pola makan dengan kejadian status gizi kurang pada balita usia 6 - 24 bulan menurut indeks
BB/U (p-value 0,010).

Kata kunci : Penyakit Infeksi, Pola Makan, Status Gizi Kuranf

ABSTRACT
Nutritional problems occur in every cycle of human life. The period of the first two years
of life is a critical period, because at this time, growth and development occur rapidly.
Nutritional disorder that occurs in the first two years is permanent, and it is difficult to be
restored even though the next nutritional needs are met.
This study is a quantitative study with cross sectional approach. Data collection was
done by observation and interviews to respondents with the questionnaire guides and weight
measurements of the children. The sample is 90 people. The research was conducted on 16
to 30 June 2015. Data resulted was analyzed by using univariate and bivariate analysis.
Based on univariate analysis note that 51 children (56,7%) had infections, and 39
children (43,3%) did not have an infectious disease. 50 children (55,6%) had a bad diet, and
40 children (44,4%) had a good diet,77 children (85,6%) had a good nutritional status and 13
children (14,4%) had malnutrition status. Bivariate test result showed 13 children malnutrition
12 children suffering from infectious diseases and the rests have a bad diet.
There is a significant association between infection with the incidence of malnutrition
status according to the index of weight by age(p-value of 0,012), and also there is a
significant relationship between diets ant the incidence of malnutrition status to the children of
age 6-24 month according to the index of of weight by age (p-value of 0,010.

Keywords : Infectious Disease, Diet, Nutrition Status Less


Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal
PENDAHULUAN bergizi, jenis makanan yang seimbang
Anak umur 0-5 tahun merupakan dan manfaat makanan pada balita.
Gizi menjadi bagian yang sangat penting Keadaan gizi dipengaruhi oleh
dalam pertumbuhan.Gizi di dalamnya asupan gizi dan penyakit infeksi yang
memiliki keterkaitan yang sangat erat saling terkait. Apabila seseorang tidak
hubungannya dengan kesehatan dan mendapat asupan gizi yang cukup akan
kecerdasan. Penelitian Purwani & mengalami kekurangan gizi dan sakit.
Mariyam (2013) mengatakan pola makan Demikian juga bila seseorang sering sakit
pada balita sangat berperan penting akan menyebabkan gangguan nafsu
dalam proses pertumbuhan pada balita, makan dan selanjutnya akan
karena dalam makanan banyak mengakibatkan gizi kurang (Depkes RI,
mengandung gizi. Apabila terkena 2007).
defisiensi gizi maka kemungkinan besar Infeksi dapat menyebabkan anak
sekali anak akan mudah terkena infeksi. tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Gizi ini sangat berpengaruh terhadap Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
nafsu makan. Jika pola makan tidak protein dan kalori yang seharusnya
tercapai dengan baik pada balita maka dipakai untuk pertumbuhan.Diare dan
pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh muntah dapat menghalangi penyerapan
kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi makanan. Penyakit-penyakit umum yang
buruk pada balita. memperburuk keadaan gizi adalah diare,
Pengetahuan gizi ibu, terutama infeksi saluran pernafasan atas,
tentang gizi dan penerapan pola makan tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria
yang baik dalam kehidupan sehari-hari, kronis, dan cacingan (Marimbi, 2010).
hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian
Khotimah, dkk (2010), yang mengatakan Fatimah, dkk (2008), diketahui bahwa
terdapat hubungan yang sangat bermakna seluruh anak dengan gizi kurang (100%)
antara pengetahuan ibu tentang gizi memiliki riwayat penyakit infeksi.Asupan
dengan status gizi balita. Sebagian besar nutrisi yang rendah dan terdapatnya
gizi buruk dapat dihindari, apabila kepala penyakit infeksi pada anak balita dalam
keluarga terutama ibu mempunyai tingkat penelitian ini paling dominan disebabkan
pengetahuan yang baik mengenai gizi dan oleh rendahnya kemampuan keluarga
kesehatan. Orang tua yang memiliki untuk membeli bahan makanan yang
pengetahuan kurang tentang gizi dan memenuhi standar gizi dan untuk
kesehatan, cenderung tidak pemenuhan kebutuhan yang berkaitan
memperhatikan kandungan zat gizi dalam dengan kesehatan.
makanan keluarganya terutama balita. Antara kecukupan gizi dan
Berdasarkan penelitian Istiono, dkk penyakit infeksi terdapat hubungan sebab
(2009), pengetahuan ibu merupakan salah akibat yang timbal balik dan sangat
satu faktor yang berpengaruh terhadap erat.Gizi buruk menyebabkan mudahnya
terjadi infeksi karena daya tahan tubuh
gizi balita serta paling mudah diintervensi
yang menurun. Sebaliknya pula infeksi
dan diukur. Intervensi yang dilakukan yang sering diderita akan menyebabkan
dapat berupa penyuluhan untuk meningkatnya kebutuhan gizi sedangkan
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai nafsu makan biasanya menurun jika
gizi balita terutama mengenai tanda-tanda terjadi penyakit infeksi, sehingga dapat
sakit pada anak, jadwal pemberian menyebabkan anak yang tadi gizinya baik
makanan pada balita, macam makanan akan menderita gangguan gizi. Sehingga
disini terlihat interaksi antara konsumsi
makanan yang kurang dan infeksi
Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal
merupakan dua hal yang saling infeksi dengan kejadian status gizi kurang
mempengaruhi. Infeksi bisa menjadi menurut indeks BB/U pada balita usia 6-
gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
mempengaruhi nafsu makan, kehilangan
Tanah Sepenggal. Dari hasil analisis
makanan karena diare dan muntah-
muntah atau mempengaruhi metabolisme diperoleh nilai OR=11,69, artinya
makanan. Berdasarkan penelitian Yuliana responden yang mengalami penyakit
Hidayat, dkk (2010), terdapat pengaruh infeksi mempunyai peluang 11,69 kali
antara penyakit infeksi pada balita dengan mengalami kejadian status gizi kurang
kejadian gizi buruk pada balita.Penyakit dibandingkan responden yang tidak
infeksi yang sering terjadi pada anak-anak mengalami penyakit infeksi.
adalah diare dan ISPA.Diare dapat
Anak yang mendapat makanan yang
menyebabkan anak tidak mempunyai
nafsu makan sehingga terjadi kekurangan cukup baik tetapi sering diserang penyakit
jumlah makanan dan minuman yang infeksi dapat berpengaruh terhadap status
masuk ke dalam tubuhnya yang dapat gizinya.Anak yang status gizinya tidak
menyebabkan gizi kurang. baik, daya tahan tubuhnya lemah dan
mudah terkena penyakit infeksi. ISPA
METODE PENELITIAN merupakan penyakit infeksi yang rentan
Penelitian ini merupakan penelitian
terjadi pada anak balita.Terjadinya ISPA
kuantitatif dengan pendekatan metode
bervariasi menurut beberapa faktor,
cross sectional. Tujuan penelitian ini
diantaranya kondisi lingkungan,
adalah untuk mengetahui hubungan
ketersediaan dan efektivitas pelayanan
penyakit infeksi dan pola makan dengan
kesehatan dan langkah pencegahan
kejadian status gizi kurang menurut indeks
infeksi untuk mencegah penyebaran
BB/U pada balita usia 6-24 bulan di
ISPA. Faktor lainnya berupa usia, iklim
wilayah kerja Puskesmas Tanah
dan perilaku anggota keluarga seperti
Sepenggal. Pengumpulan data dilakukan
merokok didalam rumah, dan
dengan cara observasi dan wawancara
menggunakan obat nyamuk bakar.
dengan panduan kuesioner dan
Infeksi dapat menyebabkan anak
pengukuran berat badan. Cara
tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
pengambilan sampel adalah 15% dari
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
populasi dan besarnya sampel sebanyak
protein dan kalori yang seharusnya
90 orang. Analisis yang digunakan adalah
dipakai untuk pertumbuhan. Keadaan gizi
analisis univariat dan bivariat.
yang buruk muncul sebagai faktor resiko
yang penting untuk terjadinya ISPA. Balita
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 diketahui dengan gizi kurang akan lebih mudah
bahwa diantara 51 responden yang terserang ISPA dibandingkan dengan
menderita penyakit infeksi, ada 12 balita dengan gizi normal karena faktor
responden (23,5%) dengan status gizi daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit
kurang dan 39 responden (76,5%) dengan infeksi akan menyebabkan balita tidak
status gizi baik. Sedangkan 39 responden mempunyai nafsu makan dan
yang tidak menderita penyakit infeksi, ada mengakibatkan kurang gizi (Maryunani,
1 responden (2,6%) dengan status gizi 2010).
kurang dan 38 responden (97,4%) Berdasarkan penelitian Fatimah, dkk
dengan status gizi baik. Berdasarkan hasil (2008), anak yang kurang asupan
uji statistik di peroleh p±value 0,012 nutrisinya maka akan mengakibatkan
<(0,05) maka dapat disimpulkan terdapat daya tahan tubuh menurun sehingga
hubungan yang bermakna antara penyakit mudah terkena penyakit infeksi.
Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal

Tabel 1. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Status Gizi Kurang Menurut
Indeks BB/U Pada Balita Usia 6 - 24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah
Sepenggal
Status Gizi
Total P-
Penyakit Infeksi Gizi Baik Gizi Kurang OR
Value
n % n % n %
Ya 39 76,5 12 23,5 51 100
11,69 0,012
Tidak 38 97,4 1 2,6 39 100
Jumlah 77 85,5 13 14,4 90 100

Sebaliknya penyakit infeksi derajat Keadaan ini akan menjadi faktor


apapun dapat memperburuk keadaan gizi. resiko terjadinya status gizi kurang pada
Anak yang memiliki penyakit infeksi akan balita. Penyakit infeksi termasuk ISPA dan
menyebabkan menurunnya kemampuan diare dapat memperburuk keadaan gizi
tubuh dalam mengabsorpsi zat-zat yang melalui gangguan masukan makanan dan
dibutuhkan tubuh untuk perbaikan kehilangan zat-zat sesensial tubuh.
jaringan yang rusak, membentuk sel-sel Dampak infeksi terhadap pertumbuhan
baru dan sumber energi tidak tersedia seperti menurunnya berat badan, hal ini
secara adekuat. Dampak lain dari penyakit disebabkan oleh hilangnya nafsu makan
infeksi adalah penggunaan energi yang penderita infeksi hingga masukan atau
berlebih dari tubuh untuk mengatasi intake zat gizi dan energi kurang dari
penyakit bukan untuk pertumbuhan dan kebutuhannya.
perkembangan, sehingga akan Hasil penelitian ini didukung oleh
mengganggu pertumbuhan dan penelitian Hidayat, dkk (2010), yang
perkembangan tubuh anak. mengatakan terdapat pengaruh antara
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh penyakit infeksi pada balita dengan
mempunyai cukup kemampuan untuk kejadian gizi kurang pada balita.Penyakit
mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak-anak
infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk adalah diare dan ISPA.Diare dapat
maka reaksi kekebalan tubuh akan menyebabkan anak tidak mempunyai
menurun yang berarti kemampuan tubuh nafsu makan sehingga terjadi kekurangan
mempertahankan diri terhadap serangan jumlah makanan dan minuman yang
infeksi menjadi turun. Oleh sebab itu, masuk ke dalam tubuhnya yang dapat
penyakit infeksi dapat mempengaruhi menyebabkan gizi kurang.
status gizi seorang anak balita.ISPA Infeksi dapat menyebabkan anak
merupakan penyakit yang sangat rentan tidak merasa lapar dan tidak mau
terjadi pada anak balita. Infeksi dapat makan.Infeksi menghabiskan sejumlah
menyebabkan anak tidak merasa lapar protein dan kalori yang seharusnya
dan tidak mau makan. Penyakit ini juga dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan
menghabiskan sejumlah protein dan kalori muntah dapat menghalangi penyerapan
yang seharusnya dipakai untuk makanan.Sewaktu anak diare, terjadi
pertumbuhan. Apabila balita sering gangguan gizi dengan akibat terjadinya
mengalami penyakit infeksi dan demam penurunan berat badan dalam waktu yang
maka dapat mengakibatkan menurunnya singkat.Asupan nutrisi yang rendah dan
nafsu makan atau menimbulkan kesulitan penyakit infeksi pada anak balita dalam
menelan dan mencerna makanan. penelitian ini paling dominan disebabkan
Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal
oleh rendahnya kemampuan keluarga pengetahuan dan kurangnya ketrampilan
untuk membeli bahan makanan yang ibu tentang cara atau praktik pemberian
memenuhi standar gizi dan untuk makan dan perawatan kesehatan
pemenuhan kebutuhan yang berkaitan menyebabkan anak mengalami gizi
dengan kesehatan (Marimbi, 2010). kurang.
Balita yang sering mengalami sakit Orang tua berpengaruh terhadap
atau infeksi lebih berisiko mengalami gizi perilaku makan anak. Orangtua secara
kurang.Antara kecukupan gizi dan sadar maupun tidak sadar telah menuntun
penyakit infeksi terdapat hubungan sebab kesukaan makan anak dan membentuk
akibat yang timbal balik dan sangat gaya yang berpengaruh terhadap dimana,
erat.Gizi buruk menyebabkan mudahnya bagaimana, dengan siapa, berapa banyak
terjadi infeksi karena daya tahan tubuh ia makan. Pengetahuan gizi orang tua dan
yang menurun. Sebaliknya pula dampak pengasuh anak ternyata sangat
infeksi yang dialami akan mengakibatkan berpengaruh terhadap pilihan makan
nafsu makan yang menurun dan anak. Upaya untuk mencapai status gizi
penyerapan zat gizi yang terganggu yang anak balita yang baik maka makanan
pada akhirnya dapat menyebabkan balita sehari-hari harus mencukupi kebutuhan
mengalami gizi kurang dan gangguan gizi. Pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan. yang optimal memerlukan makanan yang
Dari tabel 2 diketahui bahwa dari 50 sesuai dengan balita yang sedang
responden dengan pola makan tidak baik, tumbuh.
ada 12 responden (24%) dengan status Kecukupan gizi sangat penting bagi
gizi kurang dan 38 responden (76%) kesehatan anak balita, dimana seluruh
dengan status gizi baik. Sedangkan 40 pertumbuhan dan kesehatannya berkaitan
responden dengan pola makan baik, ada erat dengan masukan makanan yang
1 responden (2,5%) dengan status gizi memadai. Pertumbuhan dan
kurang dan 39 responden (97,5%) perkembangan yang optimal memerlukan
dengan status gizi baik. Berdasarkan hasil makanan yang sesuai dengan balita yang
analisis uji statistik di peroleh p±value sedang tumbuh. Pengolahan bahan
0,010 <(0,05) maka dapat disimpulkan makan untuk balita disesuaikan dengan
terdapat hubunganyang bermakna antara umurnya. Ini dikarenakan setiap balita
pola makan dengan kejadian status gizi dalam masa perkembangan kemampuan
kurang menurut indeks BB/U pada balita sistem pencernaannya berbeda-beda.
usia 6 - 24 bulan di wilayah kerja Upaya untuk mencapai status gizi anak
Puskesmas Tanah Sepenggal. Dari hasil balita yang baik adalah dengan tercukupi
analisis diperoleh nilai OR=12,31, artinya kebutuhan gizi (Proverawati, 2009).
responden dengan pola makan tidak baik Pola makan adalah bagaimana cara
mempunyai peluang 12,31 kali mengalami dan kebiasaan yang dilakukan oleh ibu
kejadian status gizi kurang dibandingkan untuk melakukan pemberian makanan
responden dengan pola makan baik. kepada anak balita. Pola makan yang baik
Pola makan yang tidak baik pada akan berpengaruh terhadap kecukupan
anak balita berpengaruh terhadap nutrisi pada balita.
tercukupinya nutrisi dan zat gizi sesuai
umur balita. Pengaturan makanan
merupakan suatu patokan atau pedoman
bagi seorang ibu dalam memberikan
makanan pada anaknya. Rendahnya
Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal

Tabel 2. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Status Gizi Kurang Menurut Indeks
BB/U Pada Balita Usia 6 - 24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Sepenggal
Status Gizi
Total P-
Pola Makan Gizi Baik Gizi Kurang OR
Value
n % n % n %
Tidak Baik 38 76 12 24 50 100
12,31 0,010
Baik 39 97,5 1 2,5 40 100
Jumlah 77 85,6 13 14,4 90 100

Apabila pola makan balita tidak baik bahwa balita hanya mau makan apabila
akan menyebabkan kebutuhan nutrisi balita tersebut mengatakan lapar dan
balita tidak terpenuhi. Kecukupan gizi meminta makan dikarenakan asyik
sangat penting bagi kesehatan anak usia bermain atau balita tersebut tidak mau
6±24 bulan, dimana seluruh pertumbuhan menerima makanan yang diberikan.Tidak
dan kesehatannya berkaitan erat dengan semua balita dengan pola makan tidak
masukan makanan yang memadai. Zat baik mengalami status gizi kurang, hal ini
nutrisi yang dibutuhkan untuk disebabkan beberapa balita dengan pola
pertumbuhan dan perkembangan anak makan tidak baik masih tercukupi
adalah protein, lemak, karbohidrat, kebutuhan zat gizi nya. Hal ini
mineral, vitamin dan air. Pertumbuhan dan dikarenakan dari ketiga variabel yang
perkembangan yang optimal memerlukan diteliti yaitu frekuensi, bentuk dan jenis
makanan yang sesuai dengan balita yang makanan yang ditanyakan dalam
sedang tumbuh. Upaya untuk mencapai kuesioner ada yang dijawab benar oleh
status gizi anak balita yang baik, maka responden.
makanan sehari-hari harus mencukupi Hasil penelitian ini didukung oleh
kebutuhan gizi. penelitian Khotimah, dkk (2010), yang
Hasil penelitian tentang pola makan mengatakan bahwa ada hubungan antara
balita yang terdiri dari pertanyaan pola makan balita dengan status gizi balita
mengenai frekuensi, bentuk makanan dan berdasarkan indikator BB/U karena jumlah
jenis makanan, diketahui bahwa pola anak balita yang memiliki status gizi baik,
makan dengan nilai yang paling rendah paling banyak terdapat pada balita yang
atau pola makan yang tidak baik adalah memiliki pola makan yang baik
tentang frekuensi makan. Pertanyaan dibandingkan dengan balita yang memiliki
tentang berapa kali sebaiknya makanan polamakan kurang baik. Sebagian besar
selingan seperti jus buah, biskuit diberikan gizi buruk dapat dihindari, apabila kepala
kepada anak balita usia 6±24 bulan keluarga terutama ibu mempunyai tingkat
sebagian besar dijawab diberikan apabila pengetahuan yang baik mengenai gizi dan
anak meminta. Pola makan tidak baik kesehatan. Orang tua yang memiliki
tersebut karena ibu belum mengerti pengetahuan kurang tentang gizi dan
tentang pengaturan berapa kali sebaiknya kesehatan, cenderung tidak
balita diberikan makanan pokok, makanan memperhatikan kandungan zat gizi dalam
selingan dan semua zat gizi sehingga makanan keluarganya terutama balita.
kecukupan energi tidak sesuai dengan Pola makan adalah faktor yang
umur. Dari beberapa responden diketahui mempengaruhi konsumsi makan. Apabila
pola makan baik maka konsumsi makan
Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal
akan baik pula sehingga menimbulkan DAFTAR PUSTAKA
status gizi baik. Pemberian makanan Almatsier, Sunita, dkk. 2011. Gizi
hendaknya disesuaikan dengan Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. Penerbit PT.
perkembangannya. Makanan hendaknya
Gramedia Pustaka Utama.
dipilih dengan baik, yaitu yang mudah Jakarta.
dicerna, diabsorbsi, dan dimetabolisme, Departemen Kesehatan RI. 2007.
serta dihidangkan dalam bentuk yang Kepmenkes RI No
mudah digerakkan didalam mulut dan 747/MENKES/SK/VI/2007
tidak menimbulkan tersedak, tersumbat, tentang Pedoman Operasional
atau sesak nafas (Almatsier, 2011). Keluarga Sadar Gizi di Desa
Siaga.
Pola makan pada balita sangat
Departemen Kesehatan. 2009. Rencana
berperan penting dalam proses Pembangunan Jangka Panjang
pertumbuhan pada balita. Pola makan Bidang Kesehatan 2005±2025.
yang diterapkan dalam kehidupan sehari- Departemen Kesehatan RI.
hari mempengaruhi status gizi. Pola Jakarta
pemberian makanan sangat penting Fatimah, Sari. 2008. Faktor-Faktor Yang
diperhatikan. Jika pola makan tidak Berkontribusi Terhadap Status
Gizi Pada Balita Di Kecamatan
tercapai dengan baik pada balita maka
Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh Hidayat, Yuliana, dkk. 2010. Analisis
kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi Faktor-Faktor Yang
buruk pada balita. Pola makan yang baik Mempengaruhi Kejadian Gizi
perlu dibentuk sebagai upaya untuk Buruk pada Balita Di
memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan Kabupaten Kebumen Tahun
2010.
yang tidak sesuai akan menyebabkan
Istiono, Wahyuni, dkk. 2009. Analisis
asupan gizi berlebih atau sebaliknya Faktor Yang Mempengaruhi
kekurangan. Status Gizi Balita.
Kemenkes. 2011. Pelatihan Konseling
SIMPULAN Sebesar 77 balita (85,6%)
Makanan usia 6 - 24
Pendamping Airbulan dengan st
Sebesar 77 balita (85,6%) usia 6- Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat
24 bulan dengan status gizi baik, sebesar Jenderal Bina Gizi dan
51 balita (56,7%) usia 6-24 bulan Kesehatan Ibu dan Anak.
menderita penyakit infeksi berupa ISPA Khotimah, Nyimas Nur dkk. 2010.
saat ini (dalam kurun waktu 1 bulan), Hubungan Pengetahuan Gizi
sebesar 50 balita (55,6%) usia 6-24 bulan Dan Pola Makan Balita Dengan
dengan pola makan tidak baik di wilayah Status Gizi Balita (12-59 Bulan)
Kerja Puskesmas Tanah Sepenggal. Diwilayah Kerja Puskesmas
Ada hubungan yang bermakna Gandus Kecamatan Gandus
antara penyakit infeksi dengan kejadian Palembang Tahun 2010.
status gizi kurang menurut indeks BB/U Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan
pada balita usia 6 - 24 bulan di wilayah Reproduksi. Pustaka Pelajar.
kerja Puskesmas Tanah Sepenggal Yogyakarta
dengan hasil uji statistik diperoleh p± Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh
value 0,012 <(0,05). Ada hubungan yang Kembang, Status Gizi, dan
bermakna antara pola makan dengan Imunisasi Dasar pada Balita.
kejadian status gizi kurang menurut indeks Nuha Medika. Jogjakarta
BB/U pada balita usia 6-24 bulan di Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan
wilayah kerja Puskesmas Tanah Anak Dalam Kebidanan. Trans
Sepenggal dengan hasil uji statistik Info Media.Jakarta
diperoleh p±value 0,010 <(0,05).
Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasTanah Sepenggal
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Purwani, Erni, dkk. 2013. Pola Pemberian
Penelitian Kesehatan. Rineka Makan Dengan Status Gizi
Cipta.Jakarta Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun
Proverawati, Atikah & Asfuah, Siti.2009. Di Kabunan Taman Pemalang.
Buku Ajar Gizi untuk Supariasa,I Dwi Nyoman. dkk. 2002.
Kebidanan. Nuha Medika. Penilaian Status Gizi. Penerbit
Yogyakarta EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai