Sains keperawatan merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan respon
manusia terhadap lingkungannya. Perkembangan sains keperawatan didasari oleh falsafah dan
paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk meningkatkan pelayanan keperawatan secara
holistik. Sains keperawatan memiliki falsafah berupa keyakinan dan kerangka berpikir secara
sistematis dan ilmiah yang mendasari suatu gambaran yang berdasarkan pada realitas dan logika
sehingga menjadi panduan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara
profesional. Ilmu keperawatan juga memiliki paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk
berfokus pada pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan,
sehat, dan keperawatan.
Melalui makalah ini, kelompok tertarik untuk membahas tentang pengembangan sains keperawatan
dan hubungan antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam
pengembangannya.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara
pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui, menganalisis,
dan menerapkan pengembangan sains keperawatan di pendidikan, pelayanan, dan riset
keperawatan sebagai bagian dari pelayanan keperawatan profesional.
TINJAUAN TEORI
Sains keperawatan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan ilmu di bidang lain.
Selain itu, sains keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan yang mendasari
berbagai aspek untuk meningkatkan pelayanan keperawatan profesional di bidang pendidikan,
pelayanan/praktik, dan riset keperawatan (Ali, 2001). Sehingga, sains merupakan tubuh
pengetahuan yang sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran tentang dunia
melalui proses perbaikan diri yang berkesinambungan yang melibatkan perkembangan teori dan uji
empiris.
Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang memiliki ciri adanya
suatu metodologi yang harus dicapai secara logis dan koheren, memiliki hubungan dengan
tanggung jawab ilmuwan, bersifat universal, memiliki objektifitas tanpa disisipi oleh prasangka
prasangka subjektif, dapat dikomunikasikan, kritis, terbuka dan berguna sebagai wujud
hubungannya antara teori dan praktek (Hidayat, 2008). Hidayat (2008) juga menjelaskan bahwa
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) yang dapat ditujukan kepada
individu, keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.
Pendidikan keperawatan merupakan sebuah proses “long life education” sangat penting bagi
perawat dalam rangka sebagai sarana untuk mencapai profesionalisme dan peningkatan kinerja
perawat. Perkembangan perawatan sebagai pelayanan profesional didukung juga oleh IPTEK yang
didapatkan dari pendidikan dan pelatihan. Dari berbagai aspek pembangunan nasional,
pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan bagian yang paling mendasar dalam
pengembangan sumber daya manusia.
Sebagai pendidikan profesional, pendidikan keperawatan harus dilandasi dengan kerangka konsep
yang kokoh yang memiliki karakteristik pendidikan akademik-profesional yaitu penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan, penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan sikap
dan tingkah laku profesional, belajar aktif, mandiri serta pendidikan di lingkungan masyarakat.
Praktik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui kolaborasi dengan
pasien dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan ini menggunakan pengetahuan teoritik
yang kuat dari berbagai ilmu dasar (biomedik, fisika, biologi, sosial, perilaku) dan ilmu keperawatan
sebagai landasan dalam melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan,
melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan serta mengadakan penyesuaian
rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Keperawatan sebagai suatu profesi diharapakan mampu mengembangkan ilmu yang dimiliki agar
dapat diaplikasikan dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan profesional. Perawat harus
mampu menganalisis informasi dan mengambil keputusan dalam memecahkan masalah klien.
Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan adalah metode sistematis dari hasil
eksplorasi, deskripsi, penjelasan dari fenomena yang ada yang berhubungan dengan berbagai
faktor yang menyebabkan perubahan dari suatu fenomena tersebut dan bagaimana fenomena
tersebut mempengaruhi fenomena yang lain. Aktivitas pelayanan keperawatan adalah substansi
sehingga menghasilkan hasil yang valid dan reliabel untuk klien baik secara individu, keluarga,
group, maupun komunitas yang didapat dari berbagai riset keperawatan yang memiliki kerangka
pengetahuan (body of knowledge).
Carper (1978, 1992) dalam Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan harus memiliki
empat pola fundamental. Empat pola fundamental tersebut antara lain bersifat empirik:
menggunakan riset sebagai hal yang menjelaskan, mendeskrisikan, dan memprediksikan, etikal:
memperluas pengetahuan untuk menilai, mengklarifikasi, dan advokasi, personal: berfokus pada diri
dan orang lain, serta estetik: menginterpretasi, mensintesis dari suatu pengetahuan.
Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan memiliki berbagai manfaat untuk
pengembangan sains keperawatan. Manfaat tersebut antara lain memperkuat dasar – dasar
keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dala kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan
manajemen keperawatan. Selain itu, dapat meningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui
pemanfaatan hasil penelitian ilmiah, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembiyaan pelayanan
keperawatan, serta memahami fenomena secara profesional sehingga dapat menyusun
perencanaan, memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien
PEMBAHASAN
Florence Nightingale merupakan salah satu tokoh keperawatan yang berjasa dalam perkembangan
sains keperawatan dalam bidang pelayanan dan pendidikan. Florence juga membuat standar pada
pendidikan keperawatan dan standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien serta
membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran dan perawatan pada orang sakit dengan
orang sehat. Dan masih banyak tokoh lainnya yang mengemukakan Teori Model Keperawatan demi
perbaikan mutu pelayanan dan pendidikan keperawatan demi tercapainya profesoinalime.
Dalam sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori keperawatan.
Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas,
akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan
orientasi pada pelayanan keperawatan. Kemudian juga, berkembangnya standar kompetensi dalam
pendidikan, metode/sistem pembelajaran berdasarkan “student center learning” sehingga
mahasiswa diajarkan mampu untuk berfikir kritis, menganalisa dan mengambil keputusan,
berorientasi pada perkembangan pelayanan keperawatan secara global serta menyiapkan para
lulusan akedemika yang mampu bekerja secara profesional baik ditingkat regional, nasional dan
dunia (Siswanto, 2009).
Keperawatan di Indonesia juga mengalami kemajuan yang signifikan. Melalui lokakarya nasional
keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP PPNI (1983) yang
menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education) serta ditetapkannya definisi, tugas,
fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di Indonesia. Pendidikan tinggi keperawatan
diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan professional yang dapat mengadakan
pembaharuan , menjadi change agent, model keperawatan (nursing model) dan perbaikan mutu
pelayanan/ asuhan keperawatan secara komprehensif dan holistik, serta penataan perkembangan
pendidikan tinggi keperawatan.
Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pengembangannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan suatu wadah yang mempunyai
fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta mengendalikan berbagai hal yang berkaitan
dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas kewenangan, standar praktek, standar pendidikan,
legislasi, kode etik profesi dan peraturan lain yang berkaitan dengan profesi keperawatan. Hal ini
mengakibatkan profesi keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan diri dan berpartisipasi
aktif dalam pengembangan profesionalime keperawatan dan peningkatan sistem pelayanan.
Melalui pendidikan tinggi keperawatan diharapkan terjadi percepatan proses transisi keperawatan
yang awalnya sebagai okupasional menjadi profesional. Berdasarkan RUU Keperawatan level
keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu perawat vokasional, profesional, spesialis dan konsulen.
Penekanan pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi keperawatan lebih diarahkan pada
upaya meningkatkan mutu pendidikan pada masa mendatang sehingga lulusan benar-benar
menunjukkan sikap profesional, menguasai ilmu keperawatan secara optimal dan juga menguasai
keterampilan keperawatan secara professional. Pada Mei 2006, diadakan pertemuan antara AIPNI
dan PPNI untuk menyepakati Standar Kompetensi Ners dan Penetapan Kurikulum Inti. Kurikulum
inti 60% (87 sks) untuk program akdemik 25 sks untuk program profesi. Program alih jenjang untuk
akedemik 60-70 sks dan profesi 25 sks.
Tingkat praktik perawat secara langsung berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
dan keahlian perawat. Menurut Bener yang dikutip Christensen dan Kenney dalam Potter & Perry
(2009) terdapat lima tingkatan keahlian perawat, yaitu: pemula, pemula lanjut, kompeten, terampil
dan ahli. Perawat pemula bekerja berdasarkan pedoman/peraturan dalam melakukan tindakan.
Sedangkan perawat pemula lanjut menggunakan prosedur yang telah dipelajari untuk menentukan
suatu tindakan. Kemudian, perawat kompeten memiliki pengalaman lebih banyak, sehingga mereka
memiliki kepercayaan diri untuk mengenali masalah dan melakukan tindakan keperawatan yang
sesuai.
Perawat terampil memiliki kemampuan untuk mengenali lebih lanjut kondisi kliennya karena telah
memiliki pengalaman yang lama dalam merawat pasien. Mereka lebih peka terhadap perubahan
status klien, mengintepretasi situsi baru lebih cepat serta memahami perubahan halus pada pola
klien dengan lebih baik. Sedangkan, perawat ahli dengan cepat memahami aspek-aspek penting
dari situasi klien dan dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan penting. Mereka memiliki
kemampuan intuisi yang tinggi untuk mengenali faktor-faktor tersembunyi yang berinteraksi,
mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dan melakukan tindakan yang sesuai. Pemahaman
mereka tidak didasarkan atas pengetahuan formal, meskipun hal ini tetap ada dalam latar belakang
pendidikan mereka, namun demikian mereka tidak mengabaikan fakta-fakta penting dan tidak hanya
bergantung pada intuisi mereka untuk mengambil keputusan.
Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan, perawat mampu
mengintegrasikan dan mensintesis pengalaman mereka dengan menggunakan model keperawatan
untuk diaplikasikan dalam pelayanan keperawatan. Seorang perawat diharapkan mengetahui isue-
isue keperawatan yang berkembang, tidak hanya berfokus pada individu tapi juga pada keluarga,
kelompok atau komunitas.
Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu memberikan dampak pada sistem pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu terjadi pergeseran dalam pelayanan keperawatan. Dahulu, pelayanan
keperawatan hanya didasarkan oleh keterampilan saja, namun setelah berkembangnya sains
keperawatan, pelayanan yang diberikan telah didasari oleh ilmu pengetahuan dan teknolgi
keperawatan.
Adanya kecenderungan perkembangan penyakit degeneratif saat ini mendorong pergeseran peran
perawat yang dahulunya memiliki peran kuratif yang didominasi dokter menjadi peran preventif dan
promotif. Adanya perkembangan sains juga menjadikan keperawatan saat ini terfragmentasi
menjadi beberapa bidang pelayanan keperawatan, seperti bidang pelayanan keperawatan medikal
bedah, anak, jiwa, maternitas, komunitas dan keperawatan gerontik. Pelayanan keperawatan harus
dilandasi penguasaan iptek serta kiat keperawatan dalam memecahkan masalah klien. Oleh karena
itu dibutuhkan tenaga keperawatan yang berkualitas.
3.3 Hubungan Interaktif Antara Riset Keperawatan Dalam Pengembangan Sains Keperawatan
Riset keperawatan sebagai salah satu unsur penunjang dalam pengembangan ilmu keperawatan
yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyelesaian masalah keperawatan
secara ilmiah. Riset keperawatan itu sendiri merupakan suatu usaha yang sistematis, terkendali dan
empiris dalama pengembangan ilmu pengetahuan dan penyelesaian masalah. Riset keperawatan
juga merupakan proses ilmiah yang sangat berguna dalam menvalidasi pengetahuan yang ada dan
membangun pengetahuan baru baik langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi praktik
keperawatan. Selain itu riset keperawatan juga dapat digunakan sebagai proses pencarian
kebenaran secara sistematis yang di desain untuk meningkatkan pemahaman kita tentang isu – isu
yang terkait dengan keperawatan.
Pengembangan riset itu sendiri sangat berkaitan dengan pengembangan sains keperawatan dimana
keterkaitan tersebut dapat menjadi hubungan timbal balik yang saling menopang dalam
keberhasilan riset keperawatan. Pengembangan sains keperawatan dalam bidang penelitian/riset ini
mampu mengembangkan mengenai teori-teori model keperawatan yang berguna bagi
pengembangan profesi keperawatan.
Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam praktik keperawatan berbasis
temuan ilmiah (evidence based practice) sangat membantu perkembangan praktik ilmu
keperawatan. Dengan adanya hasil dari riset keperawatan diharapkan mampu diaplikasikan dalam
tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah yang terus memberikan kesempatan
dalam pengembangan lembaga penelitian yang berfokus pada proses keperawatan.
Hasil dari riset keperawatan yang salah satunya digunakan dalam praktik keperawatan berbasis
temuan ilmiah (evidence based practice) sangat membantu perkembangan praktik ilmu
keperawatan. Dengan adanya hasil dari riset keperawatan diharapkan mampu diaplikasikan dalam
tindakan keperawatan melalui dukungan dari pemerintah yang terus memberikan kesempatan
dalam pengembangan lembaga penelitian yang berfokus pada proses keperawatan.
Riset yang dikembangkan berdasarkan sains keperawatan memiliki pengembangan domain yang
berbeda dengan pengembangan ilmu lainnya. Berdasarkan National Iinstitutes of Health Clinical
Center Nursing and Patient Care Services, riset keperawatan memiliki pengembangan domain yang
terdiri dari manajemen kasus, praktik klinik, koordinasi dan kesinambungan perawatan, berkontribusi
kepada sains keperawatan, dan proteksi manusia sebagai subjek. Oleh sebab itu, riset keperawatan
menjadi hal yang substansi untuk pengembangan sains keperawatan. Hal ini dikarenakan, riset
keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan dari setiap fenomena yang akan
memiliki pengaruh dibidang pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.
3.4 Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/praktik dan Riset Keperawatan dalam
Pengembangan Sains Keperawatan.
Interaksi antara pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan saling berkaitan dan mempengaruhi
pengembangan sains keperawatan. Dalam pendidikan, sains keperawatan menjadi dasar untuk
pengembangan kurikulum sehingga dapat memberikan kerangka ilmiah dan pemikiran analitis untuk
menjawab fenomena-fenomena yang ditemukan di pelayanan/praktik. Melalui pendidikan,
metodemetode ilmiah dipelajari dan teori keperawatan dikembangkan untuk menjadi tuntunan dalam
melakukan riset keperawatan.
Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan interaksi dengan pendidikan dan riset. Pelayanana,
dapat dijadikan sumber fenomena keparawatan yang terjadi, sehingga dapat menghasilkan model
praktik keperawatan yang sesuai dengan teori yang dikembangkan di pendidikan dan telah
dibuktikan melalui riset keperawatan. Sedangkan riset keperawatan menjadi hal substansi dalam
pengembangan sains keperawatan, karena melalui riset keperawatan dapt dibuktikan suatu teori
yang dikembangkan di pendidikan sehingga dapat bermanfaat dan dipraktekkan di pelayanan
kesehatan. Seperti pada Journal Advance Nursing pada perawatan luka dengan balutan madu, telah
membuktikan bahwa balutan madu memiliki keuntungan klinis pada perawatan luka yaitu dapat
mempersingkat penyembuhan luka sebesar 46% dibandingkan dengan merawat luka menggunakan
balutan konvensional (Robson, 2009). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pelayanan
dan riset keperawatan saling memiliki hubungan interaksi yang tidak dapat dipisahkan.
4.1 Kesimpulan
1. Pendidikan tinggi keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan memiliki peran dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan sains keperawatan sehingga
dapat meningkatkan profesionalisme dalam keperawatan
3. Riset keperawatan merupakan hal substansi untuk pengembangan sains keperawatan karena
riset keperawatan memiliki bukti empirik, menggunakan metode sistematis dan ilmiah untuk
menjelaskan berbagai fenomena berdasarkan falsafah dan paradigma keperawatan yang dapat
mempengaruhi pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.
4. Pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan memiliki hubungan interaksi yang saling
mempengaruhi dalam pengembangan sains keperawatan
4.2 Saran
3. Untuk meningkatkan riset keperawatan, diperlukan berbagai usaha baik dari pendidikan tinggi
keperawatan maupun pelayanan. Dikembangkanya penelitian yang akan menjadi evidence based
nursing di pendidikan dan pelayanan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan saat ini sangat berkembang dengan pesatnya. Banyak teori-teori
keperawatan yang hingga saat ini masih digunakan dan diaplikasikan didalam praktik
keperawatan baik di lingkungan akademisi maupun lingkungan rumah sakit.
Perawat mempunyai fungsi yang unik dalam memberikan asuhan keperawatan
yang memperhatikan perbedaan biopsikososio dan spiritual dari masing-masing orang.
Tindakan keperawatan bersifat membantu orang yang membutuhkan yang bertujuan
untuk meningkatkan aktivitas kemandirian dalam mencegah dari sakit, memperbaiki
kesehatannya, atau menghadapi kematian. Dalam menjalankan fungsi dan peran perawat
maka digunakanlah ilmu pengetahuan (sains) terapan yang mendasar dalam melakukan /
menerapkan praktik keperawatan sehari-hari
Sebagai ilmu pengetahuan (sains) terapan, keperawatan menggunakan konsep,
teori dan gabungan dalam berbagai disiplin ilmu sehingga sains keperawatan menjadi
tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Ilmu yang berkembang juga mengakibatkan
perkembangan dalam dunia pendidikan dahulu pendidikan keperawatan yang tertinggi
adalah sarjana keperawatan namun saat ini dimana lulusan keperawatan sudah ada yang
menyandang gelar professor keperawatan sehingga kedepannya ilmu keperawatan
diharapkan menjadi lebih maju lagi. Sehingga apa yang diinginkan oleh semua dimana
keperawatan mampu memberikan pelayanan paripurna yang mengedepankan biososio
dan spiritual dapat terwujud.
Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar terhadap manusia secara utuh
yang menjadi kerangka dasar praktik keperawatan sehingga dibutuhkan pemahaman
mendalam tentang falsafah dan paradigma sangat dibutuhkan dalam peningkatan
profesionalisme dalam dunia keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Membuktikan bahwa keperawatan adalah rangkaian dari ilmu yang dapat dipelajari
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Menjelaskan definisi ilmu
1.2.2.2 Menjelaskan syarat keilmuan
1.2.2.3 Menjelaskan definisi sains keperawatan
1.2.2.4 Menjelaskan sifat dan karakteristik sains keperawatan
1.2.2.5 Menjelaskan filosofi dasar sains keperawatan
1.2.2.6 Menjelaskan tentang paradigma sains keperawatan
1.2.2.7 Menjelaskan tentang pengembangan sains keperawatan
1.3 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB III Pembahasan
BAB IV Penutup
BAB V Pustaka
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.2 Sains Keperawatan
Keperawatan sebagai bagian dari suatu ilmu (sains) mempunyai sifat / karakteristik
sebagai berikut:
a) Menunjukkan sesuatu yang koheren dan utuh dari keterkaitan fakta-fakta, prinsip
hukum dan teori
b) Sains berhubungan dengan bidang pengetahuan tetentu
c) Sains lebih sering diungkapkan dalam pernyataan yang umum atau universal
d) Pernyataan sains harus benar atau mendekati benar
e) Pernyataan sains harus logis
f) Sains harus menjelaskan penelitian dan argumen-argumen(McKenna, 1997).
2.3.3 Dorothy Johnson
Menitik beratkan kepada integritas prilaku, sistem stabilitas, penyesuaian dan
adaptasi, efisien dan efektifitas terhadap fungsi dari satu sistem. Seperti yang dijabarka
sebagai berikut :
a) Keperawatan
Bertujuan mengembalikan, memelihara dan meningkatkan fungsi keseimbangan dan
stabilitas sistem perilaku manusia dengan optimal. Keperawatan merupakan pendorong
eksternal agar dapat memelihara perilaku manusia yang integratif dan terorganisir secara
optimal, membantu pasien ketika mengalami stress atau terjadi ketidakseimbangan sistem
perilaku.
b) Manusia
Mengartikan manusia sebagai sistem perilaku yang memiliki pola, berulang dan memiliki
tujuan dalam interaksinya dengan lingkungan.
c) Kesehatan
Guna mendefinisikan sehat sulit untuk dipahami, sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor
biopsiko dan sosial. Sehat menggambarkan keseimbangan organisasi, integrasi, interaksi
antara subsistem dari sistem perilaku manusia.
d) Lingkungan
Terdiri dari seluruh faktor kecuali sistem perilaku manusia yang mempengaruhi sistem itu
sendiri.
Selain dari beberapa tokoh juga masih banyak beberapa ahli yang memiliki pandangan
yang unik mengenai paradigma keperawatan seperti Betty Neuman, Imogene M. King,
Martha E. Rogers, Dorothea orem, Myra Estrin Levin dan sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian – uraian yang telah disampaikan dalam makaah ini, maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu :
4.1.1 Falsafah keperawatan atau filosofi keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam
menjalankan profesinya.
4.1.2 Paradigma keperawatan terdiri dari empat unsur yaitu keperawatan, manusia, lingkungan
serta kesehatan.
4.1.3 Sains keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan yang mendasari
berbagai aspek untuk meningkatkan pelayanan keperawatan profesional di bidang
pendidikan, pelayanan / praktek, riset keperawatan.
4.1.4 Adanya keterkaitan antara sains keperawatan dengan pendidikan, pelayanan serta riset
keperawatan yang mana sains keperawatan diterapkan di tatanan pendidikan,
diaplikasikan dalam dunia pelayanan serta dibuktikan melalui riset keperawatan.
4.2 Saran
Hendaknya setiap perawat memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konsep
sains keperawatan untuk bisa memaksimalkan pemberian asuhan keperawatan secara
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha, R., Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their Works,Seventh Edition.
St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta.
Cowen, S. & Moorhead, S. (2001). Current Issues in Nursing, Seventh Edition. St. Louis,Missouri:
Mosby Elsivier.
Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007). Conceptual Foundations The Bridge to Professional Nursing
Practice, Fourth Edition St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.
DeLaune, Sue C., Ladner, K. Patrcia. (2002). Fundamental of Nursing: Standard and Practice 2nd
Edition. Delmar: New York
Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia. (2012). Diperoleh dari
http://www.hpeq.dikti.go.id/
Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge.Analysis and Evaluation of Nursing Models
and Theoris.Second Edition. F.A Davis. Philadelpia.
Kalman, M. (2008). The Clinical Nurse Specialist Role : Could it be for you ?.American Journal of
Nursing, Vol 108.
Nyatanga. L. (1991). Nursing and The Philosophy of Science, Nurse Educational Today , Pub Med-
NCBI.