Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika

TINJAUAN PUSTAKA e-ISSN: 2615-3874 | p-ISSN: 2615-3882

Peran Makanan Lokal dalam Penurunan Stunting

Husnah1, Sakdiah2, Aziz Khairul Anam3, Asmaul Husna3, Ghina Mardhatillah3,


Bakhtiar4

1
Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Zainoel Abidin,
Banda Aceh

ABSTRAK
Stunting diukur dengan tinggi-berdasarkan usia-usia z-score lebih dari 2 standar deviasi
Kata Kunci: di bawah median Standar Pertumbuhan Anak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Makanan Lokal, menunjukkan pembatasan potensi pertumbuhan anak. Stunting anak dapat terjadi
Stunting, pada 1000 hari pertama setelah pembuahan dan berhubungan dengan banyak faktor,
MPASI antara lain status sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit
infeksi, defisiensi mikronutrien dan lingkungan. Intervensi gizi spesifik dengan sasaran
Ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan merupakan bagian dari kerangka intervensi
stunting yang telah dilakukan oleh pemerintah. Intervensi ini meliputi kegiatan untuk
mendorong penerusan pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian,
setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MPASI Makanan lokal
memiliki zat gizi yang tinggi baik makro maupun mikro. Makanan lokal ini banyak
mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mineral yang digunakan sebagai
makanan tambahan bagi balita, dapat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan balita. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian MPASI dari
makanan lokal yang bergizi tinggi memberikan pengaruh pada status gizi balita stunting
dengan meningkatkan BB dan PB dari balita stunting. Kandungan gizi baik karbohidrat,
protein, lemak, dan zinc yang tinggi pada MPASI dari makanan lokal bermanfaat untuk
pemenuhan gizi balita stunting.
Korespondensi: dr_husnah@unsyiah.ac.id (Husnah), sakdiah@unsyiah.ac.id (Sakdiah)

| J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 | 47


ABSTRACT
Stunting is measured by height for z-score age is more than 2 standard deviations
Keywords: below the median of the World Health Organization (WHO) Child Growth standard,
Local food, indicating a restriction of the child's growth potential. Child Stunting can occur
Stunting, in the first 1000 days after conception and is related to many factors, including
Weaning food socioeconomic status, food intake, infections, maternal nutritional status, infectious
diseases, micronutrient deficiencies and the environment. Specific nutritional
interventions targeting breastfeeding mothers and children aged 7-23 months
are part of the stunting intervention framework that has been carried out by the
government. This intervention includes activities to encourage the continuation of
breastfeeding until the child / baby is 23 months old. Then, after the baby is over
6 months old accompanied by the provision of weaning food. Local foods are high
in both macro and micro nutrients. This local food contains a lot of carbohydrates,
proteins, fats, and minerals that are used as supplementary food for toddlers, are
needed for the growth and development of toddlers. Several studies have shown
that weaning food from highly nutritious local foods has an effect on the nutritional
status of stunting toddlers by increasing the body weight and body length of stunting
toddlers. The high nutritional content of carbohydrates, proteins, fats, and zinc in
weaning food from local foods is beneficial for the nutritional fulfillment of stunting
toddlers.

PENDAHULUAN

S
World Health Organization (WHO) berdasarkan
ecara global pada tahun 2016, 22,9% atau 154,8 Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief,
juta anak di bawah usia 5 tahun menderita angka stunting harus turun 40%.3
stunting anak, yang didefinisikan oleh tinggi Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan
badan menurut usia yang rendah. Stunting diukur sebagai dampak dari rendahnya status gizi dan
dengan tinggi-berdasarkan usia-usia z-score kesehatan pada periode pre- dan post-natal. UNICEF
lebih dari 2 standar deviasi di bawah median framework menjelaskan tentang faktor penyebab
Standar Pertumbuhan Anak. Organisasi Kesehatan terjadinya malnutrisi. Dua penyebab langsung
Dunia (WHO), menunjukkan pembatasanpotensi stunting adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi.
pertumbuhan anak. Stunting anak dapat terjadi Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola
pada 1000 hari pertama setelah pembuahan dan asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap
berhubungan dengan banyak faktor, antara lain status layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,
sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada
ibu, penyakit infeksi, defisiensi mikronutrien dan level individu dan rumah tangga tersebut, seperti
lingkungan.1 tinggkat pendidikan, pendapatan rumahtangga.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun Banyak penelitian cross-sectional menemukan
2018, prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar hubungan yang erat antara tingkat pendidikan ibu
30,8%. Angka tersebutdiketahui turun dari prevalensi dengan status gizi anak.4
stunting tahun2013, yaitu sebesar 37,2%.2 Meskipun Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun
demikian, angka tersebut masih jauh dari target (batita) merupakan periode emas (golden age)
48 | J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 |
PENDAHULUAN bahwa pada masa janin sampai anak usia dua
tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang
Secara global pada tahun 2016, 22,9% atau 154,8
sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok
juta anak di bawah usia 5 tahun menderita stunting
usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan
anak, yang didefinisikan oleh tinggi badan menurut
mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada
usia yang rendah. Stunting diukur dengan tinggi-
usia dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan
berdasarkan usia-usia z-score lebih dari 2 standar
upaya-upaya pencegahan masalah stunting
deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak.
ini mengingat tingginya prevalensi stunting di
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan
Indonesia.5
pembatasanpotensi pertumbuhan anak. Stunting
Ibu dan bayi memerlukan gizi yang cukup
anak dapat terjadi pada 1000 hari pertama setelah
dan berkualitas untuk menjamin status gizi
pembuahan dan berhubungan dengan banyak faktor,
dan status kesehatan; kemampuan motorik,
antara lain status sosial ekonomi, asupan makanan,
sosial, dan kognitif; kemampuan belajar dan
infeksi, status gizi ibu, penyakit infeksi, defisiensi
produktivitasnya pada masa yang akan datang.
mikronutrien dan lingkungan.1
Anak yang mengalami kekurangan gizi pada
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
masa 1000 HPK akan mengalami masalah
2018, prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar
neurologis, penurunan kemampuan belajar,
30,8%. Angka tersebutdiketahui turun dari prevalensi
peningkatan risiko drop out dari sekolah,
stunting tahun2013, yaitu sebesar 37,2%.2 Meskipun
penurunan produktivitas dan kemampuan
demikian, angka tersebut masih jauh dari target
bekerja, penurunan pendapatan, penurunan
World Health Organization (WHO) berdasarkan
kemampuan menyediakan makananan yang
Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief,
bergizi dan penurunan kemampuan mengasuh
angka stunting harus turun 40%.3
anak. Selanjutnya akan menghasilkan penularan
Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan
kurang gizi dan kemiskinan pada generasi
sebagai dampak dari rendahnya status gizi dan
selanjutnya.5 Faktor penyebab utama terjadinya
kesehatan pada periode pre- dan post-natal. UNICEF
stunting yakni tidak terpenuhinya asupan gizi
framework menjelaskan tentang faktor penyebab
yang optimal pada awal Seribu hari pertama
terjadinya malnutrisi. Dua penyebab langsung
kehidupan yaitu sejak awal kehamila (konsepsi)
stunting adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi.
hingga anak berusia dua tahun. Terbatasnya
Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola
konsumsi makanan bergizi dapat dipengaruhi
asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap
oleh faktor ekonomi seperti harga pangan dan
layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,
pendapatan keluarga dan berkaitan erat dengan
penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada
akses pangan individu dan keluarga.2,5
level individu dan rumah tangga tersebut, seperti
Optimalisasi pemanfaatan pangan lokal atau
tinggkat pendidikan, pendapatan rumahtangga.
pangan yang ada di sekitar masyarakat merupakan
Banyak penelitian cross-sectional menemukan
salah satu alternatif dalam mengatasi terbatasnya
hubungan yang erat antara tingkat pendidikan ibu
akses pangan keluarga. Dengan adanya upaya
dengan status gizi anak.4
pemanfaatan pangan lokal, masyarakat desa
Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun
khususnyakelas ekonomi menengah ke bawah dapat
(batita) merupakan periode emas (golden age)
meminimalisir alokasi pendapatan keluarga untuk
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak,
membeli pangan. Hasil penelitian menyebutkan
karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan
bahwa pangan lokal yang ditanam di pekarangan
yang sangat pesat. Periode 1000 hari pertama
atau taman rumah mampu mengatasi kerawanan
sering disebut window of opportunities atau
pangan dan kekurangan gizi serta memberikan
periode emas ini didasarkan pada kenyataan
| J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 | 49
manfaattambahan seperti penambahan pendapatan untuk memberikan suplementasi makanan ringan
rumah tangga.6 (snack) berbahan dasar pangan lokal tepung tulang
Intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu ikan malalugis (Decapterus SPP) dan Bihun dalam
menyusui dan anak usia 7-23 bulan merupakan meningkatkan status gizi anak balita stunting usia 1-2
bagian dari kerangka intervensi stunting yang telah tahun. Jenis penelitian eksperimental terhadap 37
dilakukan oleh pemerintah. Intervensi ini meliputi anak balita stunting 1 – 2 tahun. Hasil penelitian rata-
kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian rata nilai tinggi badan sampel sebelum intervensi
ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, sebesar 77,63 cm dan nilai tinggi badan sesudah
setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh intervensi adalah 78,17 cm, peningkatan nilai tinggi
pemberian MP-ASI. Penggunaan makanan lokal badan 0,54 cm sesudah dilakukan inervensi. Hal ini
merupakan hal yang dapat dilakukan untuk weaning menunjukkan ada perbedaan tinggi badan sebelum
infant dikarenakan tidak memiliki efek samping, dan sesudah intervensi pada anak balita stunting
murah, mudah dikembangkan dan tinggi zat gizi.7 dengan perbedaan konsumsi zat gizi (Energi, Protein,
Selain itu, riset atau penelitian yang melibatkan Karbohidrat, Lemak, Kalsium dan Zink) sebelum dan
makanan lokal tergolong masih sedikit dan menjadi sesudah intervensi.12
media pengembangan penelitian kesehatan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
menarik dan dapat dikaji secara lebih lanjut. makanan sampel berupa zat gizi energi, karbohidrat
dan lemak sebelum dan sesudah intervensi dalam
PENGARUH MPASI DARI MAKANAN LOKAL kategori di bawah AKG. Balita gizi kurang memiliki
tingkat asupan energi, protein dan lemak lebih
Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu rendah dibandingkan dengan balita gizi baik.
penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang Kekurangan energi pada seseorang merupakan
bayi dan anak usia 6-24 bulan di Indonesia adalah indikasi kekurangan zat gizi lain. Apabila kondisi
rendahnya mutu makanan pengganti Air susu ibu ini dibiarkan dalam jangka waktu lama, maka akan
(MPASI). Hal tersebut menyebabkan kebutuhan mengakibatkan penurunan berat badan. Kekurangan
energi dan zat mikro yang dibutuhkan, seperti protein menyebabkan retardasi pertumbuhan dan
zat besi (Fe) dan Seng (Zn) tidak dapat terpenuhi. kematangan tulang karena protein adalah zat gizi
Padahal, pemberian MPASI yang kurang baik dapat yang essensial dalam pertumbuhan. Meskipun
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi sehingga asupan energi cukup, apabila asupan protein kurang
akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Di maka akan menghambat pertumbuhan pada anak.12
sisi lain, pemberian yang berlebih atau dengan Penelitian di Bengkulu tahun 2016 terhadap 36
komposisi yang salah dapat menyebabkan terjadinya baduta mengidentifikasi pengaruh kearifan pangan
kegemukan atau obesitas.8 lokal terhadap penanganan stunting. Intervensi
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai dilakukan secara individual dengan terlebih dahulu
pengaruh pemberian MPASI berbahan dasar pangan mengajarkan dan melatih orang tua baduta tentang
lokal dalam mencegah dan memperbaiki status gizi cara pengolahan bahan pangan lokal dan pemberian
balita dengan stunting. Penyuluhan dan edukasi makanan lokal (bubur jagung tim dan sup belut
kepada tenaga kesehatan dan ibu hamil terkait sawah/sup ikan nila) yang nantinya diberikan
peningkatan kualitas gizi bagi ibu hamil dan anak kepada baduta selama intervensi penelitian.
balita dengan menggunakan bahan pangan lokal Intervensi dilakukan selama 90 hari dengan frekuensi
juga dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan tingkat pemberian 3 hari dalam seminggu. Hasil penelitian
primer daerah untuk meningkatkan pengetahuan Ibu ini menunjukkan terdapat perubahan tinggi badan
terkait MPASI.6,9–11 yang bermakna pada baduta sebelum dan setelah
Penelitian di Manado tahun 2020 bertujuan dilakukan intervensi Intervensi pemberian weaning

50 | J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 |


kearifan pangan lokal yang diberikan dalam penelitian dari penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah
ini sangat efektif dalam menaikkan tinggi badan kecil makanan pelengkap terfortifikasi setiap hari,
baduta stunting.7 disediakan selama satu tahun di samping konseling
Penelitian lain yang dilakukan di Klaten gizi, sedikit meningkatkan pertumbuhan linier dan
Jawa Tengah pada tahun 2018 terhadap 30 mengurangi stunting pada usia 18 bulan.14
balita stunting. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian daun kelor KANDUNGAN GIZI DARI MPASI PANGAN
terhadap status gizi balita berdasarkan Indeks LOKAL
Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Pemberian
daun kelor dapat meningkatkan IMT pada Penelitian di Aceh tahun 2021 menguji
balita. Dengan kata lain, terjadi kecenderungan kandungan makanan tambahan untuk balita jenis food
peningkatan IMT sebelum dan sesudah perlakuan bar dengan penambahan tepun ikan. Kandungan asam
dengan rata-rata peningkatannya adalah 10,13 amino esensial pada produk MPASI digunakan sebagai
Terdapat banyak penelitian mengatakan bahwa makanan tambahan bagi anak balita (khususnya
suplementasi dapat meningkatkan perkembangan anak balita yang mengalami stunting). Asam amino
kognitif anak. Salah satu upaya yang ditempuh untuk yang digunakan adalah L-threonine, yang nilai
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan skor kimianya lebih dari 75%. Penambahan tepung
balita diantaranya dengan meningkatkan kualitas ikan, tempe, dan kacang- kacangan berkontribusi
makanan pendamping ASI dengan memanfaatkan besar terhadap nilai kandungan protein terhadap
bahan local seperti daun kelor. Berdasarkan produk. Menurut Kemenkes angka kecukupan
penelitian, daun kelor ternyata mengandung banyak proten pada balita perhari yaitu 26 g perhari. Food
zat gizi yang penting bagi tumbuh kembang anak bar terpilih mengandung protein 6,27gram. Hal ini
seperti vitamin A, protein dan kalsium.13 menunjukan bahwa protein yang terkandung dalam
Menurut Jonni M.S, dkk, (2008) daun kelor food bar sebagai makanan tambahan (PMT) lebih
memiliki potensi sumber utama beberapa zat gizi dan tinggi dibandingkan dengan biskuit PMT Pemulihan
elemen therapeutic, termasuk antibiotik, dan memacu diformulasi mengandung 3,2-4,8 gram protein tiap
sistem imun. Daun kelor memiliki kandungan protein, 40 gram biskuit. Nilai kandungan protein yang tinggi
vitamin dan mineral yang memiliki potensi terapi dan pada food bar dapat membantu pertumbuhan linear
makanan tambahan untuk anak-anak kekurangan gizi balita terkaitkualitas dan kuantitas protein yang
dengan penambahan kelor pada makanan harian diberikan sebagai makanan tambahan.15
anakanak. Konsumsi daun kelor merupakan salah satu Berdasarkan hasil penelitian konsumsi rata-
alternatif untuk menanggulangi kasus kekurangan rata karbohidrat balita stunting adalah di bawah
gizi di Indonesia, selain vitamin C, kandungan gizi AKG, artinya bahwa konsumsi zat gizi makro
tersebut akan mengalami peningkatan kuantitas seperti karbohidrat sebagian besar balita stunting
apabila daun kelor dikonsumsi setelah dikeringkan memiliki tingkat kecukupan kurang. Diketahui bahwa
dan dijadikan serbuk (tepung).13 karbohidrat berhubungan dengan status gizi (TB/U).
Penelitian lain di Bangladesh dilakukan pada Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk., (2016) pada
tahun 2012-2014 dengan menguji 2 jenis makanan anak balita di Desa Nelayan Puger Wetan, Kecamatan
suplemen lokal siap pakai (berbasis buncis dan Puger, Kabupaten Jember yang menunjukkan bahwa
lentil) dan makanan campuran fortifikasi (campuran terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
gandum-kedelai). Sampel anak berjumlah 5536 dan konsumsi karbohidrat dengan status gizi berdasarkan
terbagi kedalam kelompok intervensi dan kontrol. indeks TB/U . Banyak sekali fungsi karbohidrat
Makanan diberikan salah satu suplemen yang diantaranya sebagai penyuplai energi otak dan
dialokasikan setiap hari selama satu tahun. Hasil syaraf, pengatur metabolisme, dan karbohidrat

| J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 | 51


merupakan zat gizi utama yang menyuplai energi asupan zinc cukup. Terdapat hubungan yang
untuk tubuh supaya dapat melakukan aktivitasnya. signifikan antara konsumsi zinc dengan kejadian
Karbohidrat sangat dibutuhkan pada setiap daur stunting. Defisiensi zinc sering terjadi pada bayi
kehidupan untuk menghasilkan energi, begitu dan anak, karena sedang terjadi pertumbuhan yang
pula dengan masa balita dimana tingkat aktivitas cepat. Penyebab defisiensi zinc pada bayi dan anak
bermain yang tinggi dan membutuhkan energi untuk adalah asupan dan ketersediaan yang tidak adekuat.
perkembangan otak. Selanjutnya dijelaskan bahwa Manifestasi dari defisiensi zinc adalah gangguan
semakin kurang konsumsi karbohidrat maka berisiko pertumbuhan linear pada balita yang ditunjukan
1,7 kali lebih besar mengalami stunting. Dari hasil dengan stunting.12
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi
lemak sampel sebelum intervensi adalah 68,2%AKG KESIMPULAN
dan sesudah intervensi adalah 80,0%AKG, dalam
kategori belum memenuhi AKG.12 Stunting merupakan salah satu permasalah
Lemak berhubungan dengan status gizi di Indonesia dengan angka kejadian stunting yang
TB/U dikarenakan dalam lemak terkandung tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi
asam lemak esensial yang memiliki peran dalam adalah pola makan ibu saat hamil, pola makan anak
mengatur kesehatan. Selain itu simpanan energi dalam 1000 hari pertama kehidupan. Pemanfaatan
dapat berasal dari konsumsi lemak dan lemak makanan lokal memberikan manfaat penting dalam
sebagai alat pengangkut dan pelarut vitamin larut pencegahan stunting dengan pemenuhan gizi pada
lemak dalam tubuh dimana fungsi-fungsi tersebut anak. Intervensi penggunaan maknan lokal sebagai
sangat mempengaruhi pertumbuhan balita Azmy MPASI memberikan hasil positif dalam pencegahan
dan Mundiastuti, (2018) dalam penelitiannya stunting pada anak.
menjelaskan bahwa semakin kurang konsumsi
lemak maka berisiko 1,7 kali lebih besar mengalami DAFTAR PUSTAKA
stunting. Hasil penelitian Aini dan Wirawani (2013)
kontribusi MP-ASI biskuit substitusi tepung garut, 1. WHO. Reducing stunting in children: equity
kedelai, dan ubi jalar kuning terhadap kecukupan considerations for achieving the Global Nutrition
protein, vitamin a, kalsium, dan zink pada bayi Targets 2025. 2018.
menyimpulkan Konsumsi dua takaran saji biskuit 2. Kementerian Kesehatan. Laporan Nasional
dapat memenuhi kecukupan zat gizi bayi kecuali zinc. RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan
Selain itu, biskuit mempunyai sifat fisik yang baik Pengembangan Kesehatan. 2018.
dilihat dari daya serap air dan tingkat kekerasan.12
3. WHO. Global Nutrition Targets 2025- Stunting
Zinc merupakan jenis mineral mikro yang hanya
Policy Brief. 2014;
sedikit diperlukan tubuh, namun sangat penting bagi
tumbuh kembang anak. Zinc berperan penting pada 4. Bloem MW, de Pee S, Hop LT, Khan NC, Laillou
sintesa asam nukleat, dan sangat berperan pada A, Minarto, et al. Key strategies to further reduce
metabolisme tubuh, pertumbuhan sel serta berperan stunting in Southeast Asia: lessons from the
mengatur aktifitas genetik. Bila tubuh kekurangan ASEAN countries workshop. Food and nutrition
zinc maka proses di dalam sel ini akan terganggu. bulletin [Internet]. 2013;34:8–16. Available from:
Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan anak https://doi.org/10.1177/156482651303 42S103
juga akan terganggu. Konsumsi zinc balita dengan 5. Rahayu A, Yulidasari F, Putri AO, Anggraini L. Study
stunting umunya kurang dari AKG. Kondisi stunting Guide - Stunting dan Upaya Pencegahannya. Buku
pada anak umur 2-5 tahun lebih banyak ditemukan stunting dan upaya pencegahannya. 2018. 88 p.
asupan zinc kurang dibandingkan balita dengan

52 | J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 |


6. Sutyawan; Novidiyanto; Wicaksono A. Potensi Lokal. Amalee: Indonesian Journal
Optimalisasi Pemanfaatan Pangan Lokal yang of Community Research and Engagement.
Aman dan Bergizi dalam Upaya Pencegahan 2022;3:113–22.
Stunting di Desa Ibul Kabupaten Bangka Barat
11. Sineke J, Kawulusan M. Pemberian makanan
Optimization the Utilization of Local Food that is
ringan (biskuit) berbahan dasar pangan lokal
Safe and Nutritious in Stunting Prevention Efforts
tepung tulang ikan malalugis (decapterus spp) dan
in Ibul Village , West Ba. Jurnal Panrita Abdi.
bihun dalam meningkatkan status gizi anak balita
2022;6:565–77.
stunting usia 1-2 tahun. Gizido. 2020;12:87–98.
7. Maros H, Juniar S. PENGARUH KEARIFAN PANGAN
12. Rahayu, T. B., & Nurindahsari, Y. A. W. Peningkatan
LOKAL SUKU REJANG TERHADAP PENANGANAN
status gizi balita melalui pemberian daun kelor
STUNTING BADUTA DI BENGKULU UTARA.
(Moringa Oleifera). Jurnal Kesehatan Madani
2016;3:1–23.
Medika,2018;9:88
8. Septiana R, Djannah SN, Djamil MD. Hubungan
13. Christian P, Shaikh S, Shamim AA, Mehra S,
Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping
Wu L, Mitra M, Ali H, Merrill RD, Choudhury
Asi (Mp-Asi) Dan Status Gizi Balita Usia 6-24
N, Parveen M, Fuli RD, Hossain MI, Islam MM,
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengen
Klemm R, Schulze K, Labrique A, de Pee S, Ahmed
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
T, West KP Jr. Effect of fortified complementary
(Journal of Public Health). 2014;4:118–24.
food supplementation on child growth in rural
9. Astika T, Permatasari E, Chadirin Y, Yuliani TS, Bangladesh: a cluster- randomized trial. Int J
Koswara S. Pemberdayaan Kader Posyandu Dalam Epidemiol. 2015 Dec;44(6):1862-76.
Fortikasi Pangan Organik Berbasis Pangan Lokal
14. Christian P, Shaikh S, Shamim AA, Mehra S,
Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Pada Balita.
Wu L, Mitra M, Ali H, Merrill RD, Choudhury
Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknik [Internet].
N, Parveen M, Fuli RD, Hossain MI, Islam MM,
2021;4:1–10. Available from: http://jurnal.umj.
Klemm R, Schulze K, Labrique A, de Pee S, Ahmed
ac.id/index.php/jpmt
T, West KP Jr. Effect of fortified complementary
10. Rahmawati S, Wulan AJ, Utami N. Edukasi food supplementation on child growth in rural
Pemberian Makanan Pendamping Asi (MPASI Bangladesh: a cluster- randomized trial. Int J
) Sehat Bergizi Berbahan Pangan Lokal Sebagai Epidemiol. 2015 Dec;44(6):1862-76.
Upaya Pencegahan Stunting di Desa Kalisari
15. Darawati M, Yunianto AE, Doloksaribu TH,
Kecamatan Natar Lampung Selatan. Jurnal
Chandradewi. Formukasi Food Bar Berbasis Pangan
Pengabdian Masyarakat Ruwai Jurai. 2021;47–
Lokal Tingggi Asam Amino Esensial untuk Balita
50. Susanti R, Kadarisman Y, Ramadhani Y.
Stunting. Aceh Nutrition Journal.2021;6(2):63-7
Peningkatan Kapasitas Ibu Rumah Tangga dalam
Pencegahan Stunting Berbasis Pemanfaatan

| J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 | 53

Anda mungkin juga menyukai