1
Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Zainoel Abidin,
Banda Aceh
ABSTRAK
Stunting diukur dengan tinggi-berdasarkan usia-usia z-score lebih dari 2 standar deviasi
Kata Kunci: di bawah median Standar Pertumbuhan Anak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Makanan Lokal, menunjukkan pembatasan potensi pertumbuhan anak. Stunting anak dapat terjadi
Stunting, pada 1000 hari pertama setelah pembuahan dan berhubungan dengan banyak faktor,
MPASI antara lain status sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit
infeksi, defisiensi mikronutrien dan lingkungan. Intervensi gizi spesifik dengan sasaran
Ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan merupakan bagian dari kerangka intervensi
stunting yang telah dilakukan oleh pemerintah. Intervensi ini meliputi kegiatan untuk
mendorong penerusan pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian,
setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MPASI Makanan lokal
memiliki zat gizi yang tinggi baik makro maupun mikro. Makanan lokal ini banyak
mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mineral yang digunakan sebagai
makanan tambahan bagi balita, dapat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan balita. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian MPASI dari
makanan lokal yang bergizi tinggi memberikan pengaruh pada status gizi balita stunting
dengan meningkatkan BB dan PB dari balita stunting. Kandungan gizi baik karbohidrat,
protein, lemak, dan zinc yang tinggi pada MPASI dari makanan lokal bermanfaat untuk
pemenuhan gizi balita stunting.
Korespondensi: dr_husnah@unsyiah.ac.id (Husnah), sakdiah@unsyiah.ac.id (Sakdiah)
PENDAHULUAN
S
World Health Organization (WHO) berdasarkan
ecara global pada tahun 2016, 22,9% atau 154,8 Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief,
juta anak di bawah usia 5 tahun menderita angka stunting harus turun 40%.3
stunting anak, yang didefinisikan oleh tinggi Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan
badan menurut usia yang rendah. Stunting diukur sebagai dampak dari rendahnya status gizi dan
dengan tinggi-berdasarkan usia-usia z-score kesehatan pada periode pre- dan post-natal. UNICEF
lebih dari 2 standar deviasi di bawah median framework menjelaskan tentang faktor penyebab
Standar Pertumbuhan Anak. Organisasi Kesehatan terjadinya malnutrisi. Dua penyebab langsung
Dunia (WHO), menunjukkan pembatasanpotensi stunting adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi.
pertumbuhan anak. Stunting anak dapat terjadi Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola
pada 1000 hari pertama setelah pembuahan dan asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap
berhubungan dengan banyak faktor, antara lain status layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,
sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada
ibu, penyakit infeksi, defisiensi mikronutrien dan level individu dan rumah tangga tersebut, seperti
lingkungan.1 tinggkat pendidikan, pendapatan rumahtangga.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun Banyak penelitian cross-sectional menemukan
2018, prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar hubungan yang erat antara tingkat pendidikan ibu
30,8%. Angka tersebutdiketahui turun dari prevalensi dengan status gizi anak.4
stunting tahun2013, yaitu sebesar 37,2%.2 Meskipun Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun
demikian, angka tersebut masih jauh dari target (batita) merupakan periode emas (golden age)
48 | J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 |
PENDAHULUAN bahwa pada masa janin sampai anak usia dua
tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang
Secara global pada tahun 2016, 22,9% atau 154,8
sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok
juta anak di bawah usia 5 tahun menderita stunting
usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan
anak, yang didefinisikan oleh tinggi badan menurut
mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada
usia yang rendah. Stunting diukur dengan tinggi-
usia dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan
berdasarkan usia-usia z-score lebih dari 2 standar
upaya-upaya pencegahan masalah stunting
deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak.
ini mengingat tingginya prevalensi stunting di
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan
Indonesia.5
pembatasanpotensi pertumbuhan anak. Stunting
Ibu dan bayi memerlukan gizi yang cukup
anak dapat terjadi pada 1000 hari pertama setelah
dan berkualitas untuk menjamin status gizi
pembuahan dan berhubungan dengan banyak faktor,
dan status kesehatan; kemampuan motorik,
antara lain status sosial ekonomi, asupan makanan,
sosial, dan kognitif; kemampuan belajar dan
infeksi, status gizi ibu, penyakit infeksi, defisiensi
produktivitasnya pada masa yang akan datang.
mikronutrien dan lingkungan.1
Anak yang mengalami kekurangan gizi pada
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
masa 1000 HPK akan mengalami masalah
2018, prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar
neurologis, penurunan kemampuan belajar,
30,8%. Angka tersebutdiketahui turun dari prevalensi
peningkatan risiko drop out dari sekolah,
stunting tahun2013, yaitu sebesar 37,2%.2 Meskipun
penurunan produktivitas dan kemampuan
demikian, angka tersebut masih jauh dari target
bekerja, penurunan pendapatan, penurunan
World Health Organization (WHO) berdasarkan
kemampuan menyediakan makananan yang
Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief,
bergizi dan penurunan kemampuan mengasuh
angka stunting harus turun 40%.3
anak. Selanjutnya akan menghasilkan penularan
Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan
kurang gizi dan kemiskinan pada generasi
sebagai dampak dari rendahnya status gizi dan
selanjutnya.5 Faktor penyebab utama terjadinya
kesehatan pada periode pre- dan post-natal. UNICEF
stunting yakni tidak terpenuhinya asupan gizi
framework menjelaskan tentang faktor penyebab
yang optimal pada awal Seribu hari pertama
terjadinya malnutrisi. Dua penyebab langsung
kehidupan yaitu sejak awal kehamila (konsepsi)
stunting adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi.
hingga anak berusia dua tahun. Terbatasnya
Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola
konsumsi makanan bergizi dapat dipengaruhi
asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap
oleh faktor ekonomi seperti harga pangan dan
layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,
pendapatan keluarga dan berkaitan erat dengan
penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada
akses pangan individu dan keluarga.2,5
level individu dan rumah tangga tersebut, seperti
Optimalisasi pemanfaatan pangan lokal atau
tinggkat pendidikan, pendapatan rumahtangga.
pangan yang ada di sekitar masyarakat merupakan
Banyak penelitian cross-sectional menemukan
salah satu alternatif dalam mengatasi terbatasnya
hubungan yang erat antara tingkat pendidikan ibu
akses pangan keluarga. Dengan adanya upaya
dengan status gizi anak.4
pemanfaatan pangan lokal, masyarakat desa
Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun
khususnyakelas ekonomi menengah ke bawah dapat
(batita) merupakan periode emas (golden age)
meminimalisir alokasi pendapatan keluarga untuk
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak,
membeli pangan. Hasil penelitian menyebutkan
karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan
bahwa pangan lokal yang ditanam di pekarangan
yang sangat pesat. Periode 1000 hari pertama
atau taman rumah mampu mengatasi kerawanan
sering disebut window of opportunities atau
pangan dan kekurangan gizi serta memberikan
periode emas ini didasarkan pada kenyataan
| J. Ked. N. Med | VOL. 5 | NO. 3 | September 2022 | 49
manfaattambahan seperti penambahan pendapatan untuk memberikan suplementasi makanan ringan
rumah tangga.6 (snack) berbahan dasar pangan lokal tepung tulang
Intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu ikan malalugis (Decapterus SPP) dan Bihun dalam
menyusui dan anak usia 7-23 bulan merupakan meningkatkan status gizi anak balita stunting usia 1-2
bagian dari kerangka intervensi stunting yang telah tahun. Jenis penelitian eksperimental terhadap 37
dilakukan oleh pemerintah. Intervensi ini meliputi anak balita stunting 1 – 2 tahun. Hasil penelitian rata-
kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian rata nilai tinggi badan sampel sebelum intervensi
ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, sebesar 77,63 cm dan nilai tinggi badan sesudah
setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh intervensi adalah 78,17 cm, peningkatan nilai tinggi
pemberian MP-ASI. Penggunaan makanan lokal badan 0,54 cm sesudah dilakukan inervensi. Hal ini
merupakan hal yang dapat dilakukan untuk weaning menunjukkan ada perbedaan tinggi badan sebelum
infant dikarenakan tidak memiliki efek samping, dan sesudah intervensi pada anak balita stunting
murah, mudah dikembangkan dan tinggi zat gizi.7 dengan perbedaan konsumsi zat gizi (Energi, Protein,
Selain itu, riset atau penelitian yang melibatkan Karbohidrat, Lemak, Kalsium dan Zink) sebelum dan
makanan lokal tergolong masih sedikit dan menjadi sesudah intervensi.12
media pengembangan penelitian kesehatan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
menarik dan dapat dikaji secara lebih lanjut. makanan sampel berupa zat gizi energi, karbohidrat
dan lemak sebelum dan sesudah intervensi dalam
PENGARUH MPASI DARI MAKANAN LOKAL kategori di bawah AKG. Balita gizi kurang memiliki
tingkat asupan energi, protein dan lemak lebih
Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu rendah dibandingkan dengan balita gizi baik.
penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang Kekurangan energi pada seseorang merupakan
bayi dan anak usia 6-24 bulan di Indonesia adalah indikasi kekurangan zat gizi lain. Apabila kondisi
rendahnya mutu makanan pengganti Air susu ibu ini dibiarkan dalam jangka waktu lama, maka akan
(MPASI). Hal tersebut menyebabkan kebutuhan mengakibatkan penurunan berat badan. Kekurangan
energi dan zat mikro yang dibutuhkan, seperti protein menyebabkan retardasi pertumbuhan dan
zat besi (Fe) dan Seng (Zn) tidak dapat terpenuhi. kematangan tulang karena protein adalah zat gizi
Padahal, pemberian MPASI yang kurang baik dapat yang essensial dalam pertumbuhan. Meskipun
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi sehingga asupan energi cukup, apabila asupan protein kurang
akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Di maka akan menghambat pertumbuhan pada anak.12
sisi lain, pemberian yang berlebih atau dengan Penelitian di Bengkulu tahun 2016 terhadap 36
komposisi yang salah dapat menyebabkan terjadinya baduta mengidentifikasi pengaruh kearifan pangan
kegemukan atau obesitas.8 lokal terhadap penanganan stunting. Intervensi
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai dilakukan secara individual dengan terlebih dahulu
pengaruh pemberian MPASI berbahan dasar pangan mengajarkan dan melatih orang tua baduta tentang
lokal dalam mencegah dan memperbaiki status gizi cara pengolahan bahan pangan lokal dan pemberian
balita dengan stunting. Penyuluhan dan edukasi makanan lokal (bubur jagung tim dan sup belut
kepada tenaga kesehatan dan ibu hamil terkait sawah/sup ikan nila) yang nantinya diberikan
peningkatan kualitas gizi bagi ibu hamil dan anak kepada baduta selama intervensi penelitian.
balita dengan menggunakan bahan pangan lokal Intervensi dilakukan selama 90 hari dengan frekuensi
juga dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan tingkat pemberian 3 hari dalam seminggu. Hasil penelitian
primer daerah untuk meningkatkan pengetahuan Ibu ini menunjukkan terdapat perubahan tinggi badan
terkait MPASI.6,9–11 yang bermakna pada baduta sebelum dan setelah
Penelitian di Manado tahun 2020 bertujuan dilakukan intervensi Intervensi pemberian weaning