TINJAUAN PUSTAKA
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus.
Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan fungsi (Mutiara & Agustina, 2016).
a. Kejang
2. Hipotermi
Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang dari
36,5º C dari suhu optimal. Menurut Sarwono (2002), gejala awal
hipotermia apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh <32oC. Hipotermia pada BBL
adalah suhu di bawah 36,5oC, yang terbagi atas hipotermia ringan
(cold stress) yaitu suhu antara 36,5oC, hipotermia sedang yaitu suhu
antara 36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32oC. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penya kit yang
berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan metabolik
anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan
hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiasi
Dari objek ke panas bayi. Contoh: timbang bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi
Karena menguap cairan yang melekat pada kulit. Contoh: air
ketuban bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan
c. Konduksi
Panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang melekat di tubuh.
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti
d. Konveksi
Penguapan dari tubuh ke udara. Contoh: angin disekitar tubuh bayi
baru lahir.
b) Tangisan lemah
c) Pernafasan lambat
e. Komplikasi
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan
konsumsi oksigen, produksi asam laktat, apneu, penurunan
kemampuan pembekuan darah dan yang paling sering terlihat
hipoglikemia.
Pada bayi premature, stress dingin dapat menyebabkan
penurunan sekresi dan sintetis surfaktan. Membiarkan bayi
dingin meningkatkan mortalitas dan morbiditas.
Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir :
3. Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan suhu
lingkungan yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan
mekanisme penganturan suhu sentral yang berhubungan dengan
trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan (buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal) . Lingkungan yang
terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi
diletakkan di dekat api atau dalam ruangan yang berudara panas.
2) Macam-Macam Hipertermi
a. Hipertermi maligna
Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa
terjadi saat terjadi pajanan pada lingkungan yang sangat panas.
b. Sindrom neuroleptik maligna
Terjadi pasca pajanan dapat dibedakan dengan hipertermia
maligna.
c. Demam
Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 ºC. apabila terjadi
demam obat maka tindakan pertama adalah menghentikan
pemberian obat demam.
3) Intervensi
a. Pindahkan bayi pada ruangan/ tempat yang sejuk.
4) Penatalaksanaan
a. Batasi aktifitas penderita yang demam tujuannya untuk
menghemat energi dan menurunkan kebutuhan oksigen.
Karena pada saat demam metabolisme tubuh meningkat
meskipun penderita tidak beraktifitas pasti akan terasa capai
sekali karena energi banyak digunakan. anjurkan penderita
banayk istirahat
b. Cegah dehidrasi (kekurangan Cairan) dengan memberikan
banyak minum, berikan minuman kesukaan seperti sari buah,
minuman ion, juz, teh manis, air susu, air limun, dll.
c. Ganti baju yang basah akibat keringat, gunakan baju tipis dan
menyerap keringat ketika demam dan bila klien menggigil
atau merasa kedinginan selimuti klien tetapi bila menggigil
telah hilang gunakan kembali baju tipis dan lepas selimut.
Tujuan dari penggunaan baju tipis adalah agar kulit terpapar
oleh udara, karena udara dapat memindahkan panas. selain itu
kulit yang terbuka dapat memindahkan panas melalui radiasi
sehingga membantu memberi rasa nyaman saat demam
4. Hipoglekemia
Hipoglekemia adalah glukosa darah 60 mg/ dl atau kurang.
Hipoglekemia yang dapat muncul segera setelah kelahiran dan pada
IDM berhubungan dengan meningkatnya insulin dalam darah. Oleh
karena itu, direkomendasikan bahwa terapi segera untuk kadar
glukosa serum dibawah 47mg/dl sampai 50 mg/dl.
Dimplementasikan pada bayi.
Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal
merangsang terus-menerus sel tersebut pada bayi untuk
memproduksi insulin.Keadaan kadar hipoglekemia ini
berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal kemudian
menimbulkan pertumbuhan berlebihan dan deposisi lemak yang
kemungkinan merupakan penyebab bayi besar makrosomik. Ketika
glukosa nenonatus hilang mendadak saat kelahiran maka, produksi
insulin yang terus-menerus segera memecah glukosa yang beredar
dalam hipoglekemia dalam 1 ½ sampai 4 jam terutama pada bayi
yang ibunya menderita diabetes. Penurunan mendadak kadar
glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan neologis serius atau
kematian.
IDM memiliki khas bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut
mungkin kecil usia gestasi , mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine atau cukup untuk usia gestasi karena keterlamlambatan
vascular maternal. Terdapat peningkatan abnomali pada IDM.
Selaian kepekaan yang tinggi terhadap hipoglekimia,
hiperbilirubenemia, hipogmanesemia. Meskipun besar bayi ini dapat
dilahirkan sebelum akibat komplikasi maternal atau bertambahnya
ukuran fetus.
Pada umur minggu pertama sebagian besar bayi menderita
hipoglekimia neonatus sementara sebagai akibat prematuritas atau
retardasi. Melewati masa bayi baru lahir pegangan untuk penyebab
hipoglekimia terus menerus atau berulang dapat diperoleh melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium awal.
Pencegahan hipoglekimia nenoatus dan pengaruh pengaruh yang
diakibatk an pada perkembangan sistem saraf sentral adalah sangat
penting pada masa bayi baru lahir.
Penatalaksanaan Hipoglekimia :
a. Monitor
hipoglikemia.
5. Tetanus Neonatorium
Tetanus Neonatorium adalah penyakit tetanus yang diderita oleh
bayi baru lahir yang disebabkan karena hasil klostarium tetani.
Tetanus neonatorium menyebabkan kematian pada bayi yang
tinggi di Negara berkembang karena pemotongan tali yang masih
banyak menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman
tetanus klostriudium tetani sebagian besar melalui tali pusat.
Masa inkubasinya sekitar 3 hari sampai 10 hari, dan makin pendek
masa inkubasinya penyakit makin fatal. Tetanus neonatorium
menyebabkan kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat
pernafasan dan jantung.
a. Kejang Parsial
2) Parsial kompleks
Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang
menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh :
a) Gejala motorik, sensorik, otomatisme (mengecap-
ngecapkan bibir,mengunyah, menarik-narik baju.
b) Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang
menjadi kejang generalisata.
c) Biasanya berlangsung 1-3 menit
b. Kejang generalisata