Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Neonatus Dengan Resiko Tinggi

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus.
Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan fungsi (Mutiara & Agustina, 2016).

B. Kategori Neonatus Dengan Resiko Tinggi

a. Kejang

Kejang pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap


fungsi neurilogis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian
kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupan
kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi
klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari
gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan
perkembangan jangka panjang.

Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:


a) Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling
sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
b) Pendarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan
oksigen atau trauma pada kepala. Pendarahan subdural yang
biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang.
Penatalaksanaan:

Bayi yang mengalami kejang dapat dilakukan tindakan diantaranya:

a. Memasukkan tong spatel atau sudip lidah yang telah dibungkus


dengan kassa steril pada saat bayi kejang agar jalan napas tidak
tertutup oleh lidah

b. Mengurangi rangsangan pada bayi seperti cahaya

c. Memberikan pengobatan anti kunvulsan

d. Untuk menghindari infeksi dapat diberikan antibiotik serta


perawatan tali pusat dengan menggunakan teknik septik

2. Hipotermi

Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang dari
36,5º C dari suhu optimal. Menurut Sarwono (2002), gejala awal
hipotermia apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh <32oC. Hipotermia pada BBL
adalah suhu di bawah 36,5oC, yang terbagi atas hipotermia ringan
(cold stress) yaitu suhu antara 36,5oC, hipotermia sedang yaitu suhu
antara 36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32oC. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penya kit yang
berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan metabolik
anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan
hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiasi
Dari objek ke panas bayi. Contoh: timbang bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi
Karena menguap cairan yang melekat pada kulit. Contoh: air
ketuban bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan
c. Konduksi
Panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang melekat di tubuh.
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti
d. Konveksi
Penguapan dari tubuh ke udara. Contoh: angin disekitar tubuh bayi
baru lahir.

Sarwono (2010), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia


pada neonatus seperti dibawah ini :
a. Gejala hipotermia bayi baru lahir

a) Bayi tidak mau minum

b) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

c) Tubuh bayi teraba dingin

d) Dalam keadaan berat,denyut jantung bayi menurun dan


kulit tubu h bayi mengeras (sklerema)

b. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)

a) Aktivitas berkurang, letargis

b) Tangisan lemah

c) Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

d) Kemampuan menghisap lemah


e) Kaki teraba dingin

c. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)

a) Sama dengan hipotermia sedang

b) Bibir dan kuku kebiruan

c) Pernafasan lambat

d) Pernafasan tidak teratur

e) Bunyi jantung lambat

f) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis


metabolic

d. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia

a) Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang

b) Bagian tubuh lainnya pucat

c) Kulit mengeras merah dan timbul edema


terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).

e. Komplikasi
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan
konsumsi oksigen, produksi asam laktat, apneu, penurunan
kemampuan pembekuan darah dan yang paling sering terlihat
hipoglikemia.
Pada bayi premature, stress dingin dapat menyebabkan
penurunan sekresi dan sintetis surfaktan. Membiarkan bayi
dingin meningkatkan mortalitas dan morbiditas.
Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir :

Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai


dengan keberhasilan usahanya dalam mencegah hilangnya panas
dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam lingkungan
suhu netral (Neutral Thermal Environment/NTE). NTE adalah
rentang suhu eksternal, dimana metabolisme dan konsumsi
oksigen berada pada tingkat minimum, dalam lingkungan
tersebut bayi dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus
ditangani secara cepat dan tepat. Penanganan hipotermia pada
bayi, yaitu :
a. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan
lampu 60 wat dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan
juga penghangatan kembali dengan metode yang sesuai
(dalam incubator pemanasan perlahan 0.5-1ºC /Jam).

b. Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang


berlangsung sejak dini secara terus menerus dan
berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam. Bayi
diletakkan diantara kedua payudara ibu dengan posisi
tegak/vertikal saat ibu berdiri dan duduk atau
tengkurap/miring saat ibu berbaring/tidur. Bayi mengenakan
penutup kepala, baju ibu berfungsi sebagai penutup badan
bayi.
c. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh
setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh
ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi
kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu
pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut
sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar berkancing depan.
d. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain
hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk
menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali
sampai tubuh bayi hangat.
e. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga
bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila
bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-
80 ml/kg per hari.
f. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh
bayi stabil. Untuk mencegah terjadinya serangan dingin,
ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda
memandikan bayi.

3. Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan suhu
lingkungan yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan
mekanisme penganturan suhu sentral yang berhubungan dengan
trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan (buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal) . Lingkungan yang
terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi
diletakkan di dekat api atau dalam ruangan yang berudara panas.

1) Tanda dan gejalanya yaitu :

a) Pada suhu aksiler didapatkan suhu lebih 37,5ºC .


b) Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan ubun-
ubun besar cekung, lidah dan membrane mukosa kering)

c) Malas minum/ menyusu.

d) Frekuensi nafas > 60 kali per menit.

e) Denyut jantung > 160 kali per menit.

Penyebabnya yaitu suhu lingkungan yang terlalu panas dapat


disebabkan oleh suhu incubator yang terlalu tinggi. Radiasi sinar
matahari pada waktu bayi berada didalam inkubator, terlalu banyak
dan dalam tempat tidur bayi atau berada didekat radiator panas dan
sebagainya.

2) Macam-Macam Hipertermi
a. Hipertermi maligna
Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa
terjadi saat terjadi pajanan pada lingkungan yang sangat panas.
b. Sindrom neuroleptik maligna
Terjadi pasca pajanan dapat dibedakan dengan hipertermia
maligna.
c. Demam
Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 ºC. apabila terjadi
demam obat maka tindakan pertama adalah menghentikan
pemberian obat demam.

3) Intervensi
a. Pindahkan bayi pada ruangan/ tempat yang sejuk.

b. Kompres bayi dengan kain basah dengan suhu 4º C lebih


rendah dari suhu tubuhnya.
c. Apabila terjadi infeksi segera berikan antibiotic.

4) Penatalaksanaan
a. Batasi aktifitas penderita yang demam tujuannya untuk
menghemat energi dan menurunkan kebutuhan oksigen.
Karena pada saat demam metabolisme tubuh meningkat
meskipun penderita tidak beraktifitas pasti akan terasa capai
sekali karena energi banyak digunakan. anjurkan penderita
banayk istirahat
b. Cegah dehidrasi (kekurangan Cairan) dengan memberikan
banyak minum, berikan minuman kesukaan seperti sari buah,
minuman ion, juz, teh manis, air susu, air limun, dll.
c. Ganti baju yang basah akibat keringat, gunakan baju tipis dan
menyerap keringat ketika demam dan bila klien menggigil
atau merasa kedinginan selimuti klien tetapi bila menggigil
telah hilang gunakan kembali baju tipis dan lepas selimut.
Tujuan dari penggunaan baju tipis adalah agar kulit terpapar
oleh udara, karena udara dapat memindahkan panas. selain itu
kulit yang terbuka dapat memindahkan panas melalui radiasi
sehingga membantu memberi rasa nyaman saat demam

Berikan kompres dengan air biasa selama 5 menit di


bagian dahi, leher, ketiak, selangkangan dan dibawah lutut.
lakukan berulang bila suhu kembali panas (kain kompres
jangan dibiarkan saja sepanjang waktu menempel dibagian
tubuh penderita.
Pemberian kompres bukan bertujuan menurunkan suhu
tetapi memberi kenyamanan saat penderita demam. Bila
penderita merasa kedinginan atau menggigil hentikan segera
kompres. Menggigil itu merupakan kondisi yang tidak
menyenangkan dan sangat tidak nyaman, sehingga sebisa
mungkin jaga agar tidak menggigil. Jangan gunakan air es
untuk mengkompres karena di khwatirkan klien merasa
kedinginan dan akhirnya menggingil dan jangan gunakan
alkohol untuk mengkompres karena mudah menguap dan
bersifat racun bila terhirup.

d. Atur suhu ruangan lebih dingin, tujuannnya agar panas


berpindah ke ruangan. misalnya membuka jendela,
menyalakan kipas angin. Karena panas bisa berpindah leawat
udara dan berpindah ke lingkungan yang lebih dingin
e. Untuk anak kecil bisa lakukan aktifitas bermain di tempat
tidur seperti mewarnai, menonton TV, bercerita atau tidur
ditemani orang tua.
f. berikan minuman atau makanan dingin seperti es-krim, buah-
buahan dingin, dll untuk memberikan rasa nyaman.
g. Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap
penderita panas karena panas merupakan usaha pertahanan
tubuh, pemberian antipiretik juga dapat menutupi
kemungkinan komplikasi. Pengobatan terutama ditujukan
terhadap penyakit penyebab panas.

4. Hipoglekemia
Hipoglekemia adalah glukosa darah 60 mg/ dl atau kurang.
Hipoglekemia yang dapat muncul segera setelah kelahiran dan pada
IDM berhubungan dengan meningkatnya insulin dalam darah. Oleh
karena itu, direkomendasikan bahwa terapi segera untuk kadar
glukosa serum dibawah 47mg/dl sampai 50 mg/dl.
Dimplementasikan pada bayi.
Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal
merangsang terus-menerus sel tersebut pada bayi untuk
memproduksi insulin.Keadaan kadar hipoglekemia ini
berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal kemudian
menimbulkan pertumbuhan berlebihan dan deposisi lemak yang
kemungkinan merupakan penyebab bayi besar makrosomik. Ketika
glukosa nenonatus hilang mendadak saat kelahiran maka, produksi
insulin yang terus-menerus segera memecah glukosa yang beredar
dalam hipoglekemia dalam 1 ½ sampai 4 jam terutama pada bayi
yang ibunya menderita diabetes. Penurunan mendadak kadar
glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan neologis serius atau
kematian.
IDM memiliki khas bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut
mungkin kecil usia gestasi , mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine atau cukup untuk usia gestasi karena keterlamlambatan
vascular maternal. Terdapat peningkatan abnomali pada IDM.
Selaian kepekaan yang tinggi terhadap hipoglekimia,
hiperbilirubenemia, hipogmanesemia. Meskipun besar bayi ini dapat
dilahirkan sebelum akibat komplikasi maternal atau bertambahnya
ukuran fetus.
Pada umur minggu pertama sebagian besar bayi menderita
hipoglekimia neonatus sementara sebagai akibat prematuritas atau
retardasi. Melewati masa bayi baru lahir pegangan untuk penyebab
hipoglekimia terus menerus atau berulang dapat diperoleh melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium awal.
Pencegahan hipoglekimia nenoatus dan pengaruh pengaruh yang
diakibatk an pada perkembangan sistem saraf sentral adalah sangat
penting pada masa bayi baru lahir.

Penatalaksanaan Hipoglekimia :

a. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu


DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
1) Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi
tiap

6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa


normal dalam 2 kali pemeriksaan.
2) Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif
tangani

hipoglikemia.

3) Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3


hari penanganan hipoglikemia selesai
b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
1) Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan
kecepatan ml/menit.
2) Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan
infus glukosa 6-8 mg/kg/menit). (Contoh : BB 3
kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt
= 25920 mg/hari.
3) Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920
mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100
cc= 259 cc D 10% /hari)

Atau cara lain dengan GIR

1) Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah


12,5%,
2) Bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
3) Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus
dinyatakan dengan GIR.

c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :


a) ASI teruskan

b)Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas

c) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :

1) Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa


gejala tangani hipoglikemi.
2) Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum.

3) Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa


normal.

5. Tetanus Neonatorium
Tetanus Neonatorium adalah penyakit tetanus yang diderita oleh
bayi baru lahir yang disebabkan karena hasil klostarium tetani.
Tetanus neonatorium menyebabkan kematian pada bayi yang
tinggi di Negara berkembang karena pemotongan tali yang masih
banyak menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman
tetanus klostriudium tetani sebagian besar melalui tali pusat.
Masa inkubasinya sekitar 3 hari sampai 10 hari, dan makin pendek
masa inkubasinya penyakit makin fatal. Tetanus neonatorium
menyebabkan kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat
pernafasan dan jantung.

Fase – fase kejang tetanus neonatorium :

a. Kejang Parsial

Kejang parsial adalah kesadaran utuh walaupun mungkin


berubah; focus disatu bagian tetapi dapat menyebar kebagian
lain.
1) Parsial sederhana
a) Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu yang
abnormal), autonomic (takikardia,bradikardia,takipnu,
kemerahan, rasa tidak enak di epigastrium), psikik
(disfagia, gangguan daya ingat).
b) Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit.

2) Parsial kompleks
Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang
menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh :
a) Gejala motorik, sensorik, otomatisme (mengecap-
ngecapkan bibir,mengunyah, menarik-narik baju.
b) Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang
menjadi kejang generalisata.
c) Biasanya berlangsung 1-3 menit

b. Kejang generalisata

Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan


simetrik, tidak ada aura.
1) Tonik-klonik
Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi;
menggigit lidah; fase pascaiktus.
2) Absence

a. Sering salah didiagnosa sebagai melamun

b. Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata


bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus postural
tidak hilang.
c. Berlangsung beberapa detik.
3) Mioklonik
Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas dibeberapa
otot atau tungkai; cenderung singkat.
4) Atonik
Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya
postur tubuh.
5) Klonik
Gerakan menyentak,repetitive,tajam,dan lambat.

Tanda-tanda gejala tetanus neonatorium yaitu :

a. Bayi tiba – tiba panas dan tidak mau minum

b. Gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang


disertai sianosis.

c. Ekstermitas terulur dan kaku, dahi berkerut

d. Alis mata terangkat.

e. Sudut mulut tertarik ke bawah.

Penatalaksanaanya yang dapat diberikan :

a) Membersihkan jalan nafas

b) Melonggarkan pakaian bayi

c) Memasukkan tong spatel yang dibungkus kasa dalam mulut


bayi.

d) Menciptakan lingkungan yang tenang.

e) Memberikan asi sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang

Anda mungkin juga menyukai