PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Termoregulasi Bayi Baru Lahir
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara
pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh
di dalam batas batas normal.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada BBL.
Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37C. Pada bayi baru lahir,
belum memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang efisien dan masih lemah,
sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi.
Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam
lingkungan dengan suhu sekitar 25-28C, dikeringkan dan dibungkus dengan
HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)
hangat. Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang
digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2.
Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan
panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara
menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan
hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan
hiperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya
infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya
kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk
jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti,
mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definsisi Hipotermi Neonatus
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu normal
pada neonatus 36,5-37,5C (suhu axilla). Gejala awal hipotermi apabila suhu
<36C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36C). Disebut
hipotermi berat bila suhu <32C, diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25C. Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
3.2 Klasifikasi Hipotermi Neonatus
a) Hipotermia akut : terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama
6-12 jam. Umumnya terjadi pada bayi yang lahir di ruang bersalin yang
dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelaian terhadap bayi yang akan
lahir, misalnya diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup.
Gejalanya biasanya lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat
serta kedua kaki dingin. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan
cara memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah di atur
menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi
dengan teliti.
b) Hipotermia sepitas : merupakan penurunan suhu tubuh 1-2 derajat celcius
sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi
berumur 48 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya.
c) Hipotermia sekunder : penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh
suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom
gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan
intrakranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat.
2)
a.
b.
c.
d.
e.
Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
Gejala
a. Bayi tidak mau minum / menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema).
a.
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema)
3.6. Diagnosis Hipotermi Neonatus
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pengukuran suhu tubuh. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan termometer
ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25oC.
Anamnesis
Menurut departemen kesehatan RI 2007, diagnose bayi baru lahir yang
mengalami hipotermi dapat ditinjau dari riwayat asfiksia pada waktu lahir, riwayat
bayi yang dimandikan sesudah lahir, riwayat bayi yang tidak dikeringkan setelah
lahir dan tidak dijaga kehangatannya, riwayat terpapar ruangan yang dingin dan
riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan kehangatan pada bayi. Waktu
timbulnya kurang dari 2 hari.
Pemeriksaan Fisik
HIPOTER
MIA
Sedang:
Suhu tubuh 32C-
3.7.
36C
Denyut Nadi
<100x/menit
Letargi
Tangisan bayi
melemah
Extrimitas teraba
dingin
Berat:
Suhu tubuh <32C
Bibir, kuku kebiruan
Kulit teraba keras
Nafas dalam dan pelan
Denyut jantung melambat
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubator
gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah
menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.
a.
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan
bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau
lainnya hangat ulangi sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi
4) Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering atau
hangat
Closed
incubator.
Biasanya digunakan
1
0
1
1
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan
ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif
pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan
tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk
merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respon
terhadap
pengeringan
dan
rangsangan
taktil,
kemudian
kekurangan
cadangan
glikogen.
Asidosis
metabolik
disebabkan
1
2
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika
berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28
minggu, atau suhunya kurang dari 32C, danbayi dapat dipanaskan lebih perlahanlahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6C tiap jam).
BAB IV
KESIMPULAN
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai,
dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu
normal bayi adalah 36,5-37,5 C.
Disebut hipotermi bila suhu <36C. Hipotermia di bagi menjadi sedang,
berat, dan lanjut. Diklasifikasikan menjadi hipotermia akut, sepitas, dan cold
injury. Penatalaksanaan dengan segera hangatkan bayi dengan menggunakan
handuk kering, merode kanguru atau penggunaan alat seoerti inkubator.
Pencegahan dapat dialakukan dengan cara pengetahuan bagi perawat bayi agar
tidak terjadi penurunan suhu tubuh. Komplikasi pada hipotermi adalah asidosis,
hipoglikemi, hipoksia, apnoe.
1
3
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif at al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Arthur, c guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran. Ed: 11. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid :1.
Jakarta : Infomedika Jakarta
http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-termoregulasipada-bayi-baru-lahir-perlindungan-termal/
http://www.smallcrab.com/anak-anak/1037-pencegahan-kehilangan-panas-padabayi-baru-lahir
www.news-medical.net/.../What-is-Hypothermia-(Indonesian).aspx
1
4