Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh
ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan
ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri
melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya.
Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan
massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2F atau 0,556- 1,112C di
banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga
tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang
menuju hipotalamus
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan
suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan
lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh
disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi,
konduksi, konveksi atau epakorasi.

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Termoregulasi Bayi Baru Lahir
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara
pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh
di dalam batas batas normal.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada BBL.
Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37C. Pada bayi baru lahir,
belum memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang efisien dan masih lemah,
sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi.
Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam
lingkungan dengan suhu sekitar 25-28C, dikeringkan dan dibungkus dengan
HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

hangat. Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang
digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2.
Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan
panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara
menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan
hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan
hiperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya
infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya
kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk
jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti,
mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia.

2.2. Kontrol Suhu


Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya
berfungsi sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang ekstrim
atau mendadak pada lingkungan eksternalnya. Cara pengecekan suhu bayi yang
lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan thermometer dibawah aksila dan
membiarkannya selama 1 menit.
Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali
sampai hasil pengecekan dua kali berturutturut menunjukkan suhu 36,5C.
Sesudah itu pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali selama 24 jam
pertama dan kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan yang lebih
sering, dua kali sehari. Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk
dimandikan atau dibersihkan dan bisa juga pengukuran suhu dilakukan sesudah
bayi dimandikan.

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definsisi Hipotermi Neonatus
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu normal
pada neonatus 36,5-37,5C (suhu axilla). Gejala awal hipotermi apabila suhu
<36C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36C). Disebut
hipotermi berat bila suhu <32C, diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25C. Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
3.2 Klasifikasi Hipotermi Neonatus
a) Hipotermia akut : terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama
6-12 jam. Umumnya terjadi pada bayi yang lahir di ruang bersalin yang
dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelaian terhadap bayi yang akan
lahir, misalnya diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup.
Gejalanya biasanya lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat
serta kedua kaki dingin. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan
cara memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah di atur
menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi
dengan teliti.
b) Hipotermia sepitas : merupakan penurunan suhu tubuh 1-2 derajat celcius
sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi
berumur 48 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya.
c) Hipotermia sekunder : penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh
suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom
gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan
intrakranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat.

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

Pengobatan bisa dilakukan dengan cara memberikan antibiotik, larutan


glukosa, oksigen, dan sebagainya.
d) Cold injury : biasanya terjadi pada bayi yang terlalu lama dalam ruangan
dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya adalah lemah, tidak mau minum,
badan dingin, suhu berkisar antara 29,5 35 derajat celsius, tak banyak
bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolaholah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti
ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatan bisa dilakukan dengan memanaskan secara perlahan-lahan,
pemberian antibiotik, pemberian larutan glukosa 10 persen, dan
kartikosteroid.
3.3 Etiologi dan Faktor Resiko Hipotermi Neonatus
1)

Hipotermi disebabkan oleh :


a. Jaringan lemak subkutan tipis.
b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
d. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering
(menggigil) pada reaksi kedinginan.
e. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang
beresiko tinggi mengalami hipotermi.

2)
a.
b.
c.
d.
e.

Faktor resiko terjadinya hipotermi


Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir
Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
Tempat melahirkan yang dingin.
Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

3.4 Patofisiologi Hipotermi Neonatus


a. Evaporasi atau menguap
Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhny
tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda
tersebut.
c. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,
hembusan udara dingin melalui ventilasi / pendingin ruangan.
d. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).

3.5 Tanda dan Gejala Hipotermi Neonatus

Gejala
a. Bayi tidak mau minum / menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema).

Tanda tanda hipotermia sedang :

a. Aktifitas berkurang, letargis


b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin

Tanda tanda hipotermia berat

a.

Aktifitas berkurang, letargis

b. Bibir dan kuku kebiruan


c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
g. Resiko untuk kematian bayi

Tanda tanda stadium lanjut hipotermia

a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang


b. Bagian tubuh lainnya pucat
HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema)
3.6. Diagnosis Hipotermi Neonatus
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pengukuran suhu tubuh. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan termometer
ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25oC.

Anamnesis
Menurut departemen kesehatan RI 2007, diagnose bayi baru lahir yang
mengalami hipotermi dapat ditinjau dari riwayat asfiksia pada waktu lahir, riwayat
bayi yang dimandikan sesudah lahir, riwayat bayi yang tidak dikeringkan setelah
lahir dan tidak dijaga kehangatannya, riwayat terpapar ruangan yang dingin dan
riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan kehangatan pada bayi. Waktu
timbulnya kurang dari 2 hari.
Pemeriksaan Fisik
HIPOTER
MIA

Sedang:
Suhu tubuh 32C-

3.7.

36C
Denyut Nadi
<100x/menit
Letargi
Tangisan bayi
melemah
Extrimitas teraba
dingin

Berat:
Suhu tubuh <32C
Bibir, kuku kebiruan
Kulit teraba keras
Nafas dalam dan pelan
Denyut jantung melambat

Penatalaksaan Hipotermi Neonatus

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubator
gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah
menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.
a.

Hipotermia Sedang (32 -36C)


1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi
berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih
dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan selimut
/ kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut /
kain yang hangat.
b.

Hipotermi Berat (<32 C)


1)

Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan


hangat

2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan
bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau
lainnya hangat ulangi sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi
4) Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :

Memberi tutup kepala / topi kepala

Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering atau
hangat

5) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini


mungkin dapat lebih sering selama bayi menginginkan. Bila terlalu lemah
hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan
menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10%
sebanyak 60 80 ml/kg/liter
6) Segera rujuk di RS terdekat . rujuk apabila terdapat salah satu tanda
dibawah ini:

Jika setelah menghangatkan selama 1 jam


tidak ada kenaikan suhu (membaik).

Bila bayi tidak dapat minum


HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

Terdapat gangguaan nafas atau kejang.

Bila disertai salah satu tanda tanpak


mengantuk/ letargis atau ada bagian tubuh bayi yang mengeras.

7) Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:

Closed

incubator.

Biasanya digunakan

untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800gram. Kerugian


pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan
tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis
bisa kabur karena alat ini. Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh
dapat bertahan pada suhu lingkungan lebih dari 30C (biasanya sewaktu
tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram). Inkubator inibiasanya
memakai alat-alat berikut:
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi
turun, panas akan dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara
otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas atau rusak dapat terjadi
panas yang berlebihan.

Radiant Warmer khusus dipakai pada bayi


yang tidak stabil atau yang sedang mengalami pemeriksaan. Temperatur
dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.
Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):
Tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir. Keringkan
seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan.
Tutup kepala dengan cap. Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam
tempat tidur bayi. Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit:
Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali
Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr): Untuk berat bayi
1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan
selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin
(kangaroo) untuk bayi 1000-1800g.

3.8 Pencegahan Hipotermi Neonatus


Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh.

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

1
0

Upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban


pada permukaan tubuh bayi. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih,
kering dan hangat. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernafasan.
Ganti handuk dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi
dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih.
Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi
tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus
dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan
handuk atau selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.

Tutupi kepala bayi


Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu
satu jam pertama kelahiran.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat badan bayi dapat dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi
berpakaian / diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
Tempatkan bayi dilingkungan hangat

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

1
1

Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan
ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif
pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan
tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk
merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respon

terhadap

pengeringan

dan

rangsangan

taktil,

kemudian

menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk


membantu pernafasan.

3.9 Komplikasi Hiporermi Neonatus


Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia
karena

kekurangan

cadangan

glikogen.

Asidosis

metabolik

disebabkan

vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik danasidosis. Hipoksia


dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan
perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Syokk dengan akibat
penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan
cardiac output, Apnoe.
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus
segera dilakukan.Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat
menyebabkan apnea. Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu
harus terus dimonitor, dan investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau
iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang
perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan
perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu
ruangan yang normal . Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30
menit selama masapemanasan.

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

1
2

Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika
berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28
minggu, atau suhunya kurang dari 32C, danbayi dapat dipanaskan lebih perlahanlahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6C tiap jam).

BAB IV
KESIMPULAN
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai,
dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu
normal bayi adalah 36,5-37,5 C.
Disebut hipotermi bila suhu <36C. Hipotermia di bagi menjadi sedang,
berat, dan lanjut. Diklasifikasikan menjadi hipotermia akut, sepitas, dan cold
injury. Penatalaksanaan dengan segera hangatkan bayi dengan menggunakan
handuk kering, merode kanguru atau penggunaan alat seoerti inkubator.
Pencegahan dapat dialakukan dengan cara pengetahuan bagi perawat bayi agar
tidak terjadi penurunan suhu tubuh. Komplikasi pada hipotermi adalah asidosis,
hipoglikemi, hipoksia, apnoe.

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

1
3

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif at al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Arthur, c guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran. Ed: 11. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid :1.
Jakarta : Infomedika Jakarta
http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-termoregulasipada-bayi-baru-lahir-perlindungan-termal/
http://www.smallcrab.com/anak-anak/1037-pencegahan-kehilangan-panas-padabayi-baru-lahir
www.news-medical.net/.../What-is-Hypothermia-(Indonesian).aspx

HIPOTERMI NEONATOS (TR KLP.4)

1
4

Anda mungkin juga menyukai