Anda di halaman 1dari 457

TOPIK I

KONSEP PERLINDUNGAN TERMAL


(TERMOREGULASI)

Disusun oleh kelompok 1:

1. Dhauatun Farihah (20185123014)


2. Evitaria Simbolon (20185123020)
3. Putri Tiara Angelina (20185123047)
4. Saudah (20185123051)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III
2019/2020

1
PEMBAHASAN

A. TERMOREGULASI
Termoregulasi adalah suatu kemampuan untuk menjaga
keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas
agar dapat mempertahankan suhu tubuh didalam batas - batas
normal
Bayi baru lahir mempunyai kecendrungan untuk mengalami
stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi ( naik
turunya) suhu didalam uterus minimal, rentang maksimalnya hanya
0,60C sangat berbeda dengan kondisi diluar uterus.
Tiga factor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh
bayi.
1. Luasnya permukaan tubuh bayi.
2. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara
sempurna.
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
pengguanaan lemak coklat yang terdapat diseluruh tubuh, dan
mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan
glukosa untuk mendapatkan energy yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi
ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.

2
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan
lemak coklat bayi, jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia, asidosis. Okeh karena itu,
upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kegilangan
panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal pada neonates
adalah 36,5-37,5 0C melalui ukuran melalui aksila dan rectum,
jika nilainya turun dibawah 36,50C maka bayi mengalami
hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekililing
bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak
diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilitasi yaitu 6-
12 jam pertama setelah lahiran. Miskan bayi baru lahir dibiarkan
basah dan terlanjang selama menunggu plasenta lahir
meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hiportemia yang
disebabkan oleh :
1. Pusat pengaturan susu tubuh pada bayi belum berfungsi
dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaian nya
agar tidak kedinginan
Gejala hipotermia
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi
kurang aktif, letargi, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI,
dan mengatasi lemah.
2. Pernafasan megap megap dan lambat, serta denyut jantung
menurun.

3
3. Timbul skerema, kulit mengeras mengalai kemerahan
terutama di bagian punggung, tungkai, dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang.

Hiportemia menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh


yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung , perdarahan
terutama pada paru-paru, icterus, dan kematian.

Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuh melalui 4


mekanisme berikut :

1. Konveksi
Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekiling bayi, missal:
BBL diletakan dekat pintu atau jendela terbuka.
Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi, iyalah
membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,
mambiarkan bayi baru lahir diruangan yang terpasang kipas angin
2. Konduksi
Pindahnya panas tubuh karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin, missal: popok atau celana basah tidak
langsung diganti.
Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi, iyalah
menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin
memegang bayi baru lahir, menggunakan stestoskop dingin untuk
pemeriksaan bayi baru lahir.
3. Radiasi
Panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin, missal : BBL diletakan yang lebih dingin.
Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, iyalah
bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan air conditioner (AC)
tanpa diberikan pemanas ( radiant warmer ).
4. Evaporasi

4
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan
dan kelembapan udara ( perpindahan panas denagan cara merubah
cairan menjadi uap ). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang
dipakai, tingkat kelembapan udara, aliran udara yang melewati.
Cairan/air ketuban yang membahasi kulit bayi dan menguap, missal :
BBL tidak langung dikeringkan dari air ketuban.
Akibat dari suhu tubuh yang rendah yaitu metabolisme jaringan akan
meningkat dan berakibat lebih mudah terjadi asisdosis metabolik berat
sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Selain itu hipotermi yang
terjadi pada neonates dapat memyebabkan hipoglikemia. Apabila
neonatus menaggalami hiportemi bayi akan mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan memproduksi panas total yang bukan berasal dari
aktifitas otot atau non sheviring thermogenis ( NST). Produksi panas ini
dilakukan dengan cara pembakaran cadangan lemak ( Lemak
Cokat/brown fat) yang memberikan banyak energy dari pada lemak biasa.
Brown fat terdapat pada neonates dalam jumlah besar ( sekitar 2-6% BB).
Lemak ini terdapat di :
1). Anatara scapula
2). Sekitar otot dan pembuluh darah leher
3). Pelipatan lengan atas ( Aksila )
4). Anatara mediastinum dan oesopagus
5). Sekitar ginjal dan kelenjar adrenal

Tidak semua neonates memiliki ketahanan suhu tubuh yang sama,


karena hal ini sangan dipengaruhi oleh : suhu bayi, umur kehamilan dan
berat badan bayi. Untuk mengurangi kehilangan panas tersebut diatas
dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus
badan bayi dengan kain hangat, disimpan ditempat tidur yang sudah di
hangat kana tau dimasukan sementara kedalam incubator, mengerikan
bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih,

5
kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusukan bayinya.
B. PERLINDUNGAN TERMAL

Perlindungan suhu yang cepat pada bayi baru lahir, disebabkan oleh
ketidakmampuan bayi untuk menghasilkan panas yang cukup guna
mengimbangi kehilangan panas pada proses persalinan. Setiap bayi yang
lahir memiliki sistem pengendalian suhu yang belum matang. Pada bayi
dengan berat badan rendah serta bayi premature tidak terdapat zat lemak
yang cukup untuk menghasilkan panas.

Bayi yang mengalami gawat janin atau cold stress akan memerlukan
O2 yang lebih banyak, serta akan menghabiskan cadangan glikogennya
untuk mempertahankan tubuh. Bayi sehat pun bisa sakit jika kehilangan
panas yang berlebihan. Ketika lahir, bayi berada dalam suhu lebih rendah
dari pada didalam kandungan dan keadaan basah. Efek sters dingin.
Ketika seorang bayi mengalami sters akibat udara dingin, konsumsi
oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokonstriksi
pulmoner sehingga ambilan oksigen oleh paru-paru dan kadar oksigen
menurun di jaringan. Glikosis anearobik meningkat dan terdapat
peningkatan PO2 dan pH yang mengibatkan asidosis metabolic.
Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu :
1. Mengeringkan tubuh bayi secara sesama
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
3. Selimuti atau tutup bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi.
5. Jangan menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
6. Jangan memandikan bayi sebelum 6jam persalinan.
Pengendalian Suhu di Unit Perawatan Neonatus Pengendalian
Suhu di Unit Perawatan Neonatus
a. Di ruang bersalin.

6
- Berikan lingkungan hangat yaitu lingkungan yang bebas dari aliran
udara yang bertiup bebas
- Keringkan bayi segera
- Kontak kulit dengan kulit bersama ibu secara langsung dapat
berfungsi sebagai sumber panas langsung dapat berfungsi
sebagai sumber panas Selimuti ibu dengan bayinya sekaligus.
- Gunakan radiant radiantwarmer warmer untuk semua neonatus
dari ibu yg mempunyai faktor risiko/menunjukkan tanda stres
intrapartum/nilai Apgar rendah.
- Gunakan topi bayi, untuk menutupi bagian kepala.
b. Penggunaan Radiant Warmer
- Bayi tidak menggunakan pakaian, kecuali popok, dan diletakkan
tepat dibawah penghangat dibawah radiant warme
- Probe pengukur suhu diletakkan rata di kulit neonatus, biasanya di
bagian kanan perut neonates.
- Suhu servo diatur 36,5.
- Suhu diukur setiap 30 menit untuk menentukan bahwa suhu
neonatus berada pada kisaran yang tepat.
c. Perawatan dalam inkubator
- Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam perawatan,
mampu menggunakan inkubator dengan benar, memantau suhu
bayi, dan menyesuaikan suhu inkubator untuk dan menyesuaikan
suhu inkubator untuk dan menyesuaikan suhu inkubator untuk
mempertahankan lingkungan suhu netral.
- Inkubator memerlukan pasokan listrik yang tidak terputus, petugas
terlatih untuk pemeliharaan dan perbaikan, serta ketersediaan
suku cadang.
- Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi, Inkubator harus jauh dari
jendela yang tidak bisa di tutup rapat
- Suhu ruangan harus tepat & tiupan angina minimal

7
PERTANYAAN

1. Pada bayi baru lahir mengalami ciri – ciri sebagai berikut yaitu kaki
bayi terasa dingin, aktivias berkurang (letargi), tangisan lemah, kulit
berwarna tidak rata (cutis marmorata), dan kemampuan menghisap
lemah, serta suhu tubuh atau aksila 32℃ - 36℃. Dari ciri – ciri
tersebut dapat kita ketahui bayi mengalami...
a. Hipoksia
b. Hipoglikemia
c. Hipertermia
d. Hipotermia berat
e. Hipotermia sedang
2. Terdapat beberapa mekanisme kehilangan panas pada bayi,
diantaranya yaitu konduksi, konveksi radiasi, dan evaporasi. Jika pada
saat menimbang bayi tidak diberikan alas pada timbangan dan bayi
berada pada ruangan yang berAC. Maka mekanisme kehilangan
panas tersebut termasuk dalam mekanisme kehilangan panas yang
yang mana ?...
a. Radiasi dan Konveksi
b. Konveksi dan Evaporasi
c. Evaporasi dan Konduksi
d. Konduksi dan Radiasi
e. Radiasi dab Evaporasi

8
3. Metode primer untuk produksi panas pada bayi nonshivering
thermogenesis (NST) atau termogenesis tanpa aktivitas menggigil
yaitu dengan metabolisme lemak coklat / brown adipose tissue (BAT).
Letak dari lemak coklat yang paling banyak pada bayi baru lahir yaitu
terletak pada...
a. Leher dan Intraskapular
b. Pelipatan lengan atas ( Aksila )
c. Anatara mediastinum dan oesopagus
d. Sekitar ginjal dan kelenjar adrenal
e. Daerah paha dan telapak kaki
4. Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu, kecuali :
a. Mengeringkan tubuh secara seksama
b. Selimuti bagian tubuh dan kepala bayi
c. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi
d. Mandikan bayi sebelum 6jam persalinan
e. Jangan menimbangkan bayi dalam keadaan tidak berpakaian
5. Gangguan-gangguan yang terjadi pada bayi baru lahir seringkali
terjadi karena...
a. Bayi mengalami kehilangan panas dengan cepat
b. Bayi tidak dapat melakukan IMD
c. Bayi mengalami hipotermi
d. Suhu badan bayi terlalu panas
e. Tonus otot aktif

9
PENUTUP

A. SIMPULAN
Termoregulasi adalah suatu kemampuan untuk menjaga
keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas
agar dapat mempertahankan suhu tubuh didalam batas - batas
normal
Bayi baru lahir mempunyai kecendrungan untuk mengalami stress
fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi ( naik turunya)
suhu didalam uterus minimal, rentang maksimalnya hanya 0,6 0C
sangat berbeda dengan kondisi diluar uterus.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah.2010.Asuhan Kebidanan masa Persalinan.Yogyakarta:GRAHA


ILMU.
Sulistiyawati,Ari.2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin.Jakarta:Salemba Medika.
Saswita,reni.2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa
Persalinan.Jakarta.Salemba Medika
Lusiana,Arum.2016.Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah.Yogyakarta:trans medika.
Rahardjo,Kukuh.2015. Asuhan Neonatus Bayi,Balita,dan Anak Pra
Sekolah.Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.

11
TOPIK II

KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI DAN BALITA


(ASUH,ASIH & ASAH)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

Andra Afianti (20185123005)

Dayang Hikari (20185123011)

Mega Senema (20185121033)

Rika Maulidiah (20185121049)

12
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PRODI D-III KEBIDANAN TINGKAT II
TAHUN 2019/2020

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Fisik-Biologis (Asuh)


Kebutuhan fisik-biologis (Asuh) adalah kebutuhan biomedis sang buah
hati, Asuh meliputi asupan gizi saat di kandungan hinggah tumbuh dewasa.
Asupan sang buah hati sangat penting di perhatikan, Asuh juga meliputi
kebutuhan tempat tinggal, pakaian yang nyaman, imunisasi dan
sebagainya.
1. Zat gizi yang mencukupi dan seimbang
Zat gizi yang mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam
kandungan , yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada
ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara
eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan .
Sejak berumur 6 bulan sudah waktunya anak di berikan makanan
tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan
tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi
dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan
yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.
2. Perawatan kesehatan dasar
Untuk mencapai keadaan anak yang optimal, diperlukan beberapa upaya,
misalnya imunisasi, control ke Puskesmas/ Posyandu secara berkala,
diperiksakan segera bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan

13
kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada kelainan
makan anak segera mendapatkan penanganan yang benar.
3. Pakaian
Anak perlu mendapatkan paaian yang bersih dan nyaman dipakai.
Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari
bahan yang mudah menyerap keringat.
4. Perumahan
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, maka hal tersebut dapat
membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar,
tetapi bagaimanapun upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat,
cukup ventilasi, serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa
mempedulikan berapapun ukurannya.
5. Hygiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi
resiko tertularnya penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih
akan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas
bermain secara aman.
6. Kesegaran jasmani ( olahraga dan rekreasi )
Olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih otot-otot dan membuang
sisa metabolism, selain itu juga membantu meningkatkan motoric anak,
dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi
anak balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.
7. Imunisasi
Anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

B. Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (Asih)


Pengertian Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (Asih)
a. Asih merupakan kebutuhan terhadap emosi

14
b. Asih merupakan ikatan yang serasi dan selaras antara ibu
dan anak
c. Diperlukan pada tahun pertama kehidupan sejak dalam
kandungan untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang
fisik, mental dan psikososial anak
d. Asih merupakan bagaimana mempercayakan dan mengasihi
untuk memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada
ikatan emosional yang terjadi antara anak dan orang tua.
Kadang selalu bertindak selaku teman dan kadang juga
orang tua yang protektif
e. Kelembutan dan kasih sayang adalah kunci untuk
mendapatkan hati anak sehingga mereka tidak segan untuk
bercerita. Meluangkan waktu bersama untuk bermain,
berjalan-jalan, dan menikmati waktu hanya berdua saja
2. Macam-Macam Kebutuhan Asih
a. Kasih sayang orang tua
Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia
dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan,
perasaan aman kepada anak merupakan salah satu
kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin. Bayi yang normal biasanya
akan mulai menampakkan rasa cemas bila ditinggalkan
ibunya pada umur antara 7 sampai 9 bulan. Hubungan
antara ibu dan anak pada umur dua tahun pertama dalam
kehidupan anak harus cukup memberikan kepercayaan
pada anak, kalau berlebihan dapat menyebabkan anak
menjadi manja. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-
tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada
tumbuh kembang anak, baik fisik, mental maupun sosial
emosi yang disebut “ Sindrom Deprivasi Maternal”. Kasih
sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan

15
ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic
trust).
Kasih sayang merupakan sebuah perwujudan kebutuhan
asih yang dapat memberikan ketenteraman secara
psikologis pada anak. Anak berusaha mendapatkan cinta,
kasih sayang, dan perhatian dari orang tuanya. Sumber cinta
dan kasih sayang dari seorang bayi adalah orang tuanya
terutama pada ibu melalui komunikasi dari kata-kata yang
diucapkan dan perlakuan ibu pada anaknya. Terpenuhinya
kebutuhan kasih sayang akan membuat perasaan anak
bahagia, tenteram, dan aman. Terpenuhinya kebutuhan
kasih sayang juga tercermin dari hubungan yang terjalin
dengan baik antara orang tua, keluarga, dan lingkungan
sekitar.
b. Menciptakan rasa aman dan nyaman, anak merasa
dilindungi
Seorang anak akan merasa diterimaoleh orangtuanya
apabila ia merasa bahwa kepentingannya diperhatikan serta
merasa ada hubungan yang erat antara anak dan
keluarganya.
Faktor lingkungan menyebabkan anak mengalami
perubahan-perubahanyang dapat membuat anak merasa
terancam. Anak yang sedangberada pada kondisi terancam
mengalami ketidakpastian danketidakjelasan, sehingga anak
membutuhkan dukungan dari orang tua yangdapat
mengurangi rasa takut yang dihadapi anak. Rasa aman dan
nyamandapat terwujud dengan kehangatan dan rasa cinta
dari orang tua, sertakestabilan keluarga dalam
mengendalikan stres. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
juga ditunjukkan dengan penerimaan anak oleh orang tua,
pemenuhan segala kebutuhan anak, anak selalu

16
diperhatikan, didukung dengan hubungan yang baik dalam
sebuah keluarga.
c. Harga diri
Setiap anak ingin merasa bahwa ia mempunyai tempat
dalam keluarganya, keinginannya diperhatikan, apa yang
dikatannya ingin didengar orang tua serta tidak diacuhkan.
Bayi dan anak memiliki kebutuhan harga diri dan ingin
merasa dihargai. Anak selalu ingin merasa dihargai dalam
tingkah lakunya. Anak merasa berbeda dengan orang lain
disekitarnya, sehingga anak juga butuh dihargai. Anak selalu
ingin mendapat tempat dihati keluarganya dan selalu ingin
diperhatikan oleh orang-orang disekelilingnya
d. Mandiri
Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarnya
pada perkembangan anak. Apabila orang tua masih
menuntut anaknya mandiri yang melampaui
kemampuannya, maka anak dapat menjadi tertekan. Anak
masih perlu bantuan untuk belajar mandiri, belajar untuk
memahami persoalan, memahami apa yang harus
diperhatikan dan kesemuanya itu memerlukan waktu.
Kemandirian merupakan kemampuan untuk berusaha dan
berupayadengan diri sendiri. Kemandirian juga
dapatdiartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
memikirkan, merasakan, danmelakukan sesuatu sendiri dan
tidak bergantung pada orang lain.
Kemandirian terdiri dari aspek intelektual
(kemauanseseorang untuk berpikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri), aspeksosial (kemauan untuk membina
hubungan dengan orang lain disekitarnya),aspek emosi
(kemauan mengelola emosinya sendiri), aspek
ekonomi(kemauan untuk mengelola kebutuhan

17
ekonominya). Salah satu bentukkemandirian yang telah
ditunjukkan anak adalah kemauan anak
untukmengeksplorasi lingkungan sejak bayi. Kemandirian
anak sebagian besar dipengaruhi oleh peran pola asuhdan
lingkungan sekitarnya, bukan pengaruh faktor genetis. Anak
yangmandiri memiliki ciri khas diantaranya anak lebih
senang memecahkanmasalahnya sendiri daripada
mengkhawatirkan masalahnya, tidak takutmengambil risiko
atas keputusannya, percaya terhadap pemikiran
sendirisehingga anak tidak banyak meminta bantuan pada
orang lain, memilikikontrol pada dirinya sendiri .
e. Dibantu, didorong atau dimotivasi
Anak memerlukan dorongan dari orang disekitarnya
apabila anak tidak mampu menghadapi masalah/situasi
kurang menyenangkan. Dorongan yang diberikan bukan
seutuhnya namun berupa langkah yang dapat diambil
memberi semangat bahwa dia dahulu dapat mengatasi
dengan baik dan sebagainya.Dukungan dan dorongan yang
diberikan oleh orang tua dengan melakukan stimulasi pada
anak untuk melalui tahap perkembangannya dengan
optimal. Orang tua yang dapat memberikan dukungan pada
anak akan membentuk anak yang memiliki kepercayaan diri.
f. Kebutuhan akan kesuksesan
Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang
diharapkan daripadanya dapat dilakukannya, dan merasa
sukses mencapai sesuatu yang diinginkan orang tua.
Janganlah anak dipaksa melakukan sesuatu diluar
kemampuannya. Kesuksesan kemungkinan dapat terjadi
kegagalan, jika kegagalan terjadi berulang anak akan
merasa kecewa dan akhirnya merasa kehilangan
kepercayaan dirinya. Anak akan merasa rendah diri dari

18
pergaulan dengan teman-temannya. Anak yang mendapat
dorongan akan mempunyai semangat untuk menghadapi
situasi atau masalah.
g. Kebutuhan mendapat kesempatan dan pengalaman
Anak-anak membutuhkan dorongan orang tua dan
orang-orang di sekelilingnya dengan memberikan
kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan sifat
bawaannya.Orang tua juga perlu memberikan kesempatan
untuk anak mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua harus
belajar mengetahui batasan tertentu untuk membiarkan
anak, sehingga anak memiliki kesempatan mengembangkan
kreatifitasnya dan tidak selalu dilarang oleh orang tuanya
h. Rasa memiliki
Kebutuhan anak akan rasa memiliki sesuatu
(betapapun kecilnya) harus diperhatikan. Semua benda
miliknya yang dianggap berharga harus dapat dimiliki sendiri
(bagi orang tua barang-barang tersebut tidak berharga sama
sekali). Orang tua harus dapat memberikan rasa memiliki
pada anak.
Pengahargaan orang tua pada benda milik anak
sangat diperlukan anak.Bayi dan anak memiliki kebutuhan
rasa memiliki seperti halnyapada orang dewasa. Anak
merasa segala sesuatu yang telah dimilikinyaharus dijaga
agar tidak diambil oleh orang lain. Rasamemiliki membuat
individu untuk menggabungkan diri dengan orang laindan
dapat diterima oleh orang lain. Ikatan ibu anak yang erat,
mesra, selaras, seawal dan sepermanen mungkin sangatlah
penting karena:
1) Turut menentukan perilaku anak di kemudian hari
2) Merangsang perkembangan otak anak
3) Merangsang perhatian anak kepada dunia luar

19
Pemenuhan kebutuhan emosi (Asih) ini dapat dilakukan
sedini mungkin, yaitu dengan mendekapnya bayi pada ibunya
sesegera mungkin setelah lahir. Keadaan ini akan menimbulkan
kontak fisis (kontak kulit) dan psikis (kontak mata) sedini
mungkin. Bahkan dimasa prenatal pun kebutuhan emosi anak
(janin) seharusnya sudah harus dipenuhi yaitu dengan
mengupayakan agar kehamilannya merupakan kehamilan yang
diinginkan, sewaktu hamil ibu mengajak bicara dengan bayi
yang dikandungnya.

C. Kebutuhan Stimulasi (Asah)


Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin
kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian,
kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak.
Dasar perlunya stimulasi dini:
1. milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan dan
belum ada hubungan antar sel otak (sinaps)
2. orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak
3. bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru
(sinaps)
4. semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-
sel otak
5. semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin
kompleks/luas
6. merangsang  otak kiri dan kanan secara seimbang untuk
mengembangkan multiple
7. inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.
8. stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-
psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur, moral,
agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa,
kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst.

20
Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan
kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama,
kepemimpinan dan moral-spiritual anak. Selain distimulasi, anak juga
perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining)
adanya kelainan/penyimpangan tumbuh kembang, intervensi dini dan
rujukan dini bila diperlukan.

PERTANYAAN

1. Asupan gizi saat di kandungan hingga tumbuh dewasa, asupan sang


buah hati sangat penting di perhatikan, kebutuhan tempat tinggal,
pakaian yang nyaman, imunisasi dan sebagainya. Kebutuhan diatas
merupakan kebutuhan dari ?
a. Kebutuhan Fisik-Biologis (Asuh)
b. Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (Asih)
c. Kebutuhan Stimulasi (Asah)
d. Kebutuhan Kemandirian
e. Kebutuhan Keluarga
2. Merupakan kebutuhan terhadap emosi, ikatan yang serasi dan selaras
antara ibu dan anak serta diperlukan pada tahun pertama kehidupan
sejak dalam kandungan untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang
fisik, mental dan psikososial anak. Definisi di atas dari ?
a. Kebutuhan Fisik-Biologis (Asuh)
b. Kebutuhan Kebutuhan Stimulasi (Asah)
c. Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (Asih)
d. Kebutuhan Kemandirian
e. Kebutuhan Keluarga

21
3. Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin
kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif,
kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak.
Kebutuhan diatas merupakan dari ?
a. Kebutuhan Fisik-Biologis (Asuh)
b. Kebutuhan Kebutuhan Stimulasi (Asah)
c. Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (Asih)
d. Kebutuhan Kemandirian
e. Kebutuhan Keluarga
4. ASI esklusif di berikan pada bayi sampai usia ?
a. 4 bulan
b. 5 bulan
c. 6 bulan
d. 7 bulan
e. 8 bulan
5. Yang merupakan dasar perlunya stimulasi dini, kecuali………..
a. Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan dan
belum ada hubungan antar sel otak (sinaps)
b. Orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak
c. Bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru
(sinaps)
d. Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel
otak
e. Kesegaran jasmani ( olahraga dan rekreasi )

22
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan fisik-biologis (Asuh) adalah kebutuhan biomedis sang
buah hati, Asuh meliputi asupan gizi saat di kandungan hinggah tumbuh
dewasa. Asupan sang buah hati sangat penting di perhatikan, Asuh juga
meliputi kebutuhan tempat tinggal, pakaian yang nyaman, imunisasi dan
sebagainya.
Asih merupakan bagaimana mempercayakan dan mengasihi
untuk memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada ikatan
emosional yang terjadi antara anak dan orang tua. Kadang selalu
bertindak selaku teman dan kadang juga orang tua yang protektif.
Kelembutan dan kasih sayang adalah kunci untuk mendapatkan hati
anak sehingga mereka tidak segan untuk bercerita. Meluangkan waktu
bersama untuk bermain, berjalan-jalan, dan menikmati waktu hanya
berdua saja. Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan
sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara,
kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual
anak.

23
DAFTAR PUSTAKA

Setiyani, Astuti. 2016. Asuhan Kkebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan


Anak Prasekolah. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

S, Ronald H. 2011. Pedoman dan Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat


dan Cerdas. Bandung: CV. Nuansa Aulia
Wijaya, Awi Muliadi. 2011. Kebutuhan Dasar Anak Untuk Tumbuh
Kembang yang Optimal. Jakarta: Kementerian Kesehatan

24
TOPIK III

ASI EKSKLUSIF

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Ainiyah Qurrotu Aini Nugraha (20185123002)


2. Ghinanda Heristi
3. Mafisha Addurunnafis (20185123030)
4. Suci Cahya Ningsih

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III

25
PEMBAHASAN

A. MANFAAT ASI

Pemberian ASI eksklusif telah melakukan begitu banyak hal, baik


bagi bayi, ibu, maupun keluarga. Berikut ini adalah sekilas mengenai
manfaat kesehatan terpenting yang ada dalam aktivitas menyusui.

1) Jarang mengalami infeksi telinga


2) Barisan gigi yang lebih baik
3) Jantungyang lebih sehat
4) Jarang mengalami infeksi saluran pernafasan
5) Proses pencernaan yang membaik
6) Jarang mengalami infeksi usus
7) Jarang mengalami sembelit
8) Tubuh yang lebih ramping
9) Jarang mengalami diabetes
10)Kulit yang lebih sehat
11)Kekebalan tubuh meningkat
12)Pertumbuhan yang lebih sehat

1. Manfaat bagi ibu yang menyusui:


a. Sebagai relaksasi
b. Jarang depresi
c. Menyapih anak secara alamiah
d. Jarang mengalami keropos tulang
e. Kecil kemungkinan mengalamikanker payudara, rahim dan
indung telur
f. Dapat menghilangkan berat badan setelah melahirkan
dengan cepat
2. Manfaat bagi bayi yang menyusu:
a. Otak yang lebih cerdas

26
b. Penglihatan yang lebih baik

B. TAHAPAN LAKTASI
1. Mammogenesis, yaitu pertambahan ukuran dan berat payudara,
dimulai pada masa pumbertas, ditandai dengan sekresi esterogen
yang menyebabkan pembesaran bantalan lemak serta memanjang
dan bercabangnya saluran susu
2. Laktogenesis
a. Tahap I
Pertambahan dan perbesaran lobus alveolus pada fase terakhir
kehamilan. Sel alveolus berubah menjadi sel sekretoris.
Proklatin mulai memproduksi kolestrum.
b. Tahap II
Dimulai 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi dapat merasa
payuda penuh pada 50 – 73 jam setelah melahirkan. Keluarnya
plasenta saat kelahiran, menyebabkan turunnya kadar
progesterone, esterogen dan HPL secara tiba – tiba, tetapi
prolactin tetap tinggi dan menstimulasikan besaran payudara
mulai merasa penuh.Asi terus dihasilkan dan dikeluarkan
dengan membaca sinyal ASI masih dibutuhkan.
c. Tahap III
Produk asi stabil, sistem autokrin dimulai. Bila ASI dikeluarkan
banyak, ASI akan diproduksi lebih banyak lagi.
3. Galaktopoiesis, yaitu pemeliharaan / mempertahankan aktifitas
sekresi yang terjadi selama periode laktasi.
4. Involution, yaitu tidak ada lagi rangsangan atau jika ASI yang
diproduksi tidak dikeluarkan dalam waktu lama sehingga inhibitor
autokrin memberi sinyal untuk tidak memproduksi ASI lagi, dimulai
40 hari setelah berhenti menyusui. ASI tidak akan habis dengan

27
sendirinya. Produksi ASI akan berangsur – angsur berkurang jika
frekuensi menyusui berkurang.

C. KOMPOSISI ASI
Asi merupakan cairan hidup yang dinamis, memiliki kandungan
gizi beragam dan lengakap. Hal penting ASI bahwa segala
kandungannya sesuai keadaan bayi dan bersifat alami, bukan sintetik
sehingga aman dan dapat bermanfaat maksimal.
Kandungan utama ASI, sebanyak 88% adalah air. Jumlah ini cukup
memenuhi kebutuhan cairan. Air juga berfungsi membuang kelebihan
zat terlarut. Sisanya ASI terdiri :
1. Karbohidrat
Kabohidrat utama ASI adalah latosa. Laktosa pada ASI mudah
diserap tubuh karena enzim lactase untuk memecah laktosa. Kadar
laktosa ASI lebih tinggi daripada sapi. Laktosa sebaga sumber
tenaga, perkembangan otak, penyerapan kalsium, dan
pertumbuhan bakteri baik di usus.
2. Protein
Protein pertama dalam koostrum adalah globulin, sedangkan
pada ASI mature ialah whey. Komponen utama whey pada ASI
adalah alpha-laktalbumin, sisanya berupa immunoglobulin,
albumin, laktoferin, dan lisozim.whey pada susu sapi adalah betha-
laktoglobulin, dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan
alergi.
Pada ASI kadar methionin lebih rendah dan kadar sistin lebih tinggi
dari pada susu sapi. Sistin adalah asam amino penting untuk otak.
3. Lemak
Lemak pada ASI juga sangat penting, karena lemak pada ASI
hadir dengan enzim lipase yang tugasnya memecahkan trigliserida
menjadi digliserida dan kemudian monogliserida sehingga ASI

28
lebih mudah dicerna. Lipase aktif saat sudah bertemu dengan
garam empedu di usus bayi.
Lemak pada ASI juga mengandungasam lemak esensial, berupa
asam linolenat dan asam linoleat. Asam linolenat akan disintesa
menjadi DHA dan Asam linoleat akan disintesa menjadi
AA( Arachidonic Acid). ASI sendiri juga mengandung AA dan DHA
yang siap pakai untuk building block otak. AA penting untuk
kounikasi antarsena dan menjadi penyusun senyawa penting lain
daalm tubuh. Dan DHA ( Docosahexaenoic Acid) penting untuk
fungsi pengeihatandan kecerdasan.
4. Vitamin
ASI mengandung vitamin larut lemak (Vitamin A,D,E,K) dan
vitamin larut air (Vitamin B dan C). Vitamin A terdapat pada ASI
yang bermanfaat sebagai kesehatan mata, pembelahan sel,
kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Vitamin K sebagai faktor
pembekuan darah. ASI sedikit mengandung vitamin D, walaupun
hanya sedikit, ASI merupakan salah satu makanan yang
mengandung vitamin D, yang pastinya lebih didapat dari paparan
matahari.
Asupan nutrisi ibu berpengaruh terdapat vitamin larut air, yaitu
vitamin B dan C.Vitamin C pada ASI tiga kali lebih banyak
dibanding susu sapi. ASI mengandung nutrient – protein pengikat
vitamin B12 dan asam folat sehingga tidak berada dalam keadaan
bebas. Karena jika B12 dalam keadaan bebas maka akan digunkan
bakteri E.coli untuk tumbuh.
5. Mineral
Mineral utama dalam ASI berupa kalsium, magnesium, fosfor,
sodium, potasium, dan kloride. Mineral lain ada dalam jumlah
sedikit yaitu zinc iron, coopper, mangan, selenium, iodine, fluoride.
Susu Sapi mengandung mineral empat kali lebih banyak dari
ASIsehingga meningkatkan beban osmolar dan ginjal serta

29
menghambat pencernaan protein karena menyebabkan kondisi
buffer di lambung
6. Enzim
Enzim adalah biomolekuler berupa protein sebagai katalis, yaitu
senyawa yang mempercepat suatu reaksi. Enzim pada ASI
membuat metabolisme mudah dicerna.
Macam – macam enzim dalam ASI diantaranya:
a. Protease : mengubah protein menjadi asam amino
b. Lipase : memecah lipid menjadi sam lemak dan gliserol
c. Amilase :perombakan amilium/pati menjadi glukosa
d. Lipoprotein lipase (LPL) : menghidrolisis trigliserida menjadi
asam lemak dan gliserol
e. Asam lleaksintetase, tioesterase : mensintesa asam lemak
rantai sedang
f. Actose sintetase : mempercepat pembentukan laktosa dari
glukosa dan galaktosaxatin oksidase ( pengangkut zat besi
dan molybdenum)
g. Glutation peroksidase : pengangkut selenium
h. Alkalin fosfatase : pengangkut zink dan magnesium
i. Antiprotease : proteksi bioaktif komponen enzim,
immunoglobin, dan hormon pertumbuhan
j. Sulfhidriloksidase : mempertahankan struktur dan fungsi
protein ASI
k. Peroksidase :sebagai antibodi terhadap streptokokus
7. Hormon
Hormon adalah zat kimia pembawa pesan kimiawi antarsel
dengan meberi sinyal ke sel target yang selanjutnya akan
melakukan aktiftas tertentu. Satu hormon dapat mengatur produksi
dan peepasan horon lainnya.
a. TSH (Thyroid Stimulating hormon) : melindungi bayi akibat
belum matangnya kelenjar tiroid

30
b. Prostaglandin : melindungi perut dari peradangan dan
matinya jaringan penting, juga berperan pada pergerakan
makanan dalam salurn pencernaan elalui gerak paristaltik
c. Kortsol : berperan pada perkembangan pankreas dan
mengontrol transportasi cairan dan garam empedu.
d. EGF ( Epidermal Growth factor) : hormon pertumbuhn
pertama pada ASI diantaranya membentuk pembentukan
DNA pada saluran pencernaan dan mempercepat pemulihan
jaringan.
D. SIKLUS HORMON PADA LAKTASI
Laktasi terdiri dari sintesis ASI di sel-sel alveoli, lumen
alveoli (tahap sekresi laktasi) dan penyemprotan ASI ke
system duktus (tahap ejeksi laktasi). Pengeluaran ASI ke
dalam lumen alveoli dirangsang oleh hormone prolaktin. ASI
dikeluarkan dari system duktus dan dipengaruhi oleh sekresi
oksitosin pada hipofise anterior. Dengan berakhirnya
kehamilan, hipofese anterior sudah mensekresi prolaktin untuk
memproduksi ASI. Sedangkan kolostrum sudah disekresi
pada Trimester III kehamilan dan produksinya berangsur-
angsur berkurang sampai ASI berwarna putih keluar. ASI yang
berwarna putih keluar setelah 3-5 hari post partum pada ibu
primipara dan sebelum 3 hari pada ibu multipara.
Pada saat hamil, hormon prolaktin dari plasenta
meningkat,tetapi ASI belum keluar karena dihambat oleh
hormone estrogen yang tinggi. Pada hari kedua dan ketiga
setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesterone turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan pada saat
inilah mulai menjadi sekresi ASI. Hormon prolaktin adalah
horman yang befungsi untuk memproduksi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu,
maka terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi

31
ASI semakin lancar. Dua reflex pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi yaitu reflex prolaktin dan reflex aliran
yang timbul akibat perangsangan putting oleh isapan bayi.
ASI dihasilkan oleh gabungan reflex dan hormone dalam
tubuh ibu. Ketika bayi mulai menghisap ASI, terjadi dua reflex
yaitu reflex prolaktin dan reflex oksitosin yang menyebabkan
ASI keluar dengan baik. Prolaktin merupakan hormone
laktogenik dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior karena
adanya hisapan bayi pada payudara. Setiap hisapan bayi
pada payudara ibu akan merangsang ujung saraf di sekitar
payudara. Rangsangan ini dihantarkan ke kelenjar hipofisis
anterior untuk pelepasan prolaktin yang merangsang kelenjar
susu untuk memproduksi ASI. Semakin kurang bayi menyusu,
maka hormone prolaktin tidak akan keluar dan payudara
berhenti memproduksi ASI.
Untuk mencegah produksi ASI berhenti, ibu harus senantiasa
terus menyusukan bayinya karena hormone oksitosin akan
diproduksi jika ujung syaraf sekitar payudara dirangsang oleh
isapan bayi. Oksitosin masuk kedalam darah menuju
payudara, membuat otot-otot payudara mengkerut. Fenomena
ini disebut reflex pengeluaran ASI, reflex oksitosin atau let
down reflex.
Kerja hormon ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis
ibu. Bila ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah, akan
mempengaruhi kerja oksitosin. Faktor lingkungan dan orang
terdekat sangat mempelancar reflex oksitosin, seperti peran
ayah dan keluarga sangat penting sekali untuk mendukung
kesuksesan proses menyusui.
E. PROSES PRODUKSI DAN EJEKSI ASI
Proses pembentukan Asi dimulai sejak awal
kehamilan,proses pembentukan ASI dimulai dari proses

32
terbentuknya laktogen dan hormone-hormon yang
mempengaruhi proses pembentukan ASI,proses pembentukan
laktogen dan hormone produksi ASI sebagai berikut :
1. Laktogenesis I
Pada fase akhir kehamilan, payudara wanita
memasuki fase pembentukan laktogenesis I dimana
payudara memproduksi kolostrum yang berupa cairan
kuning kental. Pada fase ini payudara membentuk dan
menambah pembesaran lobules alveolus. Tingkat
progesteron yang tinggi dapat mengambat
pembentukan ASI .
2. Laktogenesis II
Pada saat melahirkan dan plasenta keluar
menyebabkan penurunan hormone progesterone,
estrogen dan Human Placental Lactogen (HPL) akan
tetapi kadar prolaktin tinggi menyebabkan produksi ASI
yang berlebih dan disebut fase Laktogenesis II. Pada
fase ini payudara dirangsang dan kadar prolaktin dalam
darah akan bertambah dan merangsang pembentukan
dan keluarnya ASI. Selain itu, hormone insulin,tiroksin
dan kortisol terdapat dalam proses produksi ASI
dengan peran yang tidak terlalu dominan. Proses
Laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah
melahirkan. Dalam dua minggu setelah
melahirkan,kolostrum akan mulai berkurang dan tidak
ada, yang kemudian digantikan dengan ASI
sepenuhnya.
3. Laktogenesis III
Merupakan fase dimana system control hormone
endokrin mengatur proses pembentukan ASI selama
masa kehamilan dan beberapa hari setelah

33
melahirkan.Pada saat produksi ASI mulai stabil, system
control autokrin dimulai. Payudara akan memproduksi
ASI lebih banyak lagi jika ASI sering dikeluarkan dan
reflex menghisap ASI akan mempengaruhi produksi
ASI itu sendiri.
Ejeksi ASI dilakukan melalui reflex ASI yaitu reflex pada ibu
dan reflex pada bayi. Refleks yang terjadi adalah :
1. Refleks Prolaktin
Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf
memicu kelenjar hipofise bagian depan untuk
mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran
darah yang menye-babkan sel kelenjar mengeluarkan
ASI. Semakin sering bayi menghisap semakin banyak
hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise.
Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel
kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi
menyebabkan produksi ASI berkurang, mekanisme ini
disebut supply and demand.
2. Refleks Oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf,
memacu hipofise bagian belakang untuk mensekresi
hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini
menyebabkan sel – sel myopytel yang mengelilingi
alveoli dan duktuli berkon-traksi, sehingga ASI mengalir
dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan
demikian sering menyusu baik dan penting untuk
pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement
(pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya
memperlancar pengeluaran ASI.Oksitosin juga
merangsang otot rahim berkontraksi  sehingga
mempercepat terlepasnya plasenta dari dinding rahim

34
dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let
down reflex dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir,
rasa sakit dan kurang percaya diri.
F. KEBUTUHAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS, BAYI,
DAN BALITA

Persediaan jumlah ASI setiap ibu yang sedang


menyusui bisa berbeda-berbeda. Begitu pula dengan
kebutuhan ASI masing-masing bayi. Menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), volume dan komposisi zat gizi ASI
pada setiap ibu menyusui disesuaikan oleh kebutuhan bayi.

Kebutuhan ASI untuk bayi yang baru lahir atau


pertama kali menyusui biasanya belum terlalu banyak.
Seiring bertambahnya usia bayi hari demi hari, bahkan
berganti bulan, jumlah ASI yang dibutuhkan umumnya akan
mengalami peningkatan.

Pada dasarnya, kebutuhan ASI masing-masing bayi


tidak selalu sama, melainkan bisa berbeda-beda tergantung
dari kemampuan tubuhnya. Secara umumnya, berikut rata-
rata kebutuhan ASI bayi yang baru lahir:

a. Hari ke-1 kelahiran: 7 mililiter (ml)


b. Hari ke-2 kelahiran: 8-14 ml
c. Hari ke-3 kelahiran: 15-38 ml
d. Hari ke-4 kelahiran: 37-58 ml
e. Hari ke-5,6,dan 7 kelahiran: 59-65 ml
f. Hari ke-14: 66-88 ml

Di hari ke-5 dan ke-6 setelah dilahirkan, ASI yang


dibutuhkan bayi berkisar antara 59-65 ml atau tidak jauh
berbeda dengan hari ke-4 dan ke-7. Ini karena kebutuhan

35
ASI bayi sudah mulai meningkat naik secara bertahap dari
saat baru lahir sampai beberapa bulan setelahnya, sembari
menyesuaikan dengan kemampuan menyusui.

Jika berat badan bayi yang baru lahir tampak sedikit


mengalami penurunan, tak perlu khawatir. Pasalnya, berat
badan bayi biasanya mulai bertambah lagi di sekitar hari
kelima dan ketujuh setelah lahir.

Untuk bayi yang berusia 1-6 bulan atau selama ASI


eksklusif, berikut rata-rata jumlah ASI yang dibutuhkan
setiap harinya:

a. Bayi usia 1 bulan: 60-118 ml


b. Bayi usia 2-4 bulan: 119-147 ml
c. Bayi usia 4-5 bulan: 119-177 ml
d. Bayi usia 6 bulan: sekitar 236 ml

Kebutuhan ASI bayi selama masa ASI eksklusif memang


cenderung mengalami peningkatan. Hanya saja, jadwal
menyusui bayi, meliputi frekuensi dan rentang waktunya, bisa
semakin berkurang seiring bertambahnya usia.

Ambil contohnya di bulan pertama, frekuensi menyusu


bayi terhitung sekitar 8-12 kali sehari dengan rentang waktu 2-3
jam sekali. Sementara memasuki bulan kedua, frekuensi
menyusu menurun menjadi 7-9 kali sehari, dan di bulan ketiga
sampai kelima menjadi 7-8 kali sehari.

Rentang waktu bayi menyusui bisa hanya berkisar 2,5-


3,5 jam sehari. Kemudian masuk usia 6 bulan, frekuensi
menyusu mungkin hanya 4-6 kali sehari dengan rentang waktu
5-6 jam sekali.

36
Ketika mulai masuk usia 6 bulan, kebutuhan ASI bayi
tentu mengalami pengurangan. Akan tetapi, usia ini merupakan
masa transisi bayi untuk mengenal makanan pendamping ASI
(MPASI).

Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun, selain mendapatkan


ASI, bayi juga akan diberikan makanan dan minuman tambahan
lainnya guna membantu memenuhi kebutuhan hariannya. Ini
karena menurut WHO, di usia 6 bulan ke atas pemberian ASI
saja sudah tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan harian
bayi.

Jadi, bayi harus diberi asupan zat gizi lain dari tambahan
makanan dan minuman agar kebutuhan hariannya tetap terpenuhi.
Hal ini otomatis membuat kebutuhan ASI untuk bayi akan semakin
berkurang seiring bertambahnya usia.

Mengutip dari buku Penuntun Diet Anak yang diterbitkan


oleh Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, kebutuhan ASI bayi
berbeda-beda di setiap kelompok usia. Pada usia 6-8 bulan,
kebutuhan ASI bayi bisa lebih dari 148 ml, dengan frekuensi
pemberian sekitar 4-6 kali dalam sehari.

Sedangkan saat bayi berusia 9-7 bulan, frekuensi pemberian


ASI berkisar 4-5 kali sehari. Berbeda lagi jika usia bayi sudah
masuk 12-24 bulan, frekuensi ASI yang diberikan berkisar kurang
lebih 3 kali sehari.

Kebutuhan ASI yang tercukupi dengan baik juga bisa


menjadi tanda bahwa zat gizi yang dibutuhkan bayi setiap hari tidak
kekurangan atau sudah terpenuhi. Ada beberapa kriteria yang bisa
dijadikan pegangan untuk menilai tercukupinya kebutuhan ASI

37
eksklusif bayi baru lahir maupun setelah usia beberapa bulan,
seperti:

a. Selambat-lambatnya pada hari ke-14 setelah dilahirkan, berat


badan bayi sudah mengalami peningkatan.
b. Kenaikan berat badan bayi sekitar 25-30 gram/hari atau 750-
900 gram/bulan, selama 3 bulan pertama kelahiran.
c. Kenaikan berat badan bayi sekitar 20 gram/hari atau 600
gram/bulan selama usia 4 sampai 6 bulan.
d. Urine yang dikeluarkan bayi banyak, jernih, dan tidak berbau
tajam, dengan frekuensi sekitar 6-8 kali dalam sehari.

G. MANAJEMEN LAKTASI

Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk


mencapai keberhasilan dalam menyusui. Manajemen laktasi
sebaiknya sudah dilakukan sejak awal kehamilan, hingga selama
masa menyusui.

 ASI vs Susu Formula

38
 Perawatan Payudara saat Hamil

Merawat payudara penting dilakukan saat hamil. Dengan begitu, air susu
bisa diproduksi dengan lancar. Berikut teknik memijat payudara yang tepat

39
 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi menyusu


sendiri segera setelah lahir hingga 1 jam pertama setelah lahir sehingga
terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi.

Manfaat IMD:

1. Dapat mensukseskan ASI Eksklusif


2. Menambah kekebalan tubuh bayi karena terjadi perpindahan
bakteri baik ibu pada bayi
3. Ikatan kasih sayang ibu dan bayi semakin kuat
4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI yang pertama kali keluar)

Kolostrum merupakan ASI yang keluar pertama kali dan berwarna kuning
kental. Cairan ini sangat istemewa bagi bayi karena kaya akan zat
kekebalan tubuh, penting untuk mencegah infeksi, dapat mematangkan
usus bayi, dan sangat baik untuk kelangsungan hidup bayi.

40
 Teknik Menyusui yang tepat

Tanda posisi yang tepat saat menyusui adalah sebagai berikut:

1. Kepala ibu dan bayi dalam satu garis lurus


2. Seluruh badan bayi ditopang
3. Bayi dipegang dekat dengan badan ibu
4. Bayi mendekat pada payudara ibu

41
 Perlekatan Menyusui yang Benar

Tanda perlekatan yang benar adalah:

1. Mulut bayi terbuka lebar


2. Bayi menyusu pada bagian areola payudara (bagian yang
berwarna gelap), BUKAN hanya pada puting
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu, hidung
mengahadap ke atas
4. Suara bayi terdengar pelan. Bila terdengar keras, maka
posisi belum benar

42
 Cara Memerah ASI yang Benar

Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada


keadaan payudara sangat bengkak, puting sangan lecet, dan pada bayi
yang tidak dapat diberikan minum ASI karena alasan tertentu. Memerah
ASI yang dilakukan dengan rutin dapat meningkatkan produksi ASI

Cara Memerah ASI dengan Tangan:

1. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk santai dengan


mencondongkan badan sedikit kedepan
2. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah
puting susu
3. Letakkan ibu jari di bagian atas areola dan jari telunjuk serta
jari tengah di bagian bawah areola

43
4. Tekan jari kea rah dada, kemudian pencet dan tekan
payudara diantara jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke puting
seperti mengikuti gerakan mengisap bayi
5. Ulangi hal ini berulang-ulang sampai payudara menjadi
lembek dan kosong.

Teknologi untuk Memerah ASI

Selain menggunakan tangan, memerah ASI dapat dilakukan


menggunakan pompa ASI. Memerah ASI menggunakan pompa dapat
dilakukan dengan pompa manual ataupun menggunakan pompa elektrik

44
Penyimpanan ASI Perah

Tempat Suhu Lama Keterangan


penyimpanan penyimpanan
Dalam ruangan 19-25˚C 6-8 jam Wadah harus di tutupi dan
dijaga sedingin mungkin,
bila perlu dibalut dengan
handuk dingin
Dalam Tas -15-4˚C 24 jam Pastikan es batu menyentuh
Pendingin wadah ASI sepanjang
waktu, hindari membuka
tutup tas
Lemari Es < 4˚C 5 hari Simpan di bagian paling
dalam lemari es
Freezer 1 pintu -15˚C 2 minggu Simpan di bagian paling
dengan lemari dalam freezer agar suhu
es tetap stabil
Freezer 2 pintu -18˚C 3-6 bulan Simpan di bagian paling

45
dengan lemari dalam freezer agar suhu
es tetap stabil
Freezer Box -20˚C 6-12 bulan Hindari membuka tutup
(Freezer Ice freezer.
Cream)
Catatan: Beri tanggal penyimpanan pada ASI Perah dan gunakan ASI
sesuai urutan tanggal pemerahan.

Cara menggunakan ASI perah yang telah dibekukan

1. ASI beku dapat dicairkan pada udara terbuka yang cukup


hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya
ASI dapat bertahan 4 jam dan tidak dapat dibekukan
kembali.
2. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dan dapat
bertahan maksimal 4 jam, selanjutnya ASI dapat disimpan di
lemari pendingin kembali selama 24 jam tetapi tidak dapat
dibekukan lagi (tidak disimpan di freezer lagi).

PERTANYAAN

1. Apakah pengertian ASI Eksklusif ?


a. Pemberian ASI kepada bayi

46
b. Pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau
minuman lain dari umur 0-6 bulan kepada bayi
c. Pemberian ASI, makanan tambahan, susu formula, dan buah-
buahan
d. Pemberian ASI kepada bayi 0-2 tahun
e. Pemberian ASI dan Bubur Nasi
2. Yang dikatakan asi ekslusif adalah apabila menyusui hingga usia
berapa bulan?
a. 4 bulan
b. 5 bulan
c. 6 bulan
d. 7 bulan
e. 8 bulan
3. Salah satu komposisi yang banyak terkandung didalam foremilk
adalah?
a. Karbohidrat
b. Protein
c. Zat besi
d. Lemak
e. Vitamin
4. Teknik pada saat menyusui bayi yang benar adalah…
a. Memegang bayi dengan sebelah tangan
b. Posisi tangan dan jari seperti menggunting puting susu atau
aerola
c. Bayi di dekap dengan kasih sayang, ibu duduk dengan santai
dan nyaman
d. Mulut bayi masuk sampai putting saja
e. A dan B benar
5. Ny. L baru melahirkan bayinya 10 jam yang lalu secara normal.
Rata- rata kebutuhan ASI yang di perlukan bayi Ny. L adalah….
a. 5-7 ml

47
b. 8-14 ml
c. 15-38 ml
d. 37-58 ml
e. 59-65 ml

PENUTUP

A. Kesimpulan

48
Pemberian ASI eksklusif telah melakukan begitu banyak hal, baik
bagi bayi, ibu, maupun keluarga. Asi merupakan cairan hidup yang
dinamis, memiliki kandungan gizi beragam dan lengakap. Hal penting ASI
bahwa segala kandungannya sesuai keadaan bayi dan bersifat alami,
bukan sintetik sehingga aman dan dapat bermanfaat maksimal.
Persediaan jumlah ASI setiap ibu yang sedang menyusui bisa berbeda-
berbeda. Begitu pula dengan kebutuhan ASI masing-masing bayi.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), volume dan komposisi zat
gizi ASI pada setiap ibu menyusui disesuaikan oleh kebutuhan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

49
Werdayanti, Rina. 2003. Bapak ASI dan Ibu Bekerja Menyusui.
Jakarta. PT. Serambi Ilmu Semesta

Sears, William. 2015. The Baby Book. Yogyakarta. Familia

Sembiring, Julina Br. 2019. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak


Prasekolah. Yogyakarta. CV Budi Utama.

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita. Jakarta.


EGC

50
TOPIK IV

MAKANAN PENDAMPING ASI

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Agustin Dwi Eriska (20185121001)

Sery Rejeki (20185123052)

PRODI DIII KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

2019/2020

51
PEMBAHASAN

A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI )


a. Definisi MP-ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan
atau minuman yang memenuhi kebutuhan gizi selain
dari air susu ibu (DepKes RI, 2006).
B. Panduan MP-ASI menurut WHO
Menurut panduan MPASI WHO, MPASI harus diberikan
pada usia 180 hari atau 6 bulan. Seiring dengan
bertambahnya usia, tedapat kekosongan pasokan energi
dan nutrisi yang sudah tidak bisa hanya diperoleh dari ASI.
Ada beberapa alasan mengapa pemberian MPASI harus
pada usia 6 bulan, tidak kurang dan tidak lebih. Berikut
beberapa alasannya;
1. Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan sudah tidak bisa
dipenuhi sepenuhnya dari ASI
2. Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis
terpakai dan tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI
3. Rasa penasaran akan aneka tekstur dan rasa dari
lingkungan sehingga fase eksplorasi ini berguna saat
pengenalan makanan baru.
4. Imunitas bayi usia kurang 6 bulan masih lemah
5. Berpeluang alami alergi makanan.
6. Kesulitan mencerna makanan
Menurut WHO pemberian MP-ASI harus meliputi hal-
hal berikut :
1. Frekuensi pemberian makan
a. Pada awal MPASI usia 6 bulan, frekuensi makan
diberikan dua kali.

52
b. Pada umur 6-9 bulan, frekuensi MPASI diberikan 3
kali. Berikan snack biskuit atau buah matang 1-2
kali sehari.
c. Pada umur 9-11 bulan, frekuensi MPASI diberikan
4 kali sehari. Berikan snack 1-2 kali sehari.
d. Pada umur 12-24 bulan, frekuensi makan
diberikan 5 kali sehari dan juga snack tambahan.

2. Jumah makanan yang diberikan


Frekuensi makan dan jumlah makanan yang diberikan
menyesuaikan kapasitas lambung bayi dan rata-rata
kandungan kalori pada MPASI sekitar 0,8 kcal/gram.
Ukuran lambung bayi masih kecil, bayi baru lahir
memiliki ukuran lambung sebesar kelereng, umur tiga
hari bertambah sebesar bola bekel dan umur 1 minggu
menjadi sebesar bola pingpong. Ukuran iniberangsur-
angsur membesar sesuai ukuran bola tenis pada bayi
umur 6-12 bulan.
a. Usia 6-9 bulan menjadi ½ cangkir.
b. Usia 9-11bulan menjadi ¾ cangkir.
c. Usia 12-24 menjadi 1 cangkir penuh.

3. Tekstur makanan
a. Pada umur 6 bulan tekstur makanan lumat
(bubur saring, pure atau makanan yang
ditumbuk/dihaluskan). Pastikan makanan tidak
terlalu cair sehingga gunakan sedikit saja air.
b. Usia 8 bulan sudah dapat dikenalkan dengan
finger food seperti kentang rebus, ketela atau buah-
buahan.

53
c. Umur 9-11 bulan tekstur naik menjadi makanan
lembek (nasi tim, bubur tanpa saring atau makanan
yang dicincang halus).
d. Umur 12 bulan bayi sudah dapat makan
makanan keluarga.
4. Varietas jenis bahan makanan

Pada awal MPASI berikan satu jenis makanan


terlebih dahulu, kemudian tambahkan bahan baru
setiap 2-4 hari nya untuk pengenalan. Pada makanan
pertama, prioitaskan yang menjadi sumber
karbohidrat seperti bubur beras, bubur jagung,
kentang, pisang kerok atau alpukat. Segera berikan
bahan pangan sumber zat besi hewani.

5. Pemberian makan dengan cara aktif/responsiv

MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga


cara makan, kapan waktu makan, tepat makan dan faktor
pemberi makanan sehingga dalam MPASI juga
diperhatikan faktor psikolosial anak.
a. Suapi bayi dengan penuh perhatian. Dorong ia
untuk mau makan tapi jangan paksa untuk makan.
b. Jika ia menolak makan maka ganti kombinasi
makanan, rasa, tekstur dan metode makanan.
c. Minimalisir gangguan saat anak makan agar
perhatiannya tidak mudah teralihkan.

6. Higienitas ( kebersihan )
Pada masa-masa ini bayi sangat rentan terkena diare
sehingga ia harus memastikan kebersihan makanan, air, alat
makan, proses memasak dan kebersihan tangan. Cuci

54
tangan ibu dan bayi saat mau makan atau saat memasak.
Makanan bayi bisa disimpan dikulkas dalam rentang yang
tidak terlalu lama. Masak dengan benar hingga makanan
matang. Bubur bayi tidak disimpan dikulkas sebaiknya
digunakan dalam waktu dua jam. Pastikan makanan mentah
yang dimakan bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan
mentah dan matang.

C. Syarat Pemberian MP-ASI

Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat


fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu,
dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah
disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat. Makanan
Pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus
tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti
protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat
tambahan lainnya (Nadesul, 2010). Menurut Muchtadi (2009)
hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian
makanan tambahan pada bayi adalah sebagai berikut :
a. Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung
semua zat gizi yang diperlukan bayi.
b. Makanan tambahan harus kepada bayi yang telah
berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari.
c. Sebelum berumur 2 tahun bayi belum dapat
mengkonsumsi makanan orang dewasa.
d. Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri
dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber
vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari nilai
gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut.
e. Makanan harus diolah dari bahan makanan yang
bersih dan aman. Harus dijaga keamanan

55
terhadap kontaminasi dari organ biologi berbahaya
seperti kuman, virus, parasit dan zat kimia, racun
yang berbahaya, mulai dari persiapan bahan
makanan, pengolahan, penyimpanan, distribusi
sampai dengan penyajian.
f. Bahan lainnya dapat ditambahkan untuk
mempertahankan konsistensi dan rasa makanan
asal tidak mengandung zat berbahaya, misalnya
gula, garam, cokelat dan lainnya.
g. Fortifikasi makanan adalah penambahan zat gizi
tertentu ke dalam bahan makanan atau makanan
sehingga mencapai kadar yang dapat
meningkatkan status gizi. Pada MP-ASI yang
penting adalah penambahan zat gizi mikro seperti
zat besi, yodium ke dalam biskuit, cookies, roti,
garam dan makanan suplemen.
Berdasarkan uraian diatas, makanan
tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa
kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein
yang tinggi.
2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta
mengandung vitamin dan mineral yang cocok.
3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik.
4. Harganya terjangkau.
5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan
yang tersedia secara lokal.
6. Bersifat padat gizi.
7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang
sukar dicerna dalam jumlah sedikit kandungan

56
serat kasar yang terlalu banyak justru akan
mengganggu pencernaan bayi.
D. Kebutuhan Gizi Neonatus, Bayi, dan Balita
1. Kebutuhan Nutrisi Bayi Usia 0-6 Bulan
Nutrisi bayi yang berusia 0-6 bulan cukup terpenuhi
dari ASI saja (ASI Eksklusif). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi
usia 0-6 bulan adalah sebagai berikut:
a. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna
kekuningan (kolostrum)
b. Jangan beri makanan/minuman selain ASI
c. Susui bayi sesering mungkin
d. Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali
sehari
e. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.
f. Susui dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian
g. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke
payudara sisi lainnya
h. Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman
dan penuh perhatian
i. Dukungan suami dan keluarga penting dalam
keberhasilan ASI Eksklusif.
2. Kebutuhan Nutrisi Bayi Usia 6-8 Bulan.
Pada bayi usia 6 – 8 bulan pemberian ASI diteruskan
serta pemberian makanan tambahan mulai
diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat dua
kali sehari.Pemberian makanan tambahan
diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah
semakin kuat. Makanan yang diberikan pada bayi usia
ini harus sudah bervariasi, terutama dalam memilih

57
bahan makanan yang akan digunakan. Bahan makanan
lauk pauk seperti telur, hati, daging sapi, daging ayam,
ikan basah, ikan kering, udang, atau tempe tahu, dapat
diberikan secara bergantian.

Tabel 1.1 Pemberian makan pada bayi usia 6-8 bulan.


Berapa
Usia Bentuk makanan Berapa kali sehari banyak setiap
kali makan.
6-8 - ASI - Teruskan 2-3 sendok
bulan - Makanan lumat pemberian ASI makan secara
(bubur dan makanan sesering mungkin. bertahap
keluarga yang - Makanan lumat 2- hingga
dilumatkan) 3 kali sehari. mencapai ½
- Makanan selingan gelas atau
1-2 kali sehari 125 ml setiap
(buah,biscuit) kali makan

6. Kebutuhan Nutrisi Bayi Umur 9-11 Bulan


Pemberian makan pada bayi usia 9-11 bulan adalah
sebagai berikut:
a. Teruskan pemberian ASI.
b. Berikan MP-ASI yang lebih padat, contohnya:
bubur nasi, nasi tim dan nasi lembek.

58
Tabel 1.2 Pemberian Makan pada Bayi usia 9-11
bulan
Berapa
Berapa kali
Umur Bentuk makanan banyak setiap
sehari
kali makan
9-11 - ASI - Teruskan ½ gelas, atau
bulan - Makanan lembek atau pemberian ASI mangkuk atau
dicincang yang mudah - Makanan 125 ml.
ditelan oleh anak. lembek 3-4
- Makanan selingan kali sehari
yang dapat dipegang - Makanan
anak diberikan diantar selingan 1-2
waktu makan lengkap kali sehari

Selain hal tersebut, berikan anak aneka makanan yang


terdiri dari:
a. Makanan pokok, seperti: nasi, ubi, sagu
b. Lauk hewani: ikan, telur, hati, ayam dan daging
c. Lauk nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan
d. Sayur dan buah-buahan
e. Beri makanan selingan 2 kali sehari, contoh:
bubur kacang hijau, pisang, biskuit, kue
tradisional dan kue lain
7. Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi Umur 12-24 bulan dan
Anak Prasekolah.
Tabel 1.3 Pemenuhan gizi pada anak.

Umur 12-24 bulan Umur 24 bulan atau lebih

59
- Teruskan pemberian ASI - Berikan makanan keluarga
Berikan makanan keluarga secara 3 x sehari,sebanyak 1/3-1/2
bertahap sesuai kemampuan anak porsi makanan orang
Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi dewasa yang terdiri dari
makan orang dewasa terdiri dari nasi, nasi, lauk-pauk, sayur dan
laukpauk, sayur, dan buah buah
- Beri makanan selingan kaya gizi 2 x - Berikan makanan
sehari di antara waktu makan (biskuit, selingan kaya gizi 2 x sehari
kue) di antara waktu makan.
- Perhatikan variasi makanan. Perhatikan jarak pemberian
makanan keluarga dan
makanan selingan.

E. Menu MP-ASI 6,9,dan 12 Bulan


Tabel 2.1 Menu dan jadwal makan bayi usia 6 bulan
rekomendasi kemenkes RI

Pukul 06.00 ASI


Makan pagi dengan makanan yang berbentuk lumat.
Pukul 08.00
( Pure buah papaya )
ASI atau makanan selingan, seperti buah yang
Pukul 10.00 bertekstur lembut misalnya pisang, alpukat, dan lain-
lain.
Makan siang dengan makanan yang lembut ( seperti
Pukul 12.00
bubur daging yang dihaluskan)
Pukul 14.00 ASI
Pukul 16.00 Makanan selingan misalnya biscuit wortel
Makan malam dengan makanan yang berbentuk
Pukul 18.00
lumat (pure pisang)
Pukul 20.00- ASI, yang bisa diberikan per jam. Jumlahnya
24.00 tergantung dengan kebutuhan bayi

2.2 Tabel Jadwal MPASI usia 9-12 bulan :

60
Pukul 06.00-
ASI
07.00
Pukul 09.00
Bubur susu ( berbahan buah atau tepung )

Pukul 11.00-
Bubur saring
12.00
Pukul 14.00.
Bubur susu ( berbahan biscuit atau buah )
Pukul 17.00
Bubur saring

Pukul 18:00
ASI

F. Metode pemberian MP-ASI


Ada 2 tipe untuk proses pemberian MPASI, Ada yang
namanya BLW (Baby Led Weaning) dan metode
Spoonfeeding,terdapat kekurangan dan kelebihan pada
kedua metode ini.
1. Metode spoonfeeding
Metode ini merupakan metode konvensional
dan umum diterapkan. Pengenalan MPASI dengan
metode ini dilakukan pada awalnya dengan
pengenalan makanan-makanan halus yang ibu suapi
kepada si kecil. Namun, tekstur makanan akan
semakin kasar saat pertambahan usia si bayi.
Kelebihan metode spoonfeeding :
a. Dapat lebih cepat mengenalkan
makanan padat dan sumber zat besi
seperti daging merah dan sayuran.
Yang mana biasanya sulit dikunyah
oleh bayi usia 6 bulan dengan cara
diblender atau dihaluskan terlebih
dahulu.

61
b. Dapat dilakukan oleh anak yang
sedang memulai MPASI dini atau
anak dengan berat badan rendah
dan premature.
c. Tidak perlu khawatir anak tersedak.
d. Tidak terlalu berantakan.
e. Tahu persis seberapa banyak yang
dimakn oleh bayi.
Kekurangan metode spoonfeeding :
a. Terkesan memaksa anak untuk menghabiskan
makanan dan ibu harus lari ke sana kemari untuk
menyuapi si kecil.

b. Jika tidak diimbangi antara mengonsumsi makanan


yang bertekstur dengan makanan halus, maka si
kecil akan merasa aneh jika mendapatkan
makanan yang sulit untuk dikonsumsinya.

2. Metode BLW (Baby Lead Weaning)


Baby led weaning merupakan salah satu
metode pengenalan MPASI di mana si kecil tidak
disuapi makanan halus, tetapi langsung pengenalan
dengan finger food. Metode ini ibu bisa memberikan
makanan di meja makan si kecil yang aman dikunyah.
Kelebihan metode BLW sebagai berikut :
a. Tidak repot dalam membuat puree dan
campuran lainnya. Cukup kukus
beberapa bahan makanan yang bisa
untuk finger food.
b. Mengurangi risiko GTM (gerakan tutup
mulut)

62
c. Memberikan anak kepercayaan untuk
memilih.
d. Bayi dapat menakar sendiri kapan dia
harus berhenti makan dan merasa
kenyang.
e. Memberikan kenyamanan dan makan
yang menyenangkan kepada si kecil
tanpa paksaan dari ibu.

f. Kesempatan untuk mengenal tekstur makanan


kepada si kecil, ia akan belajar untuk bereksplorasi
dengan makanan yang ibu berikan

g. Memberikan kesempatan untuk memasukkan


makanannya sendiri ke dalam mulut saat dia sudah
siap ingin makan

h. Melatih koordinasi tangan dan mata karena belajar


menggenggam dengan ukuran yang pas di jemari
kecilnya

Kekurangan metode BLW sebagai berikut :


a. Si kecil akan mudah tersedak serta
mengalami gagging atau rasa ingin muntah saat
menelan makanannya. Namun, hal ini akan
menjadi terbiasa karena ini proses pembelajaran.
b. Makan jadi berantakan
c. Kekurangan asupan zat besi, hal ini mungkin terjadi
karena pada metode ini si kecil mengalami
kesulitan untuk mengunyah makanan dengan
kandungan zat besi tinggi seperti daging sapi.
Namun, ibu bisa memberikan sereal fortifikasi,
pure daging, sayuran hijau dan suplemen zat besi
untuk memenuhi kebutuhan zat besi si kecil.

63
PERTANYAAN
1. Menurut WHO MP-ASI harus diberikan pada bayi yang berusia …
a. 180 hari

64
b. 250 hari
c. 320 hari
d. 170 hari
e. 185 hari
Jawaban : A
2. Berikut ini yang bukan merupakan alasan MP-ASI harus diberikan
saat bayi berusia 6 bulan tidak kurang dan tidak lebih adalah …
a. Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan sudah tidak bisa
dipenuhi sepenuhnya dari ASI
b. Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis
terpakai dan tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI
c. Imunitas bayi usia kurang 6 bulan sangat kuat
d. Bayi kurang dari 6 bulan berpeluang mudah alami alergi
makanan
e. Bayi kurang dari 6 bulan masih kesulitan mencerna
makanan
Jawaban : C
3. Berikut ini yang termasuk syarat pemberian MP-ASI menurut WHO
adalah…
a. Mencukupi kebutuhan nutrisi baik mikro dan makro bayi
b. Banyak mengandung karbohidrat dan protein
c. Diberikan dengan cara yang benar yaitu tetap memaksa
bayi makan walaupun bayi menolak
d. Diberikan saat usia bayi 6 bulan 3 hari
e. Di setiap menu harus banyak mengandung kalori
Jawaban : A
4. Metode pengenalan MPASI di mana bayi tidak disuapi makanan
halus, tetapi langsung pengenalan dengan finger food disebut
dengan metode…
a. Responsive feeding
b. Baby lead weaning

65
c. Spoonfeeding
d. Finger food feeding
e. Metode mandiri bayi
Jawaban : B
5. Dibawah ini yang termasuk metode pemberian MP-ASI adalah …
a. Fingerfood feeding dan spoonfeeding
b. Baby led weaning dan fingerfood feeding
c. Fingerfood feeding dan metode mandiri bayi
d. Baby led weaning dan spoonfeeding
e. Responsive feeding dan fingerfood feeding
Jawaban : D

PENUTUP
A. Simpulan
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman
yang memenuhi kebutuhan gizi selain dari air susu ibu. Makanan

66
Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI
berupa makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap
sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi.
Ada 2 tipe untuk proses pemberian MPASI, Ada yang
namanya BLW (Baby Led Weaning) dan metode Spoonfeeding.

DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, MF dan Muniroh, L.2015. Pengaruh Konseling terhadap


Pengetahuan dan Sikap Pemberian MP ASI. Media Gizi Indonesia.

67
Setiyani, Astuti. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi, Balita, dan
anak Prasekolah. Jakarta selatan : Kemenkes RI
Kharie, Ayu. 2017. 350 Resep MP-ASI dan makanan sehat untuk
anak. Jakarta : Demedia
Puji, Aprinda. (6 september 2019).
Departemen kesehatan RI.2012. Pedoman Umum Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu(MP ASI) lokal. Jakarta

68
TOPIK V

EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN


NEONATUS BAYI, DAN BALITA

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Amanda Kartika ( 20185123003)

Dini Nurkholidah ( 20185123015 )

Tsania Elsera ( 20185123059 )

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2019/2020

69
PEMBAHASAN

A. Baby Friendly Initiative


1. Pengertian Baby Friendly Initiative
Baby Friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative
(inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang
didirikan oleh WHO/UNICEF pada tahun 1991 untuk
mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan
kelanjutan menyusui. Program ini mendorong rumah sakit dan
fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan
untuk ibu dan bayi.
Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Inisiative,
Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ini
meruapakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan, dengan
dukungan masyarakat dan keluarga dalam melaksanakan
Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin akan :
a) Memiliki kebijakann tertulis tentang dalam secara rutin dan
dikomunikasikan kepada semua staf tenaga kesehatan
b) Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini.
c) Memberi tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan
penatalaksanaan menyusui
d) Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu
setengah jam kelahiran.
e) Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan menyusui jika mereka harus dipisahkan
dari bayi mereka
f) Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi
medis.

70
g) Praktek rooming-in agar memungkinkan ibu dan bayi tetap
Bersama-sama
h) Mendorong menyusui on demand
i) Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui
j) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui
dan menganjurkan ibu menghubungi mereka setelah pulang
dari rumah sakit atau klinik.

2. Sasaran
Sasaran penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui ini terdiri dari :
a) Ibu Hamil
b) Ibu Bersalin
c) Ibu Menyusui
d) Suami dan Keluarga
e) Masyarakat
f) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
g) Tenaga Kesehatan.

B. Early Breastfeeding / Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1. Pengertian

Inisiasi Menyusu Dini adalah segera meletakkan bayi di


dada ibu (ada kontak kulit ibu dan kulit bayi sekurang-
kurangnya 1 jam untuk memberikan kesempatan kepada bayi
menyusu segera mungkin). IMD merangsang keluarnya ASI,
memberikan kekebalan pada bayi serta meningkatkan kekuatan
batin antara ibu dan bayinya. IMD mencegah pendarahan pada
ibu. Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009) Inisiasi Menyusu

71
Dini (IMD) adalah perilaku pencarian putting payudara ibu
sesaat setelah bayi lahir. Posisi IMD bisa dilihat di gambar 1.1

Gambar 1.1

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ;


a) Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi
dengan tepat selama bayi mencari payudara
b) Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stress, pernapasan
dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak
antara kulit ibu dan bayi
c) Imunisasi Dini. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu
sebelum mulai mengisap adalah cara alami bayi
mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk
membangun system kekebalan tubuhnya.
d) Mempercepat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding
Atthacment) karena 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan
siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang
lama, sekitar 4-5 jam
e) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil
menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui.

72
f) Sentuhan tangan bayi diputting susu dan sekitarnya, emutan
dan jilatan bayi pada putting ibu merangsang pengeluaran
hormone oksitosin.
g) Bayi yang diberi kesempatan IMD lebih dulu mendapatkan
kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum
ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting
untuk ketahanan tubuh terhadap infeksi, penting untuk
pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi,
kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding
usus bayi yang masih belum matang sekaligus
mematangkan dinding usus.
h) Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya
untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah
mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada
ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat
indah (Roesli Utami, 2009)
i) Perkembangan Prikomotorik lebih cepat
j) Menunjang perkembangan koknitif
k) Mencegah pendarahan ibu, serta merangsang pengeluaran
placenta lebih cepat
l) Mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium.
(Dewi Cendika & Indarwati, 2010)

3. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini adalah :


a. Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage).
Dalam waktu tigapuluh menit, biasanya bayi hanya terdiam.
Tapi jangan mengganggap proses menyusu dini gagal bila
setelah tigapuluh menit sang bayi tetap diam. Bayi jangan
diambil, paling tidak satu jam melekat.
b. Tahap kedua bayi mulai mengeluarkan suara kecapa dan
gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke tigapuluh

73
sampai empatpuluh ini bayi memasukkan tangannya
kemulut.
c. Tahap ketiga,bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang
menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan, Bau ini yang
dicium bayi. Bayi juga mencium bau air ketuban di
tangannya yang baunya sama dengan bau putting susu
ibunya.
d. Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya.
Kaki mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya
mencari putting susu, merasakan manfaatnya. Hentakan
bayi diperut bagian Rahim membantu proses persalinan
selesai, hentakan itu membantu ibu mengeluarkan placenta.
e. Tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang
masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik dipencernaan
bayi. Jadi biarkan bayi melakukan kegiatan itu.
f. Tahap ke enam, adalah saat bayi menemukan putting susu
ibunya. Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya. “Proses
sampai bias menyusu bervariasi. Ada yang sampai satu
jam”. (Roesli Utami, 2009)

4. Penghambat pelaksanaan IMD


a. Setelah melahirkan, ibu terlalu Lelah untuk segera menyusui
bayinya.
Seorang ibu jarang terlalu Lelah untuk memeluk bayinya
segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke
kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan
ibu.
b. Tenaga kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolonh persalinan dapat
melanjutkan tugasnya. Bayi dapt menemukan sendiri

74
payudara ibu. Libatkan suami atau keluarga terdekat untuk
menjaga bayi sambal memberi dukungan pada ibu.
c. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang
pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi
untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan
menyusu dini.

C. Kangaroo Mother Care (KMC)


KMC adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini,
terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian asi ekslusif.
Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai
segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan
dirumah sakity atau di rumah setekah bayi pulang. Bayi tetap dapat
dirawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternative pemberian
minum.
1. Durasi
a. dijalankan sampai berat badan bayi 2500 gram atau
mendekati 40 minggu,atau sampai kurang nyaman
dengan KMC, misalnya:

1). Sering bergerak

2). Gerakan ekstremitas berlebihan

3). Bila akan dilakukan KMC lagi bayi nangis

b. bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara


atau petugas kesehatan.

Bila tidak ada yang menggantikan, bayi diberi pakaian


hangat dan topi, dan diletakkan ke boks didalam ruangan
yang hangat.

75
c. bila bayi kurang nyaman dengan KMC , ajarkan ibu
untuk menyapih bayi dari KMC, dan dapat melakukan
konyak kulit lagi pada waktu bayi sehabis mandi, waktu
malam yang dingin, atau kapan saja dia menginginkan.

2. Manfaat KMC untuk ibu dan bayi

a. Manfaat KMC untuk ibu


i. Posisi KMC memudahkan ibu untuk
memberikan ASI secara langsung kepada
bayinya.
ii. Rangsangan dari sang bayi dapat
meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu
akan lebih sering memberikan air susunya
sesuai dengan kebutuhan bayi.
iii. Ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-
tanda bahwa bayinya
iv. mulai lapar seperti adanya gerakan-gerakan
pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan
kecil serta adanya gerakan bayi untuk
mencari putting susu ibunya.
v. Meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi

b. Manfaat KMC untuk bayi


i. Meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi
ii. Menghindari bayi berat lahir rendah dari
kedinginan (hipotermia)
iii. Menstabilkan bayi.

c. Pakaian dan posisi

76
i. Berilah bayi pakaian, topi, popok dan kaos
kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
ii. Letakkan bayi didada ibu,
iii. Dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu,
dan lihat apakah kepala bayi sudah terfiksasi
pada dada ibu.
iv. Posisikan bayi dalam “frog position” yaitu
fleksi pada siku dan tangkai, kepala dan dada
bayi terletak didada ibu dengan kepala agak
ekstensi.

d. Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut


yang sudah dihangatkan sebelumnya.
i. Tidak perlu baju khusus bila baju yang
dikenakan sudah cukup hangat dan nyaman
selama bayi kontak dengan kulit ibu.
ii. Pada waktu udara dingin, kamar harus hangat
iii. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dia
dapat menggunakan handuk/kain (dilipat
diagonal, dan difiksasi dengan ikatan atau
peniti yang aman dibaju ibu), kain lebar yang
elastic, atau kantong yang dibuat sedemikian
untuk menjaga tubuh bayi.

e. Aktifitas ibu
i. Ibu dapat bebas bergerak walau berdiri,
duduk, jalan, makan dan mengobrol
ii. Pada waktu tidur, KMC dapat dilaksanakan
dengan cara posisi ibu setengah duduk (15”
horizontal) atau dengan jalan mltk beberapa
bantal dibelakang panggung ibu).

77
f. Nutrisi dan pertumbuhan bayi
i. Posisi KMC ideal untuk menyusui bayi
ii. Jari ibu cara menyusui dan pelekatan yang
benar
iii. Bila ibu cemas tentang pemberian minum
pada bayi, dorong ibu agar mampu
melakukannya.
iv. Bila ibu dapat menyusui, berilah ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum.
v. Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan
setiap hari. Bila ibu menyusui catat waktu ibu
menyusui bayi.
vi. Timbang berat badan bayi setiap hari dan nilai
tingkatannya.

3. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting


setiap komponen perawatan bayi baru lahir, bayi baru lahir
sangat rentan terhadap infeksi karena system imunitasnya
masih kurang sempurna.

D. Rawat Gabung/ Rooming in


1. Pengertian Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dananak
bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga
memungkinkan sewaktu-waktu, setisp ibu tersebut dapat
menyusui anaknya.
Rawat gabung dapat bersifat :

78
a. Continue : dengan bayi tetap berada di samping ibunya
terus menerus.
b. Intermitten : dimana bayi sewaktu-waktu ingin menyusui
atau atas permintaan ibunya dapat dibawa kepada ibunya.

2. Tujuan Rawat Gabung


a. Bantuan emosional
Setelah proses kehamilan dan persalinan yang lama dan
melelahkan, ibu akan sangat senang dan bahagia bila dekat
dengan bayinya. Hubungan ibu dan bayinya sangat penting
ditumbuhkan pada saat-saat awal dan bayi akan
memperoleh kehangatan tubuh ibu, kelembutan dan kasih
sayangnya.
b. Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan, maka ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi. Dan produksi ASI akan makin cepat dan
makin banyak bila menyusui dilakukan dengan segera dan
sesering m8ngkin. Hal ini dimungkinkan dengan adanya
rawat gabung.
c. Pencegahan infeksi
Pada perawatan terpisah maka kejadian infeksi silang akan
sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi
silang dapat dihindari. Kolostrum yang menagndung
antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh
permukaan mukosa dari saluran cerna bayi dan diserap oleh
bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi.
Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama diare.
d. Pendidikan kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan
untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama
primipara. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur,

79
menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat
mobilisasi, sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari
persalinan.

3. Pelaksanaan Rawat Gabung


Berbagai situasi dan kondisi bisa berbeda sehingga disini
akan diambil contoh yang bisa dilaksanakan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada.
a. Di Poliklinik Kebidanan
1. Ibu-ibu diberikan penyuluhan tentang kebaikan ASI dan
perawatan gabung: perawatan payudara, makanan ibu
hamil dan perawatan bayi.
2. Lebih baik bila ada ruangan untuk memutar film tentang
cara perawatan payudara, KB, cara memandikan bayi,
merawat tali pusat dan lain sebagainya.
3. Melayani konsultasi dalam masalah kesehatan ibu dan
anak.
b. Di Kamar Bersalin
1. Bayi memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan
perawatan bayi baru lahir seperti biasa. Kriteria yang
diambil sebagai patokan untuk dapat dirawat bersama
ibunya adalah :
a) Nilai APGAR lebih dari 7
b) Berat badan >2500 gr dan <400 gr
c) Masa kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari
42 minggu
d) Lahir spontan
e) Tidak ada infeksi intra partum
f) Ibu sehat

80
g) Tidak ada komplikasi persalinan baik pada ibu
maupun pada bayinya
h) Tidak ada kelainan bawaan yang berat
2. Dalam setengah jam sampai setelah lahir, bayi segera
disusukan kepada ibunya belum mendapat pengeluaran
ASI.
3. Memberikan penyuluhan mengenai ASI perawatan
gabung, terutama bagi ibu yang belum mendapat
penyuluhan di poliklinik.
4. Mengisi status secara lengkap dan benar.
5. Persiapan agar ibu dan banyinya dapat bersama-sama
ke ruangan.
6. Memberitahukan kepada petugas di ruangan perinatologi
dan bahwa ada bayi yang akan dirawat serta pengurusan
administrasinya.

4. Di Ruangan Perawatan
1. Bayi diletakkan dalam tempat tidur yang ditempatkan
disamping tempat tidur ibu.
2. Petugas harus memperhatikan keadaan umum bayi dan
dapat mengenali keadaan-keadaan yang tidak normal
serta kemungkinan melaporkan kepada dokter jaga.
3. Bayi boleh menyusu bila bayi atau ibu menginginkannya.
4. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa atau
sesuai dengan indikasi medis bayi dapat diberi susu
formula dengan menggunakan
sendok/cangkir/pipet/sonde lambung.
5. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayi dengan
baik, juga untuk merawat payudaranya.
6. Keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam status.

81
7. Bila bayi sakit atau perlu observasi lebih teliti, maka bayi
dipindahkan ke ruang perawtan khusus bayi baru lahir.
8. Bila ibu dan bayi sudah boleh pulang, sekali lagi diberi
enerangan tentang cara-cara merawat bayi dan
memberikan ASI seta perawatan payudara dan makanan
ibu menyusui. Kepada ibu diberikan brosur yang
berhubungan dengan itu dan dipesan agar
memeriksakan bayinya satu minggu kemudian.

5. Di Ruangan Poliklinik/Ruangan Rawat Jalan


Biasanya dilakukan di poliklinik kebidanan atau di klinik
laktasi. Pemeriksaan di ruangan poliklinik meliputi
pemeriksaan bayi dan keadaan ASI. Yang dikerjakan di
ruangan ini adalah :
1. Menimbang berat badan bayi
2. Memperhatikan payudara ibu, apakah ada kelainan yang
mengganggu proses laktasi.
3. Anamnesis mengenai makanan bayi yang akan diberikan
serta keluhan yang timbul.
4. Mengecek keadaan ASI.
5. Memberikan nasehat mengenai makanan bayi, cara
menyusukan bayi, perawatan payudara, perawatan bayi
dan makanan ibu menyusui.
6. Memberikan peraturan makanan bayi.
7. Pemeriksaan bayi oleh ahli anak.
8. Pemberian menurut aturannya.

4. Kontraindikasi Rawat Gabung

Pada keadaan tertentu maka rawat gabung tidak dianjurkan,


misalnya pada :

82
a. Keadaan Ibu
1) Kondisi kardiorespirasi yang tidak baik, misal:
penyakit jantung derajat III sebaiknya tidak menyusui.
2) Pasca eklampsia, kesadaran belum baik.
3) Penyakit infeksi akut, TBC terbuka.
4) Penyakit hepatitis B, terinfeksi HIV, CMV : seperti
herpes simpleks.
5) Terbukti menderita karsinoma payudara.
6) Psikosis.
b. Keadaan Bayi
1) Bayi kejang atau kesadaran menurun.
2) Sakit pada jantung dan paru.
3) Bayi yang memerlukan pengawasan intensif/terapi
khusus.
4) Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusu.

5. Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung


a. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya (model perawatan
kelas).
b. 4-5 orang ibu dalam satu kamar dengan bayi pada kamar
lain bersebelahan dan bay dapat ditarik keluar dari
kamarnya tanpa si ibu perlu meninggal tempat tidurnya.
c. Beberapa ibu dalam satu kamar dan bayi dipisahkan dalam
ruangan kaca yang kedap suara, sehingga ibu dapat
berlangsung memerhatikan anaknya dan dapat
mengambilnya serta membawa ke tempat tidur semuanya.
d. Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur/kasur
yang sama.
e. Bayi tidur di tempat tidru bayi yang letaknya di samping ibu.

6. Keuntungan dan Kerugian Rawat Gabung

83
a. Keuntungan :
1) Menggalakan pemberian ASI
2) Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih rapat
3) Ibu dapat segera melaporkan keadaan-keadaan yang
aneh ditemuinya
4) Ibu dapat belajar cara merawat bayi
5) Mengurangi ketergantungan ibu pada petugas dan
membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar
dalam perawatan bayi
6) Dapat tukar pengalaman dengan ibu-ibu yang lain,
termasuk dapat menimbulkan motivasi penggunaan KB
7) Berkurangnya infeksi silang dan infeksi nosocomial
8) Mengurangi beban perawatan terutama dalam
pengawasan sehingga petugas bisa melakukan
pekerjaan lain yang bermanfaat misalnya penyuluhan
serta cara perawatan payudara dan perawatan bayi.

b. Kerugian :
1) Ibu kurang dapat beristirahat terganggu oleh bayinya
sendiri atau bayi lain yang menangis.
2) Bisa terjadi salah pemberian makan oleh karena
pengaruh rekan-rekannya
3) Ibu-ibu yang sakit atau yang kurang tahu
hygiene/kebersihan
4) Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
5) Pada pelaksanaannya kadanf-kadang ada hambatan-
hambatan teknis serta hambatan fasilitas.

E. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat


1. Pemotongan Tali Pusat

84
Pemotongan dan perkiraan tali pusat menyebabkan
pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Waktu pemotongan
tali pusat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan.
Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat
dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat (high
risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat
mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya.
Bahaya lain yang ditakutkan ialah bahaya infeksi. Untuk
menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis,
meningitis, dan lain-lain maka di tempat pemotongan, di pangkal
tali serta 2,5 cm di sekitar pusat diberi obat antiseptic.
Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan
kering. Pembahasan mengenai pemotongan tali pusat
berkaitan dengan kapan waktu yang tepat untuk mengklem atau
menjepit tali pusat.

a. Penjepitan Tali Pusat Segera Setelah Bayi Lahir


praktik ini umumnya didukung oleh komunitas obstetric,
namun tidak digunakan di beberapa negara. Para
pendukung praktik ini mengkhawatirkan adanya efek
samping pada bayi jika penjepitan tali pusat ditunda sepeti
adanya gawat pernafasan, polisitemia, sindrom
hiperviskositas, dan hiperbilirubinemia. Penjepitan dan
pemotongan tali pusat dilakukan dengan segera jika
keadaan bayi gawat dan membutuhkan tindakan resusitasi.

b. Penundaan Penjepitan Tali Pusat


Para pendukung penundaan penjepitan tali pusat yakin
bahwa peningkatan volume darah menguntungkan dan
mendukung proses fisiologi alami pada transisi kehidupan

85
ekstrauterus. Beberapa keuntungan penundaan penjepitan
tali pusat antara lain:
1) Berlanjutnya bolus/aliran darah teroksigenasi selama
nifas prtama yang tidak teratur.
2) Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler-kapiler
paru-paru.
3) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat
membuat peutupan struktur janin seperti duktus
arteriosus.

Untuk mendukung transfusi fisiologis, maka 1-3 menit


pertama kehidupan letaknya bayi di atas perut pasien dalam
keadaan tali pusat masih utuh. Posisi ini dapat
meningkatkan aliran darah dalam jumlah sedang ke bayi
baru lahir tanpa kemungkinan bahaya dari dorongan dan
bolus darah yang banyak. Setelah 3 menit, sebagian besar
aliran darah dari tali pusat telah masuk ke dalam tubuh bayi
baru lahir.

Walaupun aliran darah mungkin berbalik yaitu dari bayi


ke plasenta, situasi ini kemungkinan besar tidak akan terjadi
karena tali pusat akan mengalami spasme dengan cepat
pada suhu di lingkaran luas uterus. Setelah 3 menit bayi
berada di atas perut pasien, lanjutkan prosedur pemotongan
tali pusat sebagai berikut.

1) Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira
2 atau 3 cm dari pangkal.pusat bayi (tinggalkan kira-kira
1 cm di antara kedua klem tersebut).
2) Potonglah tali pusat di antara kedua klem sambil
melindungi perut bayi dengan tangan kiri penolong.
3) Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan tali
pusat, ganti sarung tangan jika ternyata sudah kotor.

86
Potonglah tali pusat dengan menggunakan gunting steril
atau DTT.
4) Ikatlah tali pusat dengan kuat atau gunakan penjepit
khusus tali pusat.
5) Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi
perdarahan lakukan pengikatan sekali lagi dengan ikatan
lebih kuat.
6) Pastikan dengan benar bahwa tidak ada perdarahan tali
pusat. Perdarahan 30 ml dari bayi baru lahir setara
dengan 600 ml pada orang dewasa.
7) Jangan mengoleskan salep atau zat apapun ke tempat
tali pusat, hindari juga pembungkusan tali pusat. Tali
pusat yang tidak tertutup akan mongering dan puput lebih
cepat dengan komlikasi yang lebih sedikit.

Pemotong Tali Pusat

87
Tali Pusat yang sudah lepas

A. Mengikat Tali Pusat


Setelah dipotong, tali pusat diikat menggunakan benar
dengan kuat. Namun dengan perkembangan teknologi,
pengikatan tali pusat saat ini dilakukan dengan
menggunakan penjepitan untuk satu kali pakai sampai
dengan tali pusat lepas. Penjepit ini biasanya terbuat dari
plastik dan sudah dalam kemasan steril dari pabrik.
Pengikatan dilakukan di jarak 2,5 cm dari umbilicus.

88
Penjepitan Tali Pusat

2. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir harus dilakukan
dengan cara yang benar. Tujuannya adalah untuk mencegah
iritasi dan infeksi pada tali pusat bayi.
Umunya, tali pusat bayi baru lahir akan puput atau lepas
dalam waktu 1-3 minggu setelah kelahiran. Sepanjang belum
terlepas, orang tua bayi perlu menjaga area tersebut tetap
bersih dan kering. Ini karena kondisi basah dan lembap dapat
memicu pertumbuhan kuman penyebab infeksi.
Perawatan tali pusat bayi baru lahir tidak boleh dilakukan
sembarangan. Ada cara-cara tertentu agar anggota tubuh bayi
yang satu ini tetap bersih dan kering. Cara-cara tersebut
meliputi:
a) Menjaga Tali Pusat Tetap Bersih
Tidak perlu membasuh tali pusat dengan alcohol. Cukup
bersihkan dengan air jika tali pusat kotor. Mengeringkannya

89
juga harus menggunakan kain yang lembut atau
mengipasinya hingga kering. Sebelum melakukan perawatan
tali pusat bayi, jangan lupa untuk mencuci tangan terlebih
dahulu.
Tali pusat akan lebih cepat sembuh jika dibairkan saja.
Membasuhnya dengan alkohol atau cairan antiseptic justru
dapat mengiritasi kulit di sekitar tali pusat dan membuatnya
sembuh lebih lama. Hindari juga memberikan minyak,
bedak, jamu, atau obat herbal tertentu di sekitar tali pusat.
b) Menjaga Tali Pusat Tetap Kering
Biarkan tali pusat dalam kondisi terbuka tanpa ditutup
dengan kasa kering maupun tertutup popok. Saat
memakaikan popok bayi, usahakan tali pusat tidak tertutup
popok. Hal ini bertujuan agar tali pusat tidak terkena air seni
dan tinja bayi yang dapat menyebabkan infeksi.
Bayi juga perlu mengenakan pakaian berbahan lembut dan
menyerap keringat, sehingga menciptakan sirkulasi udara
dengan baik di kulitnya. Hindari juga memakaikan baju
model bodysuit (yang menutupi seluruh tubuh) pada bayi.
c) Biarkan Tali Pusat Terlepas Secara Alami
Membiarkan tsli pusat terlepas dengan sendirinya adalah
salah satu cara perawatan tali pusat yang benar. Jangan
memaksakan untuk melepas tali pusat dengan menariknya.
Hal tersebut dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Selama tali pusat masih menempel, mandikan bayi dengan
cara membasuh badannya menggunakan washlap atau
spons mandi. Hindari merendam bayi di dalam bak mandi.
Setelah tali pusat puput, bayi baru boleh dimandikan di
dalam bak.
Di masa awal setelah bayi dilahirkan, tali pusat biasanya
berwarna kekuningan dan mengkilap. Seiring waktu, tali

90
pusat akan mongering dan menyusut sampai akhirnya puut.
Biasanya warna tali pusat akan menjadi cokelat, abu-abu,
keunguan, kebiruan, lalu menjadi hitam.
Ketika tali pusat puput, mungkin ada sedikit sarah di
pusat bayi. Selain itu, terkadang ada cairan bening atau
kuning dan sisa jaringan di pusat yang disebut umbilical
granulomas, cairan ini dapat hilang dengan sendirinya.
Kondisi yang perlu diwaspadai dan perlu penanganan
dokter adalah jika tali pusat bayi menunjukkan tanda-tanda
infeksi, seperti:
1) Nanah di tali pusat
2) Demam
3) Kulit di sekitar area tali pusat bengkak dan berwarna
kemerahan
4) Tali pusat berwarna kekuningan atau berbau tidak sedap
5) Tali pusat mengalami perdarahan yang banyak dan
terus-menerus
6) Bayi menangis setiap kali tali pusat atau kulit di
sekitarnya tersentuh
Periksakan bayi jika tali pusat belum puput setelah 3-6
minggu. Ini bisa jadi pertanda adanya masalah kesehatan,
seperti infeksi atau gangguan sistem kekebalan tubuh.
Perawatan tali pusat bayi baru lahir umunya tidak terlalu
sulit, hanya saja diperlukan kesabaran dalam merawatnya
sampai tali pusat benar-benar puput. Jangan pernah
memaksa melepasnya meskipun sudah tampak sembuh.

F. Kewaspadaan Pencegahan Infeksi


a. Anggapla setiap orang(pasien atau karyawan) berpotensi
menularkan infeksi

91
b. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis
alcohol sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
d. Pakai pakaian pelindung (misalnya celemek atau gaun dan
lain-lain) apabila diperkirakan akan terjadi kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya
e. Bersihkan dan bila perlu lakukan disenfeksi peralatan dan
barang yang digunakan sebelum daur ulang.
f. Bersikan ruang perawatan pasien secara rutin
g. Letakkan bayi yang mungkin dapat mengkontaminasi
lingkungan ( misalnya bayi dengan diare yang infeksius)
didalam ruang khusus.

1. Cara Pencegahan Infeksi


Membersihkan tangan
a. Cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan
menggunakan cairan pembersih tangan berbasis
alcohol
1). Sebelum dan sesudah merawat bayi
2). Sesudah melepas sarung tangan
3). Sesudah memegang instrumen atau barang yang
kotor

b. Beri petunjuk kepada ibu dan anggota keluarga


lainnya untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi.

c. Cara cuci tangan


1). Basahi kedua tangan
2). Cuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan
air mengalir

92
3). Biarkan tangan kering diudara atau dikeringkan
dengan kertas bersih atau handuk pribadi

d. Membersihkan tangan dengan cairan berbasis alcohol


(dibuat dari 2 ml glierin dan 100 ml alcohol 60% lebih
efektif dibanding dengan cuci tangan, kecuali kalau tangan
terlihat kotor.
Cara membersihkan tangan dengan memakai cairan
pembersih tangan berbasis alcohol.
1). Basahi seluru permukaan tangan dan jari dengan
cairan pembersih tangan
2). Basuh atau gosokan cairan ke tangan sampai kering.

3. Perlengkapan perlindungan pribadi


Cegah paparan terhadap infeksi dengan menggunakan
barier atau pelindung untuk melindungi diri dari sembutan dan
jejas dari benda tajam.
a. Bila mungkin pakai sepatu tertutup
b. Bila sarung tangan diperlukan untuk tindakan, gunakan
sepasang sarung tangan setelah digunakan. Gunakan
sarung tangan berbeda untuk setiap situasi

4. Perawatan umum
Petunjuk untuk mengurangi resiko infeksi pada bayi sesudah
lahir.
a. Gunakan sarung tangan dan celemek plastic atau karet
waktu memegang bayi baru lahir sampai dengan kulit bayi
bersih dari darah mekonium dan cairan.

93
b. Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan
menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat lalu
keringkan
c. Bersihklan pantat dan daerah anus bayi setelah selesai
mengganti popok atau setiap diperlukan dengan
menggunakan kapas yang direndam air hangat , air
larutan sabun dan kemudian dikeringkan dengan hati-hati.
5. Teknik aseptic untuk melakukan tindakan
Teknik aseptic untuk membuat tindakan menjadi lebih aman
baik bagi bayi baru lahir serta tenaga kesehatan dengan
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme
dikulit.
a. Cuci tangan selama 3-5 menit menggunakan cairan
antiseptic
b. Kenakan sarung tangan steril
c. Siapkan kulit untuk dilakukan tindakan dngan mencuci
menggunakan cairan antiseptic dengangerakan
melingkar.
G. Open Access EBM ( Evidance based midwifery )

Evidance based adalah penggunaan bukti mutahir terbaik


yang ada secara bersungguh – sungguh, eksplisit dan bijaksana
untuk mengambil keputusan dalam penanganan klien
perseorangan ( sackett,et.al, 1997) maka evidence based dalam
neonatus bayi dan balita adalah penggunaan bukti muktahir terbaik
tentang Asuhan Neonatus Bayi dan Balita secara bersungguh-
sungguh. Eksplisit, dan bijaksana dalam pengambilan keputusan
agar dapat memberikan Asuhan Neonatus Bayi dan Balita yang
berkualitas.

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu


mengembangkan kuat professional dan ilmiah dasara untuk

94
pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan
Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 ( Rivers,
1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk
kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini,
peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam
membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan
untuk kemajuan akademik Sebuah kebutuhan yang berkembang
diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan
melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh
dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah
jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi
tahunan di RCM Harrotage, Inggris pada tahun 2003 ( Hemmings
et al, 2003 ). Itu dirancang untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan
tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi
(Silverton, 2003 ).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus


berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif
mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis
filossofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan
sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga
bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
Pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

PERTANYAAN

1. Suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/UNICEF


pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan

95
mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui. Program ini
mendorong Rumah Sakit dan Fasilitas bersalin yang menawarkan
tingkat optimal perawatan ibu dan bayi. Program yang dimaksud
kalimat di atas ialah . . .
a. Baby Friendly Initiative
b. Early Breastfeeding
c. Kangaroo Mother Care
d. Rooming In
e. Complementary Foods
2. Inisiasi Menyusu Dini adalah segera meletakkan bayi di dada ibu
sekurag-kurangnya 1 jam untuk memberikan kesempatan kepada
bayi menyusu segera mungkin. Berikut ini yang bukan Manfaat dari
Inisiasi Menyusu Dini adalah . . .
a. Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi
dengan tepat selama bayi mencari payudara
b. Sentuhan tangan bayi diputting susu dan sekitarnya, emutan
dan jilatan bayi pada putting ibu merangsang pengeluaran
hormone oksitosin
c. Mencegah perdarahan ibu serta merangsang pengeluaran
plasenta lebih cepat
d. Menurunkan suhu tubuh bayi setelah di lakukannya Inisiasi
Menyusu Dini
e. Mempercepat hubungan ikatan ibu dan anak ( Bonding
Atthacment )
3. Kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan
dikombinasi dengan pemberian ASI Ekslusif yang dapat dimulai
segera setelah bayi lahir. Program yang dimaksud kalimat diatas
ialah . . .
a. Baby Friendly Initiative
b. Early Breastfeeding
c. Kangaroo Mother Care

96
d. Rooming In
e. Complementary Foods
4. Rooming in merupakan suatu sistem perawatan ibu dan anak
bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan. Rooming in
bersifat. . .
a. Continue
b. Intermitten
c. Continue Intermitten
d. Semua jawaban salah
e. Semua jawaban benar
5. Dalam melakukan perawatan tali pusat harus dilakukan dengan
cara yang benar. Dengan tujuan untuk mencegah iritasi dan infeksi
pada tali pusat bayi. Berikut ini yang bukan merupakan cara
perawatan tali pusat yang benar adalah . . .
a. Menjaga Tali Pusat tetap bersih
b. Menjaga Tali Pusat tetap kering
c. Biarkan Tali Pusat terlepas secara alami
d. Melakukan perawatan tali pusat yang telah dianjurkan oleh
tenaga kesehatan
e. Berikan alcohol dan kapas untuk menutup tali pusat

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidance based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus

97
berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekesar bukti. Tapi bukti
ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan dalam proses
persalinan. Dengan evidence based midwifery (EBM) sangat
bermanfaat bagi bidan dalam pengambilan keputusan pasien
secara bijak. Salah satu EBM dalam persalinan yang terkini
contohnya posisi meneran, terdahulu posisi menersn secara
telentang/litotomi rutin dilakukan dalam persalinan, namun setelah
adanya penelitian posisi tersebut ternyata kurang baik bagi ibu dan
bayi, sehingga pemilihan posisi lain menjadi alternative yang lebih
baik karena menguntungkan ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatal, Bayi dan Balita.


Yogyakarta: Pertama

Sudarti, 2010. Asuhan Kebidanan Neonatal, Bayi dan Balita. Jakarta:


Kawan Pustaka

Elmeida, Fitria, 2015. Asuhan Kebidanan Neonatal, Bayi dan Balita.


Jakarta : Kawan Pustaka

Tando, Marie.2014. Asuhan Kebidaan Neonatal, Bayi dan Balita.


Yogyakarta: EGC

Sembiring, Juliana. 2011. Buku Ajar Neonatus . Yogyakarta: EGC

http://jurnalbidandiah.com/2012/06/evidance-based-pada-asuhan-
nenonatus.html?m=1

98
TOPIK VI

MELAKUKAN PROSEDUR KETERAMPILAN


DASAR KEBIDANAN PADA ASUHAN
NEONATUS, BAYI, DAN BALITA

Disusun Oleh :

Harika Melia (20185122023)

Nurul Atisya Wahyuningsih (20185123044)

99
Sholiha (20185123053)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-III

TAHUN 2019/2020

PEMBAHASAN

A. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir


Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir
dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau resusitasi,
pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat.Bayi
ditempatkan diatas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan
ini adalah untuk mengenal atau menemukan kelainan yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran,
misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes mellitus,
ekslampsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan
kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama
pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan.Hal ini di tujukan
untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapan apakah
seorang bayi dapat dirawat gabung atau ditempat khusus. Dengan
pemeriksaan pertama ini juga bia menentukan pemeriksaan dan
terapi selanjutnya.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari
prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Berikt ini prosedur
perawatan bayi segera setelah lahir :

100
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil,
riwayat persalinan, riwayat pesalinan
b. Menilai skor APGAR
c. Melakukan resusitasi neonates
d. Melakukan perawatan tai pusat, pemotongan jangan
terlalu pendek dan harus diawasi setiap hari
e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu
bertulisan nama ibu, dikaitkan dipergelangan tangan atau
kaki
f. Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital
g. Meletakkan bayi dalam kamar transisis (jika keadaan
umum baik), atau dalam incubator jika ada indikasi
h. Menentukan tempat perawatan : rawat gabung, rawat
khusus atau rawat intensif
i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit
yang diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B
aktif, langsung diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi.

Tujuan pengkajian fisik pada bayi baru lahir

a) Untuk mendeteksi kelainan-kelainan, pemeriksaan awal


pada bayi baru lahir harus dilakukan segera mungkin
sesudah persalinan yang beresiko tinggi. Pemeriksaan harus
difokuskan pada anomali kegenital dan masalah-masalah
patofisiologi yang dapat membantu adaptasi kardiopurmonal
dan metabolic normal pada kehidupan ekstra uteri.
Pemeriksaan dilakukan lebih rinci dan dilakukan dalam 24
jam setelah bayi lahir.
b) Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan
pada keluarga
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus
dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila

101
keluarga menemukannya kemudian hari akan menimbulkan
dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau
petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.

Langkah-langkah dalam melakukan pengkajian fisik pada


bayi baru lahir
a) Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi,
melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hirosefal,
mikrosefali, anensifali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas
tangis, warna kulit, kulit kering atau mengelupas, vernik
caseosa, kelainan kulit karena fravina lahir, toksikum, tanda-
tanda metonium, dan sikap bayi tidur.
b) Langkah kedua, petugas melakukan pemeriksaan pada kulit.
Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer
ditampakkan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada
bayi yang menangis, yang warnanya sangat gelap bila
penutupan gloris mendahului tangisan yang kuat dan oleh
sianosis yng tidak berbahaya.
c) Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat; besar, bentuk,
molding, sutura tertutup atau melebar, kaput suksedanium,
hematomasefal dan karno tabes.
d) Pada pemeriksaan telinga dapat mengetahui kelainan daun
atau bentuk telinga
e) Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai pendarahan
sukonjungtiva, mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain
f) Mulut dapat menilai apakah bayi; labioskisis, labioynatopala-
toskisis, tooth-buds, dan lain-lain
g) Leher; hematoma, duktis tirolurus, higromakoli
h) Dada; bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi
intercostal, sifoid, merintih, pernafasan cuping hidup, bunyi
paru

102
i) Jantung; pulpasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi
jantung
j) Abdomen; membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor,
asites), skafoi (kemungkinan bayi mengalami hernia
diafragmatika atau atresia esofagis tanpa fistula), tali psat
berdarah, jumlah pembuluh darah tali pusat, warna dan
besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkangan
k) Alat kelamin; tanda-tanda hematomakarena letak sungsang,
testis belum turun, fisnosis, adanya perdarahan atau lendir
dari vagina, besar dan bentuk klitoris dan labia minora,
atresia ani
l) Tulang punggung; spina bifida, pilonidal sinus dan dumple
m) Anggota gerak; fokomeria, sindaktili, polidaktili, fraktor,
paralisis talipe dan lain-lain
n) Keadaan neuramuskular; refleks moro, genggam, rooting
dan sebagainya : tonus otot, tremos
o) Pemeriksaan lain-lain; meconium harus keluar dalam 24 jam
sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atrersia ani
atau obstruksi usus. Urine harus ada juga pada 24 jam. Bila
tidak ada harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran
kencing.

Tabel Nilai APGAR Bayi Baru Lahir

Tanda 0 1 2
Appearance Blue Body Pink, All Pink
(Warna kulit) (Seluruh Limbs Blue (Seluruh
tubuh biru (Tubuh tubuh
atau pucat) kemerahan, kemerahan)
ekstrimitas
biru)

103
Pulse (denyut Absent <100 >100
jantung) (tidak ada)
Grimace None Grimace Cry (reaksi
(refleks) (Tidak (Sedikit melawan,
beraksi) gerakan) menangis)
Actifity Limp Some Flexion Active
(Tonus otot) (lumpuh) of Limbs Movement
(Ekstrimitas limbs Well
sedikit fleksi) Flexed
(Gerakan
aktif,
ekstrimitas
fleksi dengan
baik)

Respiratory None Slow, Good, Strong


Effort (Usaha (Tidak ada) irregular Cry
bernafas) (Lambat, (Menangis
tidak teratur) Kuat)

Tabel Kriteria Fisik Luar Bayi Baru Lahir

104
Prosedur pemeriksaan fisik bayi baru lahir

Kegiatan ini merujuk pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan


yang bertujuan untuk memastikan noenalitas dan mendeteksi adanya
penyimpangan dan normal.

Penagkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik


bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan diluar uterus dan
bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksaannya harus diperhatikan
agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi
rendah atau bayi tampak tidak sehat.

Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir

1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan


2. Cuci an keringkan tangan, pakai sarung tangan
3. Pastikan pencahayaan baik
4. Periksa apakah bayi baik dalam keadaan hangat, buka bagian yang
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah
lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
5. Periksa bai sistematis dan menyeluruh

Peralatan dan perlengkapan :

1. Kapas
2. Senter
3. Thermometer
4. Stetoskop
5. Selimut bayi

105
6. Bengkok
7. Timbangan bayi
8. Pita ukur atau metlin
9. Pengukur panjang badan

Prosedur :

1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan


pemeriksaan
2. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi factor genetic, factor
lingkungan, social, factor ibu(maternal), factor perinatal, intranatal,
dan neonatal
3. Susun alat secara ergonomis
4. Cuci tangan mengggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih
5. Memakai sarung tangan
6. Lakukan bayi pada tempat yang rata

Pengukuran Anthopometri

7. Penimbangan berat badan


Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan
ketitik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi
8. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi ditempat yang datar. Ukur pangjang badan dari
keppala sampai tumit dengan kaki atau badan bayi diluruskan . alat
ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur
9. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala
kembali lagi ke dahi.
10. Ukur lingkar dada

106
Ukur lingkar dada dari daerah dada kepunggng dan kembali ke
dada (pengukuran dilakukan melalui kedua putting susu).

Pemeriksaan fisik
11. Kepala
 Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang bejarak
lebar mengindikasikan bayi preterm, maoulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak
kepala, sering terlihat tulang kepala tindih yang disebut
moulding atau maulase. Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah
diraba. Perhatikan ukuran dan tegangannya. Fontanel
anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang
terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel
menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat
dehidrasi. Terkadag teraba fontanel ke tiga Antara
fontanel anterior dan posttarior hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21
 Periksa adanya trauma kelahiran misalnya; caput
subsedanuim, sefalheatoma, pendarahan subaponeorotik
atau fraktur tulang tengkorak
 Perhatikan adanya kelainan koneniital seperti: anensefali,
mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
12. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak
asimestris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
Perhatikan kelainan wajah yang pas seperti sindrom down atau

107
sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, parasi N.fasialis.
13. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi
terbuka.
 Periksa jumlah, posisi atau letak mata
 Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi matayang
belaum sempurna.
 Periksa adanya glaucoma kongenital, mulanya akan tampak
sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea
 Katarak kongenital akan muda terlihat yaitu pupil berwarna
putih. Pupil hars tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindetifikasikan adanya efek retina
 Periksa adanya trauma seperti palpebral, perdarahan
konjungtiva atau retina
 Periksa adanya secret pada mata, kongjutivitis oleh kuman
gonokofus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan
 Apabila ditemukan epichantus melebar keungkinan bayi
mengalami sindrom down
14. Hidung
 Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebar
nya harus lebih dari 2,5 cm
 Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan nafas
karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring

108
 Periksa adanya secret yang mukopurulen yang terkadang
berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
 Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukan adanya gangguan
pernapasan
15. Leher
 Leher bayi biasanya pendek dan halus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdpaat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher.
 Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis
 Lakukan perabaan untuk mengindentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran tiroid dan vena
jungularis
 Adanya lipatan kulit berlebihan dibagian belakang leher
menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21`

16. Klavikula
Raba seluruh klavikura untuk memastikan keutuhannya terutama
pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosian
bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.

17. Tangan
a) Kedua lengan harus sama panjang periksa dengan
cara meluruskan kedua lengan kebawah
b) Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya neurologis atau fraktur
c) Priksa jumlah jari. Perhatiakan adanya polidaktili atau
sidak tili

109
d) Kemudian tepalak tangan harus terbuka, garis tangan
yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas
kromosom, seperti trisomy 21
e) Priksa adanya paronisia pada kuku yang terdapat
infeksi atau tercabut sehingga menibulkan luka atau
perdarahan.
18. . Dada
a) Periksa kesemetrisan gerakan dada saat bernafas.
Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
peneumotoraks,peresis diagfragma atau hernia
diafragmatiaka.pernfasan yang normaldinding dada
abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum
atau interkosal pada saat bernafas perlu diperhatikan
b) Pada bayi cukup bulan, putting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetruis.
c) Payudara dapattampak membesar tetapi ini normal
19. Abdoment
a) Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersaman dengan gerakan dada saat bernafas. Kaji
adanya pembengkakan.
b) Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat
herniadiagfrogmatika.
c) Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepatosplenomegali atau tumor lainya.
d) Jika perut kembung kemungkinan adanya
enterokolotis vesikalis, omfalokel atau duktus
omfaloentriskus peristen
20. Genetalia
a) Pada bayi laki laki panjang penis 3 – 4 cm dan lebar
1- 1,3 cm periksa posisi lubang uretra. Prepusium
tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis

110
b) Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
c) Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah
testis ada dua
d) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora
menutupi labia minora.
e) Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
f) Terkadang tampak adamya secret yang berdarah
dari vagina, hal ini disebabkan oleh hormone ibu
(withdrawl bledding)
21. Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya
meconium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika
sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya meconium
plug syndrome, mega kolon atau opstruksi saluran pencenaan.
22. tungkai
a) Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa
panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya
dan bandingkan.
b) Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuranya
gerakan berkaitan dengan adanya trouma mislanya,
fraktur, kerusakan neurologis
c) Periksa adanya polidaktili atau sudaktili pada jari kaki

23. Spinal
Periksa spinal dengan cara menelugkukan bayi, cari adanya
tanda tanda abnormalitas seperti spina bifida, pemengkakan,
lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukan
adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra
24. Kulit
a) Periksa adanya ruang dan bercak atau tanda lahir
b) Periksa adanya pembengkakan

111
c) Perhatikan adanya vernik kaseosa
d) Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat bayi
kurang bulan
25. Jelaskan pada ibu atau keluarga tentang hasil pemeriksaaan
26. Rapikan bayi
27. Beresakan alat
28. Lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan
B. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir

Pada dasarnya bayi baru lahir sudah memiliki penampilan atau


memiliki ciri ciri yang khusus.

1. Kebanyakan bayi baru lahir memiliki tubuh yang tidak propolsional,


Ukuran kepala dan badannya tidak sebanding, berbeda sekali
dengan pernampilan anak – anak dan yang dewasa pada umnya,
perbedaan yang mencolok ini di sebabkan oleh titik tengah tinggi
badan bayi ada di pusat sedangkan orang dewasa berada di
bagian kelamin
2. Warna kulit memerah merahan dan terkadang terdapat lapisan
berwarna putih keruh. Lapisan ini disebut VERNIK CASIOSA.
Berfungsi untuk melindungi bayi dari infeksi saat ia berada dalam
uterus dan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat setelah keluar
dari rahim ibu.

112
3. Tubuh bayi yang baru saja di lahirkan terbungkus kulit berwarna
cyanosisdan berkeriput. Disebabkan karena masih sedikitnya
lemak bawah kulit. Keriput akan hilang sesuai dengan
bertambahnya berat badan bayi.
4. Lemak subkutan cukup tebal
5. Bentuk kepala cenderung kerucut di sebabkan oleh gaya yang
bekerja saat proses persalinan dan juga sebagai akibat tulang
tengkorak yang tumpang tindih ( molase).
6. Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipal 34 cm, Mento
oksipal 35 cm, Subaksipito Bregmatika 32 cm.
7. Ubun-ubun berdenyut karena belahan belahan tulang tengkoraknya
belum menyatu dan mengeras dengan sempurna seiring dengan
semakin sempurnyanya proses penyatuan tulang- tulang tengkorak
( kira-kira setelah 2 tahun ) denyut di kepalanya akan hilang, yang
bisa dilakukan :
1) Bersihkan rambut dan kepalnya dengan shampo khusus bayi
dan segera keringkan.
2) Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang
berdenyut denyut itu, baik saat mencuci rambut atau
menggendongnya.
8. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik.
9. Mata bayi tampak keluar garis atau juling selama 2 – 3 bulan
pertama disebabkan karena pada beberapa saat setelah kelahiran,
bayi baru membuka matanya dan melihat lingkungan di sekitar
penglihatannya baik namun belum terlalu fokus.
10. Wajah sembab, kelopak mata terlihat bengkak atau menggembung
terjadi karena bendungan yang muncul karena tekanan jalan lahir,
Dalam 1 atau 2 hari bengkak pada wajah akan hilang.
Yang bisa dilakukan :
1) Hindari posisi tidur telungkup atau menyamping untuk
mengurangi tekanan pada wajah

113
2) Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala
tampak sedikit bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut
sampai bengkaknya hilang.
11. Mata berair di sebabkan karena saluran hidung belum sempurna
sehingga mengakibatkan aliran air mata yang diproduksi menjadi
tidak lancar, Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan mengurut
kulit sepanjang saluran tersebut dimulai dari kulit pinggir mata ke
arah pinggir hidung bagian bawah.
12. Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi
akan berkedip, dapat mengenali pola-pola hitam putih yang
tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak fokus adalah
sekitar 15 – 20 cm.
13. Bayi akan bereaksi dengan menggerakkan matanya bila
mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih menyukai suara
yang lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang
tiba-tiba, bayi akan bereaksi dengan menggerakkan anggota
tubuhnya.
14. Kumisan, sisa Lanugo (rambut janin) belum luruh semuanya. Selain
kumis, bayi perempuan juga sering tampak berambut pada bahu
dan punggungnya, Dalam beberapa minggu, kulit bayi akan tampak
bersih dari rambut-rambut dan kumis itu.
Yang bisa di lakukan :
1) Mandikan bayi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
kulitnya
2) Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis
tersebut akan rontok dengan sendirinya.
15. Aktifitas atau gerakan aktif, ekremitas biasanya dalam keadaan
fleksi
16. Kaki dan tangannya pucat dan dingin. Sistem sirkulasi dan
peredaran darah bayi baru lahir belum berkembang sempurna,
sehingga tubuhnya memprioritaskan mengalirkan darah ke organ-

114
organ tubuh yang penting seperti otak, paru-paru dan jantung.
Tangan dan kaki adalah organ tubuh yang paling akhir dialiri darah.
Kondisi ini akan berakhir dengan sendirinya secara bertahap
sampai bayi berusia 1 tahun.
1) Kontak kulit setiap menyusui bayi untuk menghangatkan.
2) Metode kangguru, letakkan bayi di dada ibu dalam keadaan
telanjang sehingga terjadi kontak antar kulit. Lakukan sekitar 30
menit setiap hari
3) Sarungkan kaos kaki dan kakuas tangan khusus untuk bayi atau
selimuti selimuti sampai tangan dan kakinya terasa hangat dan
kulitnya sudah berwarna merah muda.
17. BB berkisar antara 2400-4000 gram.
18. PB antara 50-55 gram
19. Genitalia : labia minora menutupi minora, testis sudah turun ke
dalam skrotum
20. Kelamin besar dan membengkak dipengaruhi oleh hormon ibu, jika
memar dan alat kelamin yang bengkak disebabkan karena trauma
saat lahir dan proses alami perkembangan alat kelamin, akan
tampak normal dalam waktu sekitar 1 minggu.
Yang bisa dilakukan :
1). Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi, lalu keringkan
perlahan dengan lembut
2) Jika menggunakan popok sekali pakai, perhatikan daya
tampungnnya, ganti segera setelah penuh dan begitu dia buang air
besar.

21. Pada bayi perempuan labia mayor terlihat menggembung , dapat


terlihat keriput atau halus, kadang mengeluarkan lendir atau darah
selama beberapa hari. Hal ini tergolong pendarahan menstruasi
normal atau uterus bayi di sebabkan hormon estrogen ibu yang
melewati bayi perlahan menghilang.

115
22. Anus (+) dalam 24 jam pertama bayi dapat mengeluarkan
mekonium
23. Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30
ml/hari
24. Terkadang pada beberapa bayi ditemukan kelenjar mamae yang
dapat membesar dan mengeluarkan ASI, akan mengempis dalam
beberapa hari atau minggu .
Yang bisa di lakukan :
1) Jangan menekan-nekan payudara bayi karena hanya akan
menimbulkan rasa tak nyaman.
2) Bila menyabuni bagian dadanya, bilas sampai bersih.
25. Bayi baru lahir sudah dapat membedakan aroma susu manusia
atau ibunya dengan aroma susu dari wanita lain, bereaksi kuat
terhadap beberapa rasa dan memperlihatkan kesukaan yang kuat
pada rasa manis.
26. Bayi baru lahir sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat
menyukai kontak langsung antara kulit dengan kulit.
27. Adalah normal dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur. BBL
biasanya tidur selama 16-20 jam yang di bagi menjadi 4-5 periode.
28. Tangisan bayi berbed-beda disesuaikan dengan apa yang
dirasakannya, seperti sakit, merasa tidak nyaman karena basah,
dingin, lapar, merasa kesepian dan lain lain.
29. Tersedak
1) Normal : Kontraksi diafragma primitif (sekat rongga badan
antara dada dan perut ) yang mendadak dan tidak teratur, yang
belum benar-benar bisa menarik dan mengeluarkan nafas
dengan ritme teratur.
2) Tersedak : tanda bahwa otot otot pernapasan di antara tulang
iga, diafragma dan perut makin kuat dan mencoba bekerja
sama.

116
3) Bayi sensitif terhadap sinar terang dan bersin jika membuka
matanya untuk beberapa hari pertama : cahaya menstimulasi
saraf yang menuju kehidung dan mata.
30. Bersin : Lapisan hidung sensitif, diperlukan untuk membersihkan
lubang hidung, mencegah debu agar tidak masuk kedalam paru-
paru.
31. Nafas
1) Kecdepatan sekitar 40 x tarikan nafas/menit untuk 1 atau 2 hari
pertama.
2) Usia beberapa bulan : turun menjadi 25x/menit
3) Bayi baru lahir : paru-paru kecil, nafas dangkal : paru-paru
dangkal (propolsional)lebih kecil dibanding ukuran tubuhnya.
32. Berdasarkan kriteria neurologik pada bayi normal adalah a) posisi
bayi frog position ( fleksi pada ekstrimitas atas dan bawah), b)
rEflek moro positif dan harus simetris c) Reflek hisap positif pada
sentuhan palatum mole, d) Reflek mengenggam positif.
33. Refleks
Refleks : gerakan naluriah untuk melindungi bayi.
a. Refleks glabela
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan
menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan
mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
b. Refleks hisap
Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan.Tekanan pada
mulut bayi, pada langit pada bagian dalam gusiatas timbul
isapan yang kuat dan cepat.Dilhat pada waktu bayi menyusu.
c. Refleks mencari ( rooting)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pip.Misalnya :
mengusap pipi bayi dengan lembut : bayi menolehkan
kepalanya kearah jari kita dan membuka mulutnya.
d. Refleks genggam (palmar grasp)

117
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan
gantle, normalnnya bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika
telapak tangan bayi ditekan : bayi mengepalkan tinjunya.
e. Refleks babinski
Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak
kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak
kaki, bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari kakinya
hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
f. Refleks Moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-
tiba di gerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
Fungsi : menguji kondisi umum bayiserta kenormalan sistem
saraf pusatnya.
g. Reflek melangkah
Bayi menggerak gerakan tungkainy dalam suatu gerakan
berjalan atau melangkah jika diberikan dengan cara memegang
lenganya sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh permukaan
yang rata dank eras.
h. Reflek merangkak
Bayi akakn berusaha untuk meranggkak kedepan dengan
kedua tangan dan kaki bila diletakan tengkuprap pada
permukaan datar.
i. Reflek leher atau “fencing” ekstremitas pada satu sisi dimana
kepala ditolehkan akan ektensi, dan ekstremitas yang
berlaawanan akan refleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu
sisi selagi istirahat. Respon ini dapat tidak ada atau tidak
lengkap segera setelah lahir.
j. Reflek ekstruksi bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila
ujung lidah disentuh dengan jari atau ujung putting.

C . Membuat rencana asuhan BBL 2-6 hari

118
Asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus dilakukan secara
menyeluruh.Asuhan padabayi 2-6 hari juga harus diinformasikan dan
diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali ke rumah orang
tua sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri.
Rencana asuhan 2-6 hari
Pada hari ke 2 – 6 setelah persalinan ada hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bayi,yaitu:
1. Minum
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( jika payudara
penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada menyesui kehendak bayi atau
kebutuhan bayi setiap 2 – 3 jam ( paling sedikit setiap 4 jam), bergantian
antara payudara kiri dan kanan, seorang bayi yang menyusu sesuai
dengan permintaanya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam.
Biasanya, ia langsung mengosongkan payudara pertama dalam beberapa
menit. Frekuensi menyusu itu dapat diatur sedemikian rupa dengan
membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu sekitar 5 -10 kali
dalam sehari.
Pemberian ASI saja cukup. Pada periode 0 – 6 bulan, kebutuhan
gizi bayi baik kualitas maupun kuantitas terpenuhinya dari ASI saja,tanpa
harus diberikan makanan ataupun minuman lainnya. Pemberian makanan
lain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi
untuk menghisap.
Berikut ini merupakan beberapa prosedur pemberian ASI yang
harus diperhatikan;
a) Tetekkan bayi segera atau selambatnya setengah jam setelah bayi
lahir. Pemberian ASI pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi
tidakharus diberikan dari satu payudara (kiri atau kanan saja), tetapi
bayi harus diberi ASI dari kedua payudara secara
bergantian.Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan
payudara. Untuk itu ibu perlu mengetahui cara memindahkan bayi
dari satu payudara ke payudara lainnya. Caranya, ibu menekan

119
payudaranya secara pelan, lalu menjauhkannya dari mulut bayi. Bila
hal ini dilakukan terus menerus, maka ibu akan lebih
berpengalaman, sehingga mengetahui waktu yang tepat untuk
mengganti payudaranya yang diisap oleh bayinya.
b) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kalisebelum
menetekkan.
c) Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting
dan sekitarnya.
d) Ibu duduk atau tiduran atau berbaring dengan santai.
1) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi
2) Perut bayi menempel ke perut ibu.
3) Dagu bayi menempel ke payudara.
4) Telingan dan lengannya bayi berada dalam satu garis
lurus.
5) Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar
puting susu.
e) Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting
susu pada bibir atau pipi bayi.
f) Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukan puting dan
sebagian besar lingkaran atau daerah gelap sekitar puting susu ke
dalam mulut bayi.
g) Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya. Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara
yang belum kosong tadi.
h) Jangan mencuciputing payudara mengguanakan sabun atau alcohol
karena dapat membuat putting payudara kering dan menyebabkan
pengerasan yang bisa mengakibatkan terjadinya luka. Selain itu,
rasa puting payudara akan berbeda, sehingga bayi enggan
menyusu. Hendaknya setelah menyusui, biarkan beberapa tetes ASI
di sekitar puting payudara mengering. Hal ini membuat puting
payudara tidak terluka dan terjaga dari infeksi.

120
Cara Memeras ASI dengan Tangan
Mungkin ada beberapa alasan bagi seorang ibu tidak bisa
memberikan ASI secara langsung kepada bayinya.Namun demikian, hal
ini bukan menjadi alasan bagi ibu untuk menghentikan pemberian ASI
pada bayinya. Agar ibu tetap bisa memberikan ASI, maka ibu harus
pandai memeras ASI agar bayi tetap bisa menikmati ASI sebagai haknya
atas sang ibu.setelah ASI dikeluarkan dengan cara diperas, maka ibu atau
anggota keluarga yang lainnya dapat memberikan ASI pada si bayi
dengan pipet,sendok atau pipa NGT. Berikut ini cara memeras ASI yang
bisa diajarkan pada ibu.
Bidan menganjurkan pada ibu untuk mencuci tangan terlebih
dahulu, setelah itu :
a) Duduklah ibu seenak atau senyaman mungkin.
b) Pegang atau letakkan cangkir dekat dengan payudara ibu.
c) Letakkan ibu jari pada payudara di atas puting susu dan areola
(bagian lingkaran hitam berwarna gelap pada payudara) dan jari
telunjuk dibawah payudara, juga di bawah puting dan areola.
d) Tekan ibu jari dan telunjuk ke dalam, kea rah dada. Ibu tidak perlu
menekan terlalu keras, karena dapat menghambat aliran air susu.
e) Kemudian tekanlah payudara ibu ke belakang puting dan areola
antara jari telunjuk dan ibu jari.
f) Selanjutnya tekan dan lepaskan, tekan dan lepaskan. Kegiatan ini
tidak boleh menyakiti atau ibu sampai merasa nyeri. Pada awalnya,
mungkin tidak ada susu yang keluar, tetapi setelah dilakukan
penekanan beberapa kali, ASI akan menetse keluar.
g) Tekan areola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk
menyakinkan bahwa ASI di tekan dari seluruh bagian payudara.
h) Hindari menggosok-gosok payudara atau memelintir puting susu.
i) Peras satu payudara sekurang-kurangnya 3-5 menit hingga aliran
menjadi pelan; kemudian lakukan pada payudara yang satu lagi
dengan cara yang sama. Kemudian ulangi keduanya. Ibu dapat

121
menggunakan satu tangan untuk satu payudara dan gantilah bila
merasa lelah. Memeras ASI membutuhkan waktu 20-30 menit
terutama pada hari-hari pertama, ketika masih sedikit ASI yang
diproduksi.
j) Simpan
2. Buang Air Besar
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya
berbentuk seperti ter atau aspal lembek.Zat buangan ini berasal dari
pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu feses bayi bisa
bergumpal-gumpal seperti jelly, padat, berbiji atau seeded dan bisa juga
berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak
berbentuk, bisa seperti pasta atau krem, berbiji dan bisa juga seperti
mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula
berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya
bayi yang mengkonsumsi susu formula kadang suka bebelan (susah BAB)
sedangkan yang mendapat ASI tidak.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses
berbentuk cair, hal itu perlu di curigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu
formulayang dikonsumsinya atau susu tercampur bakteri yang
mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan
terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula.
Misalnya akan sulit menetukan apakah feses yang cair atau mencret itu
berasal daru susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum
ASI, ini normal-normal saja karena system percernaannya memang belum
sempurna. Tetap susui bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi
apabila mencretnya disertai keluhan demam, muntah atau keluhan lain
dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah
pada bayi maka harus dirujuk.
Masalah freskuensi biasanya mencemaskan ibu karena frekuensi
BAB bayi tidak sama dengan ornag dewasa, padahal frekuensi BAB pada
setiap bayi berbeda, bahkan bayi yang sama pun frekuensi BAB-nya akan

122
berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu karena bayi belum
menemukan pola yang pas. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam
sehari bisa lebih dari 5 kali atau 6 kali, tidak masalah selama pertumbuhan
bagus.
Bayi yang minum ASI eksklusif sebaliknya bisa saja tidak BAB
selama2 sampai 4 hari bahkan sampai 7 hari sekali, bukan berarti
mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak ada
ampas makananyang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan
baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti
pasta.Tidak cair disertai banyak lender atau berbau busuk dan disertai
demam dan penurunan berat badan bayi. Jadi yang penting lihat
pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3
hari belum BAB, dan bayinya anteng-anteng saja mungkin memang belum
waktunya BAB.
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam pertama
setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna
hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari
sel-sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam
kandungan. BAB pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi
indikasi apakah pencernaannya normal atau tidak.
Frekuensi BAB yang sering bukan berarti pencernaannya
terganggu.Waspadai nila warnanya putih atau disertai darah.
Menurut Dr. Waldi Nurhamzah,SPA umumnya warna-warna feses
bayi dapat dibedakan menjadi kuning,coklat,hijau, merah dan putih
keabuan. Normal atau tiddaknya system pencernaan bayi dapat dideteksi
dari warna-warna feses tersebut.
Warna feses kuning
Warna feses kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses
bayi sangat dipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. Bila bayi minum
ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih cerah dan cendrung
cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi

123
mendapatkan ASI penuh, dari foremilk ( ASI depan) sampai hindmilk (ASI
belakang). Warna kuning timbul dari proses pencernaan lemak yang
dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan
disimpan beberapa waktu dalam kandung empedu sampai saatnya
dikeluarkan. Bila dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan,
kandung empedu akan berkontraksi ( mengecilkan ukurannya) untuk
memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan memecah lemak menjadi
zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu formula,
atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwwarna lebih
gelap, seperti kuning tua, agak coklat, coklat tua,kuning kecoklatan atau
coklat kehijauan.
Warna feses hijau
Termasuk katagori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh
terus menerus muncul. Ini berarti cara ibu memberikan ASI nya belum
benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilknya
tidak.Kasus ini umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.
Didalam payudara, ibu memiliki ASI depan (foremilk) dan ASI
belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu menghisap
ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula
dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap
membuat bayi sering lapar kembali.sedangkan ASI belakang (hindmilk)
akan terhisap kalau foremilkyang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk
banyak menganung lemak.Lemak itu yang membuat feses menjadi
kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya mengandung
sedikit lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada
proses pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau.
Bahkan sering juga dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut
melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning
bergantian, ini berarti bayi mendapat ASI yang komplit, dari foremilk
sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit.Ibu harus

124
mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus.
Sayangnya disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu
formula. Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk anak sudah
terlanjur diberi susu formula hingga kenyang. Akhirnya bayi hanya
mendapat foremilk saja.Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif.Perbaiki
penatalaksanaan pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan
hindmilk.Kiatnya : susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI
habis baru pindah ke payudara berikutnya.
Warna feses merah
Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang
menyertai.Namun bidan harus melihat apakah merah itu disebabkan dari
tubuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat menghisap darah
ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan
bercak hitam yang merupakan darah. umumnya bercak itu muncul selama
satu sampaitiga hari. Jadi tinggal di test saja, asalnya darimana dari darah
ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa
cairan ataupun bergumpal),dan ternyata bukan berasal dari darah ibu,
maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinan hanya dua, yaitu alergi
susu formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada
usus yang di sebut invaginasi,dua-duanya butuh penanganan. Darah ini
sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler, karena makanan
bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor.
Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti
perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan
kesakitan.
Warna feses kuning pucat atau keabu-abuan
Warna putih menunjukkan gangguan yang paling riskan.Bila
disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan pada saluran
empedu.Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini
tidak boleh terjadi, saat itu juga harus dibawa ke dokter. Yang sering
terjadi ibu sering terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya

125
akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa
apakan lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati.
Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang masiih merupakan
tindakan pengobatan yang mahal di Indonesia.
3. Buang Air Kecil
Bayi baru lahir cendrung sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari.Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus
diganti popoknya.Bayi mulai memiliki fungsi ginjal yang sempurna selama
2 tahun pertama kehidupannya.Biasanya terdapat urine dalam jumlah
kecil pada kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine
tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam jika urine pucat, kondisi ini
menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan
akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg hari. Untuk menjaga bayi tetap
bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya
minimal 4-5 x/hari.
Ada beberapa kemungkinan penyebab berkurangnya frekuensi Buang
Air Kecil pada bayi:
a) Bayi mengalami kekurangan cairan. Ini bisa terjadi karena ibu yang
menyusui kurang banyak minum atau bayi sedang mengalami muntah-
muntah atau berkeringat berlebihan. Kondisi seperti ini dapat diatasi
dengan banyak memberi asupan cairan pada bayi.
b) Pada bayi laki-laki, coba perhatikan ujung kulupnya apakah terlihat
kecil atau tidak. Bila iya, bisa jadi ia mengalami phymosis (ujung kulup
kecil) sehingga menyebabkan jarang BAK. Sebagai solusi, biasanya
dokter akan melakukan pembesaran dengan cara sunat. Kondisi ini
perlu diatasi segera karena jika dibiarkan bisa menimbulkan infeksi
pada saluran kencing bayi.
c) Sukar pipis pada bayi perempuan bisa disebabkan karena terjadi
infeksi pada organ intimnya meski bisa juga BAK-nya justru jadi lebih
sering. Sebagai pencegahan, sehabis BAK, lubang kencing dan
sekitarnya musti langsung dibersihkan. Sisa air seni bisa mengendap

126
di lipatan-lipatan sekitar kelaminnya dan menimbulkan infeksi.
Perhatikan juga teknik membersihkan organ pembuangan. Jangan
membersihkan dari arah belakang ke depan namun dari depan ke
belakang. ini dimaksudkan agar kotoran dari anus tidak terbawa ke
vagina.
4. Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur,
bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.
Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada saat usia 3
bulan. Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangannya yang
hangat, serta memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya
usia bayi.
Pola tidur bayi masih belum teratur karean jam biologis yang belum
matang. Tetapi perlahan-lahan akan bergeser sehingga lebih banyak
waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang hari. Keluhan
gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima
jam tidur bayi. Dikatakan bahwa orang tua kekurangan tidur 2 jam setiap
harinya hingga bayi berusia 5 bulan sampai 2 tahun, Orang tua kehilangan
1 jam waktu tidur setiap malamnya.Sehingga orang tua pun perlu
menyisiati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2
bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam disbanding siang. Usia 3-6
bulan jumlah tidur pun semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus
berkurang hingga 2 kali pada usia 6-12 bulan. Menjelang 1 tahun
biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah
waktu tidur berkisar antara 12- 14 jam.
Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk
tidur dan siang hari adalah waktu untuk bangun.Salah satu caranya
adalah dengan mengajaknya bermain hanya di siang hari saja, tidak di
malam hari.

127
Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidurnya adalah
tempatnya untuk tidur. Letakkan bayi di tempat tidur saat ia sudah
mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau di
ruangan lain. Lampu utama seharusnya dimatikan dan nyalakan lampu
tidur yang redup.
Ketika bayi terbangun, ajari untuk tidur kembali jangan nyalakan
lampu, tenangkan dengan kata-kata lembut. Selanjutkan tinggalkan ia
sendiri untuk kembali tidur, jika menangis lagi, biarkan 5 menit baru
tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan
seterusnya hingga 15 menit, malam berikutnya tambah waktu tunggu 5
menit yaitu 10menit,15 menit dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan
waktu 2-3 malam. Jika gagal hentikan dulu prosedur ini dan coba lagi
setelah 1 bulan cara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston”s
Children Hospital.

Pastikan bayi tidur dengan aman :


a) Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk pasang
seprei atau dengan cermat agar tidak mudah lepas.
b) Jangan merokok di sekitar bayi.
c) Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam
membuntal bayi ketika tidur.
d) Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika terlalu sering tidur
terlentang, tengkurapkan bayi saat bangun da nada yang mengawasi,
atau ubah sesekai posisi kepala saat bayi tidur terlentang.

5. Kebersihan kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara
teratur.Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus salalu dilakukan.Selalu
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
Memandikan bayi baru lahir merupakan tantangan tersendiri bagi ibu
baru.Ajari ibu, jika ibu masih ragu untuk memandikan bayi di bak mandi

128
karena tali pusatnya belum puput, maka bisa memandikan bayi dengan
melap seluruh badan dengan menggunakan waslap saja.Yang penting
siapkan air hangat-hangat kuku dan tempatkan bayi di dalam ruangan
yang hangat tidak berangin.Lap wajah, terutama area mata dan sekujur
tubuh dengan lembut.Jika mau menggunakan sabun sebaiknya pilih
sabun yang 2 in 1, bisa untuk keramas sekaligus sabun mandi.
Keringkan bayi dengan cara membungkusnya dengan handuk kering.
Bersihkan tali pusat dengan menggunakan kapas atau kasa alkohol
setelah itu lilit tali pusat dengan kain kasa steril yang telah tersedia di
apotik-apotik terdekat untuk menghindarknnya dari infeksi.
Jika tali pusat bayi baru lahir telah puput, beersihkan liang pusar
dengan cotton but yang telah diberi minyak telon atau miyak kayu putih.
Usapkan miyak telon atau minyak kayu putih di dada dan perut bayi
sambil dipijat lembut.Kulit bayi baru lahir terlihat sangat kering karena
dalam transisi dari lingkungan Rahim ke lingkungan berudara.Oleh karena
itu gunakan baby oil untuk melembabkan lengan dan kaki bayi.Setelah itu
bedaki lipatan-lipatan paha dan tangan agar tidak terjadi iritasi. Hindari
membedaki daerah wajah jika menggunakan bedak tabur karena bahan
bedak tersebut berbahaya jika terhirup napas bayi. Bisa menyebabkan
sesak napas atau infeksi saluran pernapasan.
Pakaikan baju ukuran bayi baru lahir yang berbahan katun agar
mudah menyerap keringat. Sebaiknya bunda memilih pakaian berkancing
depan untuk memudahkan pemasangan pakaian. Jika suhu ruangan
kurang dari 250C beri bayi pakaian dobel agar dia tidak kedinginan.Tubuh
bayi baru lahir biasanya sering terasa dingin, oleh karena itu ushakan
suhu ruangan tempat bayi baru lahir berada di 27 derajat celcius. Tapi
biasanya sesudah sekitar satu minggu bayi baru lahir akan merespon
terhadap suhu lingkungan sekitarnya dan mulai bisa berkeringat.
6. Keamanan
Jangan sekali-kali meninggalkan bayi tanpa ada yang
menunggu.Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena

129
bayi bisa tersedak.Jangan menggunakan penghangat buatan di tempat
tidur bayi.
7. Tanda-tanda bahaya
Sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas secara spontan
dalam waktu 30 detik setelah lahir.
a) Bila bayi tersebut menangis atau bernafas (terlihat dari pergerakan
dada paling sedikit 30 kali per menit), biarkan bayi tersebut dengan
ibunya.
b) Bila bayi tersebut tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segeralah cari
bantuan, dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.
c) Penanganan ; persiapkan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan
siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut
memiliki riwayat eklamsia, pendarahan persalinan lama atau macet,
persalinan dini atau infeksi.
d) Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut
1) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat.
2) Gosoklah punggung bayi tersebut dengan lembut.
3) Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik mulai
resusitasi.
a) Apabila bayi sionasis (kulit biru) atau sukar bernafas (frekuensi
pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali per menit), berilah
oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal progs.
Tanda-tanda Bahaya Dibagi Dua :
b) Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu
1) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau hisapan lemah.
2) Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat >60/menit atau
menggunakan otot nafas tambahan.
3) Letargi – bayi terus-menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
4) Warna abnormal-kulit atau bibir biru (sianosis) atau bayi sangat
kuning.
5) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).

130
6) Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
7) Ganguan gastrointestinal, misalnya tidak bertinjak selama 3 hari
pertama setelah lahir, muntah terus-menerus, muntah dan perut
bengkah, tinjak hijau tua atau berdarah atau lender.
8) Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.
9) Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru
lahir
10)Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
11)Kehangatan terlalu panas (>38 C atau terlalu dingin <36 C
12)Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar.
13)Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
14)Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
pernafasan sulit.
15)Tinja atau kemih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinjak lembek,
sering hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.
16)Aktivitas-menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai kejang kejang
halus,tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
Penanganan
1) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit
setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.
2) Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.
3) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dankering dengan
mengambil popok dan selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan
bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin (dapat menyebabkan
dehidrasi, ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih
dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan ke dalam mulut
bayi harus bersih.
4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

131
5) Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika
perlu.
7) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi
8) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.
Penyuluhan sebelum bayi pulang
1) Perawatan tali pusat
2) Pemberian ASI
3) Jaga kehangatan bayi
4) Tanda-tanda bahaya
5) Imunisasi
6) Perawatan harian atau rutin
7) Pencegahan infeksi dan kecelakaan

PERTANYAAN

1. Penampilan umum, tanda-tanda vital dan pengkajian antropometrik


adalah..
a. Pengkajian pemeriksaan fisik bayi

132
b. Pengkajian penampilan fisik
c. Pengkajian pemeriksaan fisik bayi baru lahir
d. Pengkajian penampilan fisik bayi baru lahir
2. Warna kulit kemerahan dan terdapat lapisan berwarna putih cerah
disebut dengan vernik casiosa berfungsi untuk....
a. Menjaga kelembapan tubuh bayi
b. Menjaga suhu tubuh badan tetap hangat dan melindungi
bayi dari infeksi saat dalam uterus
c. mencegah bayi agar tidak mudah sakit
d. menjaga bayi dari paparan cahaya
3. Pada hari ke 2-6 setelah persalinan ada hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bayi yaitu..
a. cara merawat bayi sehari-hari
b. memberikan asi kepada bayi
c. memandikan bayi
d. minum, bak, bab, tidur, kebersihan kulit, keamanan, tanda-
tanda bahaya
4. Pada bayi baru lahir cenderung sering BAK 7-10 kali sehari, jika
pada bayi laki-laki ujung kulupnya terlihat kecil maka bayi dapat di
diagnosa yaitu...
a. Phymosis
b. Spina bifida
c. Kelaianan alat kelamin
d. Infeksi kulit
5. Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas infeksi
pernafasan kurang dari 30 atau 60 x/menit maka tindakan yang
harus diberikan adalah....
a. Berikan selimut dan handuk bayi
b. Melakukan resusitasi
c. Dengan cara menyuntikan oksitosin

133
d. Berikan oksitosin kepada bayi dengan kateter nassa atau
nassal prog

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk
mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh
pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data
yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah
pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.Dalam melakukan
pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara
lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari
tubuh.Mulai dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya
ketidaknormalan pada bayi dan anak.

134
DAFTAR PUSTAKA

Khoirunnisa, Endang. 2010.  Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi dan


balita. Yogyakarta : Nuha Medika

Muslihatun, Wannur. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Yogyakarta :


Fitramaya

Marmi, Rahardjo kukuh, 2015. Asuhan Neonatus, Bayi Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

135
TOPIK VII

IMUNISASI DASAR, IMUNISASI BOSTER DAN


IMUNISASI LANJUTAN

Oleh Kelompok 7:

Siti Fatimah Wulaningrum

Novia Filiandini

Silvia

POLTEKES KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN D-III KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

136
PEMBAHASAN

IMUNISASI DASAR

Sepanjang proses tumbuh kembang, anak memerlukan


asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai budaya dan agama,
pembiasaan diplin yang konsisten dan upaya pencegahan penyakit.
Salah satu upaya pencegahan penyakit yaitu melalui pemberian
imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat
dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit
khususnya pada tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio,
campak, dan hepatitis.

A. KONSEP DASAR IMUISASI


1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem
pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme
(bakteri fan virus) yang menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk
menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita akan
terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak
tertular dari kita.
2. Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan
antibodi terhadap mikroorganisme tertentu
tanpamenyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin,
zat yang digunakan untuk membentuk imunisasi tubuh,
terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari
mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau
dilemahkan, sehingga tidak akan membuat penderita jatuh

137
sakit. Vaksin kemudian dimasukkan ke dalam tubuh yang
biasanya melalui suntikan. Sistem pertahan tubuh kemudian
akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukkan ke dalam
tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme
menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi.
Antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut
layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang
tubuh.

3. Tujuan Imunisasi
Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
tertentu.
Pemberian imunisasi pada anak mempunyai tujuan agar
tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh
juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan
imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara
pemberian imunisasi.
4. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat
seorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat
antibodi, contohnya : imunisasi polio atau
campak.imunisasi aktif juga dapat di bagi menjadi 2
macam :
1) Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh
yang secara otomatis diperoleh sembuh dari
suatu penyakit.

138
2) Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh
yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk
mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa
diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya
didapatkan dari luar.
1) Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang
didapat seorang karena diturunkan oleh ibu
yang merupakan orang tua kandung langsung
ketika berada dalam kandungan.
2) Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh
yang diperoleh karena suntikan serum untuk
mecegah penyakit tertentu.
3) Imunisasi pasif didapat karena kekebalan yang
diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu
sendiri, misalnya kekebalan bayi yang
diperoleh dari ibu sendiri setelah pemberian Ig
serum daya lindung pendek (2-3 minggu).
Contohnya :
a. Gama globin murni penderita – campak
b. ATS, ADS, anti rabies, anti – skane venom
c. Profilaksi dan terapeutik (pengobatan).
5. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
1. Tuberkolosis
Tuberkolosis (TBC) adalah suatu penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tubercolis). Penyakit TBC ini dapat
menyerang semua golongan umur dan diperkirankan
terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan
kematian 3 juta orang pertahun.

139
2. Difteri
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
corynebacterium diphtheriae merangsang saluran
pernapasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri
mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk
yang belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5
tahun paling banyak diserang karena kekebalan
(antibodi) yang diperoleh dari ibunya hanya berumur satu
tahun.
3. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh Bordotella Pertusis pada saluran
pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang
cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang
menimbulkan kematian.
4. Tetanus
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman
bakteri Clostridium tetani. Penyakit terjadi karena kuman
Clostridium tetani memasuki tubuh bayi sejak lahir
melalui tali pusat yang kurang terawat. Oleh karena itu,
untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah
dengan pemberian imunisasi.
5. Poliomielitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio.
Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide
Paralysis) dan pemeriksaan labotarium, penyakit ini sejak
tahun 1995 tidak ditemukan di beberapa daerah di
Indonesia.
6. Campak
Penyakit campak (measles) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit

140
akut dan sangat menular, menyerang hampir semua
anak kecil. Penyebabnya adalah virus dan menular
melalui saluran pernapasan yang ke luar saat penderita
bernapas, batuk dan bersin (droplet).
7. Hepatitis B
Penyakit hepatits merupakan penyakit menular oleh virus
hepatitis B. Prioritas pen cegahan terhadap penyakit ini
yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi
dan anak. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis
B ke dalam imunisasi dasar kelompok bayi dan anak-
anak merupakan langkah yang sangat diperlukan.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi
1. Status imun penjamu :
Adanya Ab spesifik pada penjamu, keberhasilan
vaksinasi, misalnya :
a. Campak pada bayi.
b. Kolestrum ASI –Ig A polio.
c. Maturasi imunologik : neonatus, fungsi makrofag,
kadar komplemen, aktifasi optonin.
d. Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil
vaksinasi ditunda sampai umur 2 bulan.
e. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak
kebal secara simultan, bayi diimunisasi.
f. Frekuensi penyakit, dampaknya pada neonatus berat
imunisasi dapat diberikan pada neonatus.
g. Status imunologik (seperti defiensi imun) respon
terhadap vaksin kurang.
2. Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag
tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak
100%.

141
3. Kualitas vaksin
a. Cara pemberian, misal polio oral imunitas lokal dan
sistemik
b. Dosis vaksin :
1). Tinggi menghambat respon,menimbulkan efek
samping.
2). Rendah tidak merangsang sel imunokompeten.
c. Frekuensi pemberian
Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun
yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada
saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan
oleh Ab spesifik tidak merangsang sel
imunokompeten.
d. Ajuvan
Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag.
1). Mempertahankan Ag tidak cepat hilang.
2). Mengaktifkan sel imunokompeten.
e. Jenis vaksin
Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik
dibandingkan vaksin lainnya seperti vaksin mati atau
yang diinaktivasi atau komponen dari
mikroorganisme.
Kandungan vaksin :
a. Antigen virus, bakteri :
1. Vaksin yang dilemahkan : polio, campak,
BCG.
2. Vaksin mati : pertusis.
3. Eksotosin : toksoid, dipteri, tetanus.
b. Ajuvan : persenyawaan aluminium.
c. Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur
jaringan, telur.

142
Hal-hal yang merusak vaksin :
a. Panas semua vaksin
b. Sinar matahari BCG
c. Pembekuan toxoid
d. Desinfeksi / antiseptik : sabun
Jadwal imunisasi :
a. Untuk keseragaman
b. Mendapatkan respon imun yang baik
berdasarkan keadaan epidemilogi, prioritas
penyebab kematian dan kesakitan.
B. JENIS IMUNISASI DASAR, CARA, TEMPAT, DAN JA
PEMBERIAN
JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi BCG
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat seba terjadinya penyakit TBC yang
primer atau ringan dapat terjadinya walaupun sudah
dilkaukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG ntuk
TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier
(pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi
BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC
yang telah dilemahkan. Frekuensi bayi umur 2 atau 3 bulan,
kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intra
dermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada
daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan
reaksi panas.
a. Jumlah pemberian
Cukup sekali saja, tidak perlu diulang (booster). Sebab,
vaksin BCG, berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi

143
kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. Jumlah
pemberian intradermal 0,05 mL dan 0,1 mL.
b. Usia pemberian
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah 2 bulan,
disarankan tes Mantoux (Tuberkulin) dahulu untuk
mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman
Mycobaterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi
dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB
yang tiggal serumah atau sering bertandang ke rumah,
segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG.
c. Lokasi penyuntikan
Bagian lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski
ada juga medis yang melakukan penyuntikan di paha.
d. Efek samping
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul
pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher
bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan
dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
e. Tanda Keberhasilan
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas
suntikan setelah 4-6 mingu. Tidak menimbulkan nyeri
dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan
meninggalkan luka perut.
Jika bisul muncul, tak perlu cemas. Bisa saja dikarenkana
cara penyuntikan yang salah, mengingat cara
menyuntkkannya perlu keahlan khusus karena vaksin
harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di
paha, proses penyuntikan lebih sulit karena lapisan
lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk,
hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tal perlu

144
diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah
akan selalu ada.
f. Indikasi kontra
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakitan TB
atau menunjukkan Mantoux positif.
2. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit haptitis yang kandungannya adalah
HbsAg dalam bentuk cair. Bila sejak lahir telah terinfeksi
virus hepatitis B (VHB) dapat menyebakan kelainan-kelainan
yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin
terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang
berat). Bahkan yang lebih buruk bisa megakibatkan kaner
hati.
a. Jumlah Pemberian
Sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan
pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntkan
kedua dan ketiga. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5
ug,Hepaccin = 1,5 ug, B-Hepavac = 10 ug, Engerix-B =
10ug. Lokasi pemberian di deltoid atau paha
anterolateral.
b. Usia Pemberian
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan
syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-
paru dan jantung. Dilanjutkkan pada usia 1 bulan dan
usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu
pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang
dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi
tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam
waktu sebelum berusia 24 jam.
c. Lokasi Penyuntikan

145
Pada anak dilengan dengan cara intramuskular,
sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero
= otot-otot di bagian depan lateral = otot bagian luar).
Penyuntikan di bokong tak di anjurkan karena bisa
mengurangi efektivitas vaksin.
d. Efek Samping
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusya sangat
jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang
disusulkan demam ringa dan pembengkakan. Namun
reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
e. Tanda Keberhasilan
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan.
Namun dapat dilaukan pengukuran keberhasilan melalui
pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-
nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas
1000, berarti daya tahannya 8 tahun; diatas 500, tahan 5
tahun; diatas 200, tahan 3 tahun. Tetapi cma 100, maka
dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol
berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali.
f. Tingkat Kekebalan
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali
suntikan lebih dari 95% bayi mengalami respons imun
yang cukup.
g. Indikasi Kontra
Tidak dapat diberikan pada ana yang menderita sakit
berat
3. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebkan
kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. Virus polio berkembang biak dalam

146
tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk
ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang
hingga bisa menyebakan kelumpuhan otot tangan dan kaki.
Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan
bernapas dan bisa meninggal.
a. Jumlah Pemberian
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan,mengingat
adanya imunisasi poli massal. Namun jumlah yang
berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Jumlah
pemberian 0,5 mL subkutan.
b. Usia Pemberian
Saat lahir (0 bulan) dan berikutnya di usia 2,4,6 bulan.
Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat
lahir, pemberian vaksin polio selau dibarengi dengan
vaksin DTP.
c. Cara Pemberian
Bisa lewat suntikan (Inactived Poliomyelitis Vaccine atau
IPV), ataulewat mulut (Oral Poiomyelitis Vaccine atau
OPV). Di tanah air yang digunaan adalah OPV.
d. Efek Samping
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot. Kasusnya
sangat jarang.
e. Tingkat Kekebalan
Dapat mencekal hingga 90%.

f. Indikasi Kontra
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita
penyakit atau demam tinggi (diatas 38°C), muntah atau
diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS,
sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan

147
radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan
terganggu.
4. Imunisasi DTP (Dipheri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mecegah
terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
a. Usia dan Jumlah Pemberian
Sebanyak 5 kali, 3 kali diusia bayi (2,4,6 bulan), 1 kali di
usia 18 bulan dan 1 kali diusia 5 tahun. Selanjutnya
diusia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.
b. Efek samping
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan
obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak
kunjung reda setelah 2 har, segera bawa si kecil ke
dokter.namun jika demam tak muncul, bukan berarti
imunisasinya gagal, bisa saj karena kualitas vaksinya
jelek.
c. Indikasi Kontra
Tidak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya
disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita
kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat
karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP.
Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P
karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Penyakit DTP yang BERBAHAYA
1) Difteri
2) Tetanus
3) Pertusis
5. Imunisasi Campak

148
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini
sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Penularan campak terjadi lewat udara atau
butiran halus air ludah (droplet)penderita yang terhirup
melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang
berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit didektesi.
Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,demam)
mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau
saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari
kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-
40,5°C. Jika tidak ditangani denganbaik campak bisa sangat
berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak
berat. Komplikasi inilah yang umumya paling sering
menimbulkan kematian pada anak.
a. Usia dan Jumlah Pemberian
Sebanyak 2 kali; 1 kali diusia 9 bulan, 1 kali di usia 6
tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke 1 sesuai
jadwak. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di
usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang
anak sia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
b. Efek Samping
Umumya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa
menyebakan demam dan diare, namun kasusnya sangat
kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang
juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3
hari.

149
C. PENYIMPANAN VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari
kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang
timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karaterikstik tertentu
dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi di
pabrik hingga dipakai diunit pelayanan. Suhu yang baik untuk
semua jenis vaksin adalah + 2 °C sampai dengan + 8 °C.
Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin
adalah sebagai berikut :
a. Vaksin sensitive beku (Frezee sensitve = FS) adalah
golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin
dibwah 0°C (beku) yaitu : Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, tt
b. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS) adalah
golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas
yang berlebih yaitu : BCG, Polio, Campak.
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam
menetepkan secara cepat apakah vaksin masih layak
digunakan atau tidak. Untu membantu petugas dalam
memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini,
ada berbagai alat dengan indikator yang sangat peka
seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau
Freezetag serta Time Temperatur Monitor (TTM).
Kerusakan vaksin terhadap suhu tempat penyimpanan yang
tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ni
dapat dilihat dari kterangan di bawah ini :
1. Vaksin Sensitif Beku

150
a. Suhu terlalu dingin
Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB disuhu -0,5 °C
dapat bertahan selama maksimun ½ jam dan DPT,
DT, TT pada suh -5 °C S/D -10°C dapat bertahan
selama maksimum 1,5 – 2 jam.
b. Suhu terlalu panas
Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu
beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient
temperature < 34 °C) dapat bertahan 14 hari
sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30
hari.
2. Vaksin Sensitif Panas
Sementara polio beberapa °C diatas suh udara luar
(ambient tenperature < 34 °C) dapat bertahan selama 2
hari sedangkan campak dan BCG beberapa °C diatas
suhu udara luar dapat bertahan 7 hari.
Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat
terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih cepat daripada
rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu
terlau panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila
lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu
terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.
Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-Hbakan rusak bila
erpapar suhu beku. Masing- masing vaksin tersebut
memiliki titk beku tersendirir, yaitu vaksin Hepatits B
beku pada suhu -5 °C, sedang vaksin DPT, DT dan TT
akan beku pada suhu -5°C. Vaksin yang tidak rusak oleh
paparan suhu beku adalah polio, campak dan BCG.
Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan
menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat
yang sensitif terhadap suhu beku dimana bila alat ini

151
terpapar suhu dibawah -0°C akan terlihat pada monitor
berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang
untuk Freeze tag.

D. IMUNISASI TAMBAHAN
1. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap
toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan
tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya
pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima
imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi
difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunasasi dasar dan ulangan sama
dengan imunasasi DPT. Vaksin disuntikan pada otot lengan
atau paha sebanyak 0,5 Ml. Vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita
demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
2. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap
campak, gondongan dan campak jerman dan disuntikan
sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit,
batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga
bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seprti
pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Vaksin MMR adalah vaksin 3 in 1 yang melindungi anak
terhadap campak, gondongan dan campak jerman. Vaksin
tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada

152
keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan
imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-
15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan
kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan
suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum
masuk SD) ataau pada saat anak berumur 11-13 tahun
(sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan
kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih
atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk
SD.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan
adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-
masing komponen vaksin :
a. Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani
imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi
pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan
MMR. Demam 39,5°C atau lebih tanpa gejala lainnya
bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan
MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2
minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama
1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada
suntkan MMR kedua.
b. Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada
kelenjar di pipi dan dibawah rahang, berlangsung selama
beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu
setelah menerima suntkan MMR.
c. Komponen campak jerman.pembengkakan kelenjar
getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung
selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 minggu setelah

153
menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15%
anak yang mendapat suntikan MMR.
Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai
anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan
kepada :
a. Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik
neomisin
b. Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh
akibat kanker, leukimia, limfoma maupun akibat obat
prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau
obati imunosupresan.
c. Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma
globulin
d. Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian
hamil

3. Imunisasi Hib
Hib atau Haemophilus influenzae type b, merupakan
suatu infeksi penyakit yang disebabkan sejenis bakteri yang
dapat menimbulkan penyakit yang bisa berakibat fatal,
seperti : radang selaput otak (meningitis), jangkitan pada
selaput otak dan saraf tunjang peradang paru-paru
(pneumonia), jangkitan pada paru-paru radang epiglotis
(kerongkongan), jangkitan pada epiglotis keracunan darah
(septicaemia), jangkitan darah radang sendi, jangkitan pada
sendi. Penyakit Hib jangkitan HIV dan Hepatitis B bukan satu
penyakit yang sama. Vaksin pencegah Hepatitis B adalah
vaksin Hepatitis B.
Penyakit Hib sering kali menjangkiti kalangan anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Resiko paling tinggi diumur kurang

154
dari 1 tahun. Penyakit Hib B bisa ditularkan oleh manusia
lewat batuk atau bersin, bisa juga melalui kuman. Penyakit
Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib.
Semua bayi berumur 2,3 dan 5 bulan perlu diberi
imunisasi Hib. Imunisasi Hibdiberikan sebanyak 3 dosis.
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibagian otot paha.
Imunisasi ini dapat diberikan bersamaan imunisasi difteri,
DPT dan imunisasi Hepatitis B. Imunisasi Hib efek
sampingnya biasanya ringan dan tidak berbahaya, dibanding
jika anak anda terkena penyakit Hibatau komplikasinya
walau bagaimana pun, sakit, bengkak, dan kemerahan bisa
terjadi ditempat dimana anak disuntik. Hal ini biasanya
terjadi 1-3 hari selepas imunisas. Kadang kala juga
mengalami demam selapeas imunisasi.
Jika reaksi-reaksi ringan ini terjadi, efek samping dapat
dikurangi denga :
1. Beri anak anda minum lebih banyak
2. Tidak memakaikan anak yang dingin diatas tempat
suntikan yang sakit.
3. Taruh kain basah yang dingin diatas tempat suntikan
yang sakit.
4. Beri anak anda paracetamol untuk menurunkan demam
(perhatikan dosis yang direkomendasi sesuai dengan
umur anak anda).
5. Jika reaksi-reaksi menjadi parah atau berlangsung lama,
atau jika anda khawatir tentang anak, hubungi dokter
atau rumah sakit.
4. Imunisasi Varisella
Merupakan imunisasi yang memberikan perlindungan
cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang
membentuk lepuhan, kemudian secara perlahar mengering

155
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap
anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah
menderita cacar air yang dianjurkan untuk menjalani
imunisasi varisella. Anak-anak mendapatkan suntikan
varisella sebelum berumur 13 tahun memerlukan 1 dosis
vaksin sedangkan yang belum pernah menderita cacar air
sebaiknya diberikan 2 dosis varisella dengan selang waktu 4-
8 minggu.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan
sangat menular. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah
terjadinya cacar air. Vaksin varisella memberikan kekebalan
jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu
berupa :
a. Demam
b. Nyeri dan pembengkakan ditempat penyuntikan
c. Ruam cacar air yang terlokalisir ditempat penyuntikan
Efek samping yang lebih berat adalah :
a. Kejang, demam yang bisa terjadi dalam waktu 1-6
minggu setelah penyuntikan
b. Peumonia
c. Reaksi alergi sejati (anafilaksasi), yang bisa
menyebabkan gangguan pernapasan, kaligata bersin,
jenut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku
d. Penurunan koordinasi otot
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :
a. Wanita hamil atau wanita menyusui
b. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki imun yang
lemah atau memiliki riwayat dengan kelainan
imunosupresip bawaan

156
c. Anak-anak atau orang dewasa alergi terhadap antibiotik
neumisin
d. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit
kanker atau AIDS
e. Orang yang baru saja menjalani tranfusi darah
f. Usia 3 sampai 6 bulan yang menerima suntikan
imunoglobulin

5. Imunisasi Influenza
Vaksin influenza dibuat berdasarkan rekomendasi WHO
setiap tahun tentang strain-strain yang diperkirakan akan
dominan pada musim dingin yang akan datang dibelahan
bumi bersangkutan, perkiraan ini dibuat berdasarkan
surveinlans influenza global yang diikuti oleh lebih dari 100
labotarium diseluruh dunia.
Virus dibiakkan pada telur ayam, oleh karena itu tidak
direkomendasikan untuk penderita alergi telur. Vaksin
influenza berupa vaksin mati. Ada beberapa macam vaksin
influenza :
a. Whole virion vaccine (dari virus tubuh) :menggakan
seluruh partikel virus dan mempunyai imunogenesitas
baik, tapi efek samping lebih banyak
b. Split virus vaccine (masih mengandung RNA dan protein
M) : imunogenisitas baik dan efek samping lebih sedikit.
c. Subunit virus vaccine (hanya HA dan NA) : efek samping
sedikit, kurang imunogenik
Disimpulkan vaksin influenza ternyata mempunyai
efektifitas yang cukup tinggi, sehingga mendukung data
untuk dilakukan vaksinasi secara berkala.
Pencegahan morbiditas :
a. Petugas komunitas (pemadam kebakaran, polisi)

157
b. Orang-orang yang banyak terpapar virus influenza
antara lain (siswa sekolah, penghuni asrama, rumah
perawatan termasuk personil medis)
c. Orang-orang yang bepergian (wisatawan).
d. Siapapun yang ingin mengurangi resiko terkena
influenza
6. Imunisasi Demam Tifoid
Cara umum pencegahan demam tifoid yaitu peningkatan
hygine dan sanitasi karena perbaikan hygine dan sanitasi
saja dapat menurunkan insiden demam tifoid. (Penyedian air
bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah), menjaga
kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut atau
diminum atau dimakan tidak tercemar salmonella typhi. Ada
dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama
adalah vaksin yang diinaktivikasi (kuman yang mati) yang
diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang
dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral.
Vaksin tifoid yang diinaktivikasi tidak boleh diberikan
pada usia kurang dari 2 tahun. Satu dosis menyediakan
proteksi, oleh karena itu haruslah diberikan sekurang-
kurangnya 2 minggu sebelum berpergian sehingga
memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja. Dosis
ulang diperlukan setiap dua tahun yang memiliki resiko
terjangkit. Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak
boleh diberikan pada usia kurang dari 6 tahun. 4 dosis yang
diberikan dua hari secara terpisah diperlukan untuk proteksi.
Dosis terakhir diberikan sekurang-kurangnya 1 minggu
sebelum berpergian supaya memberikan waktu vaksin untuk
bekerja. Dosis ulang diperlukan 5 tahun untuk orang yang
masih memiliki resiko terjangkit. Pada vaksin tifoid yang
diinaktifikasi, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah demam

158
(sekitar 1 orang per 100), 1 kepala (sekitar 3 orang per 100)
kemerahan ata pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7
orang per 100). Pada vaksin tifoid yang dilemahkan, reaksi
ringan yang dapat terjadi demam atau sakit kepala (5 orang
per 100), perut tidak enak,mual,muntah-muntah atau ruam-
ruam (jarang terjadi).
7. Imunisasi Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit hati yang berat ditimbulkan
oleh hepatitis A (HAV). HAV biasanya menular jika diminum
atau makan sesuatu yang tercemar dengan virus ini.
Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti flu, kuning pada
mata dan kulit, mencret dan sakit perut. Imunisasi Hepatitis
A dapat mencegah penyakit ini, dan sangat dianjurkan bagi
anak berusia atau lebih terutama didaerah emdemis.
Diperlukan 2 dosis untuk dapat diberikan kekebalan seumur
hidup. Dosis ini diberikan dengan jarak waktu minimal 6
bulan. Imunisasi hepatitis A dapat menimbulkan reaksi alergi
serius pada orang yang alergi pada 1 atau lebih komponen
vaksin ini.
Anak yang menderita alergi berat setelah pemberian
dosis pertama tidak boleh diberikan pada dosis selanjutnya
kadang dapat timbul nyeri pada lokasi suntikan, sakit kepala,
kurang nafsu makan dan kelelahan. Namun biasanya akan
membaik dalam 1-2 hari jika terdapat kejadian serius atau
tidak biasa setelah pemberian imunisasi harap segera
hubungi dokter.
8. Imunisasi TT
Imunisasi TT (TT, tetanus toksoid) memberikan
kekebalan terhadap penyakit tetanus. Anti tetanus serum
juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil,

159
imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, pada yaitu pada saat
kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini
disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 ml.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada
lokasi tempat penyuntikkan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.
9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi ini melindungi anak terhadap sejenis bakteri
yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga
dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti
meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan
balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat
digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki
resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
E. RANTAI DINGIN
Rantai dingin (cold chain) merupakan cara menjaga agar vaksin
dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak,
sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan bagi
penerimanya. Jika vaksin di luar temperatur yang dianjurkan
maka akan mengurangi potensi kekebalannya . contoh potensi
vaksin dalam temperatur.

Vaksin 0-8°c 35-37°c


DPT 3-7 tahun 6 minggu
Pertusis 18-24 bulan Dibawah 50%
dalam 1 minggu
BCG
-Kristal 1 tahun Dibawah 20%
-Cair Dipakai dalam1 kali kerja dalam 3-14 hari
Dipakai dalam 1
kali kerja
Campak
-kristal 2 tahun 1 minggu

160
-cair Dipakai dalam 1 kali kerja Dipakai dalam 1
kali kerja
Polio 6-12 bulan 1.3 hari

F. JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI

G. KEJADIAN IKUTAN PASKA IMUNISASI (KIPI)


1. Definisi KIPI
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Padakeadaan
tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42
hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella) atau bahkan 42

161
hari (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien
imunodefiensi pasca vaksinasi campak dan polio paralitik
serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non
imunodefiensi aau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi
polio).
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin
dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan,
pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin,
kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau
semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan.
Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah
akibat kesalahan prosedur dan teknk pelaksanaan
(pragmatic errors).
2. Etiologi
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi
karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya
dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI
diperlukan keterangan mengenai :
a. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin
tertentu
b. Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
c. Derajat sakit resipien
d. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak
terbukti
e. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan
dengan vaksin, kesalahan produksi atau kesalahan
prosedur.
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok
faktor etilogi menurut klasifikasi lapangan WHO Western
Pacific (1999), yaitu :

162
a. Kesalahan program atau teknik pelaksanaan
(programmic errors)
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah
program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang
meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai
tingkatan prosedur imunisasi, misalnya :
1. Dosis antigen (terlalu banyak)
2. Lokasi dan cara menyuntik
3. Sterilisasi semprit dan jarum suntik
4. Jarum bekas pakai
5. Tindakan aseptik dan antiseptik
6. Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
7. Penyimpanan vaksin
8. Pemakain sisa vaksin
9. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
10. Tidak memperhatikan petunjuk produsen
b. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk
jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung
harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan
langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi
suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing,
mual, sampai sinkope.
c. Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya
sudah dapat diprediksi dahulu karena merupakan
reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya
ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala

163
klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan
resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah
terindentifikasi dengan baik dan tercantum dalam
petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai
indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,
atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain.
d. Faktor kebetulan (koinsiden)
Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan
ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan
pada kelompok populasi setempat dengan karateristik
serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
e. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum
dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab
maka untuk sementara dimasukkan kedalam
kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.
Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut
akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
3. Gejala Klinis KIPI
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun
lambat dan dapat dibagi menajdi gejala lokal, sistemik,
reaksi, susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya.
Tabel Reaksi KIPI

Reaksi KIPI Gejala KIPI


Lokal Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi okal lain yang berat misalnya,
selulitis, BCG-itis
SSP Kelumpuhan akut
Ensefalopati

164
Ensefasilitis
Meningitis
Kejang
Lain-lain Reaksi alergi urtikaria, dermatitis,edema
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Demam tinggi >38,5 °C
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Menangis menjerit yang terus menerus (3
jam)
Sindrom syok septik
Mengingat tidak ada satu pun jenis vaksin yang aman tanpa
efek samping, maka apabila seorang anak telah
mendapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat,
sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat).
Tabel Jenis Vaksin dan Gejala KIPI
4. Angka Kejadian KIPI
KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi
anafilaksi. Angka kejadian reaksi anafilaktoid diperkirakan 2
dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi
anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang
lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami
sinkope, segera atau lambat. Episode hipotonik atau
hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat
terjadi 4-24 jam setelah imunisasi.
5. Imunisasi Pada Kelompok Resiko
Yang dimaksud dengan kelompok resiko adalah :
a. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi
terdahulu. Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja
KIPI setempat dan KN PP KIPI dengan mempergunakan

165
formulir pelaporan yang telah tersedia untuk penanganan
segera.
b. Bayi berat lahir rendah
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan
adalah :
1) Titer imunisasi pasif melalui transmisi maternal lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan
2) Apabila berat bayi badan bayi sangat kecil (<1000
gram) imunisasi ditunda dan diberikan setelah bayi
mencapai berat 2000 gram atau berumur 2 bulan,
imunisasi hepatitis B diberikan pada umur 2 bulan
atau lebih kecuali bila ibu mengandung HbsAg.
3) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2
bulan,maka vaksin polio yang diberikan adalah
suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak
menyebabkan penyebaran virus polio melalui tinja.
c. Pasien imunokompromais
Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat
penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan
imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka
panjang).jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra
untuk pasien imunokompromais dapat diberikan IVP bila
vaksin tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada
pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian
dalam waktu pendek.
d. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin
Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan
pengobatan untuk menghibdarkan hambatan
pembentukan respons imun.
6. Indikasi Kontra dan Perhatian Khusus Untuk Imunisasi
a. Secara umum (berlaku untuk semua vaksin) :

166
a) Alergi terhadap vaksin (setelah vaksinasi pertama
timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok)
b) Alergi terhadap zat lain yang terdapat didalam vaksin
(antibiotika yang terdapat di dalamm vaksin,
pengawet, dan lain-lain)
c) Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam
(sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan
indikasi kontra imunisasi)
b. Secara khusus (untuk beberapa vaksin) :
a) Imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor padat,
imunodefisiensi kongenital, terapi dengan obat-obatan
yang menurunkan daya tahan tubuh seperti
kortikosteroid (prednisone, metil prednisolon) jangka
panjang > imunisasi polio oral, MMR, varisella.
b) Infeksi HIV (polio oral dan varisella) atau kontak HIV
serumah (polio oral)
c) Imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh)
penghuni rumah > polio oral
d) Kehamilan MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang
hamil,tidak apa-apa bila anaknya diimunisasi).
7. Pemahaman yang salah
a. Vaksinasi MMR menyebakan autisme
b. Beberapa vaksinasi menyebakan sindroma kematian
bayi mendadak (sudden infant death syndrome)
c. Kadar thimerosal (zat pengawet) yang terdapat dalam
vaksin begitu tinggi sehingga bisa menyebabkan
keracunan merkuri, dan lain sebagainya.
Ternyata pendapat-pendapat tersbeut tidak berdasarkan
bukti-bukti ilmiah hanya berupa dugaan belakang.
8. Penatalaksanaan KIPI
a. Vaksin induced

167
1) Reaksi lokal – nyeri, eritema, bengka daerah suntikan
<1cm, timbul <48 jam setelah imunisasi – kompres
hangat, parasetamol 10-15 mg/kgBB/x pemberian
2) Reaksi lokal berat – eritema atau indurasi > 8 cm,
nyeri, bengkak, dan gejala sistemik – kompres
hangat, parasetamol 10-15 mg/kgBB/x pemberian –
bawa ke PKM jika tidak ada perubahan
3) Reaksi arthus – nyeri, bengkak, indurasi, edema
(akibat reimunisasi pada pasien dengan kadar
antibodi yang masih tinggi), timbul 12-36jam setelah
imunisasi – kompres hangat, parasetamol 10-15
mg/kgBB/x pemberian, rujuk RS,
4) Reaksi sistemik – demam, lesu, nyeri otot, nyeri
kepala, menggigil – minum hanga, selimut,
parasetamol 10-15 mg/kgBB/x pemberian
5) Sindrom guillanbarre (jarang) - rujuk
6) Syok anafilaksis
b. Syok anifilaksis
1) Terjadi mendadak
2) Gejala klasik, kemerahan, merata, edema
3) Jantung berdebar kencang
4) Anak pingsan, tidak sadar
5) Dapat terjadi langsung penurunan tekanan darah dan
pingsan tanpa didahului ole gejala lain
6) Rujuk RS terdekat
c. Akibat Kesalahan Prgram
1) Abses dingin – karena vaksin masih dingin – kompres
hangat, parasetamol 10-15 mg/kgBB/x pemberian
2) Pembengkakan – penyuntikan kurang dalam –
kompres hangat
3) Tetanus – rujuk

168
4) Kelumpuhan atau kelemahan otot – lokasi
penyuntikan salah – fisioterapi
d. Karena faktor host
1) Alergi – bengkak bibir dan tenggorokan, sesak nafas,
eritema, papula gatal, tekanan darah menurun – Inj
dexa 1 amp, jika berlanjut infus NaCl 0,9 % 12
tetes/menit
2) Psikologis – ketakutan, berteriak, pingsan –
tenangkan penderita,beri air minum
e. Koinsiden
1) Gejala penyakit terjadi secara kebetulan bersamaan
dengan waktu imunisasi
2) Gejala dapat berupa salah satu gejala KIPI atau
bentuk lain
3) Tangani sesuai gejala dan penyakit
4) Cari informasi tentang kasus lain di sekitar pada anak
yang tidak diimunisasi
5) Kirim ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut

169
PERTANYAAN

1. Kapan dimulai pemberian imusisasi polio.


a. 0 bulan
b. 2 bulan
c. 4 bulan
d. 6 bulan
e. 8 bulan
2. Imunisasi Varisella merupakan imunisasi yang memberikan
perlindungan cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang
membentuk lepuhan, kemudian secara perlahar mengering dan
membentuk keropeng yang akan mengelupas. Berikut adalah indikasi
yang tidak diperbolehkan diberikan imunisasinVarisella kecuali
a. Wanita hamil atau wanita menyusui
b. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki imun yang lemah
atau memiliki riwayat dengan kelainan imunosupresip bawaan
c. Anak-anak atau orang dewasa alergi terhadap antibiotik neumisin

170
d. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit kanker
atau AIDS
e. Anak-anak berusia kurang dari 13 tahun baik yang belum
pernah mengalami cacr ataupun yang sudah mengalami cacar
3. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan optimal usia 2
bulan Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan
uji ........ terlebih dahulu.
a. Tuberkolosis
b. Tuberkulin
c. Tetanus
d. Influenza
e. Urine
4. Lokasi pemerian imunisasi BCG adalah sebagai berikut...
a. anterorateral paha kanan
b. anterirateral paha kiri
c. 1/3 paha kanan
d. 1/3 paha kiri
e. Lengan kanan atas
5. Jaadwal pemberian imunasi DPT minimal pada usia...
a. 0 bulan
b. 2 bulan
c. 3 bulan
d. 6 bulan
e. 1 tahun

171
PENUTUP

1. SIMPULAN
Dari materi diatas dapat kita tarik simpulan bahwa pentingnya
imunisasi sejak dininitu bukan hanya karena diwajibkan atau
dianjurkan oleh pemerintah namunn juga berguna bagi
masyarakat itu sendiri, baik dilahat dari pencegahan penyakit
ataupun membut kekebalan bagi tubuh bayi itu sendiri.

172
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Ni Wayan. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita &


Anak Prasekolah. Yogyakarta: Penerbit ANDI (Anggota IKAPI)

Maryanti, Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: TIM

Marmi, S.ST. 2015. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Gurnardi, Hartono. 20017. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 20017.Jakarta: Jurnal

173
174
TOPIK VIII

NENONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH


SERTA PENATALAKSANAANYA, BERCAK
MONGOL, HEMANGIOMA, MUNTAH DAN
GUMOH, ORAL TRUSH, DIAPER RUSH

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Cindy Aulia Anggraini
Devi Eka Mulyani
Mulyaningsih

PRODI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2019/2020

175
PEMBAHASAN

A. BERCAK MONGOL

Bintik Mongolia, daerah pigmentasi biru-kehitaman, dapat


terlihat pada semua permukaan tubuh, termasuk pada
ekstremitas. Bercak ini lebih sering terlihat dipunggung dan
bokong. Bercak-bercak ini lebih sering terlihat pada individu
berkulit gelap tanpa memperhatikan kebangsaanya. Bercak ini
secara bertahap akan lenyap dengan sendirinya dalam hitungan
bulan atau tahun (Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6,
Persis Mary hilton EGC).

Bercak mongol adalah bercak datar normal berwarna hijau


kebiruan atau abu kebiruan yang ditemukan pada 90% bayi
Amerika, Asia, Hispanik dan Afrika Amerika dan 10%nya terjadi
pada bayi Kaukasia, khususnya keturunan Mediterania. Paling
sering oada daerah punggung, bokong, tepi dapat pula ditemukan
pada bagian tubuh lain. Memiliki bermacam ukuran dan bentuk,
tidak memiliki hubungan dengan penyakit tertentu. Kebanyakan
akan memudar pada usia 2 atau 3 tahun, walaupun bekasnya kan
bertahan sampai dewasa.
Bercak mongol terlihat seperti bercak rata berwarna biru, biru
hitam, atau abu-abu dengan batas tegas, biasa berukuran sangat
besar dan mirip dengan tanda lebam. Umumnya terdapat pada
sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas
dan bahu. Biasanya dimiliki pada 9 dari 10 anak berkulit hitam,
keturunan Mediternia dan keturunann Indian dan sangat jarang
terjadi pada bayi berambut pirang dan berwarrna biru.
a. Etimologi

176
Bercak mongol adalaha bawaan sejak lahir, warna khas dari
bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang
mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama
proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lebih dari 80%
bayi yang berkulit hitam. Orang Timur dan India Timur memiliki
lensi ini, sementara kejadian pada bayi yang kulit putih kurang
dari 10%. Lensi-lensi yang tersebar luas, terutama pada tempat-
tempat yang tidak bisa cenderung tidak hilang.
Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia
(Timur) lahir dengan bercak ini, namun pada Kaukasia hanya
5%. Lensi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak
dilapisan dermis sebelah dalam atau disekitar folikel rambut.
Kadang-kadang tersebar simetris, dapat juga unilateral. Bercak
ini hanya merupakan lensi jinak dan tidak berhubungan dengan
kelainan-kelainan sistemik (iskandar, 1985).
b. Gejala Klinis
Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, au-abu bantu,
atau biru kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti
memar. Biasanya timbul pada bagian punggung bawah dan
bokong, tetapi sering juga ditemukan pada kaki,
punggung,pinggang dan pundak.
Bercak mongol juga bervariasi dalam ukuran, dari sebesar
peniti sampai berdiameter enam inci. Seorang anak bisa
memiliki satu atau beberapa bercak mongol.
Adanya bercak kebiru-biruan atau biru-kehitaman
pada bagian punggung, bokong. Bagian bawah spina, pada
bahu atau bagian lainnya. Biasanya bercak mongol ini
terlihat sebagai:
1) Luka seperti pewarnaan
2) Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulit yang normal
3) Area datar dengan bentuk yang tidak teratur

177
4) Biasnya akan menghilang dalam hitungan bulan atau
tahun
5) Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan.
c. Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun
pertama, atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak
memerlukan perlindungan khusus. Namun, bercak mongol
multipe yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa,
cenderung tidak akan hilang, tapi dapat menetap sampai
dewasa.
Sumber lain menyatakan bahwa bercak mongol ini mulai
pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang anatara
usia 7-13 tahun. Kadang-kadang juga menghilang setelah
dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5% anak yang lahir dengan
bercak mongol hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini
biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan
ataupun pencegahan khusus. Nervus Ota (Daerah zigomaticus)
dan Nervus Ito (daerah sclera atau fundus mata atau daerah
delto trapezius) biasanya menetap, tidak perlu diberikan
pengobatan. Namun, bila penderita telah dewasa, pengobatan
dapat dilakukan dengan alasan estetik.
Akhir-akhir ini dianjurkan pengobatan dengan
menggunakansinar laser.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal
ini adalah dengan memberikan konseling pada orang tua bayi.
Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik
mongol, menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang
dalam hitungan bulan atau tahun tidak berbahaya serta tidak
memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak
merasa cemas.

178
B. HEMANGIOMA
a. Definisi
Hemangioma adalah proliferasi dari pembulu darah yang tidak
normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembulu darah.
Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi
dan anak.
Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang
tua, contohnya adalah Cherry hemangioma atau angioma senilis
yang biasanya jinak, kecil red-purpel papule pada kjlit orang tua
(Olmstead, 1994; Pieter; Hamzah, 1999.
b. Etiologi
Penyebab hemagioma sampai saat ini masih belum jelas.
Angeogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan
pembulu darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor
(BFGF) dan vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan
faktor-faktor pmbentukan angiogenesis inhibitor misalnya
gammainterferon, tumor necosis factor-beta, dan transforming
growth factor-beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma
(Kushner, 1999, katz, 2002).

c. Patofisiologi
Meskipun mekanisme yang jelas mengena kontrol dan pertumbhan
dan involusi hemangioma tidak begitu di mengerti, pengetahuan
mengenai pertumbuhan dari pembulu darah yang normal dan
proses angiogenesis dapat di jadikan petunjuk. Vaskulogenesis
menunjukan suatu proses dimana prekursor sel endotel
neningkatkan pembentukan pembulu darah, mengingat
angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembulu
darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase

179
proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dai sel-sel endotel
dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk
proliferasi dari antigen inti sel collagenase tipe IV, basic fibroblastic
growth factor, vascular endothelial.

d. Klasifikasi
Pada dasarnya hemnagioma di bagi menjadi dua yaitu
hemangioma kavenosum. Hemangioma kapiler( superfisial
hemangioma) terjadi pada kulit bagian atas, sedangkan
hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam,
biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus
kedua jenis hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003).
1.) Hemangioma kapiler
a) Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau
beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering trjadi pada bayi
prematur dan akan menghilangdalam beberapa minggu
( Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang makin
lama makin membesar. Warnanya menjadi merah menyala,
tegang dan berbentuk lobular, berbats tegas, dan keras
pada perabaan. Involusi spontan di tandai oleh memucatnya
warna di daeah sentral , lesi menjadi kurang tegang dan
lebih mendatar (Kushner, 1999;Katz , 2002; Lehrer, 2003),
2.) Hemagioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa
atau nodus yang bewarna merah sampai ungu. Bila di tekan
akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila di lepas.
Lesi terdiri dari elememen vascular yang matang. Bentuk
kavernosum jarang mengadakan involusi spontan (Cohen,
2004; Anonim, 2005). Hemangioma kavernosum kadang-

180
kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam , pada otot
atau organ dalam (Hall, 2005).

3.) Hemagioma campuran


Jenis ini terdiri dari campuran antara jenis kapiler dan jenis
kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran
kedua jenis tersebut. Sebagian besar di tentukan pada
ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi
sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi merupakan tumor yang
lunak, bewarna merah kebiruan yang kemudian pada
perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan
verukosa (Hamzah, 1999, Kushner, et al, 1999; lehrer 2003)
Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan
dalam, atau organ dalam (Hall, 2005).

e. Menifestasi Klinik
Gambaran klinik dari hemagioma adalah heterogen, gambaran
yang ditunjukan tergantung kedalaman, lokasi, dan derajat dari
evolusi. Pada bayi baru lahir, hemangioma dimulai dengan makula
pucat dengan telaangiektasis. Sejalan dengan perkembangan
proliferasi dan noncompressible plaque. Hemangioma yang terletak
didalam kulit biasanya lunak, masa yang terasa hangat dengan
warna kebiruan. Seringkali, hemangomia bisa berada di superfisial
dan didalam kulit. Hemangioma memiliki beberapa milimeter
sampai beberapa sentimeter. Hemangioma bersifat solid, tapi
sekitar 20% mempunyai pengaruh pada bayi dengan lesi yang
multipel (Kushner,1999;Katz, 2002; Drolet, 2004).
Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar
untuk menderita hemangioma dibandingkan bayi laki-laki, dan

181
insiden meningkat pada bayi prematur. Kurang lebih 55%
hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan perkembangannya
pada saat minggu pertama kehidupan. Dulunya, hemangioma
menunjukan pertumbuhan pertumbuhan tumor pada saat lahir.
Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah diketahui,
sangat sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase
involusi untuk setiap individu.
Superfisial hemangioma biasanya mencapai ukuran yang
maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi hemangioma yang lebih dalam
mungkin berprioliferasi untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus
dapat mencapai 2 tahun, onset dari involusi lebih susah untuk
diprediksi tapi biasanya digambarkan dari perubahan warna dari
merah menyala keungu atau keabu-abuan. Kira-kira 20-40% dari
pasien mempunyai sisa perubahan dari kulit, hemangioma pada
ujung hidung, bibir, dan daerah pariotis biasanya involusinya
lambat dan sangat besar. Hemangioma superfisial pada muka
sering meninggalkan noda berupa sikatrik (Kushner, 1999;Katz,
2002).
Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang
timbul sejak lahir atau beberapa saat setelah lahir,
pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu atau
beberapa bulan; warnanya merah terang bila jenis strawberry atau
biru bila jenis kavernosa. Bila besar maksimum sudah tercapai,
biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya mnjadi merah gelap
(Katz, 2002).
f. Diagnosis
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat
diteggakan dengan pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan
teknik pencitraan membantu dalam membedakan kelainan
pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang agresif.
Ultrasonografi dengan Doppler merupakan cara yang efektif,

182
karena tidak bersifat invasif dan dapat menunjukan gambaran
aliran darah yang tinggi yang merupakan karakteristik dari
hemangioma, demikian dapat membedakan antara hemangioma
dapat tumor solid ( Abdel-Mota’al,1996;Katz, 2002).
Pada penggunaan X-ray, hemangioma kavernosum
biasanya dapat terlihat karena terdapat area klarifikasi. Klarifikasi
ini terjadi karena pembekuan pada cavitas
cavernosum(phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler
dapat menunjukan peningkatan konsistensi dengan peningkatan
suplai darah, tapi cara ini jarang digunakan. Angiografi
menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui
pembesaran hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic
resonance imaging, (MRI) menunjukan karakteristik internal dari
suatu hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot yang
ada disekitar nya (Abdel-Mota’al, 1996; Kushner,1999).
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik.
Pada kasus hemangioma dalam atau campuran, CT Scan atau MRI
dapat dikerjakan untuk memastikan bahwa struktur yang dalam
tidak terlibat (Kantor, 2004).
g. Komplikasi
1) Perdarahan
Komplikasi ini paling terjadi dibandingkan dengan komplikasi
lainnya. Penyebabkan ialah trauma dari luar atau ruptur spontan
dinding pembuluh darah karena tipisnya kulit diatas permukaan
hemangioma, sedangkan pembuluh darah bawahnya terus
tumbuh (Katz, 2002).
2) Ulkus
Ulkus menumbulkan rasa nyeri dan meingkatkan resiko infeksi,
perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis.
Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur (Kushner, 1999).

183
Hemangioma kavernosa yang besar dapat diikuti dengan
ulserasi dfan infeksi skunder (Kantor, 2004).
3) Trombositopenia
Jarang bterjadi, biasanya pada hemogioma yang berukuran
besar. Dahulu dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh
limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan
hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami
sekuesterisasi (Katz, 2002).
4) Gangguan pengeliatan
Pada resiko periobital sangat meningkat risiko gangguan
pengelihatan dan harus sering dimonitor. Amblyopia dapat
merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu pengelihatan
(visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah
astimatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam
bola mata atau desakan tumor keruang retrobulbar
(Kushner, et al., 1999). Hemangioma pada kelopak mata
bisa mengganggu perkembangan bagian pengeliatan normal
dan harus diterapi pada beberapa bulan pertama kehidupan
(Kantor, 2004).
5) Masalah psikososial (Drolet, et., 2004).
Dengan peresentase yang sangat kecil hemangioma bisa
menyebabkan obstruksi jalan nafas, gagal jantung (Enneking, et
al., 1998;Cohen, 2004).
h. Diagnosis banding ialah terhadap tumor kulit lainnya, yaitu
limfangioma, lipoma dan neorofibroma (Hamzah,1999).
i. Penanganan
Hemangioma muncul saat lahir, meskipun demikian dpat hilang
sendiri bebebrapa bulan setelah lahir. Hemangioma dapat muncul
pada setiap bagian tubuh, meskipun demikian hemangioma tumbuh
pada muka atau kepala bayi (Kantor,2004).
Ada 2 pengobatan:

184
1) Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulanan pertama, kemudian
mencapai besar maksimum dan sudah itu terjadi regresi
spontan sekitar 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai
umur 5 tahun (Hamzah, 1999).
Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering
tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri,
hasilnya kulit terlihat normal (Kantor, 2004).
2) Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain
adalah hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti
pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang
mengalami perdarahan; hemangoma yang mengalami ulserasi;
hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang
mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformatis jaringan.
a) Pembedahan
Indeksi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat,
misalnya dalam beberapada beberapa minggu lesi
menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma rasksasa dengan trobositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi
pengecilan sesudah 6-7 bulan.

Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang
tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksis lokal untuk
mengendalikan (Hamzah, 1999).

b) Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah
banyak ditinggalkan karena:

185
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang
2. Pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif
3. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka
waktu lama
4. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang
akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.

Walaupun radiasi digunakan secara luas dalam masa lampau untuk


mengobati hemangioma, pada saat ini jarang digunakan karena
komplikasi jangka lama terapi radiasi, serta fakta bahwa
kebanyakan hemangioma kapiler akan beregresi (Hamzah, 1999).

c) Kortikosteroid

Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:

1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital


2. Tumbuh dengan cepat mengadakan obstruksi salah satu
orifisium
3. Adanya banyak pendarahan dengan atau tanpa
trombositopenia
4. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular

Koprtikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang


mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk
bentuk strawberry, kavernosum dan campuran. Dosisnya per
oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan
diturunkan ,dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan
regresi pada lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).

Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan


mengganggu pengelihatan umumnya diobati dengan steroid
injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga
perkembangan pengelihatan bisa normal. Hemangioma
kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila

186
steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada
hemangima (Kantor, 2004).

Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama


dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes,
iritasi lambung, serta pertumbuhan terhamb.

C. MUNTAH
1. Definisi

Adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi tabung yangterjadi


setelah agak lama makanan masuk lambung, di sertai kontraksi
lambung dan abdomen.

Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami


muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak
jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan
tersebut kemungkinan di sebabkan karena iritasi mukusa lambung oleh
sejumlah benda yang di telan selama proses persalinan.

2. Penyebab
a. Kelainan congenital
b. Pada saluran pernapasan iritasi lambung atherisia esophagus
hirsehhprung tekanan intra cranial yang tinggi.
c. Infeksi pada saluran pencernakan
d. Cara memberi makan yang salah
e. Keracunan

3. Komplikasi
a. Dehidrasi atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit
b. Ketosisi karena tidak makan dan minum

187
c. Asidosis yang di sebabakan adanya ketosis dapat berkelanjutan
menjadi syok bahkan sampai kejang.
d. Ketegangan otot perut, pendarahan konjongtiva ruptur esapagus,
aspirasi yang di sebabkan karena muntah yang sangat hebat.

4. Patofisiologi
Suatu keadaan anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar,
kadang-kadang sampai seluruh isinya di keluarkan. Pada bayi
sering timbul pada minggu-minggu pertama. Hal tersebut
merupakan aksi repleks yang dikoordinasikan dalam medulla
oblongata dimana isi lambung di keluarkan dengan paksa melalui
mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit intracranial dan toksin yang di hasilkan oleh
bakteri.

5. Sifat Muntah
a. Keluar cairan terus menerus, hal ini kemunungkinan di sebabkan
oleh obstruksi eshopagus
b. Muntah proyektil hal ini kemungkinan di sebabkan oleh stenosis
pylorus
c. Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan adanya tekanan
intra ampula vateri
d. Muntah segera setelah lahir menetap, kemungkinan adanya
tekanan intra cranil; yang tinggi atau abstruksi pada usus.

6. Penaktala
a. Pengkajian faktor penyebab dan sifat muntah
1) Keluar cairan terus menerus kemungkinan onstruksi eshopagus.

188
2) Proyektil kemungkinan terjadi stenosis pylorus
3) Segera setelah lahir kemudian menetap kemungkinan terjadi
peningkatan tekanan intra cranial.
b. Pengobatan tergantung faktor penyebab
c. Ciptakan suasana tenang
d. Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
e. Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simpromatis
dapat di beri emetik
f. Rujuk

D. GUMOH
1. Definisi
Adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah
beberapa saat setelah makanan masuk lambung. Muntah susu
adalah hal yang agak umum, terutama pada bayi yang
mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan
berat badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan karena
bayi menelan udara pada saat menyusui.
2. Penyebab
a. Bayi sudah kenyang
b. Posisi salah menyusui atau pemberian susu botol
c. Tergesa-gesa saat pemberian susu
d. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan
3. Patofisiologi
Pada keadaan gumoh biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang
mengalir kembali keatas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut
bibir. Hal tersebut di sebabkan karena otot katup diujung lambung
tidak bisa bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi
lambung kebawah. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang

189
dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh
terjadi pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.
4. Penatalaksanaan
a. Perbaiki teknik menyusui setelah menyusui usahakan bayi
disendawakan
b. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu

E. ORAL TRUSH
a. Pengertian
Oral trush adalah kandidasis selaput, lendir mulut, biasanya
mukosa lidah, dan kadang-kadang platinum, gusi serta lantai mulut.
Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dan bahan lembut
menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang
meninggalkan permukaan darah mentah. Penyakit ini biasanya
menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kesehatan
buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, pasien yang telah
menjalani pengobatan dan antibiotik.
b. Etiologi
Pada umumnya oral thrust disebabkan oleh jamur candida albicans
yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama
persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu
dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak
benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan.
Jamur candida albicans bersifat sparofit sehingga daya tahan tubuh
bayi turun atau penguna antibiotika yang lama sempat terjadi
pertumbuhan jamur ini terjadi secara cepat dapat menimbulkan
infeksi berupa oral thrust dan diare, sehingga apabila pengguna
antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan
sariawan atau oral thrust yang menetap. Candida albicans tahan
terhadap hampir semua antibiotika yang bisa di pergunakan dan
dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.

190
c. Tanda dan gejala
1) Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang
sulit dihilangkan
2) Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3) mukosa mulut mengelupas
4) lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut
sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat,
bila dihilangkan dan kemudian berdarah
5) bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol
kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang
berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit
anak
d. komplikasi
pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani atau
diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap
puting susu atau dot) sehingga akanberakibat bayi kekurangan
makanan. Oral thrush dapat mengakibatkan diare karena jamur
dapat tertelan dan menimbulkan infeksi yang bila dibiarkan dan
tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat
terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang sama.
e. Penatalaksanaan
1) Medik memberikan obat antijamur, misalnya :
a) Miconazol : mengandung miconazole 25mg per ml, dalam
gel bebas gula, dapat di berikan ke lesi setelah makan
b) Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin.
Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari
selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan
nistatin lain, nistatin ini mengandung gula.

191
F. Diaper Rush

a. pengertian

Diaper Rush (ruam popok) adanya keluhan bintik merah pada kelamin dan
bayi yang mengenakan pampers diakibatkan oleh gesekan-gesekan kulit
dengan pempers.

Salah satu penyakit kulit yang kerap menimpa bayi dan balita adalak
eksim popok (diaper rush). Penyakit ini terutama disebabkan oleh belum
sempurnanya fungsi kulit bayi. Akibatnya sekitar 50% bayi yang
menggunakan diapers pernah menderita eskim popok dan kebanyakan
bayi yang menderita ruam, umumnya berumur 3-12 bulan.

b. faktor resiko

sejumlah penyebab yang sifatnya kompleks menjadi pemicu timbulnya


eskim popok (diaper rush). Beberapa faktor penyebab yang diidentifikasi
dan berperan menimbulkan ruam popok antara lain faktor fisik, kimiawi,
enzimnya dan mikroba. Menurutnya kombinasi berbagai tersebut menjadi
penyebab utama terjadinya ruam popok pada bayi yang masih peka.
Aneka faktor tersebut berasal dari sejumlah hal yaitu :

1) Pemakaian popok, pemakaian popok modern dengan kulit anak.


Kotoran pantat dan cairan yang bercampur menghasilkan zat yang
menyebabkan peningkatan Ph (derajat kesamaan) kulit dan enzim
dalam kotoran. Tingkat kesamaan kulit yang tinggi ini membuat kulit
lebih peka, sehingga memudahkan terjadinya iritasi kulit.
2) Pemberian susu formula ternyata juga memungkinkan bayi anda
mengalami masalah ruam popok lebih besar dibandingkan dengan
ASI pada urin atau kotorannya bayi. Ruam popok dapat disebabkan
adanya riwayat alergi karena keturunan.

192
c. penyebab

1) kebersihan kulit yang tidak terjaga

2) jarang ganti popok setelah bayi atau anak kencing

3) udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas atau lembab

4) akibat diare

5) reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen

6) kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci tangan


dan dibilas sampai bersih

d. etikologi

kulit bayi lebih tipis dari orang dewasa. Disamping itu, ikatan sel pada
kulitnya lebih longar, zat-zat dari luar sangat mudah masuk kedalam kulit.
Karena tipisnya lapisan kulit bayi, berbagai faktor dari luar, seperti kuman,
bakteri, jamur, sangat mudah menginfeksi kulit bayi yang tidak dilindungi.
Ini pula yang menjadi perih.

Perlindungan terhadap kesehatan kulit bayi harus diutamakan dengan


kelembapan alami kulit harus terjaga. Kulit bayi mengandung sedikit
lemak karena itu tingkat keasamannya harus berkisar ph kulit, yaitu sekitar
ph5. Asam berfungsi sebagai pelindung atau mantel dari luar. Kalau
basah, maka asa itu akan luluh dan justru membuat kulit tak terlindungi
lagi.

Ada banyak hal yang bisa membuat kulit bayi menurun fungsinya, selain
menggunakan produk yang tidak sesuai untuk kulit bayi. Turunnya fungsi
kulit juga disebabkan oleh pengaruh lain dari dalam tubuh, seperti alergi
terhadap zat-zat tertentu. Penggunaan popok (diaper rush) pada bayi atau
anak yang mempunyai kulit sensitif. Iritasi bisa terjadi karena urin.

e. tanda dan gejala

193
1) iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagi cytaema

2) crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat


kemaluan, perut bawah paha atas.

3) keadaan lebih parah terdapat pencipta, crythamatosa

f. pencegahan

1) jika menggunakan popok dari kain, sebaiknya haruslah berbuat dari


bahan katun yang lembut. Janganlah terlalu ketat menggunakan diaper,
hal ini agar kulit bayi tidak tergeser.

2) sebaiknya perhatikanlah daya tampung dari diaper itu. Jika telah


menggelembung atau menggantung sebaiknya segera tukarlah dengan
yang baru

3) cobalah menghindari pemakaian diaper yang terlalu sering. Gunakan


diaper disaat-saat yang membutuhkan sekali.

5) jangan lupa menggunakan sabun jika kulit bayi yang tertutup diaper
terdapat merah dan kasar

6) menganginkan pantat bayi lebih lama sebagai salah satu tindakan


pencegahan

7) popok harus sering diganti, mencegah pemaparan kulit krim sena dan
minyak kastol 0,5-1%

8) gunakan sabun bila bayi buang air besar. Setelah itu keringkan kulit
dengan handuk lembut, beri bedak dan popok bisa pasang lagi

g. penatalaksanaan

1) daerah yang terkena diaper rush tidak boleh terkena air dan harus
dibiarkan terbuka dan tetap kering.

2) untuk membersihkan kulit yang teriritasi dan menggunakan kapasyang


mengandung minyak

194
3) segerah dibersihkan dan dikeringkan bila anak kencing atau berak

4) tinja pada kulitnya, karena popok modern lebih baik di pakai secara
bergantian dengan popok tradisional. Dengan demikian kulit bayi dapat di
istirahatkan dari bersinggungan dengan urin atau tinja. Bintik kemerahan ,
lecet dan kulit tampak merah dan basah . ini karena urin dan tinja
terutama pada bayi atau anak yang mempunyai riwayat alergi pada
keluarga.iritasi memudahkan terjadinya infeksi bakteri atau jamur

5) posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah yang
iritasi

6) usaha memberikan makanan TKTP

7) memperhatikan kebersihan kulit dan membersihkan kulit secara


keseluruhan.

8) memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya

9) pakaian atau celana yang basa oleh air kencing ataupun tinja harus
direndam di dalam air dicampur acidum boricun.

PERTANYAAN

1. Seorang perempuan B datang bersama bayinya yang berusia 3


hari ke BPS untuk memeriksakan kondisi bayinya. Perempuan
mengatakan bahwa anak tidak mau menyusui dan rewel. Hasil
pemeriksaan T: 37,40C, P: 120x/i, RR: 50x/i, terdapat bercak putih

195
pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam. Dari kasus di atas
apakah diagnosa yang cocok?
a. Oral trush
b. Regurgitasi
c. Hemangioma
d. Mongolian spot
e. Diaper rash
2. Seorang perempuan membawanya bayinya yang berusia 6 bulan
ke puskesmas terdekat dengan keluhan terdapat kemerahan pada
daerah yang tertutup oleh popok. Perempuan mengatakan anak
menjadi sangat rewel ketika BAB atau BAK. Hasil pemeriksaan T:
370C, RR: 50 x/i, P: 100x/i, terdapat kemerahan di sekitar daerah
yang tertutup oleh popok. Apakah nama masalah yang sedang
dialami oleh bayi?
a. Biang keringat
b. Diaper rash
c. Mongolia
d. Hemangioma
e. Bercak mongo
3. Seorang perempuan usia 26 tahun datang ke klinik dengan keluhan
pada bayinya yang sering mengeluarkan kembali ASI yang telah
ditelan setelah beberapa menit selesai menyusui. Ia mengatakan
bahwa ASI yang dikeluarkan sedikit, tidak ada gerakan seperti mual
atau muntah pada bayinya, tetapi ia merasa cemas. Hasil
pemeriksaan TTV dalam batas normal, dan tidak ada kelainan saat
pemeriksaan fisik. Apakah nama dari masalah yang sedang dialami
oleh bayi Seorang perempuanR?
a. Oral trush
b. Diaper rash
c. Gumoh
d. Hemangioma

196
e. Bercak mongol
4. Ny riska mempunyai bayi berusia 5 bulan, ia mengatakan setelah
bayinya menyusu dan langsung di baringkan ke tempat tidur, sering
mengalami muntah atau gumoh, ia kawatir dengan bayinya.
Tindkan apa yang tepat setelah bayi disusui agar tidak mengalami
muntah atau gumoh ?
a. Menyendawakan bayi setelah menyusu
b. Baringkan bayi setelah menyusu
c. Tengkurapkan bayi setelah menyusu
d. Memberi air putih setelah bayi menyusu
e. Tidurkan bayi setelah menyusu
5. Pada saat bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan, ditemukan bercak
kebiru-biruan atau biru-kehitaman pada bagian bokong di bagian
bawah spina, dalam istilah medis apa nama bercak tersebut ?
a. Meningokel
b. Omfalokel
c. Mongol
d. Spinabifida
e. Hernia

PENUTUP

A. Kesimpulan

197
Bercak mongol terlihat seperti bercak rata berwarna biru, biru
hitam, atau abu-abu dengan batas tegas, biasa berukuran sangat
besar dan mirip dengan tanda lebam. Umumnya terdapat pada sisi
punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas dan
bahu. Hemangioma adalah proliferasi dari pembulu darah yang
tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembulu darah.
Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi
dan anak. Muntah Hemangioma adalah proliferasi dari pembulu
darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan
pembulu darah. Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak
terlazim pada bayi dan anak.
Oral trush adalah kandidasis selaput, lendir mulut, biasanya
mukosa lidah, dan kadang-kadang platinum, gusi serta lantai mulut.
Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dan bahan lembut
menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang
meninggalkan permukaan darah mentah.

DAFTAR PUSTAKA

198
Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Yogyakarta: Nuha

Medika

Lusiana, Arfiana Arum. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
sekolah. Yogyakarta: Trans

Medika

Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita Anak Prasekolah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Sudarti. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak Balita.


Yogyakarta: Nuha Medika

199
TOPIK IX

KONSEP NEONATUS DAN BAYI DENGAN


MASALAH SERTA PENATALAKSANAANNYA

Disusun oleh Kelompok 9:


1. Dira Harsetya Indahwati (20185123016)
2. Ketut Ari Dewi Mardetta (20185123028)
3. Melisa (20185123034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III
2019/2020

200
PEMBAHASAN
2.1 Seborrhea

                  

1. Definisi
Adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang
menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang
pada bagian tubuh lainnya. Biasanya, proses pergantian sel-sel pada
kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh mata.
Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan. Jika proses ini
menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala
yang kita sebut ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis
seboroik, berupa serpihan berwarna kuning berminyak yang melekat
pada kulit kepala.
Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada bayi karena
hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih
tersisa di dalam tubuhnya. Namun, tidak semua bayi akan mengalami
dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang
mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang
terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang
itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic
bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara

201
tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai
proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan
sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.
Anak yang atopik umumnya lahir dari orang tua yang berbakat
atopik. "Bila orang tua menderita alergi terhadap benda-benda
tertentu, hal ini kemungkinan menurun pada anaknya,. Biasanya, anak
yang atopik akan mengalami eksim dan mengalami kelainan di lipat-
lipatan tubuh, seperti ketiak, selangkangan, lipatan leher, lipatan
hidung, maupun di bagian tubuh lain yang memiliki rambut, seperti alis
dan di sekitar kemaluan pada anak yang sudah puber. Hal ini terjadi
karena kelenjar minyak selalu berada dalam satu unit dengan folikel
rambut. Oleh karena yang paling banyak memiliki kelenjar minyak
adalah kepala, maka gangguan pun sering terjadi di kepala seperti
dermatitis seborrheic dan ketombean.
Normalnya, setiap sebulan sel-sel kulit kepala yang sudah tua
digantikan oleh sel-sel yang muda, sehingga jumlah serpihan kulit
kepala yang lepas pun tidak banyak. Namun, sel kulit yang telah
terkena jamur akan lebih cepat lepas. Bisa setiap lima hari sekali.
Peningkatan produksi kelenjar kulit kepala umumnya disertai dengan
rasa gatal, kerontokan rambut, rambut berbau tak enak, lebih
berminyak, dan sukar diatur.
Jadi, pada anak "ketombeannya" sedikit berbeda dari ketombe
orang dewasa. Ketombe pada orang dewasa adalah kelainan-kelainan
yang terjadi pada area yang berambut, yang terkait dengan aktivitas
kelenjar kulit. Umumnya bila kelenjar kulit kepala berproduksi secara
berlebihan, yang bisa saja terjadi tanpa adanya campur tangan jamur
atau yang lainnya, akan timbul sisik-sisik.

2. Penyebab

202
Penyebabnya tidak diketahui. Dermatitis seboreik sering
ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu keluarga. Salah
satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale
( P. Ovale ). Walaupun namanya mungkin sedikit menakutkan , tetapi
P. Ovale adalah jamur yang secara alami terdapat pada kulit kepala
dan bagian kulit yang lain.
Dalam jumlah yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan
kerugian yang berarti. Namun, dengan adanya perubahan cuaca,
hormon, dan stress, kulit kepala kita akan menghasilkan lebih banyak
minyak, sehingga menyebabkan jamur P. Ovale berkembang biak.
Dengan berkembangbiaknya jamur tersebut, akan menyebabkan gatal
pada kulit kepala dan mempercepat kerontokan sel kulit yang lama.
Hasilnya : timbul Ketombe.
Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik
(seborrhea), seringkali ditemukan di kulit kepala. Namun dapat juga
ditemukan di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada.
Seborrhea berupa sisik berwarna kuning berminyak yang melekat
pada kulit kepala.
Faktor resiko terjadinya dermatitis seboreik:
a. Stres
b. Kelelahan
c. Cuaca dingin
d. Kulit berminyak
e. Jarang mencuci rambut
f. Pemakaian losyen yang mengandung alkohol
g. Penyakit kulit (misalnya jerawat)
h. Obesitas (kegemukan).
Proses pergantian kulit mati, yang kemudian diganti dengan sel-sel
kulit dibawahnya disebut keratinisasi. Ada beberapa hal yang
membuat periode keratinisasi ini tidak normal, diantaranya:

203
a. Keaktifan kelenjar minyak kulit yang meningkat. Ketombe
terjadi pada kulit kepala yang produksi minyaknya
berlebihan.
b. Mikroorganisme,Adanya peningkatan jumlah fungus
bernama Pityrosporum Ovale. Fungus ini bertanggung-jawab
pada proses pemecahan lemak kulit, yang menyebabkan
iritasi kulit kepala.
c. Makanan berlemak,
d. Mengakibatkan produksi minyak dari kelenjar minyak
bertambah. Asupan lain yang juga punya andil besar
merangsang kelenjar minyak membentuk minyak kulit adalah
sambal, alkohol, kopi, serta rokok.
e. Zat atau bahan yang menempel pada kulit kepala seperti
obat-obatan tertentu, sabun, shampoo, minyak rambut. Zat-
zat ini secara langsung merangsang kulit kepala, atau
menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
f. Hormon tertentu. Hormon yang dapat memacu keaktifan
kelenjar minyak misalnya hormon Androgen.
g. Hal lain seperti stress, genetika, cuaca.
Seborrhea ini bukan cuma terdapat pada kulit kepala saja? Inilah
yang kemudian menjadi Seborrheic Dermatitis, atau keadaan kulit
yang berwarna merah, bersisik, dan sangat gatal. Bisa terjadi di kulit
kepala, samping kiri dan kanan hidung, alis, bulu mata, kulit di
belakang kuping, dada bagian tengah, pusar, ketiak, lipatan buah
dada, selangkangan, atau bokong,? kupas Desi.
Setiap orang pastilah mengalami Seborrheic Dermatitis. Pada bayi
disebut dengan nama Cradle Cap. Tanpa diobati serius, Cradle Cap
ini akan hilang saat usia bayi berkisar antara delapan hingga 12 bulan.
Cradle Cap pada bayi merupakan warisan hormon berlebih yang
diberikan si ibu, sebelum bayi tersebut lahir.

204
Bentuk Ringan dari Seborrhea Dermatitis.
Seborrhea Dermatitis akan datang dan pergi sepanjang umur
manusia. Paling banyak dialami pada mereka yang jenis dan kulit
rambutnya berminyak. dandruff/ketombe adalah bentuk lebih ringan
dari Seborrhea Dermatitis. Cirinya bersisik, tidak merah, namun
sangat gatal.
Pada fase selanjutnya, ketombe dapat menimbulkan kebotakan,
Kelenjar kulit minyak berada di akar rambut, akar rambut ini yang
digigit terus oleh kutu atau demodex,? paparnya. Kutu inilah yang
membuat akar rambut tidak kuat. Belum lagi ditambah perilaku
menggaruk akibat rasa gatal luar biasa.
Pencegahan ketombe, harus disesuaikan dengan kemungkinan
penyebabnya. Misalnya dengan diet makanan rendah lemak dan
karbohidrat, menghindari rokok, alkohol, sambal, menjaga kebersihan
dan kesehatan kulit kepala, menjauhi pemakaian obat atau kosmetika
tertentu (minyak rambut, shampoo, sabun), menghindari stress, hidup
teratur, santai dan tenang.Sementara pengobatannya sendiri,
dilakukan dengan melihat penyebab dan keadaan penyakitnya. Pada
dasarnya, obat ketombe terbagi dua jenis. Pertama, obat topikal atau
obat yang ditempelkan, kedua, obat sistemik atau obat yang
diminum,? ujar Desi. Obat yang ditempelkan antara lain obat
penghilang rasa sakit, penghilang rasa gatal dan radang, antibiotik,
serta obat penenang.
Bisa juga diberikan obat hormonal seperti estrogen dan siproteron,
bagi mereka yang tidak sembuh terhadap pengobatan. Serta
tambahan vitamin B Riboplavin, Piridoksin dan sebagainya. Shampoo
dapat menjadi alat pengobatan tetapi juga penyebab timbulnya
ketombe. Shampoo biasa umumnya terdiri atas 50 persen hingga 70
persen air, tujuh persen hingga 15 persen surfaktan/deterjen, dua
persen hingga lima persen conditioner, dan tiga persen hingga lima

205
persen pembentuk busa. Tapi untuk obat anti ketombe, tukas Desi,
harus ditambah zat lain seperti Selenium Sulfida, Sengpirition, Ter,
dan Ketokonazol. Desi tidak mengesampingkan adanya obat
tradisional, seperti membilas kulit kepala dengan air teh. ? Sebab teh
mengandung dasinfektan,? cetusnya. Tapi terapi ini harus dilakukan
dalam jangka waktu lama, dan terus menerus setiap hari.

3. Gejala
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe),
kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada
kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan
sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di
dalam saluran telinga, alis mata dan dada. Pada bayi baru lahir yang
berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam
tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan
kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga
atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering
disertai dengan ruam popok.
Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam
yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.

Serpihan/Sisik
Merupakan tanda yang paling mudah dilihat dan paling
memalukan. Sisik tersebut adalah tanda bahwa kulit di kepala anda
rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala menjadi lebih
cepat. Serpihan-serpihan/sisik berwarna putih dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang terdapat di kulit kepala, rambut, dapat juga
melekat pada baju berwarna hitam favorit anda. Pergantian sel kulit

206
kepala biasanya tidak terdeteksi oleh mata. Namun dengan
dipercepatnye proses pergantian ini, menyebabkan timbul ketombe.
Jadi, setiap butir serpihan/sisik yang anda lihat sebetulnya adalah
kumpulan dari sejumlah sel sel kulit kepala yang mati dalam jumlah
besar, sehingga mudah menjadi perhatian.

Gatal
Satu tanda lagi bahwa anda ber-KETOMBE adalah gatal pada kulit
kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul peradangan pada kulit
kepala yang disebabkan oleh jamur P.Ovale. Jamur inilah yang
menyebabkan timbulnya ketombe dan gatal pada kulit kepala.

Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam
kondisi ini, terlihat kemerahan di sekitar kulit kepala. Dapat juga
terlihat di sekitar alis mata, pipi, belakang telinga atau bagian dada.

4. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

5. Pengobatan
Pengobatan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita:
a) Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak
mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan
dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari.
Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo
setiap hari; setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2
kali/minggu.
b) Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi

207
dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala
dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik
menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan
krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi
ketombe. Produk-produk yang digunakan untuk mengatasi
ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc
pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian
digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian
digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya
dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak
mengatasi penyebab ketombe.

6. Kiat Mengatasi
Bila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah
dalam kondisi yang parah, segeralah minta bantuan ahli untuk
mengatasinya. Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dokter
kulit misalnya, sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif.
Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan, ada
beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk
penyembuhan yang lebih maksimal. Umumnya anak yang berbakat
atopik di kepala akan mengalami "ketombean" yang lebih parah
kalau cuaca sedang panas. Soalnya di saat seperti ini aktivitas
kelenjar androgennya akan meningkat. Usahakan meminimalisir
suasana tidak nyaman tersebut, misalnya dengan memakai payung
bila keluar rumah, menghindari ruangan yang pengap, menghindari
baju yang tebal, dan sebagainya. Sangat baik bila kita bisa
menyediakan ruangan ber-AC untuk anak.
Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum
ada perintah dokter. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin
saja alat yang digunakan tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa
lebih berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik di kepala

208
anak terlihat banyak dan harus diangkat. Selain itu, terutama pada
bayi, obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah
mengenai kulit kepala.
a. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo
merupakan produk yang dibuat khusus untuk membersihkan
kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo
yang betul-betul diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang
dewasa. Sampo untuk orang dewasa umumnya
mengandung bahan sulfaktan, bahan pewangi, pengawet,
dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan mata.
Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan
bahan-bahan yang bakal membahayakannya. Sampo
tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi
dan anak belum bekerja secara sempurna.
b. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala
memang sangat efektif. Namun tidak semua bayi dan anak
betul-betul membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada
kelainan yang muncul, lebih baik gunakan air bersih saja
ketika menyuci kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan untuk
pemakaian sampo adalah seminggu dua kali atau tiga kali.
Namun, umumnya sampo bayi sangat lembut, sehingga tidak
masalah bila dipakai setiap hari.
c. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak
mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila
ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis
mild.
d. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa
menanganinya dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa
mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala

209
dengan sampo secara perlahan karena akan menghilangkan
jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
e. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak
selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan
obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-
produk yang mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa
anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja.
Namun jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter
untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang lain.
f. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh
kulit kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan
untuk menghindari penularan lebih lanjut
2.2 Bisulan

1. Pengertian
Sekitar 50 persen bayi yang lahir cukup bulan sering
mengalami bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh warna
kulit yang kemerahan. Gangguan ini bisa timbul di seluruh tubuh
bayi, entah itu di wajah, badan, punggung, tangan, kaki, dan
tempat-tempat lainnya.

210
Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi berusia
dua hari dan biasanya dialami selama kurang lebih dua minggu.
Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan memandikan
bayinya karena takut kondisinya akan memburuk. Padahal dengan
begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit karena kulit si kecil
berdaki atau kotor akibat tidak dimandikan. Jadi solusinya
sederhana saja, tetap mandikan bayi seperti biasa. Penyebabnya
belum diketahui secara pasti. Walaupun demikian, hal ini tidak
perlu terlalu dikhawatirkan karena gangguan yang dalam bahasa
lainnya Erythema Toxicum ini akan hilang dengan sendirinya tanpa
perlu diobati.
Namun dalam kondisi lain, yaitu keadaan yang abnormal
Erythema Toxicum biasanya merupakan suatu gangguan pada kulit
bayi yang berdiri sendiri. Artinya, tidak ada gejala lain selain dari
gejala yang sudah diterangkan sebelumnya.
Bila orang tua menemukan bisul-bisul disertai dengan
adanya demam, gatal, bernanah dan lain sebagainya, si kecil
mungkin mengalami penyakit kulit. Bisa saja penyakit kulit tersebut
berupa infeksi, jamur atau bahkan alergi.
Belum sempurnanya fungsi kulit pada bayi juga membuat bayi
mudah terserang infeksi mikroorganisme. Salah satunya, infeksi
bakteri Stafilokokkus aureus, yang menyebabkan bisul. Bisul
seringkali dimulai dari peradangan folikel (akar rambut) dan
jaringan sekitarnya. Karena itu, pada bayi dan batita, bisul kerap
timbul di kulit kepala. Sebab memang pembentukan folikel rambut
di daerah ini belum sempurna dan keringat pun sering keluar dalam
jumlah banyak. Namun bisul juga dapat timbul di bagian kulit mana
saja, termasuk ketiak, leher, lipat paha, atau pantat.

2. Penyebab
Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor diantaranya :

211
a. Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika
anak punya bakat alergi, maka hal yang menyebabkan
terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul bisul.
Sebenarnya, tak ada hubungan langsung antara bisul
dengan alergi. Tetapi biasanya anak yang alergi lebih sering
mengalami bisulan. Pasalnya, bila anak sedang mengalami
alergi dengan keluhan gatal, anak terangsang untuk
menggaruk. Akibat garukan, dapat terjadi kerusakan
kulit/luka yang akhirnya dimasuki kuman lalu muncul bisul.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi
bermain anak harus dijaga kebersihan dan diupayakan agar
tidak terlalu lembab. Teman-teman bermain anak juga harus
diawasi. Jangan sampai anak melakukan kontak fisik
dengan anak yang bisulan. Karena bakteri penyebab bisul
bisa menempel pada kulit anak yang masih rentan, kontak
kulit bisa membuat anak tertular bisul temannya.

c.  Faktor kebersihan tubuh


Faktor kebersihan tubuh anak misalnya akibat
pemilihan pakaian yang ketat atau terbuat dari bahan yang
kurang menyerap keringat. Ini akan menghambat proses
sirkulasi pada kulit anak, menyebabkan kulit lembab, dan
memudahkan berkembangbiaknya kuman. Bedak juga
memicu terjadinya bisul. “Banyak ibu beranggapan, bedak
dapat mengatasi biang keringat yang kerap timbul pada kulit
anak. Padahal bedak justru merupakan media yang baik
untuk timbulnya bisul, karena bedak menghambat keluarnya
keringat.

212
3. Jenis Bisul
Bisul biasanya diawali dengan kulit kemerahan,
membengkak, dan ada benjolan yang terasa sakit di bawah
permukaan kulit. Ketika infeksi berlanjut, terbentuk kantung
nanah dalam kulit, yang berisi bakteri, sel kulit mati, dan sel
darah putih. Puncak bisul -yang sering disebut mata bisul-
muncul di tengah-tengah bisul. Dari mata bisul inilah biasanya
nanah akan pecah.Berdasarkan jumlah mata bisul yang ada,
bisul dibedakan menjadi:
a. Furunkel atau bisul kecil yang hanya memiliki satu
mata.
Letak bisul bisa di beberapa tempat tapi jarang-jarang. Jika
furunkel satu mata ini jumlahnya banyak dan letaknya menyebar
di sejumlah anggota tubuh, disebut furunkulosis.
Pada bayi dan balita, jenis bisul yang terjadi biasanya
furunkulosis. Ini biasanya diawali oleh biang keringat yang
berlanjut menjadi bisul. Karena bisul dan biang keringat
seringkali menimbulkan gatal, anak akan menggaruk bisul
tersebut. Garukan tangan pada tempat yang berbeda akan
menularkan kuman ke bagian tubuh lain sehingga di bagian
tubuh itu timbul bisul pula. Bisul ini menimbulkan rasa nyeri dan
berdenyut-denyut. Itu sebabnya bisul yang parah kadang
mengakibatkan demam pada anak, karena anak tubuh anak
berusaha melawan kuman yang terdapat pada bisul.
b. Karbunkel
Karbunkel yaitu apabila beberapa bisul yang berdekatan
menyatu dan mengakibatkan terbentuknya beberapa mata
bisul.Karbunkel adalah sekumpulan bisul yang menyebabkan
pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut.
Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus.

213
Pembentukan dan penyembuhan karbunkel terjadi lebih
lambat dibandingkan bisul tunggal dan bisa menyebabkan
demam serta lelah karena merupakan infeksi yang lebih
serius.Terjadi pada pria dan paling banyak ditemukan di leher
bagian belakang. Karbunkel juga cenderung mudah diderita oleh
penderita diabetes, gangguan sistem kekebalan dan dermatitis.

4. Penanganan
Lama waktu pecahnya bisul tergantung pada perawatan
selama proses pematangan bisul. Jika bisul tidak terlalu parah
dan selalu dijaga kebersihannya, maka dalam waktu tiga hari,
nanah yang terdapat dalam bisul sudah bisa dikeluarkan atau
bisulnya pecah dengan sendirinya. Tapi, bila bisulnya parah
bahkan membetuk furunkulosis atau karbunkel, nanah bisul baru
bisa dikeluarkan atau pecah setelah seminggu atau lebih.
Pemecahan bisul secara paksa tanpa menunggu bisul
matang justru akan mengakibatkan trauma pada kulit. Apabila
selama proses pematangan bisul ini, anak dibiarkan memegang
bisulnya, infeksi pun makin parah dan bisa memicu timbulnya
bisul baru. Bahkan, infeksi pada bisul akan disertai jamur yang
menimbulkan rasa gatal yang justru mendorong anak untuk terus
menggaruk bisulnya. Jika kondisi tersebut terjadi, bisul akan
semakin parah dan penanganan serta penyembuhannya pun
semakin lama.
Perawatan bisul bisa dilakukan di rumah, namun harus
dilakukan dengan bahan dan alat yang higienis. Bisul yang kecil
dapat diatasi dengan kompres hangat yang ditempelkan selama
20-30 menit, 3-4 kali sehari. Ini akan membantu bisul pecah
dengan sendirinya. Jangan memeras nanah supaya keluar dari
bisul karena infeksi bisa menyebar ke jaringan kulit sekitarnya.
Setelah bisul pecah, tutupi dengan perban yang bersih untuk

214
melindungi kulit dan menyerap nanah yang masih keluar.
Bersihkan area sekitar bisul dengan sabun antibakteri. Orang
yang membantu membersihkan bisul juga mesti membasuh
tangan dengan sabun antibakteri untuk mencegah penularan
infeksi ke anggota keluarga yang lain.
Periksakan anak ke dokter dokter bila gejala bisul tidak
berkurang atau tambah berat, atau bila timbul demam. Bisul
yang besar kadang perlu ditangani dengan antibiotik. Umumnya,
dokter akan mengeluarkan nanah dengan sayatan kecil. Ini akan
meredakan sakit, mempercepat penyembuhan, dan mencegah
timbulnya parut.
Bawa ke Dokter jika :
1) Berlokasi di wajah, anus, lipat paha, atau tulang belakang
2) Menyebabkan demam atau rasa sakit yang berat
3) Mengganggu gerakan anggota tubuh
4) Menyebabkan pembengkakan, garis merah, atau perubahan
warna di bagian kulit di dekatnya
5) Anak mengalami bisul yang tidak mereda setelah
penanganan selama seminggu
6) Dialami anak yang diabetes. Periksakan anak segera,
bahkan ketika baru mengalami bisul yang kecil, karena anak
lebih rentan mengalami infeksi lanjutan
7) Dialami penderita beberapa kali, dalam waktu yang pendek.
Dokter akan mengecek apakah ada penyakit lain yang
mempengaruhi kemampuan tubuh anak dalam melawan
infeksi

5. Pencegahan
a. Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat
tersebut segera dikeringkan.

215
b. Biang keringat yang timbul pada kulti bayi harus dibersihkan
dengan handuk basah.
c. Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan sering
memandikannya jika terlalu banyak keringat yang keluar.
d. Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih.
e. Ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup sehingga
ruangan bayi tidak lembab.
f. Jangan kenakan bayi dengan pakaian ketat atau dari bahan
yang tidak menyerap keringat.
g. Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor.
h. Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar
keringat.
i. Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi.

2.3 Miliarisis

1. Definisi
Miliarisis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang
keringat, keringat buntet, priekle heat. Yaitu dermatosis yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat.

216
2. Patofisiologi
Akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran keringat tertahan yang ditandai dengan adanya
vesikel miliar di muara kelenjar keringat. Kemudian akan timbul
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar
diabsorbsi oleh stratum korneum.
Miliarisis sering terjadi pada bayi premature karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apediksnya belum sempurna. Kasus
miliarisis terjadi pada 40 – 50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-
3bulan pertama akan menghilang dengan sendirinya 3-4minggu
kemudian. Kadang-kadang kasus ini menetap untuk beberapa lama
dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.

3. Etiologi
a. Udara panas dan lembab
b. Infeksi oleh bakteri

4. Pembagian
a. Miliarisis Kristalina
b. Miliarisis Rubra

5. Gejala klinis
a. Miliarisis Kristalina
Miliarisis Kristalina ii timbul pada pasien dengan peningkatan
keringat seperti pasien demam diranjang. Lesinya berupa
vesikel sangat supervisal, bentuknya kecil dan menyerupai titik
embun berukuran 1-2mm terutama timbul setelah keringat.
Vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan,
misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah
berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan asimptomatik dan

217
berlangsung singkat. Umumnya tidak ada keluhan dan dapat
sembuh dengan sendirinya.

b. Miliaria Rubra
Ditandai dengan adanya papula vesikel dan eritema
disekitarnya. Keringat merembes ke dalam epidermis. Biasanya
disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah
disekitarnya. Sering diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan
dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.

6. Penatalaksananya
Asuhan yang diberikan pada neonates, bayi, dan balita dengan
milliaria tergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang
dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah:
1. Prinsip asuhan adalah dengan mengurangi penyumbatan
keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
2. Memelihara kebersihan tubuh bayi.
3. Upayakan kelembaban suhu yang cukup dan suhu lingkungan
yang sejuk dan kering. Misalnya pasien tinggal diruangan ber-
AC atau di daerah yang sejuk dan kering.
4. Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian
yang menyerap keringat.
5. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
6. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dan dapat
ditambahkan menthol 0,5% - 2% yang bersifat mendinginkan
ruam.

2.4 Diare

218
1. Definisi
Adalah pengeluaran tinja yang tidak yang tidak normal dan
cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang
cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lender bila
sudah lebih dari 4x buang air besar.

2. Tanda Klinis
a. Cengeng
b. Gelisah
c. Suhu meningkat
d. Nafsu makan menurun
e. Tinja Cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama
tinja berwarna hijau dan asam.
f. Anus lecet
g. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume
darah berkurang nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
tekanan darah turun, kesadaran menurun dan diakhiri
dengan syok.
h. Berat badan turun
i. Turgor kulit menurun
j. Mata dan ubun-ubun cekung
k. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

219
3. Etiologi
a. Infeksi
Enteral yaitu infeksi terjadi didalam salurn pencernaan yang
merupakan penyebab utama terjadinya diare yang
meliputi :
Pertama, Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella,
Shigella Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
Kedua, Infeksi virus Enterovirus ( Virus ECHO ) Coxsaekre.
Polomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan
sebagainya.
Ketiga, Infeksi parasite cacing (Ascaris Iriciuris, Oxyuris,
Strongylodies) Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia
Lamblia, Trochomonas Hominis) jamur (Candida Albicans).
a) Parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar
alat pencernaan. Misalnya OMA ( Otitis Media
Akut ). Tobngsilofatringtis, Bronkopneumia,
Ensefalitis, dan sebagainya.

b. Malabsorbsi
1. Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi
glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang
paling berbahaya adalah intoleransilaktosa.
2. Lemak
3. Protein
c. Makanan, misalnya basi, beracun, alergi.
d. Psikologis, mialnya rasa takut atau cemas.

Patogenesis

220
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare
adalah:
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan isis dari usus
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada
dinding usus yang menyebabkan peningkatan sekresi air
dan elektrolit yang berlebihan kedalam rongga usus,
sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari
rongga usus sehingga timbul diare.
c. Gangguan molititas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang
masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi, apabila terjadi
keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic
usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan didalam rongga usus sehingga akan
menyebabkan diare juga.

Patogenesis diare akut


a. Maksudnya jasad renik yang masih hidup kedalam usus
halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi)
didalam usus halus

221
c. Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin
diaregenik)
d. Akibat toksin tersebut akan terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare

Komplikasi
a. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan eletrolit, yang
dibagi menjadi:
Dehidrasi Ringan apabila <5% BB
Dehidrasi Sedang apabila <5% BB – 10% BB
Dehidrasi Berat apabila <10%- BB – 15% BB
b. Rejatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah,
apabila penurunan volume darah mencapai 15% BB –
25% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
c. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah
meterismus, hipotoni otot, lemah, bradidkardia, perubahan
pada pemeriksaan USG.
d. Hipoglikemia
e. Intolerasi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi
enzim lactose karena krush vill mukosa usus halus.
f. Kejang
g. Malnutrisi energy protein kareana selain diare dan
muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan.

4. Penatalaksaan
Prinsip perawatan diare adalah:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
b. Diatetik (pemberian makanan)
c. Obat-obatan
2.5 Obstipasi
1. Definisi

222
Obstipasi adalah penimbangan feces yang keras akibat
adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau
bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran tinja selama
3hari atau lebih.
Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan
meconium dalam 24jam pertama sedangkan sisanya mengeluarkan
meconium dalam 36jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi
maka harus dipikirkan adanya obstipasi , tetapi harus diingat
ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi pada bayi yang
menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defeksasi
selama 5-7hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan yang
kemudian akan mengeluarkan tinja dalam jumlah yang banyak
sewaktu defeksasi. Hal ini masih dikatakan normal. Dengan
bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan
defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.
2. Etiologi
a. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk
membangkitkan buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat
dari kelaparan, dehidrasi, makanan kurang mengandung
selulosa.
b. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu
kreatinisme dan myodem. Dimana tidak terdapat cukup
ekresi hormone tyriod. Semua proses metabolisme
berkurang.
c. Keadaan-keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap
terjadinya obstipasi, terutama depresi berat sehingga tidak
mendulikan keinginannya buang air besar. Biasanya terjadi

223
pada anak usia 1-2tahun. Jika pada usia 1-2tahun pernah
buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung
tidak mau buang air besar untuk beberapa hari, bahkan
beberapa minggu sampai beberapa bulan ssdy karena takut
mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feces dalam
beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran
menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga anak
menjadi semakin malas buang air besar. Anak dengan
keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
d. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada
kasus carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi
bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada
fistula ani dan wasir yang mengalami thrombosis.
e. Kelainan congenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon
aganglionik ccongenital (penyakit hirscprung). Obstrusi bolos
usus ileus meconium atau sumbatan mekonium. Hal ini
dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36jam pertama.
f. Penyakit lain
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa
untuk mendorong terjadinya peristaltic, atau pada anak
setelah sakit atau sedang sakit, dimana anak masih
kekurangan cairan.
3. Tanda dan gejala
a. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam
36jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3hari atau
lebih.
b. Sakit dan kejang perut.

224
c. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan
mekonium yang menyemprot.
d. Feces besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum.
e. Bising usus yang janggal
f. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala.
g. Terdapat luka pada anus.
4. Patofisiologi dan Pathogenesis

Pada keadaaan normal sebagian besar rectum dalam


keadaan kosong kecuali adanya refleks masa dari kolon yang
mendorong feces ke dalam rectum yang terjadi sekali atau dua
kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulasi pada arkus aferen
dan refleks defekasi. Dengan dirasakan dan arkus aferen
menyebabakan kontraksi otot dinding abdomen sehingga
terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri dari 3
faktor:

a. Asupan cairan yang adekuat


b. Kegiatan fisik dan mental
c. Jumlah asupan makanan berserat

Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang dicerna


memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbs melewati
membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada
perubahan bentuk feces dari bentuk cair menjadi bahan yang
lunak dan berbentuk. Ketika faces melewati rectum, faces
menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi.
Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk
dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan
segera digerakkan oleh gerakkan peristaltic menuju rectum,
sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan faces menjadi
semakin kering, padat dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan
rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan anak malas atau

225
tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan
kemungkinan bekembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak
kurang beraktivitas, menurunnya usus dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang
kemungkinan penyerapan air yang berlebihan.

Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang


peristaltic usus dan pergerakkan normal dari metabolisme dalam
saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar.
Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan obstipasi.

5. Pembagian

a. Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya


dan defekasi timbul secara mudah dengan stimulasi eksativa,
supositoria atau enema.

b. Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya


mangalami peregangan berlebihan secara kronik, sehingga
tembahan faces yang datang mencapai tempat ini tanpa
meregang rectum lebih lanjut. REseptor sensorik tidak
memberikan respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu
untuk berkontraksi secara afektif

6. Komplikasi

a. Perdarahan

b. Ulcerasi

c. Obstruksi parsial

d. Diare intermitten

e. Distensi kolon menghilang sensasi regangan rectum yang


mengawali proses defekasi

226
7. Manajemen terapi

Penilaian pada saat melakukan kebidanan:

a. Penilaian asupan makanan dan cairan


b. Penilaian dari kebiasaan usus ( kebiasaan pola makan)
c. Penilaian penampilan stress emosional pada anak, yang
dapat mempengaruhi pola defekasi bayi.

8. Penatalaksanaan

a. Mencari penyebab

b. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan


memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis

c. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan


setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan
defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, laksativa.

2.6 Infeksi

1. Definisi

Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi


pada masa antenatal, internatal, dan postnatal

2. Etikologi

227
Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri
seperti: Escherichiacoli, pseudomonaspyocyaneus, klebsielia,
staphylococcus, aureus, dan coccus gonococcus.

a. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman
masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu dan
kemudian masuk melewati placenta dan masuk ke dalam
sirkulasi darah umbilicus, Misalnya:
1) Virus seperti: rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia,
coxsackle, cytomegalic, inclusion
2) Spirochaeta: terponem polidum (lues)
3) Bakteri excheria coli dan listeria monocytoganes
b. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi
dengan cara mikro organisme masuk dari vagina naik dan
kemudian masuk kedalam rongga amnion biasanya setelah
kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam
akan menjadi penyebab timbulnya placentitis dan amnionitis.
Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah
yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi
vagina. Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung
dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya pada
blennorhoe.
c. Infeksi post natal
Infeksi pada periode pascanatal dapat terjadi setelah bayi
lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan
alat-alat yang tidak steril tindakkan yang tidak antiseptic atau
dapat juga terjadi akibat infeksi silang.

Infeksi atau Sepsis Neonatorum

a. Pengertian

228
Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang
menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir. Sepsis terjadi kurang
dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75%
kg dan 2kg lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari
50% kasus, sepsis mulai timbul pada waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis
yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial ( infeksi yang didapat dirumah
sakit).
b. Penyebab
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri. Resiko terjadinya
sepsis meningkat pada:
Ketuban pecah sebelum waktunya
Perdarahan atau infeksi pada ibu
c. Gejala
Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat
dan suhu tubuhnya turun naik.
Gejala lainnya adalah:
i. Gangguan pernapasan
ii. Kejang
iii. Jaundice (sakit kuning)
iv. Muntah
v. Diare
vi. Perut kembang
Gejalanya tergantung pada sumber infeksi dan penyebabnya:
i. Infeksi pada tali pusar (ompalitis) bisa menyebabkan
keluarnya nanah atau darah dari pusar.

229
ii. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa
menyababkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh
melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
iii. Infeksi pada tulang (osteomyelitis) menyebabkan
terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang
terkena
iv. Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan,
kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba
hangat
v. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan
pembengkakan perut dan diare berdarah.
d. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Organisme penyebab terjadinya infeksi bisa
diketahui dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis maupun
pembiakan terhadap contoh darah, air kemih maupun cairan dari
telinga dan lambung, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan
fungsi lumbal.
e. Pengobatan
Antibiotik diberikan melalui infus. Pada kasus tertentu,
mungkin perlu diberikan antibody yang dimurnikan atau sel darah
putih.

f. Prognosis
25% bayi meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan
perawatan intensif. Angka kematian pada bayi premature yang kecil
adalah 2 kali lebih besar.

2.7 Syndrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death


Syndrome

230
      Sids)

1. Definisi

Sindrom kematian mati mendadak (sudden infant death syndrome-


SIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba
ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.  SIDS terjadi kurang
lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada
bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

Sebuah gen yang membantu mempertahankan otak bisa bekerja


dengan baik mungkin berperan penting untuk mengerti mengapa
kematian mendadak pada bayi itu terjadi. Sindrom kematian mati
mendadak (sudden infant death syndrome-SIDS) terjadi pada bayi
yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa
jam kemudian.  SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran
hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1
tahun.

2. Etiologi

Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahlu


telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada beberapa
penyebab SIDS yaitu sebagai berikut:

1.      Ibu yang masih remaja

2.      Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat

231
3.      Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal

4.      Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner

5.      Bayi premature

6.      Gemelli (bayi kembar)

7.      Bayi dengan sibling

8.      Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika

9.      Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup

10.   Bayi dengan virus pernapasan

11.    Bayi dengan infeksi botulinum

12.   Bayi dengan apnea yang berkepanjangan

13.   Bayi dengan gangguan pola napas herediter

14.   Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli

3.    Penatalaksanaan

1. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling


2. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang
tua untuk mengungkapkan rasa dukanya
3. Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada
orang tua untuk mengajukan pertanyaan
4. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka
rasakan adalah hal yang wajar
5. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak
bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka
sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut
6. Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan
pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak
sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya. 

232
PERTANYAAN

1. Seorang perempuan datang ke puskesmas membawa


anaknya yang berusia 3 tahun dengan keluhan BAB > 6x
sehari, nafsu makan menurun, susah tidur sejak 3 hari yang
lalu. Hasil pemeriksaan T:360C, P: 130x/i, RR:56x/i, turgor
kulit baik, anak masih mau minum dengan lahap, tidak ada
tanda – tanda dehidrasi.
Apakah diagnosis yang tepat untuk bayi tersebut?
a. Diare
b. Malaria
c. Tifoid
d. Hepatitis
e. Marasmus
2. Seorang perempuan datang ke klinik bersama bayinya pukul
14.00 WITA dengan
keluhan bayinya sudah mencret > 10 kali. Perempuan
mengatakan bahwa anak mencret sejak pukul 05.30 pagi,
rewel dan gelisah, tetapi bayi masih sanggup minum seperti
orang kehausan. perempuan juga mengatakn bahwa ia
khawatir dengan kondisi sang bayi. Hasil pemeriksaan usia
bayi 6 bulan 24 hari, T: 37,70C, P: 100x/i, RR:48x/i, BB:
5000 gram, PB: 75cm. Apakah penkes yang diberikan oleh
bidan kepada perempuan untuk menangani permasalahan
diatas?
a. Imunisasi

233
b. Personal hygiene
c. Gizi bagi bayi dan balita
d. Cara menyiapkan dan memberikan oralit
e. Cara memberikan ASI yang benar
3. Seorang perempuan datang ke klinik bersama bayinya pukul
14.00 WITA dengan
keluhan bayinya sudah mencret > 10 kali. Perempuan
mengatakan bahwa anak mencret sejak pukul 05.30 pagi,
rewel dan gelisah, tetapi bayi masih sanggup minum seperti
orang kehausan. perempuan juga mengatakn bahwa ia
khawatir dengan kondisi sang bayi. Hasil pemeriksaan usia
bayi 6 bulan 24 hari, T: 37,70C, P: 100x/i, RR: 48x/i,
BB:5000 gram, PB: 75cm. Apakah diagnosa yang sesuai
dengan kondisi bayi diatas?

a. Diare
b. Diare tanpa dehidrasi
c. Diare dengan dehidrasi berat
d. Diare dengan dehidrasi ringan
4. Ny.S datang ke PMB bersama anaknya An.M yang berumur 
2 minggu dengan keluhan padakepala bayinya terdapat kera
k kekuningan yang terlihat jelas mulai beberapa hari yang lal
u.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa anak tersebut ter
kena...

a. Bercak mongol

b. Diaper rush

c. Seborrhea

d. Miliariasis

234
5. Apa nama jamur penyebab dari Seborrhea ...

a. Genital Candidiasis

b. Candidiasis

c. Pitysporum Ovale (P.Ovale)

d. Pitysporum

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seborea adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada
3 bulan pertama kehidupan. Gejala klinisnya berupa ruam merah
mengelupas pada kulit kepala, alis mata, lipatan leher, ketiak,
lipatan paha dan daerah popok.
Bisul adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel rambut atau
benjolan yang nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit
karena radang bawah kulit yang meliputi mata bisul, bisul
disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam kulit melalui
kandung rambut, kelenjar palit atau kelenjar keringat.
Miliria disebut juga dengan sedamina liken tropikus, baing
keringat, keringat buntet. Miliria adalah penyakit kulit akibat adanya
sumbatan saluran kelenjar keringat, sehingga keirngat tidak dapat
keluar dan masuk disekitar saluran bawah sumbatan.
Diare adalah pengeluaran fases yang tidak normal, diare
juga dapat diartikan sebagai buang air besar yang tidak normalatau
bentuk fases yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonates dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali sedangkan untuk bayi berusia lebih dari 1 tahun.
Obstipasi adalah keadaan gejala terhambatnya gerakan sisa
makanan disaluran pencernaan sehingga tidak dapat buang air

235
besar secara lancar dan teratur. Obstipasi merupakan konstipasi
kronis yaitu kesukaran buang air besar yang terus menerus
sehingga fases mengeras. Pada usia 1-4 tahun yang mendapatkan
diet rendah serat.
Infeksi terjadi karena organisme yang berkoloni pada
seseorang menimbulkan penyakit, infeksi pada neonates di
Indonesia masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta
khususnya dirumah sakit. Infeksi pada neonatus lebih sering
ditemukan pada bayi dengan berat lahir rendah. Infeksi ini lebih
sering dialami bayi yang lahir dirumah sakit.
Bayi meninggal mendadak Bayi pada neonates didefinisikan
sebagai kematian mendadak bayi yang tidak perkirakan pada
anamnesis. Selain itu artinya bayi yang memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mengalami kematian atau menjadi sakit berat adalah
dalam masa neonatal.

236
DAFTAR PUSTAKA

Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2015.

Yongky, Mohammad Judha, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan,


Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tando, Marie Naomy. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, dan Anak
Balita. Jakarta: EGC

Elmeida, Ika Fitria. 2015. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita dan
Pra sekolah. Surabaya: Trans Info Media

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2006. Asuhan Neonatus bayi dan anak balita.
Yogyakarta: Salemba Medika

237
TOPIK X

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS,


DENGAN JEJAS PERSALINAN

KELOMPOK 10:

1. Aulia Dinda Yuliana (20185121007)


2. Novianti (20185123042)
3. Mirna Agustina (20185123036)

238
PRODI D-III KEBIDANAN SEMESTER III

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2019/2020

PEMBAHASAN

A. NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN


Kelainan pada bayi dapat terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan atau cara persalinan atau karena gangguan fisiologis persalinan
itu sendiri, misalnya kelainan letak, kelainan dengan ekstrasi vakum tau
luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi,
intrauterine, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus dan luka
yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam
pengertian.
Bentuk kelainan karena trauma persalinan

1. caput suksedaneum

caput suksedaneom merupakan benjolan yang difus dikepala twrletak


pada prosentasi kepala pada wajtu bayi lahir. Kelainan ini timbul akibat
tekanan yang keras pada kepla ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi
pembendungan sirkulasi kapiler. fe disrtai pengeluaran cairan tebuh
kejaringan ekstra vasa.

239
Benjolan kaput berisi cairan serum dan sering bercampur sedikit
darah. Secara klinis benjolan ditemukan didaerah presentasi lahir, pada
perabaan teraba benjolan lunak berbats tidak tegas,tidak berfluktuasi
tetapi bersifat edema tekan. kaput suksedaneum dapat terlihat segera
setelah bayi lahir dan akan hilang sendiri dalam waktu dua sampai tiga
hari umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. caput suksedaneum
adalah neonatal melibatkan kondisi serosanguinous,subkutan,cairan
extraperiosteal koleksi margin didefinisikan dengan buruk yang di
sebabkan oleh tekanan yang di ajukan bagian dari kulit kepala terhadap
dilatasi serviks ( turniket efek dari leher Rahim ) selama melahirkan ,
pembengkakkan jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura
tengah. benjolan yang difus di kepala,terletak pada presentasi kepala
pada waktu bayi baru lahir. terjadinya edema di bawah kepala bayi
sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah.
menghilang dalam 2- 4 hari setelah persalinan.

definisi lain dari caput succedaneum adalah pembengkakan kulit


kepala setempat yang terbentuk dari efusi serum tekanan pda lingkaran
cervix menyebabkan obstruksi darah balik sehingga kulit kepala yang
terletak di dalam cervix menjadi edematous. caput terbentuk pada
persalinan dan setelah ke tuban pecah. caput tidak terbentuk apabila janin
sudah mati,his balik,atau cervix tidak menempel dengan erat pada kepala.
letak caput bermacam – macam tergantung pada posisi kepala pada
posisi occipitoanterior caput terbentuk di vertex, yakni di sebelah kanan
sutura sagitalis pada occipitoanterior kiri dan sebelah kiri pada occipiterior.
pada pemeriksaan vaginal tau rectal pemeriksaan harus hati hati dalam
membedakan antara turunnya kepala dengan ceput. caput yang besar
dapat di kira penurunan kepala,caput yang menjadi semakin besar
merupakan indikasi untuk penilaian kembali situasi caput terlihat pada
waktu lahir mulai menghilang sesudahnya dan umumnya akan hilang
sama sekali setelah 24 sampai 36 jam.

240
caput suksedaneum merupakan oedema subcutis akibat
penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala,terbentuk benjolan
yang segera tampak setelah bayi lahir,tak terbatas tegas dan melewati
batas sutura. kelainan ini biasanya di temukan pada presentasi kepala.
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan pda bagian tersebut
terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum pembuluh darah, caput
succedenaum tidak merlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2 – 5 hari,kadang kadang caout sucsadeum di sertai
molding atau penumpangan tulang parietalis,terapi tanda tersebut dapat
hilang setelah satu minggu .

1. Cephalhematoma mati,his balik,atau cervix tidak menempel dengan


erat pada kepala. letak caput bermacam – macam tergantung pada
posisi kepala pada posisi occipitoanterior caput terbentuk di vertex,
yakni di sebelah kanan sutura sagitalis pada occipitoanterior kiri
dan sebelah kiri pada occipiterior. pada pemeriksaan vaginal tau
rectal pemeriksaan harus hati hati dalam membedakan antara
turunnya kepala dengan ceput. caput yang besar dapat di kira
penurunan kepala,caput yang menjadi semakin besar merupakan
indikasi untuk penilaian kembali situasi caput terlihat pada waktu
lahir mulai menghilang sesudahnya dan umumnya akan hilang
sama sekali setelah 24 sampai 36 jam.

2. caput suksedaneum merupakan oedema subcutis akibat


penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala,terbentuk
benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir,tak terbatas tegas
dan melewati batas sutura. kelainan ini biasanya di temukan pada
presentasi kepala. sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan
pda bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran
serum pembuluh darah, caput succedenaum tidak merlukan
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2 – 5
hari,kadang kadang caout sucsadeum di sertai molding atau

241
penumpangan tulang parietalis,terapi tanda tersebut dapat hilang
setelah satu minggu .

3. cephalhematoma merupakan suatu perdarahan subperiosal tulan


tengkorakbebatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
melewati sutura. sefalcephallohematoma timbul pada persalian
dengam tindakan seperti tarikan fakum atau cunam, bakal dapat
pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran
melahirkan kepala bayi. Akibatnya timbul timbunan darah didaerah
subperiost yang ari luar terlihat sebagian benjolan.

secara kelinis benjolan sefalohematoma berbentuk benjolan difus,


berbatas tegas, tidak melampaui sutura karena perios tulang
berakhir disutura. Pada perabaan teraba adanya fluktuasi karena
merupakan suatu timbunan darah yang letaknya dirongga
subperios yang terjadi ini sifatnya prlahan- lahan benjolan timbul
biasanya baru tampak jelas beberapa jam setalah bayi lahir ( umur
6-8 jam) dan dapat membesar sampai hari kedua atau ketiga.
sefalohematoma biasanya tampak didaerah tulang parietal, kadang
– kadang ditemukan ditulang frontal. Benjolan hematoma sefal
dapat bersifat soliter atau multiple.

cephalohematoma pada umunya tidak memerlukan pengobatan


khusus. Biasanya mengalami resulusi sendiri dalam dua sampai
delapan minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan.
cephlohematoma jarang menimbulkan perdarahan massif yang
memerlukan tranfusi, kecuali pada bayi yang mempunyai gangguan
pembekuan. pemeriksaan radiologik pada hematomasefal hanya
dilakuan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau
pada hematoma sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya

242
riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan
cunam yang sulit atau pun kuang sempurna.

C. .Faktur Klavikulla dan Humerus

A .Faktur Tulang Klavikulla

Faktur tulang klavikulla merupakan trauma lahir pada tulang


yang tersering di temukan di bandingkan dengan trauma tulang
lainnya. trauma ini di temukan pada kelahiran letak kepala yang
mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu atau sering
juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke
atas. Jenis fraktur pada trauma lahir ini umunya jenis fraktur
freenstick,walau pun kadang kadang dapat juga terjadi suatu fraktur
total,fraktur ini di temukan 1 – 2 minggu kemudian setelah teraba
adanya pembentukkan.

1). Gejala klinis

yang perlu di perhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir


klavikula jenis greenstick adalah :

a. gerakan tangan kanan – kiri tidak sama

b. reflek moro asimetris

c. bayi menangis pada perabaan tulang klavikula

d. gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang


sungkar

2). pengobatan trauma lahir fraktur tulang klavikula

a) imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat


pembentukkan kalus.

243
b) lengan di fiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan
fleksi pergelangan siku 90 derajat umunya dalam waktu 7 – 10
hari rasa sakit telah berkurang dan pembentukkan kalus telah
terjadi.

B. fraktur tulang Humerus


umunya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. kesukaran melahirkan tangan yang
menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang
faktur. pada kelahiran presentasi kepala dapat pula di temukan
faktur ini, jika di temukan ada tekanan keras dan langsung pada
tulang humerus oleh tulang pelvis. jenis frakturnya berupa
greenstick tau fraktur total.

1) Gejala Klinis

a. berkurangnya gerakan tangan yang sakit

b. reflek moro asimetris

c. terabaannya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur di


sertai rasa sakit

d. terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif

e. lerak fraktur umunya di daerah diafisi. diagnosa pasti di


tegakkan dengan pemeriksaan radiologic.

2) pengobatan trauma lahir fraktur tulang humerus

a. imobilisasi selama 2 – 4 minggu dengan fiksasi bidai

b. daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur


tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas,umumnya
akan baik.

244
dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi,
maka tulang yang fraktur

tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang


yang normal.

PERTANYAAN

1. seorang bayi laki – laki umur 7 hari di bawa oleh ibunya ke


puskesmas dengan keluhan terdapat benjolan atau
pembengkakkan dikepala yang dimuai muncul sejak bayi berusia 2
hari . pada pemeriksaan fisik di temukan pembengkakkan pada
parietal kanan, berbatas tegas ,tidak melewati sutura serta
berfluktuasi diagnosa adalah ?

a. Caput succedaneum

b. Cepal hematoma

245
c. Perdarahan subgaleal

d. Perdarahan

e. Perdarahan subdural

2. seorang bayi laki- laki berusia 1 hari lahir di RS. Bayi tampak
gelisah hasil pemeriksaan fisik : pada kepala terdapat benjolan
terasa lembut yang melewati batas sutura . dan TTV dalam batas
normal. Apakah yang dialami bayi tersebut ?

a. Ansephalus

b. Hidrosephalus

c. Cephal hematoma

d. Caput succedaneum

e. Perdarahan intracranial

3. Fraktur clavikulla terjadi pada tubuh bagian?

a. Kepala

b. Lengan

c. Bahu

d. Kaki

e. Punggung

4. Bahu Tindakan yang tidak dapat menyebebabkan fraktur humerus


adalah ?
a. Penarikan pada lengan pada saat melahirkan
b. Penekanan pada lengan supra pubis
c. Penekanan pada supra pubis
d. Penarikan lengan saat persalinan letak sungsang

246
e. Persalinan sulit dengan traksi lengan
5. Berikut ini bukan merupakan tanda dan gejala cephal hematom
adalah?
a. Tidak adanya fluktuasi
b. Batasnya jelas
c. Lesi tidak melewati sutura
d. Akan hilang setelah 2-8 minggu
e. Baru tampak setelah beberapa jam persalinan

PENUTUP

A. Kesimpulan

jadi, dapat disimpulkan bawah pengertian dari caput suksedanium


merupakan odema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala sedangkan pengertian dari cehalhematoma
mengacu pada pengumpulan darah diatas tulang tengkorak yang
disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas

247
pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampauan sutura –
sutra sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan
pariental. sedangkan pengertian dari trauma pada saat persalinan
akibat penarikan pada lateral dipaksakan pada bagian kepala dan
leher selama persalinan bahu, dan pada fraktur humerus ditandai
dengan tidak ada gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek
moro.

DAFTAR PUSAKA

Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan anak prasekolah.


Yogyakarta:

Wafi Nur Muslihatun 2010. Asuhan neonates bayi dan balita

248
.

249
TOPIK XI

NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN


DAN PENATALAKSANAAN (LABIOSKIZIS,
PALATOSKIZIS, ATRSIA ESOPHAGUS,
ATRESIA REKTI DAN ANUS, HIRSCHPRUNG)

Disusun oleh Kelompok 11 :

Dewi Sartika (NIM 20185123013)

Novi Rosanti(NIM 20185123040)

Riska Putri Utami (NIM 20185121050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-III

2019/2020

250
PEMBAHASAN

A. Neonatus dengan Kelainan Bawaan


Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah suatu kelainan
pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan
pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru lahir
memiliki kelainan bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru
ditemukan pada saat anak mulai tumbuh yaitu sekitar 7,5%
terdiagnosis sekitar anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan
bersifat ringan.
Sebanyak 60% kasus bayi kelainan bawaan penyebabnya
tidak diketahui dan sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau
genetik ataupun kombinasi dari keduanya. Kelainan stuktur
( kelainan metabolisme ) terjadi akibat hilangnya bagiaan tubuh
tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu, serta
kelainan bawaan pada kimia tubuh. Kelainan ini utama yang paling
sering ditemukan adalah kelainan jantung yang diikuti oleh spina
bifida dan hipospadia.
Kelainan metabolisme biasanya beruba hilangnya enzim atau
tidak sempurnanya pembentukan enzim. Penyebab lain dari
kelainan bawaan adalah pemakaian alkohol pada ibu hamil.
Penyakit Rh , terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang
berbeda juga dapat meningkatkan kejaidan kelainan bawaan pada
bayi baru lahir.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatkan


risiko kelainan bawaan antara lain:
1. Teratogenik

251
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa ,
menyebabkan atau meningkatkan risiko suatu kelainan
bawaan. Adanya radiasi obat tertentu dan racun
merupakan teratogen. Infeksi pada ibu hamil juga bisa
merupakan teratogen dan infeksi selama kehamilan yang
dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan syndroma
rubella kongenital, infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil,
infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil serta
syndroma varicella kongenital
2. Faktor Gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin
adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa
meningkatkan risiko terjadinya kelainan tabung saraf
( spina bifida ) sebab spina bifida bisa terjadi sebelum
seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap
wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat
minimal sebanyak 400 mikrogram / hari.
3. Faktor Fisik pada Rahim
Didalam Rahim, bayi dilindungi oleh cairan ketuban
untuk menghindari cedera. Jumlah cairan ketuban yang
abnormal bisa menyebabkan adanya kelainan bawaan.
Cairan ketuban yang selalu sedikit bisa memengaruhi
pertumbuhan paru paru dan anggota gerak tubuh ataupun
bisa menunjukkan adanya lainan ginjal yang
memperlambat proses pembentukan air kemih.
Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami
gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan
otak yang berat ( misalnya anensefalus atau atresia
esophagus )
4. Faktor Genetik dan Kromosom

252
Beberapa kelainan bawaan yang diwariskan melalui
gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orangtua.
Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat didalam
kromosom setiap sel didalam tubuh manusia. Pola
pewarisan kelainan genetik dapat berupa autosom
dominan, autosom resesif, X-linked. Autosom dominan
adalah jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun
hanya terdapat satu gen yang cacat dari salah satu orang
tuanya. Autosom resesif adalah jika untuk terjadinya suatu
kelainan bawaan diperlukan 2 gen yang masing masing
berasal dari kedua orang tua. X-linked adalah jika seorang
anak laki laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal
dari ibunya karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X.
Kelainan pada jumlah ataupun susunan pada
kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan.
Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel
telur dan sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan
kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit atau bayi
terlahir dengan kromosom yang telah mengalami
kerusakan. Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh
mutasi genetik ( perubahan pada gen yang bersifat
spontan dan tidak dapat dijelaskan ).

Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan antara


lain sebagai berikut :

a) Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing)


Kelainan ini terjadi selama masa perkembangan janin,
dimana jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk
sebagaimana mestinya. Bibir sumbing adalah suatu
celah diantara bibir bagian atas dengan hidung. Langit-

253
langit sumbing adalah suatu celah diantara langt-langit
mulut dengan rongga hidung.
b) Sindroma X yang rapuh
Sindroma ini dtandai dengan gangguan mental, mulai
dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan
mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan
perhatian serta hiperaktivitas. Gambaran fisiknya khas,
yaitu wajahnya panjang telinganya lebar, kakinya datar
dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada
jari tangan). Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada
anak laki-laki.
c) Penyakit Tay-Sachs
Penyebab ini menyerang sistem saraf pusat dan
menyebabkan kebutaan, demensia, kelumpuhan,
kejang, dan ketulian.
d) Sindroma Alkohol pada Janin
Sindroma ini ditandai dengan keterlambatan
pertumbuhan , keterbelakaan mental, kelainan pada
wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.

DIAGNOSIS

Ada beberapa jenis tes yang ditawarkan kepada semua


wanita hamil (tes skrining) da nada beberapa jenis tes yang
ditawarkan hanya kepada wanita/pasangan suami-istri yang
memiliki faktor risiko (tes diagnostic).

a. Tes Skrining
Tes skrining dilakukan meskipun seorang
wanita hamil tidak memiliki gejala maupun faktor risiko.
Skrining prenatal bisa membantu menetukan adanya
infeksi atau keadaan lain pada ibu yang berbahaya bagi

254
janin dan membantu menentukan adanya kelainan
baaan tertentu pada janin. Tes skrining terdiri dari
pemeriksaan darah dan pemeriksaan USG.
Kelainan bawaan yang bisa diketahui melalui
skrining prenatal adalah defek tabung saraf, sindroma
down, kelainan kromosom lainnya, kelainan metabolism
yang diturunkan, kelainan jantung bawaan, kelainan
bentuk saluran pencernaan dan ginjal, sumbing bibir
atau langit-langit, kelainan bawaan tertentu pada
anggota gerak, serta tumor bawaan.

b. Tes Diagnostik
Tes diagnostik biasanya dilakukan jika tes
skrining memberikan hasil positif atau jika wanita hamil
memiliki faktor risiko. Tes diagnostik terdiri dari
Amniosesntesi, contoh vili korion, darah janin, serta
pemeriksaan USG yang lebih detail.

PENCEGAHAN
Beberapa kelainan bawaan pada bayi baru lahir tidak dapat
dicegah. Meskipun demikian, ada hal yang dapat mengurangi
risiko terjadinya kelainan bawaan, antara lain tidak merokok dan
menghindari asap rokok, menghindari alkohol, menghindari obat
terlarang, memakan makanan yang bergizi dan mengonsumsi
vitamin prenatal, melakukan olahraga dan istirahat yang cukup,
melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin, mengonsumsi
suplemen asam folat, menjalani vaksinasi sebagai perlindungan
terhadap infeksi serta menghindari zat-zat yang berbahaya.
B. Labioskizis dan Palatoskizis
1. Definisi

255
a. Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi
akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris
dengan prominen nasalis medial yang diikuti disrupsi kedua
bibir, rahang dan palatum anterior.
b. Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat
kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan
fusi dengan septumnasal.

2. Etiologi
Umumnya kelainan congenital ini berdiri sendiri dan
penyebabnya tidak tiketahui dengan jelas. Selain itu dikenal
beberapa syndrome atau malformasi yang disertai adanya
sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya yang disebut
kelompok syndrome clefts. Beberapa cindromik clefts adalah
sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13,18
atau 21) mutasi genetic atau kejadian sumbing yang
berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan
(kecanduan alkhol), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang
ditemukan pada syndrome pierrerobin, penyebab non sindromik
clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan
pengaruh lingkungan.
3. Faktor Resiko

256
Angka kejadian kelainan kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan
merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering
ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai
palastokizis 50% labioskizis 25% atau palatoskizis saja 25%.
Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan
sumbing dan keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan
adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen
pada periode fesi ke-2 belahan tersebut, pengaruh toksik
terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan belahan
tersebut.

4. Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga


a. Non –syndromic clefts

Risiko sumbing Risiko labioskizis Risiko


pada anak dengan atau tanpa palatoskizis (%)
berikutnya palatoskizis(%)
Bila ditemukan
satu anak
menderita
sumbing
Suami istri dan 2-3 2
keturunan tidak
ada yang
sumbing
Dan keturunan 4-9 3-7
ada yang
sumbing
Bila ditemukan 14 13
dua anak
menderita
sumbing

257
Salah satu 12 13
orang tuanya
menderita
sumbing
Kedua orang 30 20
tuanya
menderita
sumbing

b. Komplikasi
1. Diperkirakan sekitar 10% penderita palastokkizis
akan menderita masalah bicara, biasanya
masalah sengau.
2. Karena palastoskizis dapat menggangu
pertumbuhan anatomi nasofaring dan sering
mengakibatkan pula terjadinya otitis media, conge,
serta gannguan pendengaran maka kerja sama
dengan pihak THT sangat diperlukan.
5. Penatalaksanaan
a. Tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin
ilmu untuk penanganan selanjutnya.
b. Adanya kemajuan teknik bedah kosmetik serta kerja
sama yang baik antara ahli bedah, orthondotis, dokter
anak, dokter THT, serta ahli wicara , maka hasil akhir
tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih
baik. Tergantung dari berat ringannya kelainan yang ada
maka tindakan bedah maupun tindakan orthodontic
dilakukan secara bertahap.
c. Penutupan labioskizis biasanya diakukan pada umur 3
bulan, sedangkan palatoskizis biasanya tutup pada umur
9-12 bulan menjelang anak belajar bicara.

258
d. Tahapan tindakan orthodontic diperlukan pula untuk
perbaikan gusi dan gigi.
e. Pendekatan kepada orang tua sangat penting agar
mereka mengetahui maslah tindakan yang diperlukan
untuk perawatan anaknya.
f. Contoh: pemberian minum perlu diperhatikan karna bayi
memiliki reflex menelan yang baik, terhadap reflex
menghisap yang terganggu akibat adanya palatokizis.
Catatan:
1. labioskizis umumnya ditemukan dibibir kiri dan sering
terjadi pada bayi laki-laki dari pada perempuan.
2. Palatoskizis lebih sering terjadi pada bayi perempuan
hal ini disebabkan fusi palatum pada fetus perempuan
lebih lambat beberapa minggu.

C. Atrsia esophagus
1. Defenisi

Atresia bearti buntu jadi atresia esophagus adalah kelainan


bawaan dimana ujung saluran esophagus bantu 60% biasanya
disertai hidramnion. Atresia esophagus terjadi pada 1 dari 3.000-
4.500 kelainan hidup sekitar sepertiga anak yang terkena lahir
premature. Pada lebih 85% kasus, fistula antara trakea dan
esophagus distal menyertai atresia. Lebih jarang, atresia
esophagus atau fistula trakeoesophagus terjadi sendiri-sendiri atau
dengan kombinasi yang aneh. Gangguan pembentukan dan
gerakan lipatan pasangan cranial dan satu lipatan kaudal pada usu
dan primitive menjelaskan variasi-variasi pembentukan atresia dan
fistula.

259
2. Gambaran Klinik
Akibat adanya astresia menyebabkan saliva terkumpul
pada ujung bagian esophagus yang buntu, apabila terdapat
fisula akan menyebabkan saliva mengalir ke luar atau masuk
kedalam trakea. Hal ini akan lebih berbahaya apabila
memalului fistula trakeo-esophagus akan menyebabkan cairan
saliva mengalir kedalam paru.
Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi
berumur 2-3 minggu dengan gejala muntah yang proyektil
beberapa saat setelah minum susu. Pada pemeriksaan fisik
yang dilakukan setelah bayi minum akan ditemukan gerakan
peristatik lambung dalam usaha melewatkan makanan melalui
daerah yang sempit di pylorus, selain itu pada peristaltic teraba
tumor.
3. Kelainan-kelainan lain dalam atresia esophagus
a. Kalasia
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian
bawah esophagus (pada persambungan dengan
lambung) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi
sering regurgitasi bila dibaringkan.
Penatalaksanaa:

260
Bayi harus dalam posisi duduk pada waktu diberi minum,
dan jangan dibaringkan segera setelah minum. Biarkan
ia dalam sikap duduk lama, baru kemudian dibaringkan
miring ke kanan dengan kepala letak lebih tinggi (pakai
bantal yang agak tinggi).
b. Akalasia
Akalasia merupakan kebalikan dari kalasia pada akalasia
bagian distal esofagus tidak dapat membuka dengan baik
sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia.
Disebut pula sebagai spasme kardio-esophagus.
Penyebab akalasia adalah adanya kartilago traken yang
tumbuh ektopik pada esophagus bagian bawah. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan jaringan tulang
rawan dalam lapisan otot esophagus.
Penatalaksanaan:

Pertolongan adalah tindakan bedah. Sebelum


dioperasi pemeberian minum harus dengan sendok
sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi duduk.

Pemicu kelaianan bawaan seperti atresia esophagus


dapat dicurigai:
a. Pada kasus polihidramnion ibu
b. Bayi dalam keadaan kurang bulan/kurang cukup
bulan
c. Jika karakter yang digunakan untuk resusitasi saat
lahir tidak bisa masuk kedalam lambung
d. Jika bayi mengeluarkan sekresi mulut berlebihan
e. Jika terjadi tersedak,sianosis, atau waktu
berupaya menelan makan
4. Tanda dan gejala
a. Liur yang menetes terus-menerus dari mulut bayi

261
b. Liur berbuih
c. Adanya aspirasi ketika bayi diberi minum
d. Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami
e. Saat bayi diberi minum bayi akan mengalami batuk
seperti tercekik
f. Muntah yang proyektil

5. Komplikasi
Atresia esophagus sering disertai bawaan lain yaitu:
a. Kelainan lumer esophagus biasanya disertai dengan fistula
trakeo esophagus
b. Kelainan jantung
c. Kelainan grastointestinal(atresia duodeni,astersia ani)
d. Kelainan tulang(hiver tebra)
e. Malformasi kardiovaskuler
f. Perkembangan abnormal rudrus
g. Serta malformasigi ginjal dan urogenital

6. Penatalaksanaan
a. posisi bayi setengah duduk kepala atresia esophagus
disertai fisula, sedangkan apabila atresia tanpa disertai
fistula bayi diposisikan kepala lebih rendah (posiskan
mendelenbrug) posisi sering diubah-ubah.
b. Pada bayi segera dipasangkan kateter kedalam esophagus
dan bila memungkinkan dilakukan pnghisapan terus-
menerus.
c. Berikan penangan seperti bayi normal lainnya, seperti
pencegahan hipotermi,nutrisi adekuat, dan lain-lain.
d. Rangsang bayi untuk menangis.

7. Penatalaksanaan lebih lanjut

262
Anak dioperasi segera. Apakah dapat dilakukan penutupan
fisula dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi
tergantung pada jenis kelainan dan keadaan umum anak pada
saat itu .
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan duduk untuk
mencegah terjadinya reguritasi cairan lambung harus sering
diisap untuk mencegah aspiasi.Untuk mencegah terjadinya
hipotermia, bayi hendaknya dirawat dalam inkubator agar
medapatkan lingkungan yang cukup hangat. Posisinya sering
diubah-ubah, pengisapan lendir harus sering dilakukan bayi
hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru berkembang.

D. Tresiani Rekti dan Anus


1. Definisi
Atresia ani atau anus imperforadis adalah suatu keadaan
dimana lubang anus tidak berlubang. Atresia berasal dari
Bahasa yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan “trepsis”
yang artinya nutrisi atau makanan. Menurut istilah kedokteran
atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang badan yang normal.
Kebanyakan bayi yang menderita ateresia anus juga
memiliki fistula (hubungan abnormal) antara anus dengan
uretra, perineum maupun kandung kemih. Ateresia anus adalah
kelainan tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, akibat
kegagalan penurunan septum anorektal pada masa emrional,
termasuk agenesis ani, agenesis rekti dan ateresia ani.

263
2. Etiologi
Atresia ani ini di karenakan oleh ketidak normalan
perkembangan janin dalam Rahim selama kehamilan kelainan ini
karena tidak berfungsinya secara penuh saluran anus dan akan
menjadi kelainan bawaan. Dikatakan kelainan bahwa karena
kelainan ini terjadi pada bayi yang di dapat segera setelah bayi
lahir. Pada bayi baru lahir kejadiannya sekitar 1 banding 5000
kelahiran bayi hidup.

3. Gejala
a. Meconium ( tinja pertama pada bayi baru lahir ) tidak keluar
dalam waktu 24-48 jam setelah lahir.
b. Tinja keluar dari vagina dan uretra
c. Perut mengembung
d. Bila menyusui bayi akan muntah

4. Faktor resiko
Atresia ani biasanya mrupakan kelainan bawaan dimana
sewaktu dalam mengandung dalam Rahim ibu perkembangan
organ reproduksi yaitu pembuangan tinja tidak sempurna. Pada
bayi waniata mekoneum akan keluar melalui vagina, sedangkan
pada bayi laki-laki akan keliar melalui penis atau uretra

264
5. Diagnosis
Diagnosi Dengan di tegakkan berdasarkan gejala dan
pemeriksaan fisik pertama segera setelah bayi lahir. Menurut
PENA, diagnosis ateresia anus dapat di tegakkan melalui
pemeriksaan perineum dan urin pada bayi laki-laki. Bila fistula
perianal positif (+) berarti ateresia anus letak rendah.bila
mekoneum positif (+), berarti ateresia anus lebih tinggi. Bila rgu-
ragu maka perlu di lakukan pemerikaan invertogram.

6. Pengobatan
Pengobatan kasus ateresia anus adalah dengan
dilakukan pembedahan untuk membetuk lubang anus. Jika
terdapat fistula maka dilakukan penutupan fistul. Pertolongan
pertama dengan melakukan diantara nya adalah memberika
dukungan emosional dan keyakinan pada ibu, tidak memberikan
apapun lewat mulut, menutup organ yng menonjol dengan kasa
steril yang di basahi salin normal, menjaga kasa tetap basah
dan memastikan bayi tetap hhangat, memasang infus, pipa
lambung untuk membiarkan cairan lambung mengalir bebas
serta mempersiapkan melakukan rujukan ke rumah sakit.

7. Penatalaksaan
a. Dilakukan pembedahan untuk membentuk lubang anus
b. Jika terlibat fistula juga di lakukan penutupan fistula
c. Dilakukan rujukan untuk dilakukakan foto roentgen
d. Dokter bedah akan membuatkan lubang dubur sementara
mengenai tempat tergantung jarak usus yang mampat
e. Apabila ususnya pendek maka akan di Tarik dandi buat
lubang
f. Apabila panjang biasnya di buatkan dulu lubang lewat
dinding perut pada usia 5 bulan dapat dibuat cara

265
pembedahan lubang dubur atau tergantung dari kondisi
anak.
E. Hirschsprung
Hirscprung adalah sebuah kelainan bawaan lahir yang cukup
jarang terjadi dan mengakibatkan beberapa kerusakan karena tidak
sempurnanya sistem kerja usus. Apabila bayi sulit buang air besar
atau sembelit terus menerus harap di waspadai oleh orang tua
karena bisa jadi ada kelaian pada usus besar apalagi jika diikuti
perut kembung. kadang-kadang hirschprung di sebut juga dengan
penyakit megacolon. Apabila pada awal kelahiran baik tidak
mengeluarkan kotoran atau tinja ada kemunkinan terkena kelainan
ini. Penyakit ini banyak di alami oleh laki-laki disbanding
perempuan perbandingan sekitar 3,8:1 kasus ini di temukan
1:5000. Kasus terbanyak di alami oleh pria dan umum nya di
temukan pada anak-anak yang memiliki sindroma down. Kelainan
ini dapat berakibat kematian atau kelainan kronis lainnya.

1. Patofisiologi
Kelainan hirschprung terjadi karena adanya permasalahan
pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga
usus di atasnya. Saraf yang berguna untuk membuat usus
bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali
ataupun ada sedikit sekali. Kelainan ini akan membuat bayi
cenderung sembelit terus menerus. Hal ini dikarenakan tidak
adanya saraf yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus.
Kotoran akan menumpuk terus di bagian bawah sehingga
menyebabkan pembesaran pada usus dan juga kotoran menjadi
keras sehingga bayi tidak dapat BAB. Jika terlalu lama meradang
akan mengeluarkan cairan dari lubang anus dan sngat berbau.
Kotoran atau tinja penderita biasanya berwarna gelap bahkan

266
hitam ciri lain adalah perut bayi akan kelihatan besar dan
kembung serta kentutnya pun baunya sangat busuk.

2. Clinical Manifestasions
Hirschprung ini berbeda dengan sembelit biasa walaupun
efek nya sama. Pada anak yang terkena kelainan ini, anak tidak
bisa melakukan BAB terus menerus dan biasanya anak bisa
BAB setelah lebih dari 3 hari bahkan 1 minggu. Pada bayi
dengan kelainan hirscprung dengan pemberian obat pencahar
atau asupan yang mengandung serat seperti papaya, manga
dan lainnya. Biasanya tidak menimbulkan efek secara langsung
atau biasa saja.

3. Diagnosis
Untuk memastikan adanya kelainan ini dilakukan
pemeriksaan barium enema melalui anus. Pemeriksaan ini akan
memperhatikan sejauh mana penyempitan usus terjadi dan
seberapa panjang kerusakan usus yang terjadi. Untuk
mengetahui gejala awal bisa juga dengan memasukkan sedikit
jari kita ke anus. Jika jari merasakan jepitan dan pada waktu di
Tarik akan di ikuti keluarnya udara dan tinja yang menyemprot.
Kelainan ini dapat juga di diagnosis dengan foto polos abdomen
untuk menemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usu yang
tidak teratur pada bagian yang menyempit, enterokolitis pada
segmen yang melebar, serta retensi barium setelah 24-28 jam.
Pemeriksaan biopsi isap mukosa dan submukosa untuk mencari
sel ganglion, selanjutnya dilakukan pemeriksaan aktivitas enzim
asetilkolin esterase, bayi dengan hirscprung akan menunjukkan
enzim asetilkolin esterase meningkat.pemeriksaan lain untuk
menegakkan diagnosis hircsprung, adalah biopsi otot rectum
serta pemeriksaan aktivitas norepineprin dari biopsy usus.

267
4. Gejala
Gejala yang di temukan pada bayi yang baru lahir :
Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengelurkan
meconium ( kotoran pertama bayi yang terbentuk seperti pasir
berwana hijau kehitaman ).
a. Malas makan
b. Muntah ysng berwarna hijau
c. Pembesaran terus (perut menjadi buncit)

a) Pada masa pertumbuhan ( usia 1-3 tahun )


1. Tidak sdapat meningkatkan berat badan
2. Konstipasi (sembelit)
3. Pembesaran perut ( perut menjadi buncit )
4. Diare cair yang keluar seperti di semprot
5. Demam dan kelelahan adalalah dari tanda-tanda dari radang
usus halus dan di anggap sebagai keadaan yang serius dan
dapat mengancam jiwa.

268
b) Pada anak di atas 3 tahun, gejala bersifat kronis:
1. Konstipasi ( sembelit )
2. Kotoran berbentuk pita
3. Pembesaran perut
4. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata ( seperti
gelombang )
5. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

5. Penanganan
Secara klinis bagian usus yang tak ada persarafan nya ini
harus di buang lewat pembedahan atau operasi. Operasi pada
kasus ini biasanya di lakukan dua kali. Pertama, di buang usus
yang tak ada persarafannya. Kedua, kalua usus bisa di Tarik ke
bawah, langsung di sambung ke anus. Kalau ternyata usus nya
belum bisa di Tarik, maka di lakukan operasi di lakukan ke
dinding perut yang di sebut dengan kolostomi yaitu di buat
lubang ke dinding perut.
Dalam beberapa kasus tindakan kolostomi dilakukan pada
bagian usus yang bekerja dengan normal, untuk memungkinkan
usus beristirahat agar dapat mengenbalikan fumgsi normal nya.
Ini juga memungkinkan pasien (anak yang bersangkutan ) untuk
menambah berat badan. Tindakan ini di lakukan sebelum koreksi
tahap lanjutan . pada koreksi terakhir, ahli bedah anak akan
membuat penyatuan dariusus besar pada suatu titik dengan
anus. Kolostomi akan ditutup pada tahap ini.selanjutnya tinggal
menunggu pengeluaran kotoran secara normal.
Setelah menjalani operasi, pada beberapa kasus masih di
temukan terjadinya konstipasi ( sulit buang air besar ). Hal ini
bisa terjadi karena proses adaptasi sistem kerja usus. Pada
kasus lain dapat pula terjadi peradangan usus. Bila ini terjadi

269
maka akan di tindaklanjuti dan di tangani oleh dokter spesialis
anak.

270
PERTANYAAN

1. Bayi arum lahir aterm di klinik bidan dengan berat lahir 3100 gram,
panjang badan 48 cm. Dari hasil pemeriksaan, kondisi bayi sehat
tetapi memiliki kelainan pada mulut dan bagian langit-langitnya.
Disebut apakah kelainan tersebut …
a. Vernix caseosa
b. Millia
c. Bercak Mongol
d. Seborhea
e. Labiopalatoskizis
2. Bayi Ny. Ana lahir spontan 1 jam yang lalu, ditolong oleh bidan
dengan berat lahir 2400 gram, panjang badan 48 cm, dengan usia
kehamilan 36 minggu. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan
adanya kelainan tetapi setelah diberikan ASI oleh ibunya, bayi
mengalami muntah yang proyektil, batuk-batuk seperti tercekik dan
bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami. Dari kasus
tersebut, Bayi. Ny. Ana diperkirakan mengalami…
a. Diare
b. Atresia esophagus
c. Oral trush
d. Hemangioma
e. Mongolian spot
3. Bayi F lahir pada pukul 07.00 WITA dengan jenis kelamin laki –
laki, BB: 2500 gram, PB: 48 cm, APGAR I: 9, APGAR II: 10.
Setelah diperiksa bagian anus tidak terdapat lubang. Kelainan
tersebut dikatakan …
a. Atresia anus
b. Omfalokel
c. Hernia diafragmatika
d. Labioskizis

271
e. Atresia biliaris
4. Apabila bayi sulit buang air besar atau sembelit terus menerus
serta perut kembung, harap diwaspadai karena bias jadi ada
kelainan pada usus besarnya. Kemungkinan bayi tersebut
menderita ….
a. Hirschprung
b. Oral trush
c. Diaper rash
d. Gumoh
e. Hemangioma
5. Cara penanganan yang paling efektif bayi penderita kelainan
bawaan yaitu Labioskizis dapat dilakukan dengan ….
a. Dibiarkan saja
b. Diberi obat antiseptic
c. Diperhatikan cara memberikan makan dan minum
d. Dilakukan pembedahan untuk menutup labioskizis
e. Dikompres

272
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan
janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan.
Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan
kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kira
20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam
minggu pertama kehidupannya. Malformasi kongenital
merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati, dan
kematian neonatal. Beberapa faktor mempengaruhi kelainan ini
seperti Teratogenik, faktor kromosom dan genetik, faktor gizi dan
faktor pada fisik Rahim.
Ada macam-macam dari kelainan bawaan ini seperti Labioskizis
dan Palatoskizis, Atrsia esophagus, Tresiani Rekti dan Anus dan
Hirschprung.

273
DAFTAR PUSTAKA

Marni 2016. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Muslihatun, Wafi Nur.2010.Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita.Yogyakarta: Fitramaya
Sudarti, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita.Yogyakarta : Nuha Medika

274
TOPIK XII

NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN


DAN PENATALAKSANAANNYA (OBSTRUKSI
BILIARIS, OMPHALOKEL, HERNIA
DIAFRAGMATIKA, ATRESIA DUODENI
ESOPHAGUS, MENINGOKEL DAN
ENSEFALOKEL)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12 :


Dwi Asri Maghfiroh
Maya
Syarifah Atika (20185123058)

POLITEKNIK KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN DIII KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

275
PEMBAHASAN

A. Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu
karena terbentuknya jaringan fibrosis ,obstruksi billaris merupakan
suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada saluran
empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus
untuk dikeluarkan dalam feses ( sebagai sterkobilin)
Penyebeb obstruksi billaris adalah tersumbatnya saluran empedu
sehingga empedu tidak dapat mengalir dalam usus untuk dikeluarkan (
sebagai sterkobilin) di dalam feses dan saluran empedu belum
terbentuk sempurna , sehingga tersumbat pada saat amnion tertelan
masuk .
1. Tanda dan Gejala :
a. Ikterus ( jaundice ) pada umur 2-3 minggu ,ikterus yang
ditemukan pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala
fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis .ikterus
fisiologis ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis ,kadarnya tidak melewati
kadar yang membahayakan . serum bilirubin normal berkisar
antara 0,5-1,3 mg/dl; ,ketika levelnya meluas menjadi 2,0

276
mg/dl ,pewarnaan jaringan bilirubin menjadi terlihat secara klinis
sebagai jaundice.
b. Peningkatan billirubin direct dalam serum ( kerusakan parenkim
hati , sehingga billirubin indirek meningkat ) peningkatan
destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan kunjugasi
dan ekskresi ke saluran empedu sehingga menjadi peningkatan
kadar billirubin indirek.
c. Bilirubinuria
d. Feses berwarna seperti dempul ( pucat ) , normalnya billirubin
konjungsi ( billirubin glukoronida atau hepatobillirubin ) masuk
kesaluran empedu dan diekskresikan ke usus .selanjutnya flora
usus akan menggubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang
melalui feses serta sebagian kecil melalui urine .namun pada
obstruksi biliaris , bilirubin terkonjungsi tidak dapat keluar dari
empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan
terabsorbsi kedalam aliran darah . sehingga feses berwarna
pucat karena tidak mengandung urobilinogen dan warna urine
akan lebih tua .
e. Terjadi hepatomegali
2. Penatalaksanaan :
a. Medis
Upaya untuk menghilangkan sumbatan dapat dengan
tindakan endoskopi baik melalui papila veter atau dengan
laparoskopi . bila tindakan pembedahan tidak mungkin
dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan , dilakukan
tindakan drainase yang bertujuan agar empedu yang terhambat
dapat dialirkan .drainase yang dilakukan keluar tubuh misalnya
dengan pemasangan pipa nasobilier ,pipa T pada duktus
koledokus atau kolesistotomi. Drainase interna dapat dilakukan
dengan membuat pintasan biliodigestif. Drainase interna ini

277
dapat berupa kolesisto –jejunostomi,koledoko- duodenostomi,
koledoko-jejunostomi atau hepatiko- jejunostomi.
b. Keperawatan
1) Pertahankan kesehatan bayi dengan pemberian makanan
cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, pencegahan
hipotermia, pencegahan infeksi dan lain-lain.
2) Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari
bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa
tetapi disebabkan karena adanya penyumbatan pada
saluran empedu .
3) Lakukan inform consent dan inform choice untuk dilakukan
rujukan.

B. Omfalokel
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya
melalui akar pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum ( selaput
perut ) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 500
kehamilan .
Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan
transparan (tembus pandang ) .

1. Penyebab
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk
kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel .kelainan ini dapat

278
terlihat dengan adanya prostrusi dari kantong yang berisi usus dan
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus
( umbilicus terlihat menonjol keluar ) . angka kematian tinggi bila
omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi .
pada 25-40 % bayi yang menderita omfalokel , kelainan ini disertai
oleh kelainan bawaan , seperti kelainan kromosom , hernia
diagfragmatika dan kelainan jantung .
2. Gejala
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada
omfalokel berikut tergantung pada besarnya lubang di pusar. Jika
lubangnya kecil , mungkin hanya usus yang menonjol ; tapi jika
lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut
.tanda dan gejalanya yaitu gangguan pencernaan karena
polisitemia dan hiperinsulin, berat badan lahir kurang dari 2500 gr .
3. Diagnosa
Diagnosa omfalokel ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik , dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput
peritoneum .
4. Penatalaksanaan
a. Medis
Besarnya kantong , luasanya cacat dinding perut dan ada
tidaknya hati di dalam kantong, akan menentukan cara
pengobatan. bila kantong omfalokel kecil , dapat dilakukan
operasi satu tahap . dinding kantong dibuang , isi kantong
dimasukan ke dalam rongga perut , kemudian lubang ditutup
dengan peritoneum , fasia dan kulit tetapi omfalokel biasanya
terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong
tidak bisa dimasukan ke dalam rongga perut .jika dipaksakan
maka karena regangan dinding perut diafragma terdorong
keatas dan terjadi gangguan pernafasan .obstruksi vena cava
inferior juga dapat terjadi .

279
b. Penatalaksanaan kebidanan
Berikan dukungan dan konseling pada orang tua tentang
kelainan yang dialami oleh bayi mereka . lakukan inform
consent dan inform choise untuk dilakukan rujukan .

C. Hernia Diafragmatika
Kondisi ketika organ dalam rongga perut naik dan masuk kedalam
rongga dada, melalui lubang abnormal pada diafagma. Posisi lubang
dapat terletak dibagian belakang dan samping diafagma (hernia
bochdelek) atau dibagian depan diafragma (hernia Morgagni).
Diagfragma adalah otot berbentuk kubah yang berfungsi membantu
proses pernafasan . otot ini terletak di antara rongga dada dan perut,
serta memisahkan organ jantung dan paru-paru dengan perut.
1. Gejala
Berat ringan nya gejala hernia diafragmatika tergantung pada
banyak nya organ perut yang masuk rongga dada. Kasus hernia
diafragmatika berat, menimbulkan gejala, gangguan pernafasaan
pada hari hari pertama, jantung bergeser ke arah dada yang sehat,
bunyi pernafasan pada paru-paru yang sakit melemah, pekusi pada
paru-paru yang sakit lebih pekak, serta dinding perut tampak
cekung/skapoid. Pada kasus hernia diafragmatika yang besar
gejala dapat ditemukan sejak masa prenatal. Pemeriksaan
diagnostik di lakukan dengan pemeriksaan radiologik ditemukan
bayangan usus di daerah thoraks.

2. Penatalaksanaan
Untuk menangani kasus hernia diafragmatika, dilakukan oprasi
herniotomi. Asuhan pada bayi/anak sebelum menjalani operasi,
adalah pemberian O2 secara ET untuk mengurangi masuknya O2
dalam usus, posisi fowler, pemasangan sonde lambung untuk

280
dekompresi abdomen, bayi tidak diberikan minum, hanya infus
saja, serta pemberian antibiotika profilaksis.
3. Komplikasi dan prognosis
Komplikasi yang sering terjadi akibat adanya hernia
diafragmatika adalah kompilasi kardiologi akibat hipoplasi paru.
Prognosis bayi tergantung keberhasilan tindakan pembedahan dan
adanya komplikasi .

D. Atresia doudeni Esophagus


1. Atresia doudeni
a. Pengertian
Atresia duodenum diakibatkan kegagalan rekanalisasi
setelah tahap “solid cord” dari pertumbuhan usus proksimal.
Ujung yang atresia mungkin terpisah secara lengkap atau
terhubung dengan jaring fibrus. 40% dari bayi memiliki bentuk
obstruksi diafragmaik atau “web”. Sementara yang lain atresia
inkomplit merupakan suatu stenosis. Obstruksi terletak distal
dari ampula vateri sebesar 80% penderita. Annular pancreas
selalu di hubungkan dengan atresia atau stenosis dan secara
klinis tak dapat dibedakan dengan kedua keadaan tersebut.
b. Patofisiologi
Muntah menyebabkan hilangnya sekresi lambung dan
duodenal, dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi dan
defesiensi sodium, klorida, dan ion hidrogen dan bikarbonat
c. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang di jumpai pada bayi dengan atresia
duodeni, antara lain: polihidramnion terlihat pada 50% dengan
atresia duodenal, muntah terjadi pada masa awal terjadinya
atresia duodenal, biasanya pada hari pertama atau kedua post
natal, distensi abdominal tidak sering terjadi dan terbatas pada
abdomen bagian atas. Banyak bayi dengan atresia duodenal

281
mempunyai abdomen scaphod, sehingga obstruksi intestinal
tidak segera dicurigai.pengeluaran meconium tercatat pada
30% pasien. Jaundice terlihat 40% pasien, dan diperkirakan
karena peningkatan resikulasi enterohepatik dari bilirubin.
Muntah pada kasus stenosis duodenal terjadi belakangan. Bayi
terlihat susah makan, muntah kadang-kadang, dan ada
gangguan pertumbuhan. Aspirasi pneumonia yang rekurens
dapat merupakan penemuan yang pertama. Masalah yang
menyertai bayi dengan atresia duodeni, adalah dehidrasi dan
ketidak seimbangan elektrolit, prematuritas, serta anomali yang
berhubungan: trisomi 21 (33%) , jantung, ginjal, CNS dan
musculoskeletal.
d. Diagnosis
Diagnosis atresia duodeni dikonfirmasi dengan
pemeriksaan x-ray abdomen. Sebuah foto upright abdomen
menunjukan gambaran klasik “double bubble”. Pemeriksaan
dengan kontras tidak diperlukan. Bila udara terlihat pada usus
distal dari duodenum, obstruksinya incomplete, mengarahkan
pada stenosis duodenal atau malrotasi. Malrotasi dengan
volvulus harus di curigai(dan disingkirkan) bila abdomen tidak
berbentuk scaphoid setelah pemasangan nasogastric tube.
e. Penanganan
Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, oprasi
diindikasikan untuk semua bayi yang mengalami kondisi ini,
karena malformasi ini dapat diperbaikan dengan sempurna.
2. Atresia Duodeni, esophagus
a. Pengertian
Atresia duodenium diakibatkan kegagalan rekanalisasi
setelah tahap “solid cord” dari pertumbuhan usus proksimal
ujung yang atresia mungkin terpisah secara lengkap atau
berhubung dengan jaringan fibrus. 40% dari bayi memiliki

282
bentuk obstruksi diafragmaik atau “web”.sementara yang lain
atresia inkomplit merupakan suatu stenosis. Obstruksi terletak
distal dari ampula vareri sebesar 80% penderita. Annular
pancreasselalu dihubungkan dengan atresia atau stenosis dan
cara klinis tak dapat dibedakan dengan kedua keadaan
tersebut.
b. Patofisiologi
Muntah menyebabkan hilangnya sekresi lambung dan
duodenal, dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi dan
definisiensi sodium, klorida, dan ion hydrogen dan bikarbonat.
c. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang dijumpai pada bayi dengan atresia
duodeni, antara lain: polihidramnion terlihat pada 50% dengan
atresia duodenal, muntah terjadi pada masa awal terjadinya
atresia duodenal, biasanya pada hari pertama maupun kedua
postnatal. Distensi abdominal tidak sering terjadi pada batas
pada abdomen bagian atas. Banyak bayi dengan atresia
duodenal mempunyai abdomen scaphod, sehingga obstruksi
intestinal tidak segera dicurigai. Pengeluaran meconium tercatat
pada 30% pasien. Jaundice terlihat pada 40% pasien, dan
diperkirakan karena peningkatan resirkulasi enteroheatik dari
bilirubin. Muntah pada kasus stenosis deodenial terjadi
belakangan. Bayi kadang susah makan, muntah kadang-
kadang, dan ada gangguan pertumbuhan. Aspirasi pneumonia
yang rekurens dapat merupakan penemuan yang pertama.
Masalah yang menyertai bayi dengan atresia duodeni, adalah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, prematuritas, serta
anomaly yang berhubungan; prematuritas, serta anomaly yang
berhubungan: trisomy 21 (33%), jantung, ginjal, CNS, dan
musculoskeletal.
d. Diagnosis

283
Diagnosis atresia duodeni dikonfirmasi dengan
pemeriksaan X-ray abdomen. Sebuah foto upright abdomen
menunjukan gambar klasik “double bubble”. Pemeriksaan
dengan kontras tidak diperlukan. Bila udara terlihat pada usus
distal dari duodenum, obstruksinya incomplete, mengarahkan
pada stenosis duodenal atau malrotasi. Malrotasi dengan
volvulus harus dicurigai (dan disingkirkan) bila abdomen tidak
terbentuk scaphoid setelah pemasangan nasagastric tube.
e. Penanganan
Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, operasi
diindikasikan untuk semua bayi yang mengalami kondisi ini,
karena malformasi ini dapat diperbaiki dengan sempurna.
Persiapan operasi, meliputi prinsip umum persiapn terapi pada
neonates, koreksi cairan dan elektrolit, pertimbangan khusus
diberikan pada astresia duodenum. Koreksi emergensi tidak
dibutuhkan kecuali diduga ada malrotasi. Pada obstruksi parisal
yang lama, malnutrisi biasanya berat, koreksi melalui TPN
selama seminggu atau lebih sebelum operasi.
Prosedur perawatan operasi pada kasus atresia duodeni,
meliputi:
1) End-to-end anastomosis, juga bisa side-to-side
2) Annulare pancreas terbaik dilakukan by pass anastomosis
dari duodenum ke jejunum. Pankreas sendiri tidak diincisi.
3) Eksisi terhadap web merupakan pilihan yang tepat bagi
atresia duodenum yang berbentuk diafragmatik, setelah
identifikasi ampula vateri.
4) Deformitas “windsock” harus disangkakan dan dicari bagi
semua pasien dengan atresia duodenum yang
berkelanjutan. Kateter dimasukan dari proksimal sampai
distal untuk memastikan potensinya.

284
5) Gastrostomy dilakukan jika gejala menetap serta perbaikan
dini tidak terjadi.
6) Akses pada vena senral atau transanastomosisi tube ke
dalam jejunum diindikasikan bagi nutrisi pasca operasi pada
pasien yang berat.
Prosedur perawatan pasca operasi pada kasus atresia duodeni,
meliputi:
1) Dekompresi gaster dilakukan sampai suodenum benar-benar
kosong, selanjutnya dimulai feeding. Sebagian pasien dapat
diberi makan dalam seminggu setelah operasi.
2) TPN atau makanan melalui jejunum terkadang dibutuhkan.
3) Antibiotik tidak diindikasikan jika operasi dilakukan steril dan
tidak ada gangguan vaskuler.
f. Komplikasi
Komplikasi dari atresia duodeni, di antaranya adalah
trauma pada ampula vateri asring terjadi pada tiap operasi jika
tidak diidentifikasikan dengan baik. Jaundice yang meningkat
paska operasi merupakan indikasi bagi scanning isotop liver
untuk mengevaluasi ekskresi empedu. Operasi ulang
dibutuhkan jika terdapat obstruksi. Jika terjadi striktur
anastomosis maka diprlukan reoperasi. Pengosongan
duodenum yang lambat bukan merupakan indikasi untuk
reoperasi sebelum 3 minggu dan setelah dibuktikan dengan
pemeriksaan radiologis.
g. Prognosis
Sebanyak 90% penderita atresia duodeni yang dioperasi
dapat menjalani hidup dengan baik. Mortalitas banyak
tergantung pada kelain-lain yang menyertai.
3. Atresia oesophagus
a. Definisi

285
Atresia berarti buntu jadi atresia esofagus adalah kelainan
bawaan dimana ujung saluran esofagus buntu 60% biasanya
disertai hidramnion. Atresia esofagus atau fistula
trakeoesophagus terjadi sendiri-sendiri atau dengan kombinasi
aneh. Gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan
pasangan cranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan
primitive menjelaskan variasi-variasi pembentukan atresia dan
fistula.
Atresia esophagus, adalah gangguan kontinuitas
esofagus dengan/tanpa hubungan dengan trachea atau
esofagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk secara
sempurna. Variasi dari atresia esofagus ini, antara lain bagian
atas esofagus berakhir pada kantong buntu, bagian atas
esofagus berakhir pada trachea, serta bagian atas dan bawah
esofagus berhubungan dengan trakhea setinggi karina (atresia
esofagus dengan fistula). Kebanyakan bayi yang menderita
atresia esofagus juga memiliki fistula trakeaesofagel (suatu
hubungan abnormal antara kerongkongan dan trakea/pipa
udara).
b. Insiden
Insiden atresia esofagus adalah 1:2500 kelahiran hidup.
Sebanyak 86% kasus tedapat fistula trakeaesofagel di distal,
7% kasus tanpa fistula, 4% kasus terdapat fistula
trakeaesofagel tanpa atresia. Terdapat 50% kasus disertai
kelainan bawaan lain (hubungan VACTERL) yaitu kumpulan
dari berbagai kelainan, meliputi vertebral defect anorectal,
malformation, cardiovaskuler defect, trakeaesofagel defect,
renalanomaly, serta limbs defect.
Klarifikasi menurut vogt (1912)dan gross (1953), atresia
esofagus dibedakan menjadi lima macam, yaitu atresia
esofagus dengan fistula trakeaesofagel distal, atresia esofagus

286
terisolasi tanpa fistula, fistula trakeaesofagus tanpa atresia,
atresia esofagus dengan fistula trakeaesofagel proksimal, serta
atresia esofagus dengan fistula trakesesofagel distal dan
proksimal.
c. Etologi
Sebagian besar kasus atresia esofagus penyebabnya tidak
diketahui dan kemungkinan terjadi secara multifaktor. Faktor
ginetik, yaitu sindrom trisomy 21, 13 dan 18 kemungkinan dapat
meningkatkan kejadian atresia esofagus. Faktor lain terjadi
secara sporadik dan rekurens pada saudara kandung (2%).
d. Gejala
Gejala atresia esofagus dapat dideteksi sejak masa
prenatal, yaitu dengan adanya glembung parut (bubble
stomach) pada USG kehamilan 18 minggu serta kejadian
polihidramnion. Gejala yang terlihat pada jam-jam pertama
kehidupan dan didiagnosis sebelum makan pertama diberikan,
antara lain berupa hipersaliva dan saliva selalu mengalir dalam
bentuk buih; setiap pemberian makan, bayi batuk dan ada
sumbatan, sesak nafas dan sianosis; sukar memberi makan dan
cenderungdan terjadi aspirasi pneumoni (2-3 setelah
pemberian); pneumonitis akibat refluks cairan lambung melalui
kantong bagian bawah; perut buncit karena masuk usus melalui
fistula trakeaesofagus; bila dimasukan kateter melalui mulut,
kateter akan terbentur pada ujung esofagus dan melingkar-
lingkar. Pemeriksaan diagnostic dapat pula dilakukan untuk
menegakan diagnosis, dengan cara memasukan kateter
radiopag/larutan kontras lipiodol lewat hidung ke esofagus.
e. Komplikasi
Komplikasi kasus atresia esofagus diantaranya adalah
dismolitilitas esofagus, gastroesofagus refluks, fistula

287
trakeaesofagus berulang, disfagia, kesulitan bernafas dan
tersedak, batuk kronis, serta infeksi saluran pernafasan.
Atresia esofagus sering disertai bawaan lain yaitu:
1) Kelainan lumer esofagus biasanya disertai dengan fistula
trakeo esofagus.
2) Kelainan jantung.
3) Kelainan gastrointestinal (atresia duoseni, atresia ani)
4) Kelainan tulang (hemiver tebra)
5) Malformasi kardiovaskuler
6) Perkembangan abnormal rudrus
7) Serta malformasi ginjal dan urogenital
f. Penanganan dan pengobatan
Pembedahan pada kasus atresia esofagus berupa
torakotomi kanan, yang bertujuan untuk memisahkan fistula
trakheaesofagus, menutup trachea dan menyatukan dua
segmen esofagus. Pembedahan ditunda, apabila bayi dengan
BBRL, pneumonia dan anomali mayor lain. Asuhan yang
diberikan selama penundaan tindakan penbedahan, anatar lain
pemberian nutrisi parenteral, gastronomi, serta melakukan
suction kontinu. Penundaan dilakukan sampai usia bayi 6 bulan
– 1 tahun.
Perawatan preoperasi, meliputi orofaring dibersihkan,
memasang French untuk suction esofagus serta kontinu, kepala
bayi elevasi, pemberian infus dextrose 10%, merawat bayi di
incubator di NICU, bayi sering di rangsang untuk menangis agar
paru-paru berkembang, pemeberian oksigen , bila perlu
memasang endotracheal tube serta pemberian antibotika.
Perawatan pascaoperasi pascaperbaikan primer atresia
esofagus dan pemisahan fistula Tracheaesofagel, meliputi
perawatan rutin pasca bedah, kleem cateter thoraks dibuka dan
dihubungan dengan botol, observasi cairan, setiap jam, ventilasi

288
mekanik 24 jam pasca operasi, dilanjutkan dengan pemeberian
oksigen, lewat headbox dengan kelembaban tingkat tinggi,
merawat bayi di incubator, observasi vital sign setiap jam
selama 8 jam dan setiap 2 jam selama 4 jam, melakukan
aspirasi cairan lambung secara oral, nasal, dan endotrakeal
setiap jam.
Adanya refleks cairan lambung dapat menyebabkan
anastomosis terbuka kembali. Untuk itu tetap perlu menjaga
lambung kosong dengan cara drainase tuba transanastomotik
nasogastrik, aspirasi setiap jam. Posisi bayi kepala tegak, setiap
2 jam kepala dipalingkan dapat membantu ekspansi paru-paru.
Observasi tetesan infus, cek kadar ureum darah dan kadar
elektrolit, perawatan luka setiap 12 jam, fisiotrapi setiap 24 jam
dan pemebrian antibiotika. Pemberian sinar x-Ray pascabedah
dan analisis gas darah. Hari ke-2 pasca operasi coba
pemberian cairan glukose 5 ml setiap jam melalui NGT. Lepas
infus 1 minggu pascaoperasi. Makanan oral mulai diberikan
antara hari ke-10 sampai hari ke-14 pascaoperasi, kelembaban
tetap dipertahankan untuk menjaga agar sekresi faring tetap
lembab. Drain thoraks dilepas saat drainase berhenti dan tidak
ada tanda rekurensi fistula trakheobronheal. Angkat jahitan
dilakukan pada hari ke-8 pascaoperasi. Pemeriksaan USG
ginjal untuk memastikan tidak ada kelainan. Bayi boleh pulang
antara minggu ke-2 sampai minggu ke-3.
Perawatan pascaesofagostomi dan gastrostomy, antara
lain menjaga kebersihan esofagostomi, tuba gastrotomi ditinggal
dengan drainase bebas, diaspirasi setiap jam, diberikan
makanan hari 1 pasca operasi (tuba dipasang spuit dan
ditinggikan), perawatan luka setiap hari, satu minggu pasca
operasi dapat dibeikan makanan tiruan. Bersamaan
memberikan makanan lewat gastrostomi, berikan makanan

289
peroral dan dikeluarkan lewat esofagostomi. Perlu melibatkan
orang tua dalam perawatan bayi pascaesofagostomi dan
gastrostomy ini.
g. Prognosis
Prognosis bayi yang mengalami atresia esofagus
tergantung kondisi bayi baru lahir, beratnya disfungsi pulmonal
dan adanya kelainan kongenital lain.

E. Meningokel dan Ensefalokel


1. Meningokel
a. Definisi
Meningokel, adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan
spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol
melalui vertebra yang teraba tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan yang berisi cairan di bawah kulit. Spina brifida
(sumbing tulang belakang) adalah suatu celah di bagian tulang
belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara
utuh.
b. Penyebab
Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan
erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada
awal kehamilan.
Penonjolan dari korda spinalis dan meninges
menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf,
sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian
tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian
bawahnya.
Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina
bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah, yaitu
bagian ini terjadi paling akhir. Kelainan bawaan lainnya yang

290
juga ditemukan pada penderita spina bifida: hidrosefalus,
siringomielia, serta dislokasi pinggul.
c. Gejala
Gejala bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa
anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan
lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi
oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Terdapat tiga jenis spina brifida, yaitu 1) spina brifida
okulta, merupakan spina brifida paling ringan . satu atau
beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda
spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol. 2)
meningokel, yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan
dibawah kulit. 3) mielokel, merupakan jenis spina brifida yang
paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya
tampak kasar dan merah.
Gejala dari spina brifida, umumnya berupa penonjolan
seperti kantung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir, jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya,
kelumpuhan atau kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki,
penurunan sensasi, inkontinensi uri (beser) maupun
inkontinensia tinja, korda spina brifida okulta, adalah seberkas
rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang), lekukan
pada daerah sacrum.
d. Diagnosis
Diagnosis spina brifida, termsuk meningokel ditegakan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester
pertama, wanita hamil dilakukan pemeriksaan darah yang
disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk
spina bifida, sindroma down dan kelainan bawaan lainnya.

291
Sebanyak 85% wanita yang mengandung bayi dengan
spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang
tinggi. Tes ini memiliki angka postitif palsu yang tinggi, karena
itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan
untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya
dapat ditemukan adanya spina brifida. Kadang-kadang
dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan rontgen tulang
belakang untuk menentukan luas dan lokasi lainnya,
pemeriksaan USG tulang belakang bisa menunjukan adanya
kelainan pada korda spinalis maupun vertebra, serta
pemeriksaan CT-scan atau MRI tulang belakang kadang-
kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan.
e. Pengobatan
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk
meningokel, adalah mengurangi kerusakan saraf akibat spina
bifida, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta
membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Pembedahan dilakukan untuk penutupan lubang yang terbentuk
dan untuk mengobati hidrosefulus, kelainan ginjal dan kandung
kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina
bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga
dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau
mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya,
diberikan antibiotik. Untuk membantu mempelancar aliran air
kemih bisa dilakukan dengan penekanan lembut di atas
kandung kemih. Pada kasus yang berat harus dilakukan
pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan

292
buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran
pernafasan.
Untuk mengatasi gejala musculoskeletal ( otot dan
kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah
tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai
dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
Kadang-kadang pembedahan stunting untuk menperbaiki
hidrosefalus akan menyebabkan berkurangnya
mielomeningokel secara spontan.
f. Pencegahan
Resiko terjadinya spina brifida bisa dikurangi dengan
mengkomsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada
seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil,
karena kelainan ini terjadi sangat dini.
Kepala wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan
mengkomsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan
asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari
2. Ensefalokel
a. Pengertian
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang
ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak)
dan otak yang terbentuk seperti kantung melalui suatu lubang
pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan
penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
b. Gejala
Gejala dari ensefalokel, antara lain berupa hidrosefalus,
kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik),
gangguan perkembangan, mikrosefalus, gangguan penglihatan,
keterbelakangan mental dan pertumbuhan, ataksia, serta
kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal.

293
Ensefalokel sering terjadi disertai dengan kelainan kroniofasial
atau kelainan otak lainnya.
c. Penanganan
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan
jaringan otak yang menonjol kedalam tulang tengkorak,
membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial
yang terjadi. Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu
shunt. Pengobatan lainnya bersifat simtomatis dan suportif.

d. Prognosis
Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang
terkena, lokasi kantung dan kelainan otak yang menyertainya.

294
PERTANYAAN
1. Suatu kelainan bawaan dimana terjadi penymbatan pada saluran
empedu sehingga saluran empedu tidak dapat menggalir kedalam
usus untuk dikeluarkan dalam fases adalah penyakit ?
a. Ensepalokel
b. Meningokel
c. Atresia duodeni
d. Obstruksi biliaris
e. Omphalokel
2. Salah satu penyebab terjadinya esnefalokel adalah ?
a. Kurangnya asupan asam folat pada saat kehamilan
b. Kelebihan cairan pada kepala
c. Pertumbuhan dan perkembangan terpenuhi
d. Tertutupnya tabung saraf
e. Kurangnya zat besi saat kehamilan
3. Omphalokel dapat terlihat dengan adanya prostrusi dari kantong
yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding
abdomen pada umbilicus ( umbilicus terlihat menonjol keluar )
kapan mulai terbentuknya omphalokel pada janin ?
a. 10 minggu
b. 1 bulan
c. 40 minggu
d. 2 bulan
e. 20 minggu
4. Kelainan bawaan dimana ujung saluran esofagus buntu 60%
biasanya disertai hidramnion nama kelainan tersebut adalah ?
a. Atresia eshopagus
b. Spina bifida
c. Meningokel
d. Ensefalokel
e. Atresia duodenum

295
5. Komplikasi yang sering terjadi akibat adanya hernia diafragmatika
adalah ?
a. Trauma pada ampula vateri astring
b. Jaundice yang meningkat
c. Peningkatan bilirubin
d. Terjadi hepatomegali
e. Komplikasi kardiologi

296
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat
bawaan pada neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor
genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal,
faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu
Obstruksi biliaris , Omphalokel , Hernia diafragmatika , Atresia duodeni
eshopagus , meningokel dan ensefalokel .
Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah,
melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak
mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat terlarang, makan
makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi,
melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-
zat berbahaya lainnya.

297
298
DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun ,Wafi nur . 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita .


Yogyakarta : Fitramaya.

Sudarti, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita . Yogyakarta : Nuha


Medika .

Rahardjo, Kukuh . 2015 . Asuhan Neonatus Bayi , Balita dan Anak Pra
Sekolah . Yogyakarta :PUSTAKA PELAJAR .

Lusiana, Arum.2016 . Asuhan Neonatus Bayi , Balita dan Anak Pra


Sekolah . Yogyakarta : trans medika.

299
TOPIK XIII

“NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN


DAN PENATALAKSANAANNYA

(HIDROSEFALUS, FIMOSIS, HIPOSPADIA, &


KELAINAN METABOLIC DAN ENDOKRIN)”

Disusun Oleh Kelompok 13:

1) Indah Mutia Citra (20185123024)


2) Marwa Nafisha (20185123031)
3) Veraliza (20185123060)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PRODI D-III KEBIDANAN

300
TAHUN 2019

PEMBAHASAN

Kelainan bawaan ( kelainan kongenital ) adalah suatu kelainan


pada struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada
bayi ketika dilahirkan. Sekitar 3 – 4 % bayi baru lahir memiliki kelainan
bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak
mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5 % terdiagnosis ketika anak berusia 5
tahun, tetapi bersifat ringan.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko
kelainan bawaan ,antara lain :
a. Teratogenik
Teratogenik adalah factor atau bahan yanga bisa menyebabkan
atau meningkatkan resiko kelainan bawaan. Contoh: Radiasi, obat
tertentu dan racun.
b. Faktor Gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah
asam folat. Kekurangan asam folat bias meningkatkan resiko
terjadinya spina bifida atau kelainan saraf lainnya. Spina bifida bias
terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka
setiap wanita usia subur sebaiknya mengonsumsi asam folat minimal
sebanyak 400 mikrogram / hari.
c. Faktor Rahim
Di dalam Rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang
merupakan pelindung.Jumlah cairan ketuban yang abnormal bias
menyebabkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu

301
sedikit bias menpengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak
tubuh .Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami
gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang
berat misalnya anensefalus dan atresia esophagus.
d. Faktor Genetik
Genetik memegang peranan penting dalam beberapa kelainan
bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan
yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua
orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam
kromosomsetiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau
cacat, bias terjadi kelainan bawaan.
Berikut kelainan bawaan pada neonatus dan penatalaksanaannya.
A. HIDROSEFALUS
Tekanan dan penipisan tulang-tulang supraorbita, sklera tampak
diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan
terbenam.

Anak :

Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan


tekanan intrakranial:

a. Muntah proyektil
b. Nyeri kepala
c. Kejang
d. Kesadaran menurun
e. Pepiledema
Jika terdapat tanda-tanda tersebut diatas sebaiknya cepat
dilakukan pemeriksaan pada anak untuk segera diberikan langkah
penyembuhan. Proses penyembuhan hidrosefalus disesuaikan
dengan usia penderita dan penyebab terjadinya : karena sumbatan,
produksi cairan otak berlebihan atau penyebab lainnya.

302
MANIFESTASI KLINIS

Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan


derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS.
Gejala yang menonjol merupakan refleks adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi 2
golongan yaitu :

1) Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus


Meliputi pembesaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm
dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dan semua arah,
tetapi terutama pada daerah frontal tampak dorsum nasi lebih dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas,
tulang-tulag kepala menjadi sangat tipis, vena-vena disis sampig
kepala tampak melebar dan berkelok.
2) Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokai nyeri kepala tidak khas.
dapat disertai dengan keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan
jarang diikuti penurunan visus secara umum gejala yang paling
umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus dibawah usia 2
tahun adalah pembesaran normal. Makrokrania biasanya disertai
empat gejala hipertensi intrakranial lainnya, yaitu :
a. Fontanella yang sangat tegang
b. Sutura kranium tampak atau teraba melebar
c. Kulit kepala livin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol
d. Fenomena “matahari tenggelam” (sunset pheonomenom)
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang
lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup :
a. Nyeri kepala

303
b. Muntah
c. Gangguan kesadaran
d. Pada kasus lanjut : gejala batang otak akibat hernia tonsiler
(bradikardini aritmia respirasi )

DIAGNOSIS

1) Pemeriksaan fisik
Diagosis dapat ditegakkan dengan melihat :
a. Pengukuran lingkar kepala secara berkala.
b. Transmilasi : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada kepala.
2) Pemeriksaan darah
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal
Untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemugkinan
ada infeksi sisa
4) Pemeriksaan radiologi
a. X foto kepala : tampak kranium yang membesar atau sutura
yang melebar
b. USG kepala : dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup
c. CT scan kepala : untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel
dan membantu daam mengidentifikasi kemungkinan
penyebabnya, sekaligus mengevaluasi struktur-struktur
intraserebal lainnya.
d. Fungsi ventrikel : untuk mengukur tekanan intrakranial,
menghilangkan cairan serebrospinal untuk inlokus
e. EEG : mengetahui kelainan genetik atau metabolic
f. MRI : memberi informasi tentang struktur otak tanpa kena
radiasi

PENATALAKSANAAN

Pada kasuss-kasus emergensi hal pertama yang dilakukan adalah


periksa ABC kemudian lakukan pemasangan selang dari rongga otak

304
ke rongga perut atau ventriculo peritonial shunt ( VP shunt) yaitu
menggukan pompa katup semiluner, dipasang seumur hidup selama
tidak ada komplikasi.

Penanganan hidrosefalus dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi
evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau supaya meningkatkan reabsorbsinya
b. Penanganan alternatif (selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami introksikasi vitamin
A, reaksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau
perbaikan suatu malformasi, saat ini cara terbaik untuk melakukan
perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
c. Operasi pemasangan pintas (shunting)
Operasi pintas bertujuan untuk membuat sauran baru antara aliran
likuor dengan kavitas drinase pada anak-anak lokasi drainase
yangterplih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan
cerebrospinalis didrainase dari ventrikel namun kadang di
hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid
lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada saatperiode
operasi, yaitu pemeliharan luka kulitterhadap kontaminasi infeksi
dan pemantauan, kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang,.
Infeksi ada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

B. FIMOSIS
Fimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis
(prepusium) melekat pada bagian glans pens dan mengakibatkan

305
tersumbatnya lubang salura air seni sehngga bayi kesulitan dan
kesakitan saat berkemih.

Fimosis adalah pengekerutan atau penciutan jukt depan


penis atau suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi
baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan
menghilang dengan sendirinya.
Fimosis juga dapat diartikan sebgaia suatu penyempitan
lubang kulit prepusium, sehingga tidak dapat ditarik (diretraksi) ke
atau glans penis atau kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala
penis (gans penis) tidak bisaditarik kebelakang untuk membuka
seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin)
Fimosis diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu :
a. Fimosis kongenital (kelainan bawaan, true phimosis)
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak
dapat ditarik kebelakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usiaserta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan, terjadi proses keratinissi lapisan epitel dan
kuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium.

306
b. Fimosis didapat (fimosis patologik)
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (hygiene) alat kelamin yang
buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
( forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat (fibrosis)dekat bagian
kulit preputium yang membuka.

B. etiologi

a. infeksi bakteri didaerah perputium


b. bakteri
c. malformasi kongenital

C. patofisiologi

Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir. Karena


terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis.
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris
yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
didalam prepusium dan perlahan lahan memisahkan prepusium
dan glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat
prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi
retraktil dan dapat ditarik oke proksimal. Pada usia 3 tahun, 90%
prepusium sudah dapat diretraksi. Tadi pada sebagian anak,
prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung
preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat
mengganggu fungsi miksi atau berkemih.

D. Tanda dan gejala

a) penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin


b) kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan
menggembung saat mulai miksi yang kemudian menghilang
setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin
yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang

307
dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui
muaranya yang sempit.
c) biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena
timbul rasa sakit.
d) kulit penis tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan
e) air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan
kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak dapat
diduga
f) bisa juga disertai demam
g) iritasi pada penis.

E. Gambaran Klinis

Gangguan aliran urin, seperti sulit kencing, pancaran urine


mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat
miksi dan menimbulkan retensi urin

Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi


pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis)
atau infeksi pada glans penis dan prepusium penis
(balanopostitis)

Kadang ada benjolan lunak diujung penis karena adaya korpus


smegma (timbunan smegma didalam sakus prepusium penis )

F. komplikasi

a) ketidaknyamanan atau nyeri saat berkemih


b) akumulasi sekret dan smegma dibawah prepusium yang
kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk
jaringan parut.
c) pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin

308
d) penarikan prepusium secara paksadapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
e) pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan yang
disebut balinitis.
f) timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
g) fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker
penis.

PENATALAKSAAN

a) tidak menarik prepusium ke belakang secara paksa karena


bisa menyebabkan infeksi dan terbentuk sikatriks pada ujung
prepusium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder.
b) menjaga personal hygiene terutama pensi dan tidak mencuci
penis dengan sabun berlebihan
c) fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan
salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan ¾ kali dan
diharapkan setelah 6 minggu pemeberian prepusium dapat
ditretraksi spontan.
d) fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung
prepetium

C. HIPOSPADIA
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra
terdapat di penis bagian baawah, bukan di ujung penis. Hipospadia
merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000
bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang
uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra
terdapat di tengah batang peni atau pada pangkal penis, dan

309
kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah strotum.
Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu
jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis
melengkung ke bawah pada saat ereksi.

Gejalanya adalah :
 Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di
bawah atau di dasar penis
 Penis melengkung ke bawah
 Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada
kulit depan penis
 Jika berkemih, anak harus duduk.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan
lainnya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat.
Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan
nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan
sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan

310
hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18
bulan.
Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam
pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti,
mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan
seksual.

A. Penyebab hipospadia
Penyebab kelainan ini dapat dijelaskan karena
terjadinya gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan
organ genital selama masa kehamilan trimester pertama
(antara minggu ke 2-4). Sel-sel intersisial pada testis
mengalami involusi prematur oleh karena sebab yang sama
pada anomali kongenital lainnya (lihat anomali kraniofasial),
sehingga terjadi penurunan kadar hormon androgen
mengakibatkan proses maskulinisasi inkomplit. Tergantung
saat terjadi dan berat atau ringannya gangguan yang timbul,
proses pembentukan urethra terhenti; corpus spongiosum,
fasia buck dan tunika dartos tidak berkembang sempurna
(rudimenter) tampak sebagai jaringan fibrosis yang disebut
chordee. Dengan berhentinya pertumbuhan dan
perkembangan tersebut, urethra bermuara di setiap titik di
batang penis, skrotum, atau bahkan perineum.
Semakin ke proksimal letak muara urethra,
menggambarkan semakin berat pula derajat gangguan
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi; dan biasanya
disertai kelainan ginjal atau saluran kemih lainnya. Tidak
jarang kelainan ini disertai undesensus testikulorum (tidak
turunnya testis ke skrotum saat bayi lahir).
B. Permasalahan

311
Dengan adanya chordee, batang penis menekuk ke
arah bawah dan pada saat ereksi penis tidak dapat lurus.
Prosedur miksi juga menimbulkan masalah, karena air seni
memancar ke arah bawah, bahkan ke arah anus. Pada anak
yang lebih besar (usia balita atau usia sekolah) anak ini akan
merasa malu karena proses miksi harus dilakukan sambil
duduk di toilet, hampir sama dengan anak wanita. Pada pria
dewasa, proses penetrasi penis saat senggama akan
terganggu, dan ejakulasi yang tidak pada tempat semetinya
akan menimbulkan masalah fertilitas.
Pada kasus yang berat, dimana urethra bermuara di
daerah skrotum, skrotum tampak terpisah (‘terbelah’) dan
sedikit tertarik ke atas. Permasalahan lain pada kasus-kasus
ini berkenaan dengan tindakan sirkumsi (sunat, penjelasan
lihat penatalaksanaan hipospadia).
Kadang terdapat variasi klinik dimana dijumpai chorder
tanpa hipospadia; dalam hal ini penatalaksanaan sama
dengan hipospadia. Variasi klinik lainnya sering dijumpai
mikropenis; yang memerlukan terapi hormonal (menginduksi
produksi testosteron) untuk memperoleh ukuran penis yang
sesuai dengan usianya.
C. Penatalaksanaan

312
penis menjadi lurus saat ereksi. Operasi tahap kedua
dikerjakan kurang lebih 6 (enam) bulan setelah operasi tahap
pertama. Pembuatan saluran urethra (urethroplasty)
dikerjakan menggunakan bahan kulit preputium yang
disediakan saat operasi pertama, dan disambungkan dengan
saluran (tunnel) yang dibuat sebelumnya. Setelah operasi
tahap kedua ini, proses miksi menjadi normal dengan urin
keluar pada ujung glans penis.
Prosedur operasi dua tahap ini seyogyanya selesai
dikerjekan sebelum anak masuk sekolah, sehingga
permasalahan yang dijelaskan sebelumnya tidak dijumpai.

D. KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh
melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon
bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem
endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar
lusah, kelenjar keringat, an kelenjar-kelenjar lain dalam saluran
gastroinstestin.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar
hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga
mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin,
maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas
yang tepat. Di bawah ini ada beberapa jenis kelainan paa kelenjar
endokrin.

a. Hipopituitarisme

313
Status hipopituitaria yang dihubungkan dengan desifiensi
hormone pertumbuhan (growth hormone). Anak yang terkena
memiliki fenotip yang mirip dengan gangguan pertumbuhan yang
secara spesifik dikoreksi dengan penggantian GH.
Etiologi
Defek congenital, hypoplasia kelenjar pituitaria bisa terjadi
sebagai fenomena tersendiri atau bersama dengan kelainan
perkembangan yang lebih luas, seperti anensefali, holoprosenfali
(yaitu sebosefali, hipotelorisme orbita), dan displasia septo optik.
Pada sindrom Hall-Pallister, tidak adanya kelenjar pituitaria
dikaitkan dengan hemartoblastoma hipotalamus, poliaktili
postaktial, displasia kuku, epiglottis bifida, anus imperforata, dan
anomali jantung, paru-paru dan ginjal. Hipoplasia kelenjar pituitaria
dengan anensefali telah lama diketahui, tetapi observasi baru
menunjukkan bahwa hipoplasia dapat merupakan akibat defek
hipotalamus.
Dengan hormone pelepas hipotalamik dimungkinkan
menentukan apakah defek hipotalamus. Defisiensi GH terjadi pada
4% penderita dengan celah bibir atau celah palatum dan 32%
diantara mereka juga mewakili perawatan pendek. Anomali wajah
tengah atau penemuan insisivus maksila sentral soliter
menunjukkan kemungkinan besar adanya defisiensi GH. Hipoplasia
saraf optic bilateral atau unilateral sering dikaitkan dengan
hipopituitarisme. Bila ia terkait juga dengan tidak adanya septum
pellusidum, kondisinya dikenal sebagai diplasia septo optic.
Fundusnya menunjukkan discus hipoplastik dengan tepi ganda
khas dan pembuluh darah retina jarang. Defisiensi multiple kelenjar
pituitary paling sering melibatkan GH saja, teteapi defisiensi
multiple kelenjar pituitary, termasuk diabetes insipidus, bisa terjadi
defeknya terletak terutama pada hipotalamus. Kelambatan dalam

314
pertumbuhan linier bisa mulai pada awal umur 3 bulan atau dapat
tidak diketahui sebelum berumur 3-4 tahun.
b. Hiperpituitarisme
Hipersekresi hormone kelenjar pituitaria merupakan keadaan
dimana adanya defisiensi organ sasaran memberikan penurunan
umpan balik hormonal, seperti pada hipogonadisme atau
tipoadrenalisme primer. Pada hipotiroidisme primer, hiperfungsi dan
hyperplasia kelenjar pituitari dapat memperbesar dan mengikis
sella serta kadang-kadang meningkatkan tekanan intracranial.
Perubahan-perubahan demikian tidak boleh dirancukan dengan
tumor kelenjar pituitari primer. Perubahan-perubahan ini akan
hilang dengan sendirinya bila keadaan tiroid yang mendasari
diobati.
Hiperplasia kelenjar pituitari juga terjadi karena respons terhadap
stimulasi oleh produksi ektopik hormone pelepas seperti yang
kadang-kadang ditemukan pada penderita dengan sindrom
cushing, akibat kelebihan hormone pelepasan kortikotropin , atau
pada anak dengan akromegali akibat hormone pelepas pelepas
kortikotropin, atau pada anak dengan akromegali akibat hormone
pelepas – hormone pertumbuhan (GHRH) yang dihasilkan oleh
berbagai tumor sistemik.
Hipersekresi hormone kelenjar pituitari primer oleh adenomia
dugaan atau terbukti jarang pada masa anak. Tumor kelenjar
pituitari yang terbukti jarang pada masa anak. Tumor kelenjar
pituitaria yang paling sering ditemukan adalah tumor yang
mensekresikan kortikotropin, prolaktin, atau hormon pertumbuhan
(GH). Di bawah ini dijelaskan beberapa kelainan akibat
hiperpituitarisme :
a) Gigantisme dan Akromegali

315
dengan epifisis tertutup, hasilnya adalah akromegali. Sering kali,
beberapa gambaran akromegalik ditemukan bersama dengan
gigantisme, bahkan pada anak dan remaja; setelah penutupan
epifisis, gambaran akromegalik ditemukan bersama dengan
gigantisme, bahkan pada anak dan remaja; setelah penutupan
epifisis, gambaran akromegalik menjadi lebih menonjol.
Etiologi : gigantisme pituitary jarang terjadi. Penyebabnya
paling sering adalah adenoma kelenjar pituitaria, tetapi gigantisme
telah diamati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor
hipotalamus yang mungkin mensekresi GHRH tumor-tumor lain,
terutama pada pankreas, telah menyebabkan akromegali dengan
mensekresikan GHRH. Tumor-tumor lain, terutama pada pancreas,
telah menyebabkan akromegali dengan mensekresikan sejumlah
besar GHRH dengan akibat hiperlasia somatotrof; GHRH mula-
mula disolasi dari dua tumor pankreas tersebut. Adenoma
pensekresi GH yang dikait dengan sindrom McCune- Albright
disebabkan oleh pengaktifan mutasi gena G5a.
Manifestasi klinis : yang biasa terdiri dari pertumbuhan linier
yang cepat, tanda-tanda wajah kasar, dan pembesaran kaki dan
tangan. Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat
mendahului pertumbuhan linier. Beberapa penderita memiliki
masalah penglihatan dan perilaku. Pada kebanyakan kasus yang
terekam, pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa
pubertas, tetapi keadaan ini telah ditegakkan seawal masa bayi
baru lahir pada seorang anak dan pada usia 21 bulan pada yang
lain. Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih.
Akromegali terutama terdiri dari pembesaran bagian distal tubub,
tetapi manifestasi pertumbuhan abnormal melibatkan semua
bagian. Lingkaran tengkorak bertambah, hidung menjadi lebar, dan
lidah sering membesar, dengan raut muka kasar. Mandibula
tumbuh secara berlebihan, gigi menjadi renggang. Jari-jari dan ibu

316
jari tumbuh terutama kekebalannya. Mungkin ada kifosis dorsal
kelelahan dan kehabisan tenaga merupakan gejala awal.
Kematangan seksual dapat terlambat atau dapat terjadi
hipogonadisme. Tana-tanda kenaikan tekanan intrakranium muncul
kemudian; kehilangan penglihatan hanya dapat diperagakan
dengan pemeriksaan yang teliti di bidang penglihatan.
b) Pubertas Prekoks Tergantung Gonadotropin
Dahulu tidak ada factor penyebab pubertas prekoks yang
ditemukan pada sekitar 80-90% anak perempuan dan 50% anak
laki-laki. Sken tomografi komputasi (CT) dan foto resonansi
magnetik ( MRI ) menurunkan presentasi anak dengan prekositas
seksual idiopatik. Keadaan tersebut terjadi setidaknya 10 kali lebih
sering pada anak perempuan daripada pada anak laki-laki dan
biasanya secara seporadis, meskipun beberapa kasus familial
(keturunan).
Manifestasi klinik : perkembangan seksual dapat mulai pada
usia berapa pun dan biasanya mengikuti urutan yang terjadi pada
pubertas normal. Pada anak perempuan, tanda pertama adalah
tumbuhnya payudara, rambut pubis dapat tumbuh secara
bersamaan tetapi lebih sering tumbuh kemudian. Maturasi genetalia
eksterna, tumbuhnya rambut aksila, dan mulainya maturasi
mengikuti. Siklus menstruasi awal mungkin lebih tidak teratur
daripada siklus pada pubertas normal. Siklus awal biasanya
anovulatori, tetapi kehamilan telah dilaporkan seawal usia 5,5
tahun.
Pada anak laki-laki, pembesaran testes diikuti dengan
pembesaran penis, tumbuhnya rambut pubis, dan jerawat. Ereksi
biasa terjadi, dan emisi boktural dapat terjadi. Suara lebih dalam an
pertumbuhan linier dipercepat. Biopsi testes telah menunjukkan
stimulasi semua elemen testes, dan spermatogenesis telah terlihat
seawal usia5-6 tahun.

317
Pada anak laki-laki dan anak perempuan yang terkena tinggi,
berat, dan maturasi tulangnya lebih maju. Peningkatan kecepatan
penulangan menyebabkan menutupnya epifisis awal dan
perawatan akhir kurang daripada yang seharusnya tanpa
penanganan, sekitar sepertiga anak permpuan dan bahkan
sebagian yang lebih besar anak laki-laki mencapai tinggi dibawah
persentil ke-5 ketika dewasa. Perkembangan mental biasanya
sejalan dengan usia kronologis. Perilaku emosional dan perubahan
suasana hati tidak jarang terjadi, tetapi masalah psikologis yang
serius sering terjadi.
Meskipun perjalanan klinis bervariasi, tiga pola utama
perkembangan dapat diidentifikasi, setidaknya pada anak wanita.
Kebanyakan anak wanita (terutama mereka yang berusia kurang
dari 6 tahun pada mulainya) memiliki prekositas seksual yang
progesif cepat, ditandai dengan maturasi fisik dan tulang,
menyebabkan kehilangan kemungkinan peninggian dipertahankan.
Sebagian kecil anak perempuan mengalami kemunduran secara
spontan atau pubertas prekoks sentral terhenti . Variasi pada
perjalanan alamiah prekositas seksual ini menekankan perlunya
pengamatan longitudinal pada mulainya perkembangan seksual,
sebelum penanganan dipertimbangkan.

PERTANYAAN

1. Berikut ini merupakan tanda dan gejala hipospadia kecuali


a. Bentuk penis yang menekuk kebawah
b. Tampilan ujung penis yang abnormal
c. Penis tertutup oleh kulup berlebih di sepanjang ujung atasnya
d. Bentuk penis yang menekuk ke atas
e. Urethra berada dibawah penis

318
2. Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam
ruangan otak salah satunya dapat terjadi karena
a. Gangguan aliran cairan otak
b. Putusnya syaraf pada otak
c. Membesarnya lingkar kepala
d. Kekurangan oksigen
e. Keluarnya cairan dari otak

3. Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat fimosis, kecuali


a. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
b. Timbul infeksi pada saluran air seni ( ureter )
c. Merupakan faktor resiko terjadinya kanker penis
d. Pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan (ballonitis)
e. Dapat menyebabkan diabetes mellitus

4. Berikut tanda dan gejala fimosis, kecuali


a. penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
b. biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena timbul
rasa sakit
c. Kulup bisa ditarik ke bagian belakang, dan kepala penis dapat
terlihat
d. Kulit penis tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
e. Air seni keluar tidak lancar

5. Kelainan metabolik dan endokrin pada hipofisis yang ditandai


dengan sekresi beberapa hormon dalam jumlah rendah disebut
a. Hiperpituitarisme
b. Hipopituitarisme
c. Gigantisme

319
d. Akromegali
e. Pubertas Prekoks

PENUTUP

320
A. Kesimpulan
1. Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terdapat timbunan
liquor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel yang
disertai dengan kenaikan tekanan intrakranial, sehingga terlihat
kepala bayi membesar. (Prawirohardjo, 2005).
2. Fimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis (prepusium)
melekat pada bagian glans pens dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang salura air seni sehngga bayi kesulitan dan
kesakitan saat berkemih.
3. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat
di penis bagian baawah, bukan di ujung penis. Hipospadia
merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000
bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan
lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
4. Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh
melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Jika
kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga
mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin,
maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas
yang tepat.

321
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Neonatus, Bayi, dan Balita.. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
S.ST, Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

322
TOPIK XIV

“Neonatus Resiko Tinggi dan


Penatalaksanaannya (ikterus, perdarahan
tali pusat BBLR dan sindrom gangguan
pernafasan)”

Disusun oleh
Kelompok 14 :
1. Nani Fatimah (20185123039)
2. Nurul Hasanatul Iftitah (20185123045)
3. Sri Wahyuningsih (20185121056)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


PRODI D-III KEBIDANAN TINGKAT II SEMESTER III
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

323
PEMBAHASAN

A. Ikterus
a. Pengertian Ikterus
Ikterus ialah warna kulit yang dapat terlihat pada seklere, selaput
lendir, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Keadaan ini
merupakan penyakit darah. Bilirubin merupakan hasil penguraian sel
darah merah didalam darah. Penguraian sel darah merah merupakan
proses yang dilakukan oleh tubuh badan manusia apabila sel darah merah
telah berusia 120 hari. Hasil penguraian hati (hepar) dan disingkirkan dari
badan melalui buang air besar (BAK).
Ketika bayi berada didalam kandungan, sel darah ini akan
dikeluarkan melalui uri (plasenta) diuraikan oleh hati ibu. Bila kadar
bilirubin darah melebihi 2 mg %, maka ikterus akan terlihat namun pada
neonatus ikterus masih belum terlihat walaupun kadar bilirubin darah
sudah melampaui 5%, ikterus terjadi karena peningkatan kadar bilirubin
indirek (uncongudated) dan atau kadar bilirubin direk (conjugated).bilirubin
sendiri adalah anion organic yang berwarna orange dengan berat molekul
548.
Hiperbilirubinemia adalah dimana kondisi kadar bilirubin yang dapat
menimbulkan efek patologis. Tingginya kadar blirubin yang dapat
menimbulkan efek patologi pada setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga
diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi bilirubin, yang serumnya
mungkin menjurus kearah terjadinya kern ikterus bila kadar bilirubin tidak
dapat dikendalikan.

324
b. Tanda klinis hiperbilirubinemia
1. Selera, puncak hidung, mulut, dada, perut, mulut dan
ekstremitas berwarna kuning
2. Letargi
3. Kemajuan menghisap turun
4. Kejang
c. Klasifikasi Ikterus
Ikterus dibedakan menjadi dua 3 tipe ikterus fisiologis, ikterus
patologik, kern ikterus.
1) Ikterus fisiologik
Ikterus pada neonatus tidak selamanya merupakan ikterus
patologik. Iktrus fisiologk adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua atau ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik,
kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau yang
mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus fisiologi bisa juga disebabkan karena hati dalam bayi
tersebut belum matang, atau disebut kadar penguraian sel
darah merah yang cepat. Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini
bersifat racun sulit larut dalam air. Masalahnya organ bayi
sebagian bayi barru lahir belum dapat berfungsi oktimal dalam
mengeluarkan bilirubin tersebut. Barulah setelah beberapa hari,
organ hati mengalami pematangan dan proses pembuangan
bilirubin bisa berlangsung dengan lancar. Masa “matang”
organ hati pada setiap hati berbeda-beda, namun umumnya
pada hari ketujuh organ hati mulai melakukan fungsinya
dengan baik.
2) Ikterus patologik
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologi atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologi ini misalnya jenis

325
bilirubin saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan
penyebabnya.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologik atau dapat
dianggap sebagai hiperbilirubinemia ailah:
a) Ikterus terjadi selama 24 jam pertama sesudah
kelahiran
b) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih
setelah 24 jam
c) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada
neonatus kurang bulan dan 12,5% pada nonatus
cukup bulan
d) Ikterus yang disertai proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan
sepsis)
e) Ikterus yang disebabkan oleh bayi baru lahir kuraang
dari 200 gram yang disebabkan karena usia dibawah
20 tahun atau diatas 35 tahun dan kehamilan pada
remaja, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, syndrome gangguan pernafasan, infeksi,
hipoglikemia, hiperkopnia, hiperosmolitas darah.
3) Kern ikterus
Kern mengacu pada ensefalopati bilirubin yang berasal dari
deposit bilirubin terutama pada batang otak (brainsten) dan
nucleus serebrobasal. Warna kuning (jaundis pada jaringan
otak) dan nekrosis neuron neuron akibat toksik bilirubin tidak
terkonjugasi (unconjugated bilirubin) yang mampu melewati
sawar darah otak karena kemudahannya larut dalam lemak
(high lipid solubility). Kern ikterus bisa terjadi pada bayi tertentu
tanpa disertai bayi tertentu tanpa disertai jaundis klinis, tetapi
umumnya berhubungan langsung pada kadar bilirubin total
dalam serum.

326
Pada bayi cukup bulan kadar bilirubin dalam serum 20mg
%/dl dianggap berada pada batas atas sebelum kerusakan otak
dimulai. Hanya satu gejala sisa spesifik pada bayi yang
selamat yakni serebral palsy koreotetoid. Gejala sisa lain
seperti retardasi mental dan ketidakmampuan sensori yang
serius bisa menggambarkan hipoksia, cedera vaskuler, atau
infeksi yang berhubungan dengan kern ikterus sekitar 70% bayi
baru lahir yang mengalami kernikterus akan meninggal selama
periode neonatal.

d. Etiologi
Etiologi ikterus pada BBL dapat berdiri sendiri ataupun
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi itu
dibagi sebagai berikut:
1) Produksi yang berlebihan lebih daripada kemampuan bayi untuk
bayi untuk mengeluarkannya misalnya hemolisis yang meningkat
pada inkompatibilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain,
defisiensi enzim G6PD, pyruvate kinase, perdarahan tertutup
dan sepsid
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar gangguan
ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjungasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat
asidosis, hiposia, dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukorinil transferase. Penyebab lain ialah defisiensi protein Y
dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel
hepar.
3) Gangguan darah transportasi bilirubin dalam darah terikat oleh
albumin kemudin diangkut ke hepar, ikatan bilirubin dengan
albumin ini dapat dipengaruhioleh obat-obatan misalnya salisilat
sulfatfurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak

327
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang
mudah melekat ke sel otak.
4) Gangguan dalam ssekresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat
obstruksi dalam hepar atau diluar hepar biassanya akibat infeksi
atau kerrusakan hepar oleh penyebab lain.
5) Obstruksi saluran pencernaan (fungsional atau srtuctural) dapat
mengakibatkan hiperbilirubinemia unconjugared akibat
penambahan dari bilirubin yang berasal dari sirkulasi
enterhepatik.
6) Ikterus akibat Air Susu Ibu (ASI). Ikterus akibat ASI merupkan
unconjugated hiperbilirubinemia yang mencapai puncaknya
terlambat (biasanya menjelang hari ke 6-14). Dapat dibedakan
dari penyebab lain dengan reduksi kadar bilirubin yang cepat bila
disubstitusi dengan susu formula selama 1-2 hari. Hal ini untuk
membedakan ikterus pada bayi yang di susui ASI selama
minggu pertama kehidupan.bayi yang mendapat ASI bila
dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula,
mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi berkaitan dengan
penurunan asupan beberapa hari pertama kehidupan.
Pengobatan bukan degan menghentikan pemberian ASI
melainkan denga n meningkatkan frekuensi pemberian.

e. Penilaian
Menilai kira-kira bilirubin
1) Pengamatan yang paling baik adalah dilakukan dalam cahaya
matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati
untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulassi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang
merrupakan resiko terjadinya kern ikterus dengan cara klinis
(Kramer) yang dilakukan dibawah sinar biasa (daylight).

328
Tabel Rumus Kramer
Daerah Luas icterus Kadar bilirubin
(gambar)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 (+) 9
Badan bagian atas
3 Daerah 1,2 (+) 11
Badan bagian bawah dan
tungkai
4 Daerah 1,2,3 (+) 12
Lengan dan kaki dibawah
dengkul
5 Daerah 1,2,3,4 (+) >12,5
Tangan dan kaki

2) Pemeriksaan diagnostic
a. Test coombs pada tali pusat bayi baru lahir: hasil positif test
coombs indirek menandakan adanya antibody Rh-positif, anti
Atau anti B dalam darah ibu. Hasil positif dari test coombs
direk menandakan adanya sensitasi (Rh-positif, Anti A, Anti
B) SDM dari neonatus.

329
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi
inkompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika
melebihi 1,0-1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan
sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh lebih
peningkatan 5mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari
24 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15mg/dl pada bayi
preterm ( tergantung pada berat badan).
d. Protein serum total : kadar kurang dari 3,0g/dl menandakan
penurunan kapassitass ikatan, terutama pada bayi preterm.
e. Hitung darah lengkap : hemoglobin (HB) mungkin rendah
(kurang dari 14g/dl) karena hemolisis hematokrit (HT)
mungkin meningkat (lebih besar dari 65%) pada polisitenia,
penurunan (kurang dari 45%) dengan hemolisis dan anemia
berlebihan.
f. Glukosa : kadar dextrosit mungkin kurang dari 45% glukosa
darah lengkap kurang dari 30mg/dl atau tes glukosa serum
kurang dari 40mg/dl bila bayi baru lahir hipoglekimia dan
mulai menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam
lemak.

f. Jenis-jenis ikterus
1) Ikterus hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, ABO,
Golongan darah, kelainan eritrosit congenital, atau defisiensi
enzim G6-PD
a. Inkompatibilitas rhesus
Bayi dengan Rh positif dari ibu Rh negatif tidak selamanya
menunjukkan gejala-gejala klinik pada waktu lahir (15-20%).
Gejala klinik yang dapat terlihat ialah ikterus tersebut makin
lama makin berat, disertai dengan anemia yang makin lama

330
makin berat pula. Bilamana sebelum kelahiran terdapat
hemolisis yang berat, maka bayi dapat lahir dengan edema
umum disertai ikterus dan pembesaran hepar dan lien
(hidropsfoetalis). Terapi ditujukan untuk memperbaiki anemia
dan mengeluarkan bilirubin yang berlebihan dalam serum
agar tidak terjadi kern ikterus.
b. Inkompatibilitas ABO
Ikterus dapat terjadi pada hari pertama dan kedua sifatnya
biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit, anemia ringan,
hepar dan lien tidak membesar. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-
waktu.
c. Ikterus hemolitik karena inkompatibilitas golongan darah lain
pada neonatus dengan ikterus hemolitik dimana pemeriksaan
kearah inkompatibilitas Rh dan ABO hasilnya negative
sedangkan coombs tes positigf, kemungkinan ikterus akibat
hemolisis inkompatibilitas golongan darah lain harus
dipikirkan.
d. Penyakit hemolitik karena kelainan eritrosit congenital
golongan penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik
yang menyerupai eritroblastisis fetalis akibat iso-imunitas.
e. Hemolisis karena defisiensi enzim glukosa-6-phopshate
dehidrogenase (G-6PD defisiensi).
f. G6PD adalahh enzim yang menolong memperkuat dinding
sel darah merah. Ketika mengalami kekurangan G6PD, sel
darah merah akan lebih mudah pecah dan memproduksi
bilirubin lebih banyak. Defisiensi G6PD merupakan salah satu
penyebab utama ikterus neonaorum yang memerlukan
tranfuse tukar.
2) Ikterus obstruktiva

331
Obstruktiva dalam penyaluran empedu dapat terjadi didalam
hepar dan diluar hepar. Akibatnya terjadi penumpukan bilirubin
tidak langsung. Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1 mg%
maka dicurigai yang menyebabkkan obstruksi misalnya sepsis,
hepatitis neonatorum plenoneftritis atau obstruksi saluran
empedu. Penting sekali periksa kadar bilirubin serum, tidak
langsung dan langsung selanjutnya apakah terdapat bilirubin air
kencing dan tinja.
Pengobatan ditijukan kepada penyakit dasarnya jika perlu
dengan pembedahan.
a. Hepatitis neonatal
Gejala klinik : tanda dari penyakit ini ialah ikterus akibat
penumpukan bilirubin direk pada waktu lahir pada darah
umbilicus.
Pengobatan : pengobatan khusus hepatitis neonatal tidak
adaa selain pengobatan suportif. Penyakit ini tidak baik,
biasanya bayi akan meninggal karena serosis hilian.
b. Hepatitis virus
Gejala klinis : bayi yang mendapat infeksi hepatitis B dari
ibunya biasanya asimptomatis. Gejala klinik seperti ikterus
dapat terjadi dan disertai pembesaran hepar.
Pengobatan : sesudah lahir dalam waktu 2 jam bayi diberi
suntikan HBIG dan langsung di vaksinasi dengan vaksin
hepatitis B, kemudian vaksinasi diulang sampai tiga kali
dengan interval 1 bulan atau sesuai dengan vaksin yang
digunakan.
3) Ikterus yang disebabkan oleh hal lain
Pengaruh hormon mengurangi kesanggupan hepar untuk
mengadakan konjugasi bilirubin misalnya pada breast milk
jaundice. Ikterus karena ASI ibu disebabkan hormon yang
dihasilkan dalam ASI ibu menghalangi penyingkiran bilirubin

332
melalui usus. Ini bermula pada hari ke empat hingga hari ke tujuh
dan menghilang selepas hari 3-10 minggu.
a. Hipoalbuminemia bilirubin yang dapat berbahaya adalah
bilirubin tidak langsung yang tidak terikat pada albumin.
b. Adanya obat atau zat kimia yang mengurangi ikatan bilirubin
tidak langsung pada albumin misalnya sulfafurazole, salisilat
dan heparin.

g. Pencegahan dan penanganan hiperbilirubinemia


1) Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
a. Early feeding. Pemberian makanan dini pada neonatuss
dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologis pada neonatus,
karena terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium
lebih cepat dikeluarkan hingga peredaran enterohepatik
bilirubin berkurang.
b. Pemberian agar-agar. Dengan menghalangi atau mengurangi
peredarah bilirubun enterhepatik.
c. Pemberian fernobarbital. Mengadakan induksi enzim
mikrosoma, sehingga konjungsi bilirubin berlangsung lebih
cepat.
d. Menyusui bayi dengn ASI. Bilirubin dapat pecah jika bayi
banyak mengeluarkan feses dan urine. Diketahui ASI
memiliki zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAK
dan BAK.
2) Terapi sinar matahari
Terapi ini merupakan terapi tambahan yang biasa dianjurkan
setelah bayi selesai dirawat dirumah sakit. Caranya bisa
dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda,
dilakukan sekitar jam 07.00-09.00 karena waktu inilah dimana
sinar ultraviolet belum cukup efektif mengurangi kadar
bilirubin.

333
3) Terapi sinar
Dilakukan selama 24 jam atau sampai kadar bilirubin dalam
darah kembali ke ambang batas normal, dengan fototerapi
bilirubin dlam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah
larut dalam air tanpa harus diubah dahulu oleh organ hati.
Beberapa hal yang perrlu diperhatikan dalam pelaksanaan
terapi sinar adalah :
1. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari
500 jam, untuk menghindari turunnya energi yang
dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
2. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas
mungkin terkena sinar matahari.
3. Kedua mata ditutup untuk mencegah kerusakan retina.
4. Daerah kemaluan ditutup, untuk melindungi daerah
kemaluan dari cahya fototerapi.
5. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30cm diatas tubuh
bayi.
6. Posisi bayi diubah tiap 8 jam agar tubuh mendapat
penyinaran seluas mungkin.
7. Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali.
8. Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran feses
dan urine dan muntah diukur, dicatat dan dilakukan
pemantauan tanda dehidrasi.
9. Lamanya terapi dicatat.
4) Transfusi tukar (exchange transfusion)
Cara yang paling tepat untuk mengobati hiperbilirubinemia
pada neonatus adalah tranfuse tukar.
Transfuse tukar darah diberikan dalam kasus-kasus berikut :
a. Diberikan kepada semua kasus ikterus pada kadar
hiperbilirubin tidaak langssung yang lebih dari 20mg%.

334
b. Diberikan pada bayi premature dapat diberikan walaupun
kadar albumin kurang dari 3,5 gr per 100ml.
c. Kenaikan cepat bilirubin tidak langsung serum bayi pada
hari pertama (0,3-1 mg% per jam).
d. Anemia yang berat pada neonatus dengan tanda
dekompensia jantung.
e. Bayi menderita ikterus dan kaddar hemoglobin darah tali
pusat kurang dari 14mg% dan coombs test langsung
positif.

B. Peredarahan Darah Tali Pusat


a. Pengertian perdrahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dan
trauma pengikat tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan thrombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga
bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.

b. Etiologi
1. Robekan umbilicus normal, biasanya terjadi karena:
a) Partus presepitatus
b) Adanya trauma atau lilitan tali pusat
c) Umbilicus oendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan
yang berlebihan pada saat persalinan
d) Kelainan penolong persalinan yang dapat menyebabkan
tersayatnya dinding umbilicus atau plasenta sewaktu Sectio
Caecar
2. Robekan umbilicus abnormal, biasanya terjadi karena:
a) Adnya haematoma pada umbilicus yang kemudian
haematom tersebut pecah, namun pendarahan yang terjadi
masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahay
bagi bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi.

335
b) Varises juga dapat menyebabkan pendarahan apabila
varises tersebut pecah
c) Aneurisma pembuluh darah pada umbilicus dimana terjadi
pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah
dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran
dinding pembuluh darah. Pada aneurisma pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah
3. Robekan pembuluh darah abnormal
Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilicus
tanpa adanya trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan
adanya kelainan anatomic pembuluh darah seperti:
a) Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena
dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan jelly Wharton
b) Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh
darah terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke
membrane tempat masuknya dalam plasenta tidak ada
proteksi. Umbilicus dengan kelainan insersi ini sering
terdapat pada kehamilan ganda.
c) Placenta multilobularis, perdarahan terjadi karena pembuluh
darah yang mehubungkan masing-masing lobus dengan
jaringan placenta, karena bagian tersebut sangat rapuh dan
mudah pecah.
d) Perdarahan akibat placenta previa dan abortion placenta
Perdarahan akibat placenta previa dan abortion placenta
dapat membahayakan bayi. Pada kasus placenta previa
cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus
abrutio placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra
uerine karena dapat terjadi anoreksia. Pengamatan pada
placenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan
pada bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir dengan kelainan

336
placenta atau dengan section caesari apabila diperlukan
dapat dilakukan pemeriksaan haemoglobin secara berkala.
c. Penatalaksanaan
1) Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan
tali pusat yang terjadi
2) Untuk penangan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat
3) Segera lakukan inform consent dari inform choice pada
keluarga pasien untuk melakukan rujukan.
C. Sindrom Gangguan Pernafasan
a. Pengertian Sindrom Gangguan Pernafasan
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada system
pernafasan atau tidak adekwatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
Sementara asfiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat
ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah
ini disebebkan karena adanya masalah-masalah kehamilan dan pada saat
persalinan. Sindrom gagal nafas(respiratory distress syndrome, RDS)
adalah istilah yang digunakan untuk difungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru (Suriadi dan Yuliani, 2001) gangguan ini
biasanya dikenal dengan nama hyaline membrane desease (HMD) atau
penyakit membrane hialin karena pada penyakit ini selalu ditemukan
membrane hialin karena pada penyakit ini selalu ditemukan membrane
hialin yang melapisi alveoli.
Towel dalamJumiarni, dkk (1995) menggolongkan penyebab
kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor persalinan.
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, social ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang menganggu pertukuran gas
janin seperti hpertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan lain-lain.

337
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plsenta tidak menempel pada tempatnya.
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, talipusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli,
premature, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain. Faktor
persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm maupun pada bayi
peterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat lahir
rendah (BBLR). Kegawatan system pernafasan dapat terjadi pada bayi
yang lahir dengan berat badan kurangdari 2500 gram dalam bentuk
sindroma gagal nafas dan asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi
cukup bulan.
b. Patofisiologi
Kegawatan pernafsan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan
pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi
berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada
system pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada
tubuh. Bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin
berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat.
Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran
darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena
hipoksia dan iskemia (Yu dan Monintja, 1997). Pada stadium awal terjadi
hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini banyak
tampak sianosis, tetapi sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung
yang meningkat dan adanya vasokontriksi periferringan menimbulkan
peningkatan tekanandarah dan reflek bradikardi ringan. Depresi
pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengan meningkatkan impulsa
feren seperti perangsangan pada kulit. Apneu primer berlangsung sekitar
1-2 menit (Yu dan Monintja, 1997).

338
Apneu primer dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya
system sirkulasi. Hipoksiamiokardium dan asidosis akan memperberat
bradikardi, vasokontriksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5
menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder
denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus
menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjad
iterkecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera dimulai
(Saifuddin, 20).
c. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertakan ventilasi dan oksigenasi adekwat
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa
3) Mempertahakan suhu lingkungan netral
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekwat
5) Mencegah hipotermia
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekwat

339
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikterus itu sendiri berarti warna kuning; yang dapat
terlihat pada kulit dan bagian putih mata (sclera mata).
Kuning pada bayi disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin
dalam darah
Hiperbilirubinemia adalah dimana kondisi kadar bilirubin
yang dapat menimbulkan efek patologis. Tingginya kadar blirubin
yang dapat menimbulkan efek patologi pada setiap bayi berbeda-
beda. Dapat juga diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi
bilirubin, yang serumnya mungkin menjurus kearah terjadinya kern
ikterus bila kadar bilirubin tidak dapat dikendalikan.

340
341
PERTANYAAN

Kasus soal nomor 1-3


Ny. A baru saja melahirkan anaknya 12 jam lalu. Ny.A
mengeluhkan bahwa anaknya mengalami penurunan kesaaran dan
tampak lesu serta kulit bayi berwarna kuning. Hasil pemeriksaan
kulit bayi sampai ke siku dan lutut berwarna kuning dan sklera juga
terlihat kuning.

1. Berdasarkan kasus diatas apakah diagnosa untk Bayi Ny. A.....


a. ikterus neonatorum
b. ikterus fisiologis
c. ikterus Patologis
d. kern ikterus
2. Berdasarkan rumus kramer, Bayi Ny.A termasuk kedalam ikterus
derajat.....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
3. Penganan yang tidak tepat pada kasus diatas adalah.....
a. tetap memberikan ASI
b. berhentikan sementra pemberian ASI
c. terapi sinar
d. terapi sinar matahari
4. Salah satu penyebab bayi dengan perdarahan tali pusat
a. partus presipitarus
b. BBLR
c. asfiksia
d. dostosia bahu
5. Berikut ini yang menyebabkan terjadinya sindrom gangguan
pernafasan pada bayi dilihat dari faktor janin kecuali.....
a. solusio plasenta
b. plasenta previa
c. plasenta kecil
d. plasenta merah segar

342
343
DAFTAR PUSTAKA

Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2015.
Sujiatini. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : EGC.
Yulizawati. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Dan
Balita. Sidoarjo : Indomedia Pustaka

344
TOPIK XV

TUGAS TERSTRUKTUR

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS DAN BAYI


BARU LAHIR

“Afiksia Neonatrum dan Melakukan


Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

Azzahra Wardiana

Danty Isana Putri

Lola

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN DIII KEBIDANAN TINGKAT II

345
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

PEMBAHASAN
A. Asfiksia Neonatorum
1. Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan
Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
1. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
2. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
3. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik
iskemia ensefalopati)
4. Gangguan multiorgan sistem.

Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan


berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir (BBL) terhadap kehidupan uterin.

- Asifiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir


yang gagal bernafas.
- Asifiksia adalah suatu keadaan bayi saat lahir yang
mengalami gangguan pertukaran gas dan transport
oksigen, sehingga penderita kekurangan persediaan oksigen
dan kesulitan dalam mengeluarkan karbondioksida.

346
- Asifiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan
hipoksemia dan asidosis. Asifiksia neonatrum merupakan suatu
keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi
tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya. Asifiksia dapat terjadi karena kurangnya
kemampuan organ pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti pengembangan paru-paru.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2
dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Pada bayi yang
mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang
cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai
menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara
berangsurangsur dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal
sebagai apnea primer. Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan
megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat
obat-obat yang diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian
perangsangan dan oksigen selama periode apnea primer dapat
merangsang terjadinya pernafasan spontan. Apabila asfiksia
berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap yang
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea
yang disebut apnea sekunder.

2. Patofisiologi

347
Kondisi patofisiologi yang menyebabkan asfiksia meliputi
kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan, dan
asidosis metabolic. Kombinasi ketiga peristiwa tersebut
menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak
cocok dengan kehidupan. Patofiologi asfiksia neonatrum dapat
diperjelas dalam dua tahap yaitu dengan mengetahui cara
memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir, yang dijelaskan
sebagai berikut:
- Sebelum lahir
Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
untuk mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang
ada di dalam paru janin dalam keadaan konstruksi sehingga
tekanan oksigen parsial rendah. Hampir seluruh darah dialirkan
dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena kontraksi
pembuluh darah janin, dan darah di alirkan melalui pembuluh
darah yang bertekanan rendah yaitu duktus arterious kemudian
masuk ke aorta.
- Setelah lahir
Bayi akan segera bergantung kepada paru-paru sebagai
sumber oksigen utama. Cairan yang mengisi alveoli akan
diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara.
Pengisian elveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen
mengalir kedalam pembuluh darah di sekitar alveoli. Arteri dan
vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahapan
pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah
sistematik. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar
oksigen dan alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami
relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang.

3. Etiologi

348
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara
lain :
a. Faktor ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV)
5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu
kehamilan)

a. Faktor Tali Pusat


1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat.

b. Faktor bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

Towel (1966) mengajukan penggolongan penyebab


kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari :

1) Faktor Ibu Hipoksia ibu


Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian

349
obat analgetika atau anestesia dalam. Gangguan aliran darah
uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan
demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan:
a. gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipertoni atau
tetani uterus akibat penyakit atau obat,
b. hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
c. hipertensi pada penyakit eklampsia dan lainlain.

2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta dan lain-lain.

3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan
lain-lain.

4) Faktor neonatus
Depresi tali pusat pernafasan bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu :
a. pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada
ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat
pernafasan janin,
b. trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan
intrakranial,

350
c. kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia
diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernapasan,
hipoplasia paru dan lain-lain (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, 1985).
4. Anifestasi klinik
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak
teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot,
dan organ lain
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan
g. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan
paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-megap
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam
darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat

5. Pengkajian klinis
Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2009) pengkajian pada asfiksia neonatorum untuk
melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga hal penting,
yaitu :

351
a. Pernafasan Observasi pergerakan dada dan masukan udara
dengan cermat. Lakukan auskultasi bila perlu lalu kaji pola
pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris,
nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah
pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak
adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
b. Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks
atau merasakan denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi
>100 atau <100 kali per menit. Angka ini merupakan titik
batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia
yang signifikan.
c. Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah
muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang
normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat
mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan
apakah bayi berwarna merah muda, biru, atau pucat. Ketiga
observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar.
Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap
rangsangan menggambarkan depresi SSP pada bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia kecuali jika ditemukan
kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.

6. Diagnosis
Untuk dapat menegakkan gawat janin dapat ditetapkan dengan
melakukan pemeriksaan sebagai berikut :

1. Denyut jantung janin.

352
Frekeunsi denyut jantung janin normal antara 120 – 160 kali per
menit; selama his frekeunsi ini bisa turun, tetapi di luar his
kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan
denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekeunsi turun sampai di bawah 100 per menit di luar
his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya. Di beberapa klinik elektrokardiograf janin digunakan
untuk terus-menerus mengawasi keadaan denyut jantung dalam
persalinan.
2. Mekonium di dalam air ketuban.
Mekonium pada presentasi-sunsang tidak ada artinya, akan
tetapi pada presentasi – kepala mungkin menunjukkan
gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan.
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi-kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal
itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin.
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat servik
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di
bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh
beberapa penulis. Diagnosis gawat-jaanin sangat penting untuk
daapaat menyelamatkaan dan dengan demikian membatasi
morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu kelahiran bayi
yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin
disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan
persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut.
7. Penatalaksanaan
Bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola
pernapasan biasa, walaupun mungkin tidak teratur dan mungkin

353
tidak efektif, tanpa intervensi khusus. Bayi baru lahir dalam apnu
sekunder tidak akan bernapas sendiri. Pernapasan buatan atau
tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dan oksigen
diperlukan untuk membantu bayi memulai pernapasan pada bayi
baru lahir dengan apnu sekunder. Menganggap bahwa seorang
bayi menderita apnu primer dan memberikan stimulasi yang kurang
efektif hanya akan memperlambat pemberian oksigen dan
meningkatkan resiko kerusakan otak. Sangat penting untuk disadari
bahwa pada bayi yang mengalami apnu sekunder, semakin lama
kita menunda upaya pernapasan buatan, semakin lama bayi
memulai pernapasan spontan. Penundaan dalam melakukan upaya
pernapasan buatan, walaupun singkat, dapat berakibat
keterlambatan pernapasan yang spontan dan teratur. Perhatikanlah
bahwa semakin lama bayi berada dalam apnu sekunder, semakin
besar kemungkinan terjadinya kerusakan otak. Penyebab apa pun
yang merupakan latar belakang depresi ini, segera sesudah tali
pusat dijepit, bayi yang mengalami depresi dan tidak mmelalui
pernapasan spontan yang memadai akan mengalami hipoksia yang
semakin berat dan secara progresif menjadi asfiksia. Resusitasi
yang efektif dapat merangsang pernapasan awal dan mencegah
asfiksia progresif. Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital
lainnya.

Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan inisiasi


bantuan sangatlah penting dalam kesuksesan resusitasi neonatus.
Pada setiap kelahiran harus ada setidaknya satu orang yang
bertanggung jawab pada bayi baru lahir. Orang tersebut harus
mampu untuk memulai resusitasi, termasuk pemberian ventilasi
tekanan positif dan kompresi dada. Orang ini atau orang lain yang

354
datang harus memiliki kemampuan melakukan resusitasi neonatus
secara komplit, termasuk melakukan intubasi endotrakheal dan
memberikan obat-obatan. Bila dengan mempertimbangkan faktor
risiko, sebelum bayi lahir diidentifikasi bahwa akan membutuhkan
resusitasi maka diperlukan tenaga terampil tambahan dan
persiapan alat resusitasi. Bayi prematur (usia gestasi < 37 minggu)
membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur memiliki paru
imatur yang kemungkinan lebih sulit diventilasi dan mudah
mengalami kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta
memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang mudah
mengalami perdarahan Selain itu, bayi premature.memiliki volume
darah sedikit yang meningkatkan risiko syok hipovolemik dan kulit
tipis serta area permukaan tubuh yang luas sehingga mempercepat
kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi. Apabila diperkirakan
bayi akan memerlukan tindakan resusitasi, sebaiknya sebelumnya
dimintakan informed consent. Definisi informed consent adalah
persetujuan tertulis dari penderita atau orangtua/wali nya tentang
suatu tindakan medis setelah mendapatkan penjelasan dari
petugas kesehatan yang berwenang. Tindakan resusitasi dasar
pada bayi dengan depresi pernapasan adalah tindakan gawat
darurat. Dalam hal gawat darurat mungkin informed consent dapat
ditunda setelah tindakan. Setelah kondisi bayi stabil namun
memerlukan perawatan lanjutan, dokter perlu melakukan informed
consent. Lebih baik lagi apabila informed consent dimintakan
sebelumnya apabila diperkirakan akan memerlukan tindakan Oleh
karena itu untuk menentukan butuh resusitasi atau tidak, semua
bayi perlu penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap
langkah dilakukan dengan benar dan efektif sebelum ke langkah
berikutnya. Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti
algoritma resusitasi neonatal. Berikut ini akan ditampilkan diagram

355
alur untuk menentukan apakah terhadap bayi yang lahir diperlukan
resusitasi atau tidak.

B. Resusitasi Neonatal.
a. Definisi
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan. Peredaran darah dan otak yang terhenti atau
terganggu rupa agar kembali normal seperti semula.
Keberhasilan resusitasi bayi baru lahir didasarkan dengan
antisipasi yang jarang, kompres jantung, intuba, dan pemberian
obat.
b. Prinsip Dasar Resusitasi
Beberapa dasar pelaksanaan resusitasi:
 Memberikan lingkungan yang baik dan mengusahakan
saluran pernafasan.
 Memberikan bantuan pernafasan secara aktif.
 Melakukan koreksi terhadap asidosis.
 Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.
c. Langkah awal dalam stabilisasi
a) Memberikan kehangatan.
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant
warmer) dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai
tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh. Bayi
dengan BBLR memiliki kecenderungan tinggi menjadi hipotermi
dan harus mendapat perlakuan khusus. Beberapa kepustakaan
merekomendasikan pemberian teknik penghangatan tambahan
seperti penggunaan plastik pembungkus dan meletakkan bayi
dibawah pemancar panas pada bayi kurang bulan dan BBLR.
Alat lain yang bisa digunakan adalah alas penghangat.
b) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya.

356
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah
dalam posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea
dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya
udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi
dengan balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan pipa
endotrakeal.
c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan.
Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan
obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah
dengan melakukan penghisapan mekoneum sebelum lahirnya
bahu (intrapartum suctioning), namun bukti penelitian dari
beberapa senter menunjukkan bahwa cara ini tidak menunjukkan
efek yang bermakna dalam mencegah aspirasi mekonium. Cara
yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung
pada keaktifan bayi dan ada/tidaknya mekonium. Bila terdapat
mekoneum dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi
mengalami depresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi
jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan penghisapan
trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom
aspirasi mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkahlangkah
pemasangan laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam
trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan
pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis. Bila
terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak
bugar, pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti
pada bayi tanpa mekoneum.
d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan
pada posisi yang benar.
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan
mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi

357
untuk memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar,
penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas
adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan
menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok
punggung, tubuh atau ekstremitas bayi. Bayi yang berada dalam
apnu primer akan bereaksi pada hampir semua rangsangan,
sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan
apapun tidak akan menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya
cukup satu atau dua tepukan pada telapak kaki atau gosokan
pada punggung. Jangan membuang waktu yang berharga
dengan terus menerus memberikan rangsangan taktil.
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori
berikutnya ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara
simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu
untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali,
dan putuskan untuk melanjutkan ke langkah berikutnya.
d. Perlengkapan dan peralatan resusitasi
1. Perlengkapan pengisapan
a) Suction karet

b) Selang mekanis

358
c) Karet suction

d) Selang pemberian makanan dan


spuit ml
e) Aspirator mekonium
2. Peralatan kantong dan masker
a) Ambu bag

b) Bag resusitasineonates
c) Oksigen dengan pengukuran aliran
3. Peralatan intubasi

359
a) Laringoskospi
b) Bola lampu dan bateraai tambahan
c) Selang endotrakea
d) stylet

360
PERTANYAAN
1. Bayi B lahir prematur di BPS dengan usia kehamilan 35 minggu, BB: 2400
gram, P:46 cm, RR: 20x/menit dan APGAR skor 4-6. Dan pada saat
persalinan air ketuban bercampur mekonium. Apa diagnosa pada bayi
tersebut?
A. Asfiksia
B. Asfiksia neonaturum ringan
C. Asfiksia neonaturm sedang
D. Asfiksia neonaturum berat
2. JaBayi lahir spontan jam 06.00 usia 30 minggu.ketuhan hijau, menangis
spontan mengap-mengap, tonus otot lemah, warna kulit kebiruan.
Pernyataan diatas merupakan?
A. Partus lama
B. Tanda gejala asfiksia
C. Eklamsia
D. Bayi cacat
3. Apabila menemukan frekuensi jantung >100x/menit termasuk kedalam
asfiksia ?
A. Sedang
B. Normal
C. Berat
D. Ringan
4. Sebutkan penyebab asfiksia dari faktor bayi ?
A. Umur janin 37 minggu
B. Bayi dengan lilitan talipusat
C. Air ketuban pecah sebelum waktunya
D. Persalinan dengan tindakan
5. Harus dilakukan intubasi dan lakukan ventilasi apabila ditemukan
APGAR ?
A. 0-3
B. 4-8

361
C. 7-10
D. 3-6

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan


Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi. Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang
terdapat pada penderita asfiksia merupakan faktor terpenting yang
dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir (BBL) terhadap
kehidupan uterin.

Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan


fungsi sistem pernafasan. Peredaran darah dan otak yang terhenti
atau terganggu rupa agar kembali normal seperti semula.
Keberhasilan resusitasi bayi baru lahir didasarkan dengan
antisipasi yang jarang, kompres jantung, intuba, dan pemberian
obat.

Prinsip Dasar Resusitasi:

 Memberikan lingkungan yang baik dan


mengusahakan saluran pernafasan.
 Memberikan bantuan pernafasan secara aktif.
 Melakukan koreksi terhadap asidosis.
 Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

362
363
DAFTAR PUSTAKA

Heller, Luz.2009.Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri.Jakrta: EGC

Karlina, Novvi.2010.Keterampilan Dasar Kebidanan.Bogor: Penerbit In


Media

Varney, Helen.2008.Asuhan Kebidanan Ed 4.Jakarta: EGC

364
TOPIK XVI

TUGAS TERSTRUKTUR

ASKEB NEONATUS DAN BAYI


“Kejang, Hipotermi, Hipertermi, Hipoglikemia,
Tetanus Neonatorum, Penyakit yang diderita ibu
selama kehamilan”

Kelompok 16 :
1. Febby Febriyanti (20185123021)
2. Monika Frida Lestari (20185123037)
3. Reny Ayu (2018511230)

PRODI D-III KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2019/2020

PEMBAHASAN

A. Kejang

365
Kejang merupakan keadaan darurat atau tanda bahaya yang
seringterjadi pada neonatus karena kejang dapat mengakibatkan
hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi
atau dapat mengakibatkan sekuele di kemudianhari. Selain itu kejang
dapat merupakan tanda atau gejala dari satu masalah atau lebih dan
memiliki efek jangka panjang berupa penurunan ambang kejang,
gangguan belajar dan gangguan daya ingat. Aktivitas kejang yang
terjadi pada waktu diferensiasi neuron, mielinisasi, dan proliferasi glia
pada neonatus dianggap sebagai penyebab kerusakan otak. Kejang
berulang akan menyebabkan berkurangnya oksigenasi, ventilasi, dan
nutrisi di otak.
1. Kejang pada neonatus (bayibarulahir) merupakankeadaandarurat.
Kejang harus diatasi sesegera mungkin untuk mencegah
kerusakan otak yang luas.
a. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi, baik
fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan
pancaran listrik pada otak.
b. Kejang merupakan keadaan kegawatdaruratan atau tanda
bahaya yang sering terjadi pada neonatus, karenakejang yang
berkepan jangan dapat mengakibatkan hipoksiaotak yang
cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat
mengakibatka ngejala sisa di kemudia nhari.
c. Kejang pada bayibarulahirseringdisebut neonatal fit
d. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi dalam
usia bayi sampai 28 hari setelah lahir
e. Kejang pada bayi baru lahir bukanlah suatu penyakit,
melainkan merupakan gejala dari gangguan syaraf pusat, lokal
atau sistemik.
2. Diagnosis Evaluasi dan diagnosis dini terhadap kejang
Adalah hal yang penting dilakukan dan memerlukan observasi
yang akurat oleh petugas yang terlatih. Hal-hal utama yang perlu

366
diperhatikan adalah tempat dan sifatnya (sesuai dengan klasifikasi).
Informasi klinis penting lainnya juga perlu diperhatikan, yaitu
penyebab yang melandasi, serperti peristiwa perinatal, riwayat
antenatal, riwayat keluarga, dan waktu terjadinya kejang.
Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan
darah rutin, yang meliputi hematokrit, guladarah, kalsium,
magnesium, natrium, ammonia, asam amino dan kultur darah.
Pemeriksaan EEG sebaiknya dibuat segera karena dapat
menentukan diagnosis pengobatan dan prognosis. Pada kasus
sulit, pemeriksaan CT Scan atau MRI akan sangat membantu untuk
diagnosis kelainan intrakranial bayi baru lahir yang kejang.
3. Penatalaksanaan dari kejang pada bayi baru lahir Karena kejang
Berhubungan erat dengan penyakit primer yang merupakan
penyebab kejang dan berhubungan dengan sistem syaraf pusat
maka bayi :

1. Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah


kerusakan otak lebih lanjut, yang meliputi perbaikan metabolik,
support pernafasan dan kardiovaskular dan supresi/penekanan
tehadap aktifitas kejang.
2. Dilakukan tindakan terhadap penyebab yang mendasari seperti
pemberian infus glukosa bila bayi hipoglikemia, pemberian
kalsium bila hipokalsemia, dan antibiotika bila infeksi ; support
pernafasan bila hipoksia, dan antikonvulsant/ anti kejang
diberikan terutama bila tindakan lainnya gagal untuk mengatasi
kejang.
3. Sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang lebih
lengkap.
4. Orang tuanya perlu diberikan informasi mengenai status
bayinya dan dukungan.

367
5. Penatalaksanaan umumnya adalah dengan menjaga jalan nafas
tetap bebas, mengatasi kejang, memberikan obat kejang,
mencari penyebab kejang dan mengatasikejang.

B. Hipotermia

Suhu tubuh rendah (Hipotremia) dapatdisebabkan oleh karena


terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah,
permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah
atau tidak berpakaian. Kenaikan suhu tubuh (Hipotermia) dapat
disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang hangat
(suhu lingkungan panas, paparan, paparan sianr matahari atau
paparan panas yang berlebihan dari indikator atau alat pemancar
panas).

Hipotermi mapun hipotermia dapat merupakan tanda sepsis. Bila bayi telah
berada dalam suhu lingkungan yang stabil (Inkubator atau ruangan rumah
sakit dengan suhu yang konstan). Selama minimal 1 hari dan minimal 3
kali pemeriksaan suhu dalam batas normal (36,5-37,5 derajat celsius),
tetapi kemudian terjadi fluktuasi suhu naik atau turun, maka carilah tanda
sepsis.
a. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dapatkan informasi tambahan berikut sebagai petunjuk
manajemen.
b. Tanya:
1) Kapan bayi lahir dan apakah bayi telah dikeringkan
sesudah lahir dan dijaga kehangatannya.
2) Apakah bayi telah diselimuti sesusai dengan cuaca atau
lingkungan.
3) Dimana bayi tidur (misal: apakah bayi terpisah dari ibu?)
4) Apakah bayi dapat terpapar dengan lingkungan yang
panas (matahari/panas).
c. Bila bayi telah diletakkan dibawah pemancar panas, atau
didalam inkubator, atau dalam boks bayi di rumah sakit,
periksa:
1. Suhu ruangan
2. Pengaturan suhu di inkubator atau pemancar panas

368
3. Suhu inkubator atau dibawah pemancar pansa yang
sesungguhnya.

Temuan
Anamnesis Pemeriksaan Klarifikasi
- Bayi terpapar - Suhu tubuh 32 -36,4 Hipotermia sedang
suhu - Gangguan nafas
lingkungan - Denyut jantung kurang
yang rendah kurang dari 100
- Waktu kali/menit
timbulnya - Malas minum
kurang dari 2 - Letargi
hari
- Bayi terpapar - Suhu tubuh 32 Hipotermia berat
suhu - Tanda lain hipotermia
(lingkungan sedang
yang rendah) - Kulit teraba keras
- Waktu - Nafas pelan dan dalam
timbulnya
kurang dari 2
hari
- Tidak terpapar - Suhu tubuh berfkultuasi Suhu tubuh tidak
dengan dingin antara 36-39 meskipun stabil (lihatdugaan
atau panas berada disuhu sepsis)
yang berlebihan lingkungan yang stabil
- Fluktuasi terjadi sesudah
periode suhu stabil
- Bayi berada di - Suhu tubuh 37,5 Hipotermia
lingkungan - Tanda
yang sangat dehidrasi(elastisistas kulit
panas, terpapar turun, mata dan ubun-
sinar matahari, ubun besar dan cekung,
berada di lidah dan membran
inkubator, atau mukosa kering)
dibawah - Malas minum
pancaran panas - Frekuensi >60kali/menit
- Denyut jantung
>160kali/menit
- Letargi

d. Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan nafas,


kejang atau tidak sadar) setiap ajm dan nilai juga

369
kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali
dalam batas normal.
e. Ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang
disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
f. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
1) Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat
pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan
hangat, bila perlu;
2) Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri
ASI peras dengan menggunakansalah satu alternatif cara
pemberian minum dan pengatur suhu
3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi
lebih sering diubah
g. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak
dapat menyusu, berikanASI peras dengan
menggunakansalah satu alternatif cara pemberian minum.
h. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya
gangguan nafas, kejang, tidak sadar) dan segera mancari
pertolongan bial terjadi hal tersebut.
i. Niai tanda kegawatan, misalnaya gangguan nafas, bial ada
tangani gangguan nafasnya.
j. periksa kadar glukosa darah bila <mg/dala (2,6 mmol/L)
tangani hpoglekimia.
k. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu nsik minimal
0,5/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan
memeriksa suhu setiap 2 jam.
l. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5/, cari
tanda sepsis.
m. Setelah suhu tubuhnormal:
1) Lakukan perawatan lanjutan

370
2) Pantauan bayi selama 12 jam berikutnya periksa suhu
setiap 3 jam
n. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotik.
Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi dapat
minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangakn.
o. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah.
p. Nilai tanda kegawatan padad bayi (misalnya gangguan
nafas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga
kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali
dalam batas normal.
q. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang
disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
r. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap.
1) Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat
pemancar panas.gunakan inkubator dan ruang
hangat,bila perlu:
2) Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan,beri
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum dan seusiakan pengatur
suhu.
3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi
bayi lebih sering diubah.
s. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian
antibiotika.bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi
dapat minum dengan baik serta tidak ada masalahlain yang
memerlukan perawata di rumah sakit,bayi dapat
dipulangkan.nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah.

371
C. Hipoglikemia

1. Masalah
Bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6
mmol/L)
2. Manajemen
Glukose dara kurang 25 mg/dll (1,1 mmol/L) atau terdapat tanda
hopoglikemia
a. Pasang jalur IV jika belum terpasang
b. Berikan glukose 10% 1Ml/kg secara IV bolus pelan dalam 5
menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan
larutan glukose melalui pipa lambung dengan dosis yang
sama.
c. Infus glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan
d. Periksa kadar glukose darah masih kurang 25mg/Dl (1,1
MMOL/l), ulangi pemberian bolus glukose seperti tersebut diatas
dan lanjutkan pemberian infus
e. Anjurkan ibu menyusui. Bia bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengan menggunakan salah satualternatif cara
pemberian minum
f. Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian
cairan infuse setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan
infuse glukose dengan tiba-tiba.

Glukose darah 25 mg/Dl (1,1 mmol/L) -45 mg/dL (2,6


mmol/dL) tanda-tanda hipoglikemia.
a. Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum.

372
b. Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut,
tangani seperti diatas
c. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum
pemberian minum berikutnya:
1) Jika kadar glukosa kurang 25mh/Dl (1,1 mmol/L) atau
terdapat tanda hopoglikemia segera tangani seperti diatas
2) Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mg/dL (1,1-2,6
mmol/L) naikan frekuensi pemberian minum ASI atau
naikkan volume pemberian minum dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum
3) Jika kadar glukose darag 45 mg/Dl (2,6 mmol/L) atau lebih
lihat tentanf frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah
dibawah.

D. Hipertermia

1. Tinjauan Teori
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber
panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak
pakaian dan selimut.
Definisi :
Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan
oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus.
Etiologi :
Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen (olahraga
berat, hipertermia maligna, sindrom neuroleptik maligna,
hipertyroidisme), pengangguran kehilangan panas, atau terpajan
lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas).
Gejala :
a. Suhu badannya tinggi.
b. Terasa kehausan.

373
c. Mulut kering-kering
d. Kedinginan, lemas.
e. Anoreksia (tidak selera makan )
f. Nadi cepat dan
g. Pernafasan tidak teratur.
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
a. Suhu tubuh >37,5 °C
b. Frekuensi napas bayi > 60x/menit
c. Tand-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurangm jumlah urine berkurang.
Pengkajian hipotermia dan hipertermia
a. Riwayat kehamilan
1) Kesulitan persalinan dengan trauma infant
2) Penyalahgunaan obat-obatan
3) Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu.
b. Status bayi saat lahir.
1) Prematuritas
2) APGAR score yang rendah
3) Asfiksia dengan rescucitasi
4) Kelainan CNS atau kerusakan
5) Suhu tubuh dibawah 36,5° C atau diatas 37,5°C
6) Demam pada ibu yang menpresipitasi sepsis
neonatal
c. Kardiovaskular
1) Bradikardi
2) Takikardi
d. Gastrointestinal
1) Asupan makanan yang buruk
2) Vomiting atau distensi abdomen
3) Kehilangan bert badan yang berarti
e. Integrumen

374
1) Cyanosis central atau pallor (hipotermia)
2) Kulit kemerahan (hipertermia)
3) Edema pada muka, bahu dan lengan.
4) Dingin pada dada dan ekstremitas (hipotermia)
f. Neorologic
1) Tangisan yang lemah
2) Penurunan reflek dan aktifitas
3) Fluktuasi suhu di atas atau bawah batas normal
sesuai umur dan berat badan
g. Pulmonary
1) Nasal flaring atau penurunan napas, iregguler.
2) Retraksi dada
3) Ekspirasi gruting
4) Episode apnea atau takipnea (hipertermia)
h. Renal
Oliguria
i. Study diagnostic
1) Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan
yang disebabkan energi yang digunakan untuk respon
terhadap dingin atau panas.
2) Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan
karbondioksida dan penurunan kadar oksigen,
mengidentifikasi resiko acidosis.
3) Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengidentifikasi
kerusakan fungsi ginjal dan potensila oliguri.
4) Studi elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan
potasium yang berhubungan dengan kerusakan fungsi
ginjal
5) Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi

Tindakan/pengobatan

375
a. Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan :
1) Letakkan bayi diruangan dengan suhu lingkungan normal
(25 °C – 28 °C)
2) Lepaskan seluruh pakaiannya bila perlu
3) Periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapaisuhu dalam
batas normal
4) Bila suhu sangat tinggi (<39°C), bayi dikompres atau
dimandika selama 10 – 15 menit dalam air yang suhunya
4°C lebih rendah dari suhu tubuh bayi
b. Bila bayi pernah diletakkan dibawah pancaran panas atau
inkubator
1) Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam
inkubator , buka inkubator sampai suhu dalam batas normal
2) Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit
kemudian.
3) Bari pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang
digunakann
4) Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam
batas normal
5) Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan
sesuaikan pengatur suhu.
c. Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5° C
1) Yakinkan bayi mendapatkan masukan cukup cairan
a) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak
dapat menyusu, beri ASI peras dengan salah satu
alternatif catra pemberian minum
b) Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya
2) Periksa kadar glukosa darah, bila kurang 45 mg/dl (2,6
mmol/tangani hipoglikemia
3) Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu tubuh
mendapat batas normal

376
4) Setelah suhu bayi normal :
a) Lakukan perawatan lanjutan
b) Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu
badannya setiap 3 jam
5) Bila suhu tetap dalam batas norml da bayi dapat diberi
minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi dapat
dipulangkan, nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah
dan melindungi dari pancaran panas yang berlebihan

E. Tetanus Neonatorium
1. Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
2. Berikan diazepam 10 mg/kg/hari secara IV dalam 24 jam atau
dengan bolus IV setiap 3 jam (dengan dosis 0,5 ml/kg per kali
pemberian), maksimum 40 mg/kg/ hari.
a. Human tetanus immunoglobin 500 U IM atau tetanus antitoksin
5000 U IM.
b. Tetanus toksoid 0,5 ml IM pada tempat yang berbeda dengan
pemberian antitoksin.
3. Bila terjadi kemerahan dan atau pebengkakan pada kulit sekitar
pangkal tali pusat, atau keluar nanah dari permukaan tali pusat
atau bau busuk dari area tali pusat, berikan pengobatan untuk
infeksi lokal tali pusat.
4. Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5 ml (untuk melindungi
ibu dan bayi yang dikandung berikutnya) da meminta datang
kembali satu bulan kemudian untuk pemberian dosis kedua.

Perawatan Lanjut Bayi Tetanus

1. Rawat bayi diruang tenag dan gelap untuk mengurangi ransangan


yang tidak perlu, tetapi harus yakin bahwa bayi tidak terlantar.

377
2. Lanjutkan pemberian cairan IV dengan dosis rumatan
3. Pasang pipa lambung bila belum terpasang dan ASI peras diantara
periode spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari
dan naikkan ssecara perlahan jumlah ASI yang diberikan sehingga
tercapai jumlah yang diperlukan dalam dua hari.
4. Nailai kemampuan minum dua kali sehari dan anjurkan anak untuk
menyusu ASI secepatnya begitu terlihat bayi sudah siap untuk
menghisap.
5. Jelaskan kepada ibu bahwa angka kematian tetanus neonatorum
masih sangat tinggi (50% atau lebih), tetapi bila bisa bertahan
hidup tidak akan mempunyai dampak penyakitnya dimasa yang
akan datang.
6. Bila sudah tidak spasme selama dua hari, bayi mimum baik dan
tidak ada lagi masalah yang memerlukan perawatan dirumah sakit,
maka bayi dapat dipulangkan.

F. Penyakit Yang Diderita Ibu Selama Kehamila

Bayi lahir dari ibu yang mengalami infeksi intrauterin, demam


yang dicurigai infeksi berat selama proses persalinannya atau ketuban
pecah lebih dari 18 jam sebelum persalinan (KPD), sering tampak
normal saat lahir, tapi bayi yang mengalami masalah sesudah lahir.
Bila ditemukan tanda-tanda pada bayi, lihat bagian yang menjelaskan
tanda tersebut. Bila ditemukan tanda pada bayi (misalnya gangguan
nafas, muntah, letargi) lihat bagian tanda atau temuan ganda.

1. Masalah
Ibu dengan :
a. Infeksi intrauterin, demam yang dicurigai infeksi berat selama
proses persalinan sampai persalinan sampai 3 hari pasca
melahirkan.
b. KPD

378
2. Manajemen
Bila bayi berumur lebih dari 3 hari (tanpa melihat umur kehamilan),
tidak perlu penanganan (misal anti biotika atau obeservasi).
Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu untuk
membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul.
a. Bayi dengan umur kehamilan 35 minggu atau lebih atau berat
lahir 2000 g atau lebih.
1) Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan sepsis.
2) Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis hentikan antibiotika
3) Bila hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda
sepsis hentikan antibiotika.
4) Bila hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda
sepsis kapan saja, obat sebagai kemungkinan besar sepsis.
5) Bila kultur tidak dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, hentikan antibiotika setelah 5 hari.
6) Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotika dihentikan.
a) Bila bayi dalam keadaan baik, dan tidak ada tanda yang
memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi apat
dipulangkan.
b) Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis
muncul.
7) Bila hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda
sepsis kapan saja obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
8) Bila kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama 3 hari
lagi. Bila bayi dalam keadaan baik pulangkan.
b. Bayi dengan umur kehamilan kurag 35 minggu, atau berat lahir
kurang 2000 gram

379
1) Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti yang di jelaskan
pada bab kemungkinan besar sepsis.
2) Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis.
a) Bila KPD, tanda infeksi intrauterine atau demam,
hentikan antibiotika setelah 3 hari
b) Bila ibu menderita intrauterine atau demam hentikan
antibiotika setelah 3 hari.
3) Bila kultur darah positif tau kapan saja bayi menunjukkan
gejala sepsis. Obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
4) Bila kultur darah tidak dapat dilakukan tetapi bayi tidak
menunjukkan gejala sepsis, antibiotika dihentikan setelh
pemberian 5 hari.
5) Amati bayi salam 24 jam setelah antibiotika dihentikan :
a) Bila keadaan bayi tbaik, dan tiak ada tanda yang
memerlukan perawatan dirumah sakit.
b) Beri tahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati
ibu untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis
muncul.

380
PENUTUP

A. Simpulan
Bahwa ketidak normalan seperti kejang, hipotermi, hipertermi,
hipoglikemia, tetanus neonatorum yang dialami bayi baru lahir serta
penyakit yang diderita ibu selama kehamilan dapat diatasi dan
dicegah dengan penangan dini.

381
PERTANYAAN
1. Bayi Reza lahir aterm dengan berat badan lahir 3.000 gram.
Panjang badanlahir 50 cm, lingkar kepala 34 cm, lahir secara
spontan. Setelah 2 jam, asuhan apa yang diberikan agar tidak
terjadi hipotermi pada bayi R...
a. Melakukan meteode kangguru
b. Memberikan ASI eksklusif pada bayi
C. Memasukan bayi ke dalam inkubator
d. Melakukan IMD
2. Bayi Weny baru lahir 15 menit yang lalu,dengan denyut jantung
50 x/menit, tonus otot sedikit fleksi, gerakan sedikit, warna kulit
kebiruan, suhu 38 derajat celcius, respirasitidak teratur.
Berdasarkan suhu tubuhnya, bayi weny mengalami...
a. Hipotermi ringan
b. Hipotermi sedang
c. Hipotermi berat
d. Hipotermi
3. Seorang bayi lahir spontan di BPM. Berat badan 3500 gram,
panjang badan 51 cm, pernapasan 45 x/menit. Bayi menetek
kuat, talin pusat tidak ada tanda-tanda infeksi.
Pertanyaan :
Sebelum dibawa pulang informasi yang harus diberikan pada
bayi Ny B adalah……
a. Pemberian asi setiap 3 jam
b. Pemberian PASI setisp saat
c. Pemberian antibiotik secara rutin agar tidak terjadi infeksi
d. Pemberian makanan tambahan agar bayi cepat besar
e. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi agar bayi tidak
kedinginan
4. Seorang ibu melahirkan 1 jam yang lalu di BPS, usia kehamilan
40 minggu, BB: 2.800 gram PB: 48 cm, bergerak aktif, warna

382
kulit kemerahan, RR: 40 x /menit, Nadi: 130 x/menit, suhu:
36oC.
Pertanyaan:

Apa diagnosa yang tepat pada Bayi Baru Lahir tersebut ?


a.BBL Normal
b.BBLdengan asfiksia
c.BBL dengan Hipotermia
d.BBL dengan lebih bulan
e. BBL dengan infeksi
5. Untuk mendiagnosis dini terhadap kejang pemeriksaan darah
rutin yang dilakukan meliputi kecuali....
a. Hematokrit
b. Gula darah
c. Magnesium
d. Hemeglobin
e. Kultur darah

383
DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun,wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan


Balita.Fitramaya:Yogyakarta.
Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak.Nuha
medika:Yogyakarta.
Williams dan Wikins. 2011. Memahami Berbagai Macam Penyaki.
Jakarta. PT Indeks

Maryanti Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita.CV. Trans
Info Media: Jakarta.

384
TOPIK XVII

MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS & BALITA
“ASUHAN BAYI MUDA & BALITA DENGAN
MENGGUNAKAN MTBM DAN MTBS”

DOSEN PENGAMPUH :
Lydia Febri K, M.Keb
Rohuna, SKM, M.Pd
Dini Fitri Damayanti, S.SiT, M.Kes
Desy Rosita, S.St, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 17
Evarifani Palino (20185123019)
Nurhaya Sarah Syafa Namira (20185123043)
Juen Lie Wewe (20175123023)

385
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020

PEMBAHASAN
A. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu


pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2
bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke
fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleg tenaga kesehatan
dalam manajemen terpadu bayi muda atau yang dikenal dengan
MTBM. Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali
pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28 hari setelah melahirkan.
Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada
saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan,
dikeringkan, dan dinilai warna untuk menentukan kondisi serta perlu
tidaknya dilakukan rujukan. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
sudah terintergrasi di dalam pendekatan Manajemen terpadu Balita
Sakit (MTBS), maka bagan MTBM menjadi bagian dari bagan MTBS.
MTBM dan MTBS sudah diterapkan di seluruh provinsi di Indonesia
sehingga sudah menjadi milik masyarakat. Banyaknya permintaan
bagan MTBS (termasuk bagan MTBM) oleh Dinas Kesehatan
provinsi/kabupaten perlu dipenuhi sehingga perkembangan
penerapannya di lapangan tidak tersendat. Oleh karena itu
masyarakat dan tenaga kesehata yang memerlukan dapat
memperbanyak bagan ini untuk meningkatkan kelancaran
implementasi penerpnnya di Puskesmas, Polindes, Poskesdes,
Klinik Swasta, Rumah Sakit, dan lain-lainnya.

386
1. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir atau Bayi Muda
Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi
baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa
dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir
datang atau saat peraawatan di rumh sakit. Berikut adalah
beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika ditemukan bayi
baru lahir ataupun bayi muda:
a. Tidak bisa menyusui
b. Kejang
c. Mengantuk atau tidak sadar
d. Frekuensi napas < 20 kali/menit atau pernapasan berhenti
selama > 15 detik
e. Frekuensi napas > 60 kali/menit
f. Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
g. Sianosis sentral

Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjugan atau


control ke fasilitas pelayanan kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-
7 hari, dan 8-28 hari setelah melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi
muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada
kunjungan yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan yang
dilakukan saat kunjungan bayi muda ke fasilitas pelayanan
kesehatan:

1) Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi


bakteri, untuk kemudian diklasifikasi sesuai tanda dan gejalanya

Tanda atau Gejala Klasifikasi


 Tidak mau minum atau PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU
memuntahkan semua ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT
 Riwayat kejang ATAU
 Bergerak hanya jika distimulasi
ATAU

387
 Napas cepat ATAU
 Napas lambat ATAU
 Tarikan dinding dada ke dalam
yang kuat ATAU
 Merintih ATAU
 Demam ( >37,4oC) ATAU
 Hipotermi (<35,5oC) ATAU
 Nanah yang banya di mata
ATAU
 Pusar kemerahan meluas
sampai dinding perut
 Pustul kulit ATAU INFEKSI BAKTERI LOKAL
 Mata bernanah ATAU
 Pusat kemerahan atau
bernanah
 Tidak terdapat salah satu tanda MUNGKIN BUKAN INFEKSI
diatas

2) Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan


tentukan derajat dehidrasinya

Tanda dan Gejala Klasifikasi


Terdapat 2 atau lebih tanda berikut: DIARE DEHIDRASI BERAT
 Letargis atau tidak sadar
 Mata Cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut: DIARE DEHIDRASI RINGAN /
 Gelisah atau rewel SEDANG
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembali

388
lambat
Tidak cukup tanda dehidrasi berat DIARE TANPA DEHIDRASI
atau ringan / sedang

3) Periksa adanya icterus pada bayi, menggunakan metode


KRAMER
a) Kramer 1 : Kuning pada daerah kepala dan leher
b) Kramer 2 : Kuning sampai badan bagian atas (dari pusar ke
atas)
c) Kramer 3 : Kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut
atau siku
d) Kramer 4 : Kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
e) Kramer5 : Kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tanda dan Gejala Klasifikasi


 Timbul kuning pada hari IKTERUS BERAT
pertama (> 24 jam) ATAU
 Kuning ditemukan pada
umur lebih dari 14 hari
ATAU
 Kuning sampai telapak
tangan/telapak kaki ATAU
 Tinja berwarna pucat
 Timbul kuning pada umur > IKTERUS
24 jam sampai < 14 hari
dan tidak sampai telapak
tangan/kaki
 Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS

4) Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau


masalah pemberian ASI. Bila ditemukan bayi memiliki verat
vadan rendah, langsung lakukan penanganan atau rujuk tanpa
melihat ada tidaknya masalah pada pemberian ASI.

389
5) Tanyakan dan tentuka status imunisasi bayi muda, serta status
pemberian Vit, K1, Imunisasi pertama kali yang harusnya
didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari 0-7
kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi
BCG dan polio setelah lahir.
6) Tanyaklan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital,
trauma lahir, araupun perdarahan tali pusat.
7) Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari
oleh ibu.

2. Tatalaksana Kedaruratan Tanda bahaya


Identifikasi tindakan dan pengobatan dengan menentukan
tindakan dan mengobati, yaitu memberikan tindakan pengobatan di
fasilitas kesehatan, membuat resep, serta mengajari ibu tentang
obat serta tindakan yang harus dilakukan di rumah.
a. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “kemungkinan Penyakit Berat/Infeksi Bakteri” yang
dibagi dalam tiga kelompok klasifikasi berikut, yaitu:
1) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Penyakit sangat berat atau Infeksi Berat”,
meliputi:
a) Lakukan penanganan kejang terlebih dahulu,
apabila terdapat kejang
b) Lakukan pencegahan agar gula darah tidak turun
c) Lakuan penanganan gangguan napas, apabila
terdapat gangguan napas
d) Lakukan penanganan hipotermia, apabila terdapat
hipotermia
e) Lakukan pemberian dosis pertama antibiotic
intramuskuler

390
f) Berikan nasihat kepada ibu tentang cara menjaga
bayi agar tetap hangat selama perjalanan
g) Lakukan rujukan dengan segera
2) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Infeksi Bakteri Lokal”, meliputi:
a) Lakukan pemberian antibiotic oral, apabila
terdapat pustule kulit atau pusar bernanah
b) Lakukan pemberian salep/tetes mata antibiotic,
apabila terdapat nanah di mata
c) Lakukan pemberian asuhan dasar bayi muda
d) Berikan nasihat kepada ibu mengenai kapan
kembali segera
e) Beriyahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang 2
hari
3) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Mungkin bukan infeksi”, meliputi:
a) Ajarkan kepada ibu tentang cara merawat bayi
dirumah
b) Lakukan pemberian asuhan dasar bayi muda
b. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan klasifikasi
“Diare untuk Dehidrasi” yang dibagi dalam tiga kelompok klasifikasi,
antara lain:
1) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Dehidrasi Berat”, meliputi:
a) Lakukan penanganan sesuai Rencana terapi C

391
b) Apabila bayi juga memiliki klasifikasi lain yang
memerlukan rujukan segera, maka lakukan hal-
hal berikut ini:
 Setelah memenuhi syarat rujukan, maka
lakukan rujukan dengan segera dan
berikan larutan oralit sedikit demi sedikit
selama dalam perjalanan ke tempat
rujukan
 Apabila memungkinkan, berikan nasihat
kepada ibu untuk tetap memberikan ASI
 Lakukan pencegahan agar gula darah tidak
turun
 Berikan nasihat kepada ibu tentang cara
menjaga bayi agar tetap hangat selama
perjalanan ke tempat rujukan
2) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Diare dehidrasi ringan/sedang” meliputi:

392
a) Lakukan penanganan sesuai dengan Rencana
terapi B, apabila bayi tidak mempunyai klasifikasi
berat lainnya
b) Apabila bayi juga memiliki klasifikasi lain, maka
lakukan hal-hal berikut ini:
 Lakukan rujukan dengan segera dan
berikan larutan oralit sedikit demi sedikit
selama dalam perjalanan ke tempat
rujukan
 Apabila memunginkan, berikan nasihat
kepada ibu untuk tetap memberikan ASI
 Lakukan pencegahan agar gula darah tidak
turun
 Berikan nasihat kapada ibu tentang cara
menjaga bayi agar tetap hangat selama
perjalanan ke tempat rujukan
3) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Diare tanpa dehidrasi” meliputi:
a) Lakukan penanganan sesuai Rencana Terapi A
b) Berikan nasihat kepada ibu tentang kapan
kembali segera
c) Lakukan pemberian asuhan dasar bayi muda
d) Beritahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang 2
hari

393
c. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan klasifikasi
“Ikterus” yang dibagi dalam tiga kelompok klasifikasi berikut ini:
1) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Ikterus berat”, meliputi:
a) Lakukan pencegahan agar gula darah tidak turun
b) Berikan nasihat kepada ibu tentang cara menjaga
bayi agar tetap hangat
c) Lakukan rujukan dengan segera
2) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Ikterus”, meliputi:
a) Lakukan pemberian asuhan dasar bayi muda
b) Anjurkan kepada ibu untuk menyusui lebih sering
c) Berikan nasihat kappa ibu kapan kembali segera
d) Beritahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang 2
hari

394
3) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Tidak ada ikterus”, yaitu lakukan pemberian
asuhan dasar bayi muda
d. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan klasifikasi
‘Berat Badan Menurut Umur dan/atau Masalah Pemberian ASI”
yang dibagi dalam dua kelompok klasifikasi berikut ini:
1) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan rendah menurut umur dan/atau
masalah pemberian ASI”, meliputi:
a) Lakukan asuhan dasar bayi muda
b) Berikan nasihat pada ibu untuk menjaga bayinya
agar tetap hangat
c) Ajarkan kepada ibu tentang pemberian ASI
dengan benar
d) Berikan ASI lebih sering, apabila bayi sudah
mendapatkan makanan/minuman
e) Apanila bayi tidak mendapatkan ASI, lakukan
rujukan agar mendapatkan konseling Laktasi dan
agar bayi berkemungkinan dapat/mau menyusui
lagi
f) Berikan nasihat pada ibu tentang alternative
pemberian minum
g) Berikan konseling bagi ibu dan keluarga
h) Barikan nasihat pada ibu tentang kapan harus
kembali segera
i) Beritahukan kepada ibu agar melakukan
kunjungan ulang 2 hari untuk gangguan
pemberian ASI dan trush/ruam pada mulut bayi
j) Beritahukan juga kepada ibu agar melakukan
kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat
badan rendah bayi menurut umur

395
2) Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan tidak rendah dan tidak ada
masalah pemberian ASI”, meliputi memberikan pujian
kepada ibu karena ibu telah memberikan ASI
kepadabayinya dengan benar.
Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi
sebelumnya. Jika termasuk warna merah atau kondisi berat bisa
langsung dilakukan prtujukan ila tidak tersedia pengobatan di fasilitas
kesehatan sebelumnya. Selain itu, rujukan biasanya dilakukan jika kasus
yang dijumpai berupa keracunan dengan penurunan kesadaran, luka
bakar di mulut dan tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal
jantung.
B. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illnes (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan focus
pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organizations)
merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan
bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. Manajemen terpadu
balita sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO
dan UNICEF untuk menyiapkan kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem
kesehatan serta menigkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan
masyarakat. Proses manajemen kusus menguraikan cara penanganan
anak sakit mulai dari datang untuk berobat sampai konseling bagi ibu.
Pelayanan selanjutnya yaitu memberi pedoman untuk menentukan

396
apakah anak yang sakit berat perlu dirujuk. Tiga unsur penunjang
keberhasilan MTBS yaitu:
1. Meningkatnya perawatan, penyediaan pelayanan dan informasi
yang terjangkau dan memadai.
2. Membaiknya kemitraan antara fasilitas kesehatan dan masyarakat
yang dilayani.
3. Promosi yang terintegrasi.

1. Proses Manajemen:
a) Menilai anak umur 2 bulan sampai 5 tahun atau bayi muda usia 1
minggu sampai 2 bulan dan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
b) Membuat klasifikasi kategori untuk menentukan tindakan.
c) Menentukan tindakan.
d) Mengobati dan membuat resep, cara memberi obat dan tindakan
yang lain yang perlu dilakukan.
e) Memberi konseling bagi ibu.
f) Memberikan pelayanan tindak lanjut.

Datang MTBS

DIRUJUK TIDAK
DIRUJUK

TINDAKAN
PRERUJUKAN TINDAKAN
LANJUTAN

2. Tanda Bahaya pada Balita Sakit

397
Penilaian kasus balita sakit usia 2 bulan sampai 5 tahun:
a. Batuk atau sukar bernafas (Pneumonia)

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan


 Tarikan dinding PNEUMONIA BERAT  Beri Oksigen maksimal 2-3 liter per
dada ke dalam atau PENYAKIT menit
ATAU SANGAT BERAT  Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
 Saturasi Oksigen <  RUJUK SEGERA
90%
• Napas cepat. PNEUMONIA  Beri Amoksisilin 2x sehari selama 3 hari
 Beri pelega tenggorokan dan pereda
batuk yang aman
 Obati wheezing bila ada
 Apabila batuk > 14 hari atau wheezing
berulang, RUJUK untuk pemeriksaan
lanjutan
 Nasihati kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 3 hari
• Tidak ada BATUK : BUKAN  Beri peleda tenggorokan dan pereda
tandatanda PNEUMONIA batuk yang aman
pneumonia atau  Obati wheezing bila ada
penyakit sangat  Apabila batuk > 14 hari atau wheezing
berat. berulang, RUJUK untuk pemeriksaan
lanjutan
 Nasihati kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada
perbaikan

b. Diare

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan


 Letargis atau tidak sadar DIARE DEHIDRASI  Beri cairan untuk dehidrasi b
 Mata Cekung. BERAT dan tablet Zinc sesuai renc

398
 Tidak bisa minum atau malas terapi C
minum.  Jika anak juga mempu
 Cubitan kulit perut kembali sangat klasifikasi berat lain : RU
lambat. SEGERA
 Jika masih bisa minum, ber
ASI dan larutan oralit sel
perjalanan.
 Jika anak >2 Tahun dan
kolera di daerah tersebut,
antibiotik untuk kolera.
 Gelisah, rewel / mudah marah. DIARE DEHIDRASI  Beri cairan, tablet Zinc
 Mat4a cekung. RINGAN/ SEDANG makanan sesuai Rencana Te
 Haus, minum dengan lahap. B

 Cubitan kulit perut kembali lambat  Jika terdapat klasifikasi berat


: RUJUK SEGERA ke Ru
Sakit, Jika masih bisa min
berikan ASI dan larutan o
selama perjalanan.
 Nasihati kapan kembali seger
 Kunjungan ulang 3 hari jika t
ada perbaikan.
Tidak cukup tanda-tanda untuk DIARE TANPA  Beri cairan, tablet Zinc
diklasifikasikan sebagai diare DEHIDRASI makanan sesuai Rencana Te
dehidrasi berat atau ringan/sedang. A
 Nasihati kapan kembali seger
 Kunjungan ulang 3 hari jika t
ada perbaikan

c. Demam/Malaria

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan


 Ada tanda bahaya ATAU PENYAKIT BERAT  Beri dosis pertama artem

399
DENGAN DEMAM injeksi atau kinin injeksi u
 Kaku kuduk (leher)
malaria berat
 Beri dosis pertama antib
yang sesuai
 Cegah agar gula darah t
turun
 Berikan satu dosis paraseta
untuk demam ≥ 38,5 °C
 RUJUK SEGERA
 Demam (pada anamnesis atau MALARIA  Beri obat anti malaria oral pil
teraba panas atau suhu ≥ 37,5 °C pertama
DAN  Beri satu dosis paraseta
 Mikroskopis RDT positif untuk demam ≥ 38,5 °C
 Nasihati ibu kapan kem
segera
 Kunjungan ulang 3 hari jika t
demam
 Jika demam berlanjut lebih d
hari,
 RUJUK untuk penilaian l
lanjut.
 RDT negatif, ATAU DEMAM MUNGKIN  Beri satu dosis paraseta
 Ditemukan penyebab demam BUKAN MALARIA untuk demam ≥ 38,5 °C
lainnya  Beri antibiotik yang se
untuk penyebab lain
demam yang ditemukan
 Nasihati ibu kapan h
kembali
 Kunjungan ulang dalam 3
jika tetap demam
 Jika demam berlanjut lebih

400
7 hari,
 RUJUK untuk penilaian l
lanjut

d. Masalah Telinga

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan


 Pembengkakan yang nyeri di MASTOIDITIS  Beri dosis pertama ant
belakang telinga yang sesuai
 Beri dosis pertama parase
untuk mengatasi nyeri
 RUJUK SEGERA
 Nyeri telinga, ATAU INFEKSI TELINGA  Beri antibiotik yang s
 Rasa penuh di telinga dan dapat AKUT selama 5 hari
keluar cairan dari telinga selama  Beri parasetamol
kurang dari 14 hari mengatasi nyeri
 Keringkan telinga dengan b
penyerap setelah dicuci de
H2O2 3%
 Kunjungan ulang 5 hari
 Tampak cairan/nanah keluar dari INFEKSI TELINGA  Keringkan telinga de
telinga dan telah terjadi selama 14 KRONIS kain/kertas penyerap se
hari atau lebih dicuci dengan H2O2 3%
 Beri tetes telinga yang sesua
 Kunjungan ulang 5 hari
 Tidak ada nyeri telinga DAN tidak TIDAK ADA INFEKSI  Tidak perlu tindakan tambah
ada nanah keluar dari telinga TELINGA

e. Status Gizi dan Anemia

Gejala Klasifikasi Tindakan?Pengobatan


 Terlihat sangat kurus ATAU GIZI BURUK  Beri dosis pertama antib
 Edema pada kedua kaki ATAU DENGAN yang sesuai

401
 BB/PB (TB) < - 3 SD KOMPLIKAS  Tangani anak untuk mence
 ATAU LiLA <11,5 cm DAN salah satu turunnya kadar gula darah
dari : -ada tanda bahaya umum  Hangatkan badan
atau ada klasifikasi berat atau ada  RUJUK SEGERA
masalah pemberian ASI
 Terlihat sangat kurus GIZI BURUK TANPA  Beri antibiotik yang se
 Edema minimal (kedua punggung KOMPLIKASI selama 5 hari
tangan/kaki) atau tidak tampak edema  Tangani anak untuk mence
 BB/PB (TB) < - 3 SD ATAU turunnya kadar gula darah
 LiLA < 11,5 cm DAN tidak ada komplikasi  Hangatkan badan
medis  Berikan maka
rehabilitasi/pemulihan
sesuai kebutuhan anak
buruk yaitu 150
kkal/kgBB/hr, protein
g/kgBB/hr
 Lakukan pemeriks
kemungkinan adanya peny
penyerta (misalnya
malaria, HIV, cacingan dll)
 Nasihati kapan kembali seg
 Kunjungan ulang 7 hari
 BB/PB (TB) ≥ - 3 SD - < - 2 SD ATAU GIZI KURANG  Lakukan Penilaian Pembe
LiLA antara 11,5 cm <12,5 cm Makan pada anak dan nas
sesuai “Anjuran Makan U
Anak Sehat Maupun Sa
Bila ada masalah pembe
makan, kunjungan ulang
hari.
 Lakukan penil
kemungkinan infeksi TB.

402
 Kunjungan ulang 30 hari
 BB/PB (TB) antara - 2 SD - + 2 SD GIZI BAIK Jika anak berumur kurang da
ATAU LiLA ≥ 12,5 cm tahun, lakukan penil
pemberian makan dan nas
sesuai “anjuran Makan U
Anak sehat Maupun Sakit”
ada masalah pemberian ma
kunjungan ulang 7 hari

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan


Telapak tangan sangat pucat ANEMIA BERAT  Bila masih menyusu, teruskan
pemberian ASI
 RUJUK SEGERA
Telapak tangan agak pucat ANEMIA  Lakukan Penilaian Pembe
Makan pada anak. Bila
masalah, beri konse
pemberian makan dan kunjun
ulang 7 hari
 Beri zat besi
 Beri obat cacingan jika anak
tahun dan belum mendapa
obat dalam 6 bulan terakhir
 Jika daerah Risiko Ti
Malaria: beri antimalaria oral
 Nasihati kapan kembali seger
 Kunjungan ulang 14 hari

403
Tidak ditemukan tanda kepucatan TIDAK ANEMIA Jika anak < 2 tahun,
pada telapak tangan pemberian makanan pada a
Jika ada masalah pembe
makan, kunjungan ulang 7 hari

f. Status Imunisasi dan pemberian vitamin A dan masalah/keluhan


lainnya
1) Memeriksa Status Imunisasi
Umur Jenis Vaksin
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1*
Imunisasi Dasar 2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio
**
3 bulan DPT-HB-Hib2, Polio
DPT-HB-Hib 3, Polio
4 bulan
Jadwal Imunisa IPV
9 bulan Campak
18 bulan DPT-HB-Hib
Imunisasi
Lanjutan
24 bulan Campak

* Bayi lahir di fasilitas kesehatan, imunisasi BCG dan Polio 1


diberikan sebelu
dipulangkan
** Jika anak sehat atau sakit ringan dan belum lengkap imunisasi
dasarnya maka segera
lengkapi imunisasi dasarnya, KECUALI ANAK AKAN DIRUJUK
SEGERA
Nasehati ibu kapan harus kembali untuk mendapat imunisasi
berikutnya

2) Pemberian Vitamin A
 Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru)
 Umur 12 bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU (kapsul
merah)
 Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6
bulan terakhir, berikan satu dosis sesuai umur
3) Masalah/keluhan lainnya
Pastikan bahwa setiap anak dengan Tanda Bahaya Umum
apapun harus dirujuk setelah mendapatkan dosis pertama
antibiotik dan tindakan pra rujukan lainnya.

404
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu
pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2
bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke
fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleg tenaga kesehatan
dalam manajemen terpadu bayi muda atau yang dikenal dengan
MTBM. Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali
pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28 hari setelah melahirkan.
Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada
saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan,
dikeringkan, dan dinilai warna untuk menentukan kondisi serta perlu
tidaknya dilakukan rujukan. Sedangkan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) adalah set modul yang menjelaskan secara rinci cara
menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita
sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Proses manajemen kusus
menguraikan cara penanganan anak sakit mulai dari datang untuk
berobat sampai konseling bagi ibu. Pelayanan selanjutnya yaitu
memberi pedoman untuk menentukan apakah anak yang sakit berat
perlu dirujuk.

405
PERTANYAAN
1. Apakah yang dimasud dengan MTBM ?
a. Merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat
maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat
jalan maupun yang dikunjungi oleg tenaga kesehatan dalam
manajemen terpadu bayi muda atau yang dikenal dengan
MTBM.
b. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah
pemberian ASI”, meliputi memberikan pujian kepada ibu karena
ibu telah memberikan ASI kepadabayinya dengan benar.
c. Integrated Management of Childhood Illnes (IMCI) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan focus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh.
d. merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan,
dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara
berkembang.
e. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah
pemberian ASI”, meliputi memberikan pujian kepada ibu karena
ibu telah memberikan ASI kepadabayinya dengan benar.
2. Apa saja tanda bahaya pada bayi baru lahir atau bayi muda?
a. Demam, pusing dan kejang
b. Diare, nafsu makan berkurang dan selalu menangis
c. Tidak bisa menyusui, kejang, mengantuk, frekuensi nafas
<20 kali/menit, frekuensi nafas >60 kali/menit dan merintih
d. Djj< 120 kali/menit, sesak dam kejang

406
e. Kejang, megantuk dan merintih
3. Bagaimana menggunakan metode KRAMER yang tepat untuk
periksa adanya icterus pada bayi?
a. Kramer 1 : Kuning pada daerah kepala
Kramer 2 : Kuning sampai badan bagian atas (dari pusar ke
atas)
b. Kramer 1 : Kuning pada daerah kepala
Kramer 2 : Kuning sampai badan bagian atas
c. Kramer 1 : merah pada daerah kepala dan leher
Kramer 2 : merah sampai badan bagian atas (dari pusar ke
atas)
Kramer 3 : merah sampai badan bagian bawah hingga lutut atau
siku
d. Kramer 1 : pucat pada daerah kepala dan leher
Kramer 2 : pucat sampai badan bagian atas (dari pusar ke atas)
Kramer 3 : pucat sampai badan bagian bawah hingga lutut atau
siku
Kramer 4 : pucat sampai pergelangan tangan dan kaki
e. Kramer 1 : Kuning pada daerah kepala dan leher
Kramer 2 : Kuning sampai badan bagian atas (dari pusar ke
atas)
Kramer 3 : Kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut
atau siku
Kramer 4 : Kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
Kramer5 : Kuning sampai daerah tangan dan kaki
4. Apa yang dimasud dengan MTBS ?
a. Integrated Management of Childhood Illnes (IMCI) adalah
suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan focus pada kesehatan anak
usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.

407
b. Merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana
bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit,
baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang
dikunjungi oleg tenaga kesehatan dalam manajemen terpadu
bayi muda atau yang dikenal dengan MTBM.
c. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah
pemberian ASI”, meliputi memberikan pujian kepada ibu karena
ibu telah memberikan ASI kepadabayinya dengan benar.
d. merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan,
dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara
berkembang.
e. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah
pemberian ASI”, meliputi memberikan pujian kepada ibu karena
ibu telah memberikan ASI kepadabayinya dengan benar.
5. Salah satu unsur penunjang keberhasilan MTBS adalah?
a. Meningkatnya perawatan, penyediaan pelayanan dan
informasi yang terjangkau dan memadai.
b. suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan focus pada kesehatan anak usia
0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
c. Merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana
bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit,
baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang
dikunjungi oleg tenaga kesehatan dalam manajemen terpadu
bayi muda atau yang dikenal dengan MTBM.
d. Tindakan/pengobatan pada bayi muda sakit berdasarkan
klasifikasi “Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah

408
pemberian ASI”, meliputi memberikan pujian kepada ibu karena
ibu telah memberikan ASI kepadabayinya dengan benar.
e. Pastikan bahwa setiap anak dengan Tanda Bahaya Umum
apapun harus dirujuk setelah mendapatkan dosis pertama
antibiotik dan tindakan pra rujukan lainnya.

409
DAFTAR ISI

Depkes RI (2015). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit.


Jakarta: Depertemen
Kesehata RI

Maryunani, Anik. 2014. Pengenalan Praktis MTBS (Manajemen


Terpadu Balita Sakit) untuk Paramedis. Bogor:
In Media

Permenkes RI No.70. 2013. Manajemen Terpadu Balita Sakit


Berbasis Masyarakat.
Pusdiatuti, Ratna Dewi. 2011. BUKU AJAR KEBIDANAN
KOMUNIS: TEORI DAN APLIKASI DILENGKAPI CONTOH
ASKEB. Jakarta: Nuha Medika

410
TOPIK XVIII

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN ANAK


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 18

EGA SAPUTRI (20185123018)

JELLIN SYAFITRI (20185123026)

JAMILA JUMIATI (20185123025)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN D-III KEBIDANAN
TINGKAT II SEMESTER III
TAHUN AJARAN 2019/2020

411
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan


dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan skill dalam stuktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan dan fisik (kegiatan motorik
kasar/halus), mental (perlu berfikir sederhana/kompleks), emosi
(berhubungan dengan perasaan) dan sosial (berhubungan dengan
orang lain).
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan( Growth ) berkaitan dengan perubahan ,dalam
besar ,jumlah ,dan fungsi tingkat sel ,organ maupun individu yang
diukur dengan ukuran berat (gram ,pound ,kilogram ) ,ukuran
panjang (cm, meter ),umur ttulang ,dan keseimbangan metabolik
( reteni kalsium dan nitrogen tubuh ). Menurut Jellife D.B.(1989)
pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh
,organ , dan jaringan konsepsi sampai remaja .
2. Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan adalah suatu kegiatan
pengukuran anak yang teratur ,dicatat, dan kemudian
diinterprestasikan dengan maksud agar dapat memberikan

412
penyuluhan ,berbuat sesuatu ,serta melakukan follow -up
selanjutnya .
Pemantauan pertumbuhan merupakan strategi operasional
untuk membantu dalam memvisualkan pertumbuhan anaknya dan
menerima petunjuk yang khusus atau spesifik ,relevan dan praktis
sehingga ibu ,keluarga dan masyarakat dapat berbuat guna
mempertahankan kesehatan serta pertumbuhan anak dengan
optimal .
Terdapat empat elemen kunci dari pemantauan pertumbuhan ,
yaitu :
1) Merupakan strategii pencegahan yang dilaksanakan
sebelum adanya gangguan pertumbuhan .Karena
penimbangan yang teratur akan mengetahui gangguan
pertumbuhan yang yang tadinya tidak dapat diamati ,yang
dapat disebabkan oleh kekurangan makan ,sakit yang
berulang , ketidak tahuan tentang makanan anak ,atau
kelainan hormonal .
2) Merupakan strategi merubah lingkungan anak yang kurang
sesuai melalui komunikasi yang efektif dengan ibu.
3) Berhubungan dengan lingkungan yang menyeluruh yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak .
4) Ibu atau masyarakat ikut terlibat dalam usaha
mengoptimalkan tumbuh kembang anak .

1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang


a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan,
b. Faktor Lingkungan

413
Faktor lingkungan ini secara garis besar dapat dibagi menjadi:
a. Faktor lingkungan yang memengaruhi pada waktu masih
dalam kandungan (Prenatal)
b. Faktor lingkungan yang memengaruhi tumbuhbkembang
setelah lahir (ipostnatal)

Lingkungan postnatal yang memengaruhib tumbuh kembang


secara umum dapat digolongkan menjadi;

1. Lingkungan biolois antara lain;


a. Ras/suku bangsa
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Gizi
e. Kepekaan terhadap penyakit , dan lain sebagainya
2. Faktor fisik, antara lain;
a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
b. Sanitasi
c. Radiasi
3. Faktor psikososial, antara lain;
a. Stimulasi
b. Motivasi
c. Kelompok sebaya
d. Stress
4. Faktor keluarga dalam adat istiadat, antara lain;
a. Pekerjaan/ pendapatn keluarga
b. Pendidikan orangtua
c. Jumlah saudara
d. Jenis kelamin dalam keluarga
e. Adat-istiadat, norma-norma
f. Agama

414
Berikut perbedaan lingkungan prenatal dan postnatal

Faktor Sebelum lahir Sesudah lahir

Lingkungan Cairan Udara

Suhu Luar Pada umumnya tetap Berubah-ubah

Stimulasi Terutama kinestatik atau vibrasi Bermacam-macam


sensoris stimulus

Gizi Tergantung pada zat-zat gizi Tergantung pada


yang terdapat dalam darah ibu tersedianya bahan
makanan dan
kemampuan saluran
cerna

Penyediaan Berasal dari ibu ke janin melalui Berasal dari paru-paru


oksigen plasenta ke pembuluh dara
paru-paru

Pengeluaran Dikeluarkan ke sistem peredaran Dikeluarkan melalui


hasil darah ibu paru-paru, kulit, ginjal
metabolism dan saluran
pencernaan

2. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang


1. Masa prenatal
a. Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu
b. Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir
2. Masa bayi: usia 0-1 tahun
a. Masa neonatal : usia 0-28 hari
- Masa neonatal dini : 0-7 hari

415
- Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
3. Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun

B. KMS

1 .Pengisisan KMS

A. Pengertian KMS Balita


KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator
perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau
tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai usia 5
tahun . KMS juga dapat diartikan sebagai “ rapor “kesehatan dan gizi
( catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita (Depkes RI,1996 )

B. Tujuan Penggunaan KMS Balita


Umum :
Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan ststus kesehatan
anak balita secara normal.
Khusus :
1 .Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau
tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang
optimal .
2 Sebagai alat bantu sdalam memantau dan menentkan tindakan-
tindakan untuk mewujudkan tingkat pertumbyhan dan
perkembangan balita yang optimal .
3 Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan
pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita (Depkes RI ,1996 )
A. Fungsi KMS bagi Balita
1 Sebagai media untuk “mencatat /memantau “ riwayat kesehtan
balita secara lengkap .

416
2 Sebagai media “ penyuluhan “ bagi orang tua dan balita tentang
kesehatan balita
3 Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi
petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan
gizi terbaik bagi balita
4 Sebagai kartu Analisa tumbuh kembang balita

Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan


bukan untuk pelaian status gizi . Artinya penting unruk menentukan
apakah status gizinya kurang attau baik (Soekirman ,2000)
B. Cara pengisisan dan penggunaan KMS
1. Identitas Anak
a. Pada halaman muka KMS ,isilah nama anak dan nomor
pendaftaran sesuai dengan nomor registrasi yang ada di
Posyandu .
b. Pada halaman pendaftaran pertama kali di Posyandu
,isilah semua kolom identitas anak yang tersedia pada
halaman dalam KMS .
1) Pos pelayanan Terpadu ( Posyandu ) = diisi
dengan nama Posyandu tempat dimana anak
didaftarkan

Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )

Contoh : Mawar Merah

2) Tanggal Pendaftaran = diisi dengan tanggal ,bulan


dan tahun anak tersebut didaftar dan mengikuti
program posyandu pertama kali

Contoh :
2 September 2019

417
3) Nama anak = diisi dengan nama jelas anak yang
bersangkutan

Contoh :
Putri

4) Isi kolom centang jika anak perempuan


5) Anak ke = diisi dengan nomor urut kelahiran anak

Contoh :
Anak ke 2

6) Tanggal lahir = diisi tanggal ,bulan dan tahun


kelahiran anak
Perhatian :
- Bila ada kartu kelahiran ,catatlah tanggal
,bulan ,dan tahun kelahiran anak
menurut kartu kelahiran
- Bila tidak ada kartu kelahiran ,catatlah
tanggal lahir anaksesuai dengan yang
diingat ibunya
- Bila ibu lupa tanggal lahir anak dan
hanya tahun umurnya ,cobalah
perkirakan “ tahun dan bulan “ kelahiran
anak menurut bulan arab / bulan jawa
atau peristiwa peristiwa lain yang mudah
diingat yang bersamaan dengan
kelahiran anaknya .

418
7) Berat badan waktu lahir = diisi denga berat badan
anak yang bersangktan dalam satuan gram pada
waktu melahirkan
8) Nama Ayah = diisi dengan nama ayah anak
tersebut
Pekerjaan = diisi dengan pekerjaan ayah anak
tersebut
9) Nama Ibu = diisi dengan nama ibu anak
tersebut
Pekerjaan =diisi dengan alamat tempat tinggal
keluarganya
10)Alamat =diisi dengan alamat tempat tinggal
keluarga
2. Catatan Pemberian Imunisasi
Catatan ini disediakan untuk mencatat tanggal ,bulan dan tahun
pemberian imunisasi bagi bayi 0 – 12 bulan yang diberi
imunisasi tertentu . Catatab diisi lansung oleh petugas imunsasi
setelah imunisasi diberikan .
a. Imunisasi BCG = diisi dengan tanggal ,bulan ,dan tahun
anak tersebut mendapatkan imunisasi BCG pada kolom
1.
Contoh : 2 September 2019 atau (02/09/2019)
b. Imunisasi DPT = diisi dengan tanggal ,bulan, dan tahun
anak tersebut mendapatkan imunisasi DPT kontak yang
ke 1,2, dan 3.
Contoh :

Tanggal imunisasi DPT 1 = 2 September 2019 atau


( 02/09/2019)
Dicatat tanggal pada kolom
1.

419
Tanggal imunisasi DPT 2 = 3 Oktober 2019 atau
(03/09/2019)

Dicatat tanggal pada


kolom 2

Tanggal imunisasi DPT 3 = 2 November 2019 atau


(02/11/2019)

Dicatat tanggal pada


kolom 3

c. Imunisasi Polio = diisi tanggal ,bulan ,dan tahun anak


tersebut mendapatkan imunisasi polio kontak yang ke
1,2,3, dan 4 .
Contoh :

Tanggal imunisasi Polio 1 = 2 November 2019 atau


(02/11/2019 )
Dicatat tanggal pada
kolom 1 .
Tanggal imunisasi Polio 2 =3 Oktober 2019 atau
(03/10/2019)
Dicatat tanggal pada kolom
2.

420
Tanggal imunisasi Polio 3 = 2 November 2019 atau
(02/11/2019)
Dicatat tanggal pada
kolom 3 .
Tanggal imunisasi Polio 4 = 5 Desember 2019 atau
( 05/12/2019)
Dicatat tanggal pada
kolom 4 .
d. Imunisasi Campak = diisi tanggal ,bulan dan tahun anak
tersebut mendapatkan imunisasi campak
Contoh : 5 Desember 2019 atau (05/12/2019)

e. Imunisasi Hepatitis B = diisi tanggal ,bulan ,dan tahun


anak tersebut mendapatkan imunisasi hepatiis B kontak
yang ke 1,2, dan 3
Contoh :
Tanggal imunisasi Hepatitis B 1 = 2 Agustus 2019 atau
(02/08/2019)
Dicatat tanggal
pada kolom 1 .
3. Catatan distribusi Vitamin A dosis Tinggi
Contoh :
Pemberian yang ke 1 pada tanggal 12 Agustus 2019 dicatat
sebagai berikut

Ke 1 : Ke 5 :
Agustus
2019
Ke 2 : Ke 6 :
Ke 3 : Ke 7 :

421
Ke 4 : Ke 8 :

4. Grafik Pertumbuhan Anak


a. Pengisian grafik pertumbuhan anak dimulai dengan menuliskan
nama bulan dan tahun kelahiran anak tersebut dengan pada
kolom bulan yang berada dibawah angka 0.
Contoh :
Putri lahir bulan Agustus 2019 ,maka cantumkan bulan Agustus
2019 dikolom bergaris merah tebal dibawah angka 0 .
b. Untuk kolom kolom selnjutnya yang berada dibawah angka 1,2,
3, dan 4 s/d 60 diisi dengan nama bulan berikutnya

Isilah kolom ini dengan bulan dan tahun kelahiran anak sampai bulan
berikutnya

c. Setelah anak ditimbang dan diketahui berat badannya


,kemudian tentukan titik berat badannya pada titik temu garis
tegak ( sesuai dengan bulan penimbangan ) dengan garis datar
sesuai dengan berat badab hasil penimbangan dalam kilogram .
Contoh : Anak umur 9 bulan berat badan 7,0 kg Digambar
sebagai berikut

422
d. Pada penimbangan bulan selanjutnya ,setelah diketahui berat
badannya ,tentukan titik temu antara garis datar yang
menunjukkan berat badannya dan gairs tegak yang
menunjukkan umur dalam bulan.
5. Cara Pemantauan ASI Ekslusif
KMS yang diterbtkan sejak tahun1996/1997 di bawah kolom kolom
nama bulan 0,1,2,3,4,terdapat kolom tambahan untuk mencatat
pemantauan ASI Ekslusif . Apabila bayi mendapat ASI saja sampai
Isilah kolom ini dengan bulan dan tahun kelahiran anak.
usia 4 bulan maka di bawah kolom 0,1,2,3,4, diisi dengan
Isilah kolom-kolom berikutnya dengan bulan bulan selanjutnya.
E0,E1,E2,E3,E4.
Contoh :
a. Putri setelah lahir hanya diberi ASI ,maka dibawah
kolom 0 diisi dengan E0
b. Putri sampai usia 1 bulan masih tetap hanya diberi
ASI maka dibawah dikolom 1 diisi dengan E1
c. Demikian seterusnya sampai Putri berumur 4 bulan
hanya mendapat ASI saja,maka dibawah kolom 3 dan
4 ditulis berturut turut E3 DAN E4 .

423
d. Putri pada usia 3 bulan mulai diberi bubur susu ,maka
di bawah kolom 3 dan kolom 4 dan seterusnya dicoret
Contoh apabila anak diberi ASI Eksklusif

0 1 2 3 4

E0 E1 E2 E3 E4

e. Apabila anak umur di atas 4 bulamn dalam KMS nya


tercatat E0,E1,,E2,E3,dan E4,maka anak tersebut
telah memperoleh ASI Ekslusif sesuai anjuran agar
tetap sehat .
f. Apabila anak umur diatas 4 bulan dalam KMS nya
tidak tercatat sampai E4 ( contoh hanya sampai E2)
maka anak tersebut tidak mendapat ASI Eksklusif.

6. Catatan lain
Semua kejadian yang diderita anak perlu dicatat dalam garis garis
tegak ,sesuai dengan bulan penimbangan .Catatan tersebut bisa
tentang keadaan kesehatan,makanan,keluarga,dan lain ain .
Contoh :
a. Bulan Mei 2019 anak mencret diberi oralit
b. Bulan Juni 2019 ibunya sakit panas
c. Bulan Juli 2019 anak tak mau makan
d. Bulan Austustus 2019 anak dikirim ke puskesmas

A. Pesan pesan penyuluahan


1. Pedoman Pemberian Makanan Yang Sehat

424
a. Sampai umur 4 bulan ,bayi dijamin tetap sehat apabila
mendapat ASI saja, tanpa perlu ditambah makanan dan
minuman lain ( ASI Eksklusif )
b. Pemberian ASI tetap dianjurkan sampai bayi berumur 24
bulan (2 tahun) untuk membantu tumbuh kembang
,memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi serta menjalin kasih sayang ibu dan bayi .
c. Setelah bayi berumur 4 bulan ,ASI saja tidak memenuhi
kebutuhan gii bayi ,sehingga perlu mendapat makanan
pendamping ( MP – ASI )
d. MP –ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan
pertumbuhan umur ,pertumbuhan dan perkembangan bayi
-Umur 4-6 tahun : Selain ASI bayi perlu memulai diberikan
makanan lumat
-Umur 6-12 bulan : Selain ASI bayi mulai diberikan makanan
lembek
-Umur 12-24 bulan : Selain ASI bayi mulai dapat diberikan
makanan keluarga (makanan orang dewasa)

2. Pedoman Perkembangan Balita Sehat

Sejak tahun 1995 KMS disempurnakan dan dilengkapi contoh


contoh pesan tentang perkembangan balita berbentuk 8 gambar
yang meliputi kemampuan perkembangan balita umur.

a. 3-6 bulan : Mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup


b. 9-12 bulan : Berjalan dengan berpegangan
c. 12-18 bulan : Minum sendiri dari gelas tanpa tumpah
d. 18-24 bulan : mencoret coret dengan alat tulis
e. 2-3 tahun : Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan dan
melepas pakaian sendiri
f. 3 – 4 tahun : Mengenal dan menyembuhkan paling sedikit 1 warna

425
g. 4 – 5 tahun : Mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan
Untuk memudahkan pelaksanaan pemantauan perkembangan
balita ,jadwal kegiatan pemantauan perkembangan di posyandu
adalah sebagai berikut :
a. Pada bayi umur 0 -11 bulan
Pemantauan perkembangan pada bayi dilakukan minimal 4
( empat ) kali yaitu :
1. Bayi baru lahir ,pemantauan perkembangan diintegrasikan
dengan kunjungan neonatal
2. Bayi umur kurang dari 3 bulan ,pemantauan perkembangan
dilakuakn pada saat bayi berumur 3 bulan
3. Bayi berumur 3-6 bulan ,pemantauan perkembangan
dilakukan pada saat bayi berumur 6 bulan .
4. Bayi berumur 6 – bulan ,pemantauan perkembangan
dilakukan pad saat bayi berumur 9 bulan .
5. Bayi umur 9 – 12 bulan ,pemantauan perkembangan
dilakukan pada saat bayi berumur 12 bulan .
b. Pada anak balita 12 -5 tahun
1. Bila pada umumnya anak belum mencapai kemampuan
seperti pada gambar ,pada kolom umur ditulis stimulasi
,yang berarti anak perlu distimulasi .Kader member nasehat
cara stimulasi kepada ibu ,sehingga ibu dapat melatih
kemampuannya yang belum bisa dicapai dirumah .

C. DDST ( denver Development Screening Test)


DDST atau Denver Development Screening Test merupakan
metode skiring terhadap kelainan perkembangan anak, dengan
aspek 125 tugas perkembang, meliputi

a. Personal sosial (perilaku sosial)

426
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang mellibatkan
begian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
c. Language ( bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara meliputi
perintah dan berbicara
spontan.
d. Grass Motor ( gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

Waktu : 15 – 20 menit ( 23-30 tugas)


Prosedur DDST : 2 tahap
Tahap 1 :
1. Umur 3 – 6 bulan
2. Umur 9 – 12 bulan
3. Umur 18 – 24 bulan
4. Umur 3 tahun
5. Umur 4 tahun
6. Umur 5 tahun

Tahap II : Bila dicurigai

Penilaian:

P: Passed : lulus

F: Fail : gagal

Hitung berapa P dan berapa F

427
Hasil test:

1. Normal
2. Abnormal
3. Meragukan
a. Abnormal:
Bila didapatkan dua atau lebih keterlambatan
b. Meragukan
Bila dalam satu kelas didapatkan 1 keterlambatan
c. Normal
Semua tidak ada keterlambatan

D. KPSP ( Kuisioner Pra Skrinng Perkembangan )

Formulir KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)


adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal
skrining KPSP rutin adalah umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan.

Berikut adalah cara menggunakan KPSP:

1. Tentukan usia anak


a. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan
adalah yang lebih kecil dari usia anak
Contoh: bayi umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP
6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang
diberikan adalah KPSP 9 bulan.
b. Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila
umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan,
bila umur bayi 3 bulan 15 hari maka dibulatkan menjadi 3 bulan
1. Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak:

428
KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh:
“dapatkah bayi makan kue sendiri?”
b. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “ pada
posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
c. Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila
tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti
sebelum melaksanakan.
d. Pertanyaan dijawab berurutan satu-persatu
e. Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau
Tidak
f. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

a. Interprestasi Hasil KPSP


1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab atau sering kadang-
kadang)
2. Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau
tidak pernah)
3. Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai
dengan tahapan perkembangan (S)
4. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M)
5. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
6. Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja

Untuk anak dengan perkembangan SESUAI (S)

1. Orangtua/ pengasuh anak sudah mengasuh anak


dengan baik

429
2. Pola asuh anak selanjutnya terus dilakukan sesuai
dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan
kesiapan anak
3. Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap
kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen
khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-
hari yang terarah
4. Ikutkaan setiap ada kegiatan Posyandu

Untuk anak dengan perkembangan MERAGUKAN (M)

1. Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis


stimulasi apa yang diberikan lebih sering.
2. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk
mengejar ketertinggalan anak.
3. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada
dokter/dokter anak. Tanyakan adakah penyaki9t pada
anak tersebut yang menghambat perkembangannya.
4. Lakukan KPSP ulang setelah 2minggu menggunakan
daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama dinilai.
5. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP
yang pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi
untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu,
dan ia hanya bisa 7-8 YA. Laukan stimulasi selama 2
minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu
KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah
berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
a. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami
ketertinggalan lagi.
b. Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban
masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan

430
dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan
fasilitas klinik tumbuh kembang.
Usia 3 bulan

Sebelum berkonsultasi masalah bayi sebaiknya:


1. Pelajari dulu penjelasan tentang penggunaan KPSP
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan jujur
3. Bila tidak jelas dan maksud pertanyaan, tanyakan
4. Sebutkan nomer yang berisikan jawaban TIDAK saja.

Usia 6 bulan
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat
mengikuti gerakan anda dengan menggerakan
kepala sepenuhnya dan satu sisi ke sisi yang lain?

2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala


dalam keadaan tegak dan stabil? Jawab TIDAK
bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau
ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung
jari bayi (jangan melektakkan di atas telapak

431
tangan bayi). Apakah bayi dapat mengenggam
pensil itu selama beberapa detik?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia


dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya
sebagai penyangga seperti pada gambar?

5. Pernakah bayi mengeluarkan suara gembira


bernada tinggi atau memekik tetapi bukan
menangis
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali dari
terlentang dan telungkup atau sebaliknya?

7. Pernahkah anada melihat bayi tersenyum ketika


melihat mainan yang baru, gambar atau binatang
peliharaan pada saat ia bermain sendiri?

8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda


kecil sebesar kacang, kismis atau uang lpogam?
Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan
matanya.

9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan


agak jauh namun masih berada dalam jangkauan
tanganya

10. Pada posisi bayi terlentang, pegang kedua


tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
duduk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya
secara kaku seperti gambar di sebelah kiri? Jawb

432
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti
gambah sebelah kanan

9 bulan

1. Pada posisi bayi terlentang, pegang kedua


tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
duduk. Dapatkah bayi memepertahankan lehernya
secara kaku seperti gambar di sebelah kiri? Jawab
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti
gambar seebelah kanan

2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan


mainan atau kue kering dari satu tangan ke tangan
lain? benda- seperti sendok atau kerincingan
bertangakai tidak ikut dinilai.
3. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan
selendang, sapu tangan atau serbet, kemudian
jatuhkan ke lanta. Apakah bayi mencoba
mencarinya? Misalnya mencari di bawah meja atau
di belakang kursi?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti
mainan/kue kering, dan masing-masing tangan
memengang satu benda pada saat yang sama?

433
Jawab TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan
perbuatan ini.
5. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke
posisi berdiri dapatkah ia menyangga sebagian
berat badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila
ia mencoba berdiri dan sebagian berat badan
bertumpu pada kedua kakinya.
6. Dapatkah bayi memungut dengan tanganya benda-
benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan,
potongan biscuit dengan gerakan miring atau
menggerapai seperti gambar?

7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding,


dapatkah bayi duduk sendiri selama 60 detik?

8. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri?


9. Pada waktu bayi ber,main sendiri dan anda diam-
diam datang berdiri di belakangnya, apakah ia
menengk ke belakang seperti mendengar
kedatangan anda? Suara keras tidak ikut dihitung.
Jawab YA hanya jika anda melihat reaksinya
terhadap suara yang perlahan atau bisikan
10. Letakkan suatu mainan ang diinginkannya di luar
jangkauan bayi, apakah ia mencoba

434
mendapatkannya denga menglurkan lengan atau
badannya?

12 bulan
1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di
pojok , kemudian muncul dan menghilang secara
berulang-ulang, di hadapan anda, apakah ia
mencari anda atau mengharapkan anda muncul
kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil
pensil tersebut denga perlahan-lahan. Sulitkah
anda mendapat pensil tersebut kembali?
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau
lebih dnegan pegangan pada kursi/meja?
4. Adakah anak dapat mengatakan 2 uku kata yang
sama, misalnya “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”.
jawab YA bila ia mengeluarkan salah satu suara
tadi
5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke
posisi berdiri tanpa bantuan anda?
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan
orang yang belum di kenal? Ia akan menunjukkan
sikap malu-malu atau ragu-ragu saat permulaan
bertemu dengan orang yang belum dikenanya
7. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
kacang atau kismis dengan meremas di antara ibu
jari dan jarinya seperti pada gambar ?

435
8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan?
9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak
perlu kata-kata yang lengkap). Apakah ia mencoba
meniru menyebutkan kata-kata tadi?
18 bulan
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk
tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK bila
ia membutuhkn bantuan
2. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan
“mama” jika memamnggil/melihat ibunya?
3. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa
berpegangan selama 5 detik atau lebih.
4. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa
berpegangan selama 30 detik atau lebih
5. Tanpa beropegangan atau menyentuh lantai,
apakah anak dapat membungkuk untuk
memmungut mainan di lantai dan kemudia berdiri
kembali.
6. Apakah anak dapat menunjukan apa yang
diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab YA bila menunjuk, menarik atau
mengeluarkan suara yang menyenangkan
7. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan
tanpa jatuh atau terhuyung-huyung.
8. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
kacang, kismis atau potongan biscuit dengan

436
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada
gambar.

9. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah


ia menggelindingkan/ melemparkan kembali bola
pada anda?
10. Apakah anak dapat memegang sendiri
cangkir/gelas dan minum dari tempat tersebut
tanpa tumpah?
21 bulan
1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai,
apakah anak dapat membungkuk untuk
membungkuk mainan di lantai dan kemudian
berdiri kembali?
2. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang
diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab IYA bila ia menunjuk menarik atau
mengeluarkan suara yang menyenangkan
3. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang
ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung
4. Apakah anak yang mengambil benda kecil seperti
kacang, kismis, atau potongan biscuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti
pada gambar?

437
5. Jika anda menggelindingkan bola ke anak,
apakah ia menggelinding/melemparkan kembali
bola pada anda?
apakah anak dapat memegang sendiri
cangkir/gelas dan minum dari tempat tersebut
yang anda lakukan?
6. Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di
atas gerak halus Ya tidak kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan
ukuran 2,5-5,0 cm
7. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3
kata yang mempunyai arti selain “papa” dan
“mama”
8. Apkakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah
atau lebih tanpa kehilangan kseimbangan?
(qqanda mungkin dapat melihatnya ketika anak
menarik mainannya)
24 bulan
1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah
tangga, apakah anak meniru apa yang anda
lakukan?
apakah anak dapat meletakkan 1 bulan kubus di
atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus
itu? Kubus yang digunakan ukuran 2,5-5,0 cm
2. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3
kata yang mempunyai arti selain”papa” dan
“mama”?
3. Apakah nya ketika anak menarik mainannya)
4. Dapatkah anak melepas npakaian seperti: baju,
atau celananya (topi dan kaos kaki tidak ikut di
nilai)

438
5. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri?
Jawab ngan pada dinding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang
6. Tanpa bimbingnpetunjuk atau bantuan anda,
dapatkahanak menunjukkan dengan benar paling
sedikit satu bagian badannya ( rambut, mata,
hidung, mulut atau bagian badan yanglain)?
7. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak
tumpah?
8. Dapatkah anak membantu memungut mainannya
sendiri atau membantu mengangkat piring jika
diminta
9. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar
bola tenis) ke depan tanpa berpegangan pada
apapun? Mendorong tidak ikut dinilai
30 Bulan
1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti:
baju, rok, aatu celananya? ( topi dan kaos kaki
tidak ikut dinilai)
2. Dapatkah anqk berjalan naik tangga sendiri?
jawab Y jika ia naik tangga dengan posisi tegak
atau bepegangan pada dinding atau tangga.
Jawab TDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak membolehkan
anak naik tangga atau anak haru berpegangan
pada seseorang
3. Tanpa bimbingan, petunjuk ata bantuan anda,
dapatkah anak menunjuk dengan benar paling
edikit satu bagian badannya (rambut, mata
,hidung, mlut atau bagian badan yang lain)

439
4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa
banyak tumpah
5. Dapatkah anak membantu memungut
mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta
6. Ikuti perintah ini dengan seksama .jangan
member isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini
“ Letakkan kertas ini dilantai “
“Letakkan kertas ini dikursi”
“Berikan kertas ini ke ibu “
7. Dapatkah anak melaksanakan tiga perintah
tadi ?
8. Buat garis lurus ke Bawah sepanjang
sekurangnya 2,5 cm.Suruh anak menggambar
garis lain disamping garis tersebut
9. Letakkan selembar kertas seukuran buku
dilantai .apakah anak dapat melompati bagian
lebar kertas dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari ?
10. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri
?
11. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga
sejauh sedikitnya 3 meter?
42 bulan
1. Dapatkah anak mengenakan sepatunya
sendiri ?
2. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda 3
sedikitnya sejauh 3 meter ?

440
3. Setelah makan ,apakah anak mencuci dan
mengeringkan tangannya dengan baik
sehingga anda tidak perlu mengulanginya ?
4. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan ,jjika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali ‘
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 2 detik atau lebih ?
5. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini
dilantai .apakah anak dapat melompati
panjang kertas ini dengan mengangkat kedua
kakina secara bersamaan tanpa didahului lari.
6. Jangan membantu anak dan jangan menyebut
lingkaran. Suruh anak menggambar lingkaran.
7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubussatu
persatu diatas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut? ? Kubus yang digunakan
ukuran 2,5 – 5 cm.
48 bulan
1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga
sejauh sedikitnya 3 meter.
2. Setelah makan ,apakah anak mencuci dan
mengeringkan tangannya dengan baik
sehingga anda tidak perlu mengulangiya?
3. Suruh anak berdiri dengan satu kaki tanpa
berpegangan ,jika perlu tunjukkan caranya dan
beriu anak anda kesempatan melakukannya 3
kali .Dapatkahh ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih?

441
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini
dilantai .Apakah anak dapat melompati
panjangkertas ini dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari ?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut
lingkaran .Gerak halus Ya Tidak suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia.
6. Apakah anak dapat bermain petak umpet ,ular
naga, atau permainan lain dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain ?
7. Dapatkah anak menyebutkan nama
lengkapnya tanpa dibantu ? jawab TIDAK jika
ia hanya menyebutkan sebagin namanya atau
ucapannya sulit dimengerti .
54 bulan
1. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus saty
persatu diatas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut ? kubus yang digunakan ukuan
2,5;5 cm
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet ,ular
naga,atau permainan lain dimana dia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain ?
3. Dapatkah anak mengenakan celana panjang
,kemeja ,baju ,atau kaos kaki tanpa di bantu ? (
TIDAK TERMASUK MEMASANG KANCING
,GESPER,ATAU IKAT PINGGANG )
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya
tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya

442
menyebut sebagian namanya atau ucapannya
sulit dimengerti .
5. Isi titik –titik dibawah ini dengan jawaban
anak .Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan.
“ Apakah yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar ?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah ?”
Jawab YA bila anak menjawab ke 3 pertanyaan
tadi dengan benar ,bukan dengan gerakan atau
isyarat .
Jika kedinginan ,jawaban yang benar adalah
“menggigil” ,”pakai mantel” atau “masuk
kedalam rumah “
Jika lapar ,jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah ,jawaban yang benar adalah
“mengantuk”,”tidur” “berbaring/tidur-
tiduran”,”istirahat” atau “diam sejenak”
6. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya
atau pakaian boneka ?
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan . jika perlu tunjukkan caranya dan
beri anak anda kesempatan melakukannya 3
kali .Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
8. Jangan mengoreksi /membantu anak .jangan
menyebut kata “lebih panjang”
9. Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak .
Tanyakan “Mana garis ysng lebih panjang?”

443
Minta anak menunjuk garis lebih panjang
.setelah anak menunjuk ,utar lembar ini lagi
dan ulangi pertanyaan tadi .
10. Apakah anakk dapat menunjuk garis yang lebih
panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
11. Jangan membantu anak dan jangan
memberitahu nama gambar ini ,suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia.Berikan 3 kali
kesempatan . Apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini ?

12. Ikuti perintah ini dengan seksama .Jangan


member isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan kita perintah berikut ini :
“Letakkan kertas ini diatas lantai”
“Letakkan kertas ini dibawah kursi”

60 Bulan

1. Isi titik – titik dibawah ini dengan jawaban


anak ,jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan .
“ Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginanan ? “
“ Apa yang kamu lakukan ika lapar?”

444
Jika kedinginan awaban yang adalah “
menggigil “ ,”pakai mantel”,atau “ masuk ke
dalam rumah “
2. Apakah anak dapat menganvingkan bajunya
atau pakaian boneka ?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan . Jika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali .Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu
6 detik atau lebih ?
4. Jangan mengoreksi atau membantu anak
.jamham menyebut kata “lebih panjang"
Tanyakan : “Mana garis yang lebih panjang ?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang
,setelah anak menunuk ,putar lembar ini ndan
ulangi pertanyaan tersebut .

66 Bulan

1. Jangan membantu anak dan jangan


memberitahu nama gambar ini ,suruh anak
menggambar seperti contoh ini dikertas
kosonhg yang tersedia . Berikan 3 kali
kesempatan apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini ?

445
2. Ikuti perintah ini dengan seksama .Jangan
memebri isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini :
“Letakkan kertas ini diatas lantai “
“Letakkan kertas ini dibawah kursi”
“Letakkan kertas ini dibawah kamu “
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan
tidak rewel (tanpa menagis) atau menggelayut
pada anda pada saat meninggalkannya ?
4. Jangan menunjuk,membetulkan, atau
membantu ,katakana pada anak

“ Tunjukkan segi empat merah”

“Tunjukkan segi empat kuning “

“Tunjukkan segi empat biru”

“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna


tersebut dengan benar?

5. Suruh anak melompat dengan satu kaki


beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai ).Apakah ia
dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

72 Bulan

446
1. Jangan menunjuk,membetulkan, atau
membantu ,katakana pada anak

“ Tunjukkan segi empat merah”

“Tunjukkan segi empat kuning “

“Tunjukkan segi empat biru”

“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna


tersebut dengan benar?

2. Suruh anak melompat dengan satu kaki


beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
degan dua kaki tidak ikut dinilai ) .apakah ia
dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki ?
3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian
sendiri tanpa bantuan ?
4. Suruh anak menggambar ditempat kosong
yang tersedia ,katakana padanya “Buatlah
gambar orang” ,Jangan member perintah lebih
dari itu .jangan bertanya atau mengingatkan
anak bila ada bagian yang belum tergambar
.Untuk member nilai ,hitungah berapa bagian
tubuh yang twrgambar .Untuk bagian tubuh
yang berpasangan seperti
mata,telinga,lengan ,dan kaki setiap pasang

447
dinilai satu bagian .dapatkah anak
menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
5.Pada gambar orang yang dibuat pada nomor
7 ,dapatkah anak menggambar sedikitnya 6
bagian tubuh?
6.Tulis apa nyang dikatakan anak pada kalimat-
kalimat yang belum selesai ini ,jangan
membantu kecuali mengulang pertanyaan :
“Jika kuda besar maka tikus …”
“Jika api panas maka es … “
“Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang
…..”
Apakah anak menjawab dengan benar ( tikus
kecil,es dingin,ayah
seorang pria ?)
7.Apakah anak dapat menangkap bola kecil
sebesar bola tenis/bola kasti hanya dengan
menggunkan kedua tangannya ? bola besar
tidak ikut dinilai ).
8.Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan .jika nperlu tunjukkan caranya dan
beri anak anda kesempatan melakukannya 3
kali .Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 11 detik atau lebih?
9. Isi titik titik dibawah ini dengan jawaban anak
.jangan membantu kecuali mengukangi
pertanyaan sampai 3 kali nila anak
menaynyakannya .
“Sendok dibuat dari apa?”
“Sepatu dibuat dari apa?”
“Pintu dibuat dari apa”

448
Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan
diatas dengan benar ?
Sendok dibuat dari besi ,baja ,plastic,kayu .
Sepatu dibuat dari
kulit,karet,kain,plastic,kayu.Pintu dibua dari
kayu,besi,kaca.

60 Bulan

5. Isi titik – titik dibawah ini dengan jawaban anak ,jangan


membantu kecuali mengulangi pertanyaan .
“ Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginanan ? “
“ Apa yang kamu lakukan ika lapar?”
Jika kedinginan awaban yang adalah “ menggigil
“ ,”pakai mantel”,atau “ masuk ke dalam rumah “
6. Apakah anak dapat menganvingkan bajunya atau
pakaian boneka ?
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan . Jika
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali .Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik
atau lebih ?
8. Jangan mengoreksi atau membantu anak .jamham
menyebut kata “lebih panjang"
Tanyakan : “Mana garis yang lebih panjang ?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang
,setelah anak menunuk ,putar lembar ini ndan ulangi
pertanyaan tersebut .
66 bulan
1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu
nama gambar ini ,suruh anak menggambar seperti

449
contoh ini dikertas kosonhg yang tersedia . Berikan
3 kali kesempatan apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini ?

2. Ikuti perintah ini dengan seksama .Jangan memebri


isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini :
“Letakkan kertas ini diatas lantai “
“Letakkan kertas ini dibawah kursi”
“Letakkan kertas ini dibawah kamu “
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak
rewel (tanpa menagis) atau menggelayut pada
anda )pada saat meninggalkannya ?
4. Jangan menunjuk,membetulkan, atau membantu
,katakana pada anak

“ Tunjukkan segi empat merah”

“Tunjukkan segi empat kuning “

“Tunjukkan segi empat biru”

“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna tersebut


dengan benar?

450
5. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa
kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki
tidak ikut dinilai ).Apakah ia dapat melompat 2-3 kali
dengan satu kaki?
72 bulan
1. Jangan menunjuk,membetulkan, atau membantu
,katakan pada anak

“ Tunjukkan segi empat merah”

“Tunjukkan segi empat kuning “

“Tunjukkan segi empat biru”

“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna tersebut


dengan benar?

2. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali


tanpa berpegangan (lompatan degan dua kaki tidak
ikut dinilai ) .apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan
satu kaki ?
3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa
bantuan ?
4. Suruh anak menggambar ditempat kosong yang
tersedia ,katakana padanya “Buatlah gambar orang”
,Jangan member perintah lebih dari itu .jangan
bertanya atau mengingatkan anak bila ada bagian

451
yang belum tergambar .Untuk member nilai ,hitungah
berapa bagian tubuh yang twrgambar .Untuk bagian
tubuh yang berpasangan seperti mata,telinga,lengan
,dan kaki setiap pasang dinilai satu bagian .dapatkah
anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
5. Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7
,dapatkah anak menggambar sedikitnya 6 bagian
tubuh?
6. Tulis apa nyang dikatakan anak pada kalimat-kalimat
yang belum selesai ini ,jangan membantu kecuali
mengulang pertanyaan :
“Jika kuda besar maka tikus …”
“Jika api panas maka es … “
“Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …..”
Apakah anak menjawab dengan benar ( tikus kecil,es
dingin,ayah seorang pria ?)
7. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar
bola tenis/bola kasti hanya dengan menggunkan kedua
tangannya ? bola besar tidak ikut dinilai )
8. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan .jika
nperlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali .Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 11 detik
atau lebih?
9. Isi titik titik dibawah ini dengan jawaban anak .jangan
membantu kecuali mengukangi pertanyaan sampai 3
kali nila anak menanyakannya .
“Sendok dibuat dari apa?”
“Sepatu dibuat dari apa?”
“Pintu dibuat dari apa”

452
Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan diatas
dengan benar ?
Sendok dibuat dari besi ,baja ,plastic,kayu .
Sepatu dibuat dari kulit,karet,kain,plastic,kayu.Pintu
dibua dari kayu,besi,kaca.

PERTANYAAN

1. Seorang Ibu Ny.E datang ke klinik bersama bayinya yang berusia 3


bulan untuk mendapatkan imunisasi dan mengukur panjang badan
serta berat badan bayi dari petugas kesehatan, Ny. E dianjurkan oleh
bidan untuk selalu membawa buku KIA agar dapat mencatat imunisasi
dan panjang badan serta berat yang telah diberikan kepada bayinya.
Dimana dalam buku KIA tersebut terdapat Kartu Menuju Sehat (KMS)
yang tujuan khususnya adalah...
a. Sebagai media untuk “mencatat /memantau “ riwayat kesehtan
balita secara lengkap
b. Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan
pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita
c. Sebagai media “ penyuluhan “ bagi orang tua dan balita tentang
kesehatan balita
d. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas
untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik
bagi balita
e. Sebagai kartu Analisa tumbuh kembang balita

453
2. Bidan B melakukan pemeriksaan tumbuh kembang terhadap bayi Ny.
A. Dalam
pemeriksaan bayi Ny. A mampu berdiri sendiri tanpa bantuan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut bidan B berarti menilai
aspek...
a. Personal Sosial
b. Language
c. Fine Motor Adaptive
d. Grass Motor
e. Sosialisasi
3. Bidan M melakukan pemeriksaan tumbuh kembang pada bayi yang
berusian 6 bulan. Bidan M melakukan kuesioner praskrining test pada
bayi sebanyak 10 pemeriksaan.Berdasarkan hasil pemeriksaan bayi
tersebut hanya berhasil mendapatkan poin sebanyak 7. Maka bayi
tersebut termasuk kategori...
a. P (penyimpangan)
b. M (meragukan)
c. S (sesuai)
d. P (Passed)
e. F (Fail)
4. Seorang bidan melakukan pemeriksaan panjang badan serta berat
badan pada bayi sebelum melakukan pemberian imunisasi. Dalam hal
ini pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan adalah untuk mengukur...
a. Perkembanga
b. Pertumbuhan
c. Tumbuh Kembang
d. Motorik
e. Pemeriksaan Fisik
5. Seorang bidan melakukan pemeriksaan KPSP yang mulai dilakukan
pada bayi berusia
a. 2 bulan

454
b. 3 bulan
c. 4 bulan
d. 5 bulan
e. 6 bulan

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam


besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh).

455
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan skill dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan dan fisik (kegiatan motorik kasar/halus), mental (perlu berfikir
sederhana/kompleks), emosi (berhubungan dengan perasaan) dan sosial
(berhubungan dengan orang lain.

KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator


perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh
kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai usia 5 tahun . DDST
atau Denver Development Screening Test merupakan metode skiring
terhadap kelainan perkembangan anak, dengan aspek 125 tugas
perkembang.

456
DAFTAR PUSTAKA

Judha, Muhamad.2012.ASUHAN PERTUMBUHAN


KEHAMILAN,PERSALINAN, NEONATUS BAYI DAN BALITA.Yogyakarta:
Nuha Medika

Sudarti.2010.ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK


BALITA. Yogyakarta: Nuha Medika

Lusiana, Anum.2016. ASUHAN NEONATUS BAYI BALITA DAN ANAK


PRA SEKOLAH. Yogyakarta: Trans Medika

457

Anda mungkin juga menyukai