Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Asuhan

Keperawatan Neonatus Yang Mengalami Hipotermi.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Asuhan Keperawatan

Neonatus Yang Mengalami Hipotermi ini sungguh masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari sempurna baik dari segi teknik penyusunan maupun tata

bahasanya. Terlebih – lebih buku referensi yang kami pergunakan sangat

terbatas. Oleh karena itu, kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran

untuk perbaikan Asuhan Keperawatan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan semoga

pada pembuatan Asuhan Keperawatan kedepan akan menjadi lebih baik lagi

seperti yang kita harapkan.

Medan , Juni 2009

Hormat Kami

Penulis

Kelompok XV
BAB I

LANDASAN TEORITIS

A. Defenisi

Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada


dibawah normal.

( Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2005)

Hipotermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau


berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus - menerus dibawah 35, 5ºC
per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor – faktor eksternall
(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.


Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus
36,5-37,5°C dan diukur melalui ketiak dengan termometer.
(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).

Hipotermi terbagi atas 3 macam, yaitu :

1. Hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36 – 36, 5 0 c

2. Hipotermi sedang yaitu suhu antara 32 – 36 0 c

3. Hipotermi berat yaitu suhu tubuh < 32 0 c

(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)

1
B. Etiologi

Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan


yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah)
atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.

(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1. Jaringan lemak subkutan tipis.


2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar

3. BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi


kedinginan.

4. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang


beresiko tinggi mengalami hipotermi.

(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html)

C. Patofisiologi

Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap


kehilangan panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar
daripada laju pembentukan panas maka akan terjadi penurunan suhu
tubuh.

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan


memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa :

1. Shivering Thermoregulation (ST) yaitu merupakan mekanisme tubuh


berupa menggigil atau gemetar secara involunter akibat dari
kontraksi otot untuk menghasilkan panas.

2
2. Non-shivering thermoregulation (NST) yaitu merupakan mekanisme
yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk
menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap
jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak
coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.

3. Vasokonstriksi perifer yaitu merupakan mekanisme yang distimulasi


oleh sistem saraf simpatis,kemudian sistem saraf perifer akan
memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi
vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke
jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.

Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah


dengan proses oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa
coklat. Pada bayi BBL (neonatus), NST (proses oksidasi jaringan
lemak coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan
produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin.
Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami
peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun.

(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 91)

D. Gejala Klinis

Hipotermi ditandai dengan bayi tidak mau minum, kurang aktif, pucat,
takipnoe atau takikardia. Sedangkan hipotermi yang berkepanjangan, akan
menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, distres respirasi,
gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, defek koagulasi, dan
pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian.

(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 93)

3
E. Mekanisme hilangnya panas pada BBL

Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :

1. Radiasi yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek


yang dingin, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi
suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat
berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang
dingin.
2. Konduksi yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat
perbedaan suhu antara kedua objek. Kehilangan panas terjadi saat
terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang
lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang berada
pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses
penimbangan.

3. Konveksi yaitu transfer panas yang terjadi secara sederhana dari


selisih suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang
dingin dipermukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini
dapat berupa : inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada
waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.

4. Evaporasi yaitu panas yang terbuang akibat penguapan, melalui


permukaan kulit dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas
dapat berupa BBL yang basah setelah lahir, atau pada waktu
dimandikan.

(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal.89)

F. Akibat - akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi

Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :

4
 Hipoglikemi
 Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan
metabolisme anaerob.

 Kebutuhan oksigen yang meningkat.

 Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

 Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan


perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

 Shock.

 Apnea

(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html)

G. Pencegahan Hipotermi

Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi


apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada
bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).

Alat-alat Inkubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan


dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator
apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant
Warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau
untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan
menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan
mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual). Pengelolaan Menurut
Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :

5
1. Bayi cukup bulan

 Letakkan BBL pada Radiant Warner.

 Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.

 Tutup kepala.

 Bungkus tubuh segera.

 Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah


lahir bayi dapat disusukan.

2. Bayi sakit

 Seperti prosedur di atas.

o Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil.

3. Bayi kurang bulan (prematur)

 Seperti prosedur di atas.

o Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant


warner dengan servo controle.

4. Bayi yang sangat kecil

 Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. -
Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada
radiant warner.

 Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C.

6
 Dengan dinding double. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila
kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi
dan kehilangan panas berlebihan).

 Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. -


Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat
bayi.

H. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi

Untuk mencegah hipotermi menurut Indarso, F (2001) menyatakan


bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi
adalah : Mengeringkan bayi segera setelah lahir. Cara ini merupakan salah
satu dari 7 rantai hangat :

a) Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.


b) Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah
lahir dengan handuk yang kering dan bersih.

c) Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan
keduanya diselimuti (Metode Kangguru).

d) Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat


merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :

 Menyusui bayi.

 Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan
dengan sendok atau pipet.

 Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.

e) Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada


waktu rujukan.

7
f) Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.

g) Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.


Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal.

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu / keluarga dan


penolong persalinan harus menunda memandikan bayi :

a. Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram,
langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah
kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.
b. Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi
dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda
beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh
stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

I. Penanganan Hipotermi

1. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal.


Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi
didalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang
ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan
ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.

3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi
dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh
memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.

4. Metode lain untuk menghangatkan neonatus yang hipotermi adalah


metode kanguru. Metode kanguru ditemukan sejak tahun 1983, sangat
bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah.

8
Metode kanguru menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan
rahim ibu, sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik
dengan dunia luar. Keuntungan yang terdapat dalam metode kanguru
bagi perawatan bayi baru lahir adalah sbb :

 Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak

 Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan


bayi

 Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan


lebih baik

 Mengurangi stres pada ibu dan bayi

 Mengurangi lama menangis pada bayi

 Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi

 Meningkatkan produksi ASI

 Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan dirumah


sakit

 Mempersingkat masa rawat dirumah sakit.

Kriteria bayi untuk metode kanguru :

 Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram dan suhu badan


dibawah normal.
 Refleks dan kordinasi siap dan menelan yang baik.

 Perkembangan selama di inkubator baik

9
 Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukunga
dalam keberhasilan

Langkah-langkah Metode kanguru :

o Mempersiapkan daerah bersih yaitu ibu membersihkan


daerah dada dan perut dengan cara mandi 2 - 3 kali sehari.
Tangan dan kaki harus selalu bersih dan kuku dipotong
secara berkala. Baju kanguru dan popok bayi harus bersih.
o Bayi diletakkan dalam dekapan ibu sedemikian rupa
sehinggga terjadi kontak langsung antara kulit ibu dan kulit
bayinya. Dengan demikian ibu tidak memakai BH agar
kontak terus menerus antara ibu dan bayi yang
mengakibatkan suhu bayi tetap optimal yakni pada suhu
36,500 C – 37,500 C.

o Posisi bayi dalam keadaan tegak. Untuk menjaga


kenyamanan ibu dan bayi sedemikian rupa sehingga saat
ibu dalam posisi berdiri, bayi tegak, ibu dalam posisi duduk
bayi juga tegak. Begitu juga ibu dalam posisi berbaring, bayi
juga tegak berbaring sesuai posisi ibu.

o Bayi tetap mengenakan popok untuk tidak mengotori ibu


saat bayi BAB. Memakai topi agar tidak kedinginan. Jika
dihubungkan dengan program pemberian ASI metode ini
membantu bayi dekat dengan sumber ASI sehingga
frekuensi menyusui lebih sering.

10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Wawancara
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu
 Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan
kembar, malnutrisi dan diabetes melitus.
 Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat - obatan,
alkohol dan rokok.
b. Bayi pada saat kelahiran
 Berat badan biasanya < 2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relatif lebih besar dibanding dada.
(lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm), panjang badan 45
cm.
 Kardiovaskuler, denyut jantung rata-rata 120 - 160 per menit pada
bagian apikal, kebisingan jantung terdengar pada seper empat
bagian interkostal, aritmia, tekanan darah sistol 45 - 60 mmHg,
nada bervariasi antara 100 – 160 x / menit.
 Gastrointestinal ,penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, refleks menelan dan
menghisap yang lemah, peristaltik usus dapat terlihat.
 Mukoloskeletal, tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut.
 Paru, jumlah pernafasan rata – rata antara 4060 per menit diselingi
periode apnea, pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran,
terdengar suara gemeresik lipoprotein paru - paru.
 Ginjal, berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan
untuk melarutkan eksresi kedalam urine.

11
 Reproduksi, bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yanng belum berkembang; bay laki – laki skrotum yang
belum berkembang sempurna dengan rugae yang kecil, testis tidak
turun kedalam skrotum.
(http://pato7-acmilan.blogspot.com/2009/02/askep-bblr.html)

b. Pemeriksaan fisik terdiri dari :


 Auskultasi yaitu menggunakan pendengaran untuk mengidendifikasi
bunyi khas seperti napas dan bising usus.
 Inspeksi yaitu menggunakan pandangan untuk mengidentifikasi
penyimpangan dari normal, seperti tanda lahir.
 Palpasi yaitu menggunakan sentuhan untuk mengidentifikasi variasi
diantara halus dan lembut atau panas dan dingin.
 Perkusi yaitu mengetuk pada bagian tertentu tubuh untuk
mengevaluasi kondisi struktur yang lebih dalam atau respon yang
diberikan.
(Persis Mary Hamilton, edisi 6, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas,
1995, hal. 235)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya termoregulasi b/d imaturitas kontrol dan pengaturan suhu
dan berkurangnya lemak subkutan didalam tubuh.
2. Gangguan pertukaran gas b/d hipotermi (cold stress)
3. Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular.
4. Resiko terjadinya infeksi b/d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan
mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
(Marilynn E. Doenges, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Jakarta, 2001)

12
C. Intervensi dan Rasionalisasi
Dx. 1 : Tidak efektifnya termoregulasi b/d imaturitas kontrol dan
pengaturan suhu dan berkurangnya lemak subkutan didalam
tubuh.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
KH : - Suhu 36 – 370 C
- Kulit hangat
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat

Intervensi Rasionalisasi
 Kaji suhu dengan sering.  Hipotermi membuat bayi
Periksa suhu rektal pada cenderung pada stress dingin,
awalnya, selanjutnya periksa penggunaan simpanan lemak
suhu axila atau gunakan coklat yang tidak dapat
termostat dengan dasar diperbaharui bila ada, dan
terbuka dan penyebar hangat. penurunan sensitivitas untuk
Ulangi setiap 15 menit meningkatkan kadar CO2
selama penghangatan ulang. (hiperkapnia) atau penurunan
kadar O2 (hipoksia.
 Tempatkan bayi pada  Mempertahankan lingkungan
penghangat (inkubator), termonetral, membantu
tempat tidur terbuka dengan mencegah stress dingin.
penyebar hangat, atau tempat
tidur bayi terbuka dengan
pakaian tepat untuk bayi yang
lebih besar atau lebih tua.
Gunakan bantalan pemanas
dibawah bayi bila perlu.
 Gunakan lampu pemanas  Menurunkan kehilangan panas
selama prosedur. Tutup pada lingkungan yang lebih

13
penyebar hangat atau bayi dingin dari ruangan
dengan penutup plastik atau
kertas aluminium bila tepat.
Objek panas berkontak
dengan tubuh bayi, seperti
stetoskop, linen, dan pakain
 Kurangi pemajanan pada  Menurunkan kehilangan
aliran udara, hindari panas karena
pembukaan pagar inkubator konveksi/konduksi. Membatasi
yang tidak semestinya. kehilangan panas melalui
radiasi.
 Ganti pakaian atau linen  Menurunkan kehilangan
tempat tidur bila basah. melalui evaporasi
 Berikan penghangatan  Peningkatan suhu tubuh yang
bertahap untuk bayi dengan capat dapat menyebabkan
stress dingin konsumsi oksigen berlebihan
dan apnea.
 Pantau suhu bayi bila keluar  Kontak diluar tempat tidur,
dari lingkungan hangat. khususnya dengan orangtua,
Berikan informasi tentang mungkin singkat saja, bila
termoregulasi kepada dimungkinkan, untuk
orangtua. mencegah stress dingin.s

14
Dx. 2 : Gangguan pertukaran gas b/d hipotermi (cold stress)
Tujuan : Jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan dan jantung
dalam batas normal
KH : Bebas tanda distress pernapasan

Intervensi Rasionalisasi
 Kaji frekuensi dan upaya  Pernapasan pertama,
pernapasan awal merupakan yang paling sulit,
menetapkan kapasitas residu
fungsional (KRF), shg 30-40 %
jaringan paru tetap
mengembang penuh asalkan
ada kadar surfaktan yang
adekuat.
 Perhatikan adanya  Krekels dapat terdengar
pernapasan cuping hidung, sampai cairan direabsorpsi
retraksi dada, pernapasan dari paru-paru. Ronchi
mendengkur, krekels, atau menandakan aspirasi sekresi
ronchi oral
 Tempatkan bayi pada posisi  Memudahkan drainase mukus
trendelenburg yang dari nasofaring dan trakea
dimodifikasi pada sudut 10 dengan gravitasi
derajat
 Perhatikan nadi apikal  Frekuensi jantung kurang dari
100 x/i menandakan asfiksia
berat dan kebutuhan terhadap
resusitasi segera. Takikardia
(frekuensi jantung lebih dari
160 x/i) dpt menandakan
asfiksia baru atau respon
nomal berkenaan dengan

15
periode pertama reaktivitas
 Berikan rangsang taktil dan  Merangsang upaya
sensori yang tepat pernapasan dan dapat
meningkatkan inspirasi
oksigen

Dx. 3 : Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan
neuro muscular.
Tujuan : Pasien menunjukkan oksigenasi yang adekuat
Kriteria hasil :
 Jalan napas tetap paten
 Pernapasan memberikan oksigenasi & pembuangan CO2
yang adekuat
 Frekuensi dan pola napas dalam batas yang sesuai
dengan usia dan berat badan
 Oksigenasi jaringan adekuat

Intervensi Rasionalisasi
 Tempatkan bayi pada posisi  Untuk mencegah adanya
terlentang dengan leher penyempitan jalan napas
sedikit ekstensi dan hidung
menghadap keatap dalam
posisi mengendus
 Hindari hiper ekstensi leher  Untuk mengurangi diameter
trake
 Observasi adanya  Untuk menghilangkan mukus
penyimpangan dari fungsi yang sedang endotrakeal
yang diinginkan serta kenali
tanda – tanda distress

16
 Gunakan tehnik penghisapan  Karena asisten dapat
2 orang memberikan oksigen dengan
cepat

Dx. 4 : Resiko terjadinya infeksi b/d defisiensi pertahanan tubuh


(imunologi).
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi nosokomial
KH : Bayi tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi nosokomial

Intervensi Rasionalisasi
 Tingkatkan cara-cara  Mencuci tangan adalah
mencuci tangan pad staf, praktek yang paling penting
orangtua, dan pekerja lain per untuk mencegah kontaminasi
protokol. Gunakan antiseptik silang serta mengontrol infeksi
sebelum membantu dalam dalam ruang perawatan
pembedahan atau prosedur
invasif
 Pantau staf dan pengunjung  Penularan penyakit pada
akan adanya lesi kulit, lika neonatus dari pekerja atau
basah, infeksi pernapasan pengunjung dapat terjadi
akut, demam, gastroenteritis, secara langsung atau tidak
herpes simpleks aktif (oral, langsung
genitalia, atau poronisial), dan
herpes zoster
 Berikan jarak yang adekuat  Memberikan jarak 4 – 6 kaki
antara bayi atau antara unit dengan bayi membantu
inkubator atau unit individu. mencegah penyebaran droplet
Gunakan ruangan isolasi atau infeksi melalui udara
terpisah dan teknik isolasi

17
sesuai indikasi
 Kaji bayi terhadap tanda-  Bermanfaat dalam
tanda infeksi mendiagnosis infeksi
 Kolaborasi dengan dokter  Obat antibiotik dapat
dalam pemberian antibiotika mengurangi penyebaran
bila ditemukan infeksi infeksi

Dx. 5 : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d


ketidakmampuan mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
KH : Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat

Intervensi Rasionalisasi
 Kaji maturitas refleks  Menentukan metode
berkenaan dengan pemberian pemberian makan yang tepat
makan (mis : menghisap, pada bayi
menelan, dan batuk)
 Auskultasi terhadap adanya  Pemberian makan pertama
bising usus. Kaji status fisik pada bayi stabil yang memiliki
dan status pernapasan peristaltik dapat dimulai 6-12
jam setelah kelahiran.
 Mulai pemberian makan  Pemberian makan per selang
sementara atau dengan mungkin perlu untuk
menggunakan selang sesuai memberikan nutrisi yang
indikasi adekuat pada bayi yang telah
mengalami koordinasi
menghisap yang buruk dan
refleks menelan atau yang
menjadi lelah selama

18
pemberian makan
 Kaji pemasangan yang tepat  Pemasangan selang pada
dari selang pemberian makan trakea yang tidak tepat dapat
pad bayi, gunakan prosedur menurunkan fungsi
pengkleman yang tepat untuk pernapasan
mencegah masuknya udara
kedalam lambung
 Perhatikan adanya diare,  Menandakan kerusakan fungsi
muntah, regurgitasi, residu lambung. Resisu lambung
lambung berlebihan lebih besar dari 2 ml
(diaspirasi melalui selang
nasogastrik sebelum
pemberian makan)

DAFTAR PUSTAKA

19
Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama, IDAI,
Jakarta
Marilynn E. Doenges, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, edisi 2, EGC,
Jakarta, 2001
Bobak, Lowdermilk, Jensen, Keperawatan Maternitas, edisi 4, EGC, Jakarta,
2005
Persis Mary Hamilton, edisi 6, Dasar - dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta,
1995
http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html
http://pato7-acmilan.blogspot.com/2009/02/askep-bblr.html
http://suradita.co.cc/

20

Anda mungkin juga menyukai