1. LATAR BELAKANG
Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa
transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang
menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.
Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal. Hipotermia
pada bayi adalah menurunnya suhu badan bayi dibawah normal. Adapun suhu
normal pada neonatus adalah 36,5-37,5°C. Gejala awal pada hipotermi apabila
suhu <36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320-36°C).
Disebut hipotermia berat bila suhu <32°C diperlukan termometer ukuran rendah
yang dapat mengukur sampai 25°C. Hipotermia merupakan penurunan suhu tubuh
1-2°C sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali setelah bayi
berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya.
World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan asuhan untuk
mempertahankan panas dalam asuhan bayi baru lahir, namun hipotermia terus
berlanjut menjadi kondisi biasa terjadi pada neonatal, yang tidak diketahui, tidak
dokumentasikan dan kurang memperoleh penanganan, prevalensi yang tinggi dari
hipotermi telah dilaporkan secara luas bahkan di negara tropis (Hotma dan
Eryati,2014).
Hipotermi berperan dalam mortalias dan morbiditas bayi premature dan
BBLR. Kejadian hipotermi pada bayi baru lahir juga disebabkan oleh berat badan
rendah. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermi (Dwi Kurnia,2020)
2. DEFINISI HIPOTERMIA
Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah rentang
normal tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016b). Menurut Saifuddin dalam
((Dwienda, Maita, Saputri, & Yulviana, 2014)). Hipotermia adalah suatu kondisi
turunnya suhu sampai di bawah 30°C, sedangkan hipotermia pada bayi baru lahir
merupakan kondisi bayi dengan suhu dibawah 36,5°C, terbagi ke dalam tiga jenis
hipotermi, yaitu hipotermi ringan atau cold stress dengan rentangan suhu antara
36-36,5°C, selanjutnya hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-36,5°C dan
terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu <32°C.
Sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi, baik yang normal sekalipun
belum berfungsi secara optimal, sehingga bayi yang baru lahir akan mudah
kehilangan suhu tubuh terutama pada masa 6-12 jam setelah kelahiran. Kondisi
lingkungan dingin, bayi tanpa selimut dan yang paling sering adalah subkutan
yang tipis mampu mempercepat proses penurunan suhu tersebut. Bayi yang
mengalami hipotermi akan mengalami penurunan kekuatan menghisap ASI,
wajahnya akan pucat, kulitnya akan mengeras dan memerah dan bahkan akan
mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru lahir harus tetap di jaga
kehangatannya. (Dwienda et al., 2014)
3. PENYEBAB
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama
pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misalnya, bayi baru
lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu
plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan
yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah).
Hipotermia paling rentan pada bayi yang menjalani resusitasi lama, bayi yang
mengalami sakit (sepsis dan penyakit lainnya), bayi dengan kelainan bawaan
khususnya dengan penutupan kulit yang tidak sempurna, seperti pada
meningomielokel, omfalokel, gasroskisis dan bayi dengan prematur.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor resiko terbesar
terjadinya kematian neonatal yang sering terjadi, sehingga menjadi faktor utama
terjadinya hipotermi. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah memiliki
kadar lemak yang sedikit dan mengakibatkan permukaan kulit menjadi luas
sehingga menyebabkan jumlah pori-pori kulit melebar dan semakin terbuka.
Terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir ternyata bukan hanya disebebakan oleh
BBLR, melainkan juga disebabkan oleh proses terjadinya evaporasi atau
penguapan cairan ketuban yang menempel pada kulit bayi sehingga bayi mudah
mengalami terjadinya penurunan suhu tubuh karena terpapar oleh suhu luar (Desi,
2016).
Hipotermia merupakan salah satu penyebab utama kematian BBL, dimana
setiap penurunan 1°C suhu aksila meningkatkan resiko kematian 75%ْC
(BAPPENAS, 2017). Hipotermia sering terjadi pada bayi kurang bulan (BKB)
dengan berat lahir rendah dan resiko tertinggi terjadi pada menit pertama setelah
lahir saat bayi menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstrauterin.
Penyebab hipotermia yaitu: kerusakan hipotalamus, berat badan ekstrem,
kekurangan lemak subkutan, terpapar suhu lingkungan rendah, malnutrisi,
pemakaian pakaian tipis, penurunan laju metabolisme, transfer panas ( mis.
konduksi, konveksi, evavorasi, radiasi), efek agen farmakologis (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016b).
4. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko hipotermia, yaitu
a. Berat badan ekstrem
b. Kerusakan hipotalamus
c. Konsumsi alkohol
d. Kurangnya lapisan lemak subkutan
e. Suhu lingkungan rendah
f. Malnutrisi
g. Pemakaian pakaian yang tipis
h. Penurunan laju metabolisme
i. Terapi radiasi
j. Tidak beraktivitas
k. Transfer panas (mis, konduski, konveksi, evaporasi, radiasi)
l. Trauma
m. Prematuritas
n. Bayi baru lahir berat badan lahir rendah
o. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
p. Efek agen farmakologis.
7. PENATALAKSANAAN
Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko
hipotermia pada bayi, dimana seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yang
luas, sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencengah
terjadinya hal yang tidak diinginkan. Bayi yang mengalami hipotermia
mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga memerlukan pengawasan
oleh perawatan yang intensif dan ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman
dan berkualitas tinggi.
Dalam penelitian Judarwanto Widodo, bayi prematur cenderung lebih
sering mengalami gangguan termoregulasi dibanding bayi biasa karena sewaktu
kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di hypothalamus terganggu. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu
mencapai brown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida
dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak , Blood gliserol level meningkat,
tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah
brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh
melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen
tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh
tetap hangat. Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari
sistem syaraf sentral,kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa serta
oksigen.
Dalam temuannya itu Judarwanto mengatakan didapatkan hampir 90%
lebih bayi premature mengalami hipotermia,meski telah mendapatkan observasi
cukup ketat. Penggunaan politelen dalam hal ini plastik yang digunakan dalam
membungkus bayi baru lahir memiliki kurang lebih 26% penurunan terjadinya
hipotermia pada satu jam pertama bayi lahir , penelitian ini sebelumnya dilakukan
di beberapa Negara Meksiko ,Kanada dan Italia
Penelitian Hanna Harnida (2021) membuktikan bahwa plastik wrap
tersebut dapat mempertahan termoregulasi pada bayi baru lahir , dimana politilene
ini mempunyai daya uap rendah yang merupakan salah satu sifat dari
thermoplastic. Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37°C (36,5°C
– 37.5°C) yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus.
Perubahan suhu akan mempengaruhi sel-sel yang sangat sensitif di
hipotalamus(chemosensitive cells). Pengeluaran panas dapat melalui keringat,
dimana kelenjar – kelenjar keringat dipengaruhi serat-serat kolinergik dibawah
kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meningkat akibat
adanya vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik.
Bayi prematur mempunyai kebutuhan khusus dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut tergantung pada
pemberi asuhan. Cara pencegahan hipotermia yang dilakukan di ruang NICU
yaitu dengan perawatan inkubator (Fadila, 2019)
Perawatan di inkubator dinding tunggal dan di inkubator dinding tunggal
disertai sungkup dapat mencegah proses kehilangan panas secara konduksi dan
evaporasi. Perawatan dalam inkubator dapat mempertahankan suhu lingkungan
dalam keadaan optimal sesuai dengan kondisi dalam kandungan ibu yang dapat
melindungi dari perubahan suhu lingkungan, sistem metabolisme, respirasi,
terhindar dari infeksi dan bayi merasa aman nyaman didalamnya (Winarti, 2014).
Prinsip kerja inkubator yaitu dengan adanya sistem sirkulasi udara, dimana
udara ruangan dan oksigen bergabung masuk melalui saringan yang ada di
inkubator. Adanya pemanas yang menunjukan jumlah pasokan panas yang
dibutuhkan untuk mempertahankan suhu kulit bayi pada kadar yang seharusnya
sehingga akan terjadi pemanasan yang tepat, kemudian di sirkulasi dengan kipas
sirkulasi melalui penampung kelembaban dan di tiupkan ke dalam hood atau
inkubator sehingga dihasilkan suhu dan kelembaban di atas matras.
Gambar 1. Penatalaksanaan Hipotermia
8. KOMPLIKASI
World Health Organization (WHO) telah mengakui hipotermia sebagai
kontributor penting untuk morbidity neonatal dan mortalitas. Neonatus sangat
rentan terhadap hipotermia tak lama setelah lahir, ketika mereka pertama kali
keluar dari lingkungan intrauterin yang dikontrol secara termal. Hipotermia segera
setelah lahir adalah masalah global, lebih dari itu pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Jika berkepanjangan, hipotermia dapat menyebabkan
berbagai komplikasi seperti hipoglikemia, konsumsi oksigen berlebihan, transisi
peredaran darah janin ke neonatal tertunda, sindrom gangguan pernapasan,
asidosis metabolik, koagulopati, perdarahan intrakranial, sepsis dan bahkan
kematian.
Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem dalam tubuh
seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan oksigen, meningkatnya produksi
asam laktat, kondisi apneu, terjadinya penurunan kemampuan pembekuan darah
dan kondisi yang paling sering adalah hipoglikemia. Pada bayi yang lahir dengan
prematur, kondisi dingin dapat menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan
sintesis surfaktan, bahkan membiarkan bayi dingin dapat meningkatkan mortalitas
dan morbiditas (Anik, 2013)
9. CONTOH KASUS
Seorang bayi perempuan baru lahir di rumah sakit, riwayat kelahiran kurang
bulan, hasil pemeriksaan warna kulit merah ekstremitas biru, sedikit gerakan
mimik, menangis lemah, BB:2400 gr, suhu 35°C.
2. Berdasarkan masalah di atas apakah langkah awal yang paling tepat diberikan
a. Memakai selimut hangat
b. Metode kangguru
c. Masukkan ke inkubator
d. Meletakkan di bawah pemanas
e. Menghangatkan dengan lampu
3. Apakah komplikasi yang mungkin terjadi apabila masalah tersebut tidak segera
dapat di atasi
a. Hipoksia
b. Hiperbilirubin
c. Hipoglikemia
d. Gagal nafas
e. Asfiksia
5. Apakah penkes atau konseling yang harus diberikan sebelum bayi dibawa
pulang untuk mencegah terjadi hipotermi
a. Berjemur setiap pagi
b. Perawatan tali pusat
c. Cara memandikan bayi
d. Pemberian ASI
e. Menjaga kehangatan bayi
KUNCI JAWABAN
1. Jawaban B. Hipotermi
Pembahasan: Berdasarkan kasus di atas hasil pemeriksaan yang ditemukan
adalah kulit merah ekstremitas biru, sedikit gerakan mimik, menangis lemah,
BB:2400 gr, suhu 35°C.
Pilihan A: Asfiksia dialami bayi tidak harus disertai dengan suhu dibawah
normal
Pilihan C: Cold stress dialami bayi dengan rentang suhu 36-36,5°C
Pilihan D: Sianosis apabila gejala warna kulit, kuku, dan bibir berwarna
kebiruan tidak disertai dengan gagal pernapasan
Pilihan E: Hipoksia ditandai dengan gejala pernafasan menjadi cepat atau
sesak nafas. jadi jawaban yang tepat pada kasus diatas adalah Hipotermi
pilihan B
3. Jawaban C: Hipoglikemia
Pembahasan: Berdasarkan kasus di atas persalinan ditemukan hasil pe
meriksaan yang ditemukan adalah kulit merah ekstremitas biru, sedikit gerakan
mimik, menangis lemah, BB:2400 gr, suhu 35°C.
Hipoglikemia adalah masalah potensial atau komplikasi yang sering terjadi pada
kasus hipotermi, hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir karena
dapat menimbulkan kejang.
4. Jawaban C: BBLR
Pembahasan: Berdasarkan kasus di atas persalinan ditemukan hasil
pemeriksaan yang ditemukan adalah kulit merah ekstremitas biru, sedikit gerakan
mimik, menangis lemah, BB:2400 gr, suhu 35°C.
Pembahasan: Hipotermia sering terjadi pada bayi berat badan lahir rendah akibat
lapisan kulit bayi sedikit/ verniks kaseosa tipis sehingga mudah mengalami
perpindahan panas
6. SOAP
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Bayi
Nama : By.Ny P
Umur : 0 jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 6-2-2023 / 10.00 Wib
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS.2017.Laporan Pencapaian Tujuan pembangunan Milenium
Indonesia 2018. BAPPENAS atau KPPN