Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian

Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah rentang normal
tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut Saifuddin dalam (Dwienda, Maita,
Saputri, & Yulviana, 2014)) Hipotermia adalah suatu kondisi turunnya suhu sampai di
bawah 30°C, sedangkan Hipotermia pada bayi baru Lahir merupakan kondisi bayi dengan
suhu dibawah 36,5°C, terbagi ke dalam tiga jenis hipotermi, yaitu Hipotermi ringan atau
Cold Stress dengan rentangan suhu antara 36-36,5°C, selanjutnya hipotermi sedang, yaitu
suhu bayi antara 32-36,5 °C dan terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu <32°C.
Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya teraba dingin dan sering menangis
karena produksi panas yang kurang akibatsirkulasi masih belum sempurna,respirasi masih
lemah dan konsumsioksigen rendah, inaktifitas ototserta asupan makanan rendah.Bayi
yang mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36°C) disebut hipotermia berat bila suhu
<32°C. Hipotermia umumnya terjadi pada bayi baru lahir terutama yang prematur, yang
belum mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru dengan suhulebih rendah dari suhu
didalam perut ibunya (Wahyuni S, 2012: 28).
Sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi, baik yang normal sekalipun belum berfungsi
secara optimal, sehingga bayi yang baru lahir akan mudah kehilangan suhu tubuh
terutama pada masa 6-12 jam setelah kelahiran. Kondisi lingkungan dingin, bayi tanpa
selimut dan yang paling sering adalah subkutan yang tipis mampu mempercepat proses
penurunan suhu tersebut. Bayi yang mengalami hipotermi akan mengalami penurunan
kekuatan menghisap ASI, wajahnya akan pucat, kulitnya akan mengeras dan memerah
dan bahkan akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru lahir harus tetap di
jaga kehangatannya. (Dwienda et al., 2014).
Suhu normal pada bayi yang baru lahir berkisar 36,5°C- 37,5°C (suhu ketiak).
Awalnya bayi akan mengalami penurunan suhu di bawah rentang nomal atau secara
mudah dapat dikenal ketika kaki dan tangan bayi teraba dingin, atau jika seluruh tubuh
bayi sudah teraba dingin berarti bayi sudah mengalami hipotermi sedang yaitu dengan
rentang suhu 32°C - 36°C. Selain hipotermi sedang ada juga hipotermi kuat yaitu bila
suhu bayi sampai di bawah 32°C dan akan berakibat sampai kematian jika berlanjut
karena pembuluh darah bayi akan menyempit dan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen
sehingga akan berlanjut menjadi hipoksemia dan kematian.(Anik, 2013)
B. Etiologi
Menurt Tanto (2014) berdasarkan etiologinya, hipotermia dapat dibagi menjadi:
a. Hipotermia primer, apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang.
Kelainan panas dapat terjadi melalui mekanisme radiasi (55-65%), konduksi (10-
15%), konveksi, respirasi dan evaporasi. Pemahaman ini membedakan istilah
hipotermia dengan frost bite (cedera jaringan akibat kontak fisik dengan benda/zat
dingin, biasanya <0°C).
b. Hipotermia sekunder, adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebabkan
penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan hipotermia
menurut Hardisman (2014),yaitu:
1) Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit Addison, diabetes melitus,
dan lain - lain)
2) Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif, insufisiensi
vascular, dan lain - lain)
3) Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang belakang, penyakit
Alzheimer, dan lain - lain)
4) Obat - obatan (alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik) Cedera yang berhubungan
dengan cuaca dingin dapat terjadi dengan atau tanpa pembekuan jaringan tubuh.
Faktor resiko cedera dingin meningkat pada orang tua, anak - anak, dan pecandu
alkohol. Tingkat keparahan cedera dingin bergantung pada suhu, lama pemaparan,
kondisi lingkungan, jumlah pakaian pelindung, dan keadaan umum pasien saat itu.
Kerentanan terhadap cedera dingin meningkat oleh faktor yang dapat
meningkatkan kehilangan panas atau menurunkan produksi panas, seperti:
a) Suhu yang lebih rendah
b) Dehidrasi
c) Bayi, usia lanjut, malnutrisi, kelelahan
d) Imobilisasi (contoh:fraktur)
e) Kontak yang terlalu lama
f) Kelembaban
g) Penyakit pembuluh darah perifer

Adapun penyebab yang lainnya yaitu :

a. Jaringan lemak subkutan tipis


Pada bayi baru lahir jaringan lemak subkutannya masih sangat tipis sehingga kemampuan
untuk melindungi diri dari suhu udara yang dingin sangatlah lemah. Hipodermis /
jaringan lemak subkutan ini merupakan lapisan kulit lemak / jaringan ikat yang
bertanggung jawab untuk mengatur suhu tubuh dan juga melindungi organ dalam dan
tulang (Saifuddin AB, 2014).
b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
Bayi baru lahir memiliki permukaan luas tubuh yang lebih besar jika dibandingkan
dengan berat tubuhnya. Jika suhu bayi menurun, akan lebih banyak energi / kalori akan
digunakan untuk memproduksi panas sebagai upaya mempertahankan suhu tubuhnya dan
akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah energi yang ada dan kebutuhannya
(Saifuddin AB, 2014).
c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan mengalami stres
dengan perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang lebih dingin.
Pembetukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan / pengolahan lemak coklat yang ada di dalam tubuh bayi.
Timbunan lemak coklat ini terdapat di seluruh tubuh bayi, untuk membakar lemak coklat
bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat ini tidak dapat di produksi ulang oleh bayi baru lahir.
Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya suhu udara
yang dingin di sekitar bayi (Saifuddin AB, 2014).
d. Bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan
Hal ini di sebabkan karena pusat pengaturan suhu yang ada di hipotalamus belum
sepenuhnya matur sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum terbentuk dan
berfungsi dengan baik. Menggigil adalah respon perlindungan tubuh untuk menghasilkan
panas melalui aktifitas otot (Saifuddin AB,2014)
e. Gangguan Termoregulasi
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembetukan
panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh didalam batas
normal. Pada bayi baru lahir belum memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
efisien dan masih lemah sehingga mudah sekali terjadi gangguan termoregulasi. Suhu
tubuh dikendalikan di bagian otak (hipotalamus). Hipotalamus bertanggungjawab untuk
mengenali perubahan suhu tubuh dan meresponnya dengan tepat. Tubuh menghasilkan
panas dari proses metabolisme di dalam sel yang mendukung fungsi vital tubuh (Raharjo
dan Marmi, 2015)

REFERENSI

Marhendrayani, N. K. (2019). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


PREMATURITAS DENGAN HIPOTERMI DI RUANG NICU RSUD
WANGAYA TAHUN 2019 (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan).

Murdiana, E. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny" S"
dengan Hipotermia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa
Tahun 2017 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Anda mungkin juga menyukai