Anda di halaman 1dari 25

A.

KONSEP DASAR HIPOTERMI

1. Pengertian Hipotermia

Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah

rentang normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016b). Menurut Saifuddin

dalam((Dwienda, Maita, Saputri, & Yulviana, 2014)) Hipotermia adalah suatu

kondisi turunnya suhu sampai di bawah 300 C, sedangkan Hipotermia pada bayi

baru Lahir merupakan kondisi bayi dengan suhu dibawah 36,5 0C, terbagi ke dalam

tiga jenis hipotermi, yaitu Hipotermi ringan atau Cold Stress dengan rentangan

suhu antara 36-36,50C, selanjutnya hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-

36,50C dan terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu <32 0C. Sistem pengaturan

suhu tubuh pada bayi, baik yang normal sekalipun belum berfungsi secara optimal,

sehingga bayi yang baru lahir akan mudah kehilangan suhu tubuh terutama pada

masa 6-12 jam setelah kelahiran. Kondisi lingkungan dingin, bayi tanpa selimut

dan yang paling sering adalah subkutan yang tipis mampu mempercepat proses

penurunan suhu tersebut. Bayi yang mengalami hipotermi akan mengalami

penurunan kekuatan menghisap ASI, wajahnya akan pucat, kulitnya akan mengeras

dan memerah dan bahkan akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru

lahir harus tetap di jaga kehangatannya. (Dwienda et al., 2014)

Suhu normal pada bayi yang baru lahir berkisar 36,50 C- 37,50 C(suhu

ketiak). Awalnya bayi akan mengalami penurunan suhu di bawah rentang nomal

atau secara mudah dapat dikenal ketika kaki dan tangan bayi teraba dingin, atau

jika seluruh tubuh bayi sudah teraba dingin berarti bayi sudah mengalami

hipotermi sedang yaitu dengan rentang suhu 320 C - 360C. Selain hipotermi sedang

ada juga hipotermi kuat yaitu bila suhu bayi sampai di bawah 32 0 C dan akan

berakibat sampai kematian jika berlanjut karena pembuluh darah bayi akan
7
menyempit dan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen sehingga akan berlanjut

menjadi hipoksemia dan kematian.(Anik, 2013)

2. Penyebab Hipotermia

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016b) penyebab hipotermia yaitu:

a. Kerusakan Hipotalamus

b. Berat Badan Ekstrem

c. Kekurangan lemak subkutan

d. Terpapar suhu lingkungan rendah

e. Malnutrisi

f. Pemakaian pakaian tipis

g. Penurunan laju metabolisme

h. Transfer panas ( mis. Konduksi, konveksi, evavorasi, radiasi)

i. Efek agen farmakologis

3. Gejala dan Tanda

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan tanda hipotermia yaitu : a.

Mayor

1) Kulit teraba dingin

2) Menggigil

3) Suhu tubuh di bawah nilai normal (Normal 36,50C-37,50C)

b. Minor
1) Akrosianosis

2) Bradikardi ( Normal 120-160 x/menit)

3) Dasar kuku sianotik

4) Hipoglikemia

8
5) Hipoksia

6) Pengisian kapiler > 3 detik

7) Konsumsi oksigen meningkat

8) Ventilasi menurun

9) Piloereksi

10) Takikardi

11) Vasokontriksi perifer

12) Kutis memorata ( pada neonatus)

4. Klasifikasi Hipotermia

a. Hipotermia Sedang

Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah,

waktu timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari dengan ditandai suhu

320C-360C, bayi mengalami gangguan pernapasan, denyut jantung kurang dari

100x/menit, malas minum dan mengalami letargi selain itu kulit bayi akan

berwarna tidak merata atau disebut cutis marmorata, kemampuan menghisap yang

dimiliki bayi lemah serta kaki akan teraba dingin.

b. Hipotermi Berat

Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah

cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 hari dengan tanda suhu tubuh bayi

mencapai 320C atau kurang, tanda lain seperti hipotermi sedang, kulit bayi teraba

keras, napas bayi tampak pelan dan dalam , bibir dan kuku bayi akan berwarna

kebiruan, pernapasan bayi melambat, pola pernapasan tidak teratur dan bunyi

jantung melambat.

c. Hipotermi dengan Suhu tidak stabil


9
Merupakan gejala yang timbul tanpa terpapar dengan suhu dingin atau

panas yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada rentang 36-39 0C

meskipun dengan suhu ruangan yang stabil (Dwienda et al., 2014).

5. Komplikasi Hipotermi

Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem dalam tubuh

seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan oksigen, meningkatnya produksi

asam laktat, kondisi apneu, terjadinya penurunan kemampuan pembekuan darah

dan kondisi yang paling sering adalah hipoglikemia. Pada bayi yang lahir dengan

prematur, kondisi dingin dapat menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan

sintesis surfaktan, bahkan membiarkan bayi dingin dapat meningkatkan mortalitas

dan morbiditas (Anik, 2013).

6. Penanganan bayi hipotermi

A. Bayi yang telah mengalami hipotermi memiliki risiko besar untuk terjadi

kematian, sehingga ketika terjadi hipotermi maka tindakan yang harus dilakukan

pertama adalah hangatkan bayi dengan penyinaran atau inkubator.

B. Selanjutnya cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang yaitu

dengan metode kanguru, yaitu metode dengan memanfaatkan panas tubuh dari ibu.

Bayi ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak langsung dengan kulit

ibu. Untuk menjaga kehangatan maka bayi dan ibu harus berada dalam satu

pakaian atau bahkan selimut, sehingga suhu bayi tetap hangat di dekapan ibu.

C. Apabila setelah dilakukan tindakan tersebut, bayi tetap masih dingin, maka

selimuti bayi dan ibu dengan pakaian atau selimut yang telah disetrika terlebih

dahulu, dilakukan secara berulang sampai suhu tubuh bayi kembali hangat.

10
D. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami hipoglikemia,

sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI sedikit-sedikit tetapi sering. Bila bayi

tidak mau menghisap atau reflek hisapnya lemah, maka diberikan infus glukosa

10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari(Anik, 2013).

B. KONSEP TEORI HIPERTERMIA PADA DHF

1. Pengertian Dengue Haemorrhagic Fever


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit demam akut yang

disebabkan oleh arbovirus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti (Padila, S.Kep, 2013). DHF merupakan penyakit infeksi arbovirus

akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang

menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam (Desmawati,

2013).

2. Pengertian Hipertermia
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal

tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan keadaan di

mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8 0C

(100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal yang sifatnya menetap karena

faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan keadaan peningkatan

suhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F)) yang berhubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi

panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi di mana terjadinya

peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk

meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. (Perry &

Potter, 2005).
11
Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu

tubuh di atas 37,20C akibat dari system pertahanan tubuh dari infeksi (viremia).

(Sudoyo, Aru W, dkk, 2010). Jadi hipertermia merupakan salah satu gejala klinis

yang ditemukan pada DHF sehingga dimungkinkan bahwa hipertermi juga

berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit DHF.

3. Etiologi Hipertermia
Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF,

hipertermia disebabkan oleh kerena adanya proses penyakit (infeksi virus dengue

(viremia)) di dalam tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016).

4. Tanda dan Gejala Hipertermia


Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.

Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Suhu tubuh di atas nilai normal

Suhu tubuh di atas nilai normal yaitu > 37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C

(101 oF) per rektal.

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Kulit merah

Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).

2) Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara
tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi
3) Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung
yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.
4) Takipnea
12
Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan yang

cepat dan dangkal.

5) Kulit terasa hangat

Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah

sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

5. Patofisiologi Hipertermia Pada DHF


Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia

yang beredar dalam aliran darah sehingga terjadi infeksi virus dengue (viremia)

yang menyebabkan pengaktifan sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang

membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang PGE2 (prostagelandin

2) yang selanjutnya akan meningkatkan seting point suhu di hipotalamus.

Kenaikan seting point ini akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point

dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh.

Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan

terjadi hipertermia. Hipertermia menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan

H2O sehingga permeabilitas membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas

membran menyebabkan cairan dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler

sehingga terjadi kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mengakibatkan

berkurangnya volume plasma sehingga terjadi hipotensi dan kemungkinan akan

berakibat terjadinya syok hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).

6. Kondisi Klinis Terkait


Beberapa kondisi klinis yang terkait dengan terjadinya hipertermia di

antaranya adalah : proses infeksi (viremia), hipertiroid ( kondisi d mana jumlah

hormon tiroid dalam tubuh sangat tinggi), stroke, dehidrasi (kondisi ketika tubuh

13
kehilangan lebih banyak cairan dari pada yang didapatkan), trauma, prematuritas

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Trombosit

Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan

mengalami penurunan trombosit (<100.000/mm3)

b. Hemoglobin (Hb)

Hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan menunjukkan

kelainan pada Hb. Hb akan mengalami peningkatan sebesar 20% dengan Hb

normal pada laki-laki yaitu 14-16 gr/dL, dan pada perempuan yaitu 12-16

gr/dL.

c. Hematrokrit

Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan

menunjukkan kelainan pada hematrokrit (PCV) yang mengalami peningkatan

hingga 20% atau lebih. Hematokrit normal pada laki-laki yaitu 40-54%,

sedangkan pada perempuan yaitu 35-47%.

d. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)

Kondisi rendahnya jumlah total sel darah putih (leukosit) dibanding nilai

normal. Nilai normal leukosit yaitu : 5000-10.000 uL.

e. Isolasi virus

Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah penderita atau

jaringanjaringan, untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedangkan untuk

penderita yang meninggal melalui autopsy. Namun, hal ini jarang dikerjakan.

f. Serologi (Uji H): respon terhadap antibodi sekunder

14
g. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau

46 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ) (Nurarif & Kusuma,

2015).

8. Dampak
Salah satu dampak terjadinya hipertermia adalah dehidrasi. Di mana terjadinya

dehidrasi disebabkan oleh adanya peningkatan penguapan cairan tubuh saat

demam atau hipertermi, sehingga dapat mengalami kekurangan cairan dan

merasa lemah (Nurarif & Kusuma, 2015).

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan DHF tanpa syok

1) Dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit setiap 24 jam.

2) Jika Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000

pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat rawat

jalan.

3) Jika Hb, Ht normal, trombosit ≤ 100.000 atau Hb, Ht meningkat, trombosit

normal atau turun maka pasien dianjurkan untuk rawat inap.

C. HIPOGLIKEMIA

1. Pengertian
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar gula darah kurang dari
45mg/dL (2,6 mmol/L). Hipoglikemia adalah suatu sindrom klinik dengan
15
penyebab yang sangat luas, sebagai akibat dari rendahnya kadar glukosa
plasma yang akhirnya menyebabkan neuroglikopenia.
2. Insiden
Insiden hipoglikemia bervariasi menurut definisi, populasi, metode dan waktu
pemberian makan, dan tipe pemeriksaan glukosa (kadar dalam serumlebih
tinggi daripada kadar dalam darah lengkap). Pemberian makan lebih awal
menurunkan insiden.Sedangkan prematuritas, hipotermia, hipoksia, diabetes
ibu, infus glukosa pada ibu dalam persalinan dan retardasi pertumbuhan
intrauteri menambah insiden hipoglikemia. Pada bayi cukup bulan yang sehat
kadar glukosa serumnya jarang kurang dari 35 mg/dL (1,9 mmol/L) antara usia
1-3 jam dan kurang dari 40 mg/dL (2,2 mmol/L) dari usia 3 samapi 24 jam dan
kurang dari 45 mg/dL (2,5 mmol/L) sesudah 24 jam. Bayi prematur maupun
bayi cukup bulan mempunyai resiko yang sama untuk mengalami defisit
perkembangan saraf yang serius karena kadar glukosa yang rendah. Risiko ini
terkait dengan berat dan lama hipoglikemia.
3. Patofisiologi
Empat kelompok patofisiologi bayi neonatus yang berisiko tinggi untuk
hipoglikemia:
a. Bayi-bayi dari ibu yang menderita diabetes melitus atau diabetes selama
kehamilan, bayi dengan eritroblastosis foetalis berat, insulinoma,
nesidioblastosis sel β, hiperplasia sel β fungsional, muatasi gen reseptor
sulfonilurea, sindrom Beckwith dan panhipopituitarisme yang tampaknya
menderita hiperinsulinisme.
b. Bayi-bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin atau bayi-bayi preterm
mungkin mengalami malnutrisi intrauteri sehingga mengakibatkan
penurunan penyimpanan glikogen hati dan lemak tubuh total, bayi kembar
discordant yang lebih kecil (terutama jika discordant 25% atau lebih
dengan berat badan kurang dari 2 kg), bayi polisitemia, bayi dari ibu
toksemia, dan bayi dengan kelainan plasenta adalah yang terutama rentan
hipoglikemia (faktor-faktor lain yang menimbulkan hipoglikemia pada
kelompok ini meliputi glukoneogenesis terganggu, berkurangnya oksidasi
asam lemak bebas, kecepatan produksi kortisol rendah dan kemungkinan
kenaikan kadar insulin danpenurunan curah epineprin dalam esponnya
terhadap hipoglikemia).
16
c. Bayi yang amat imatur atau sakit berat dapat menderita hipoglikemia
karena kenaikan kebutuhan matebolik yang tidak seimbang dalam
menyimpan substrat dan kalori yang tersedia, bayi dengan berat badanlahir
rendah yang menderita sindrom kegawatan pernafasan, asfiksia perinatal,
polisitemia, hipotermi dan infeksi sistemik, juga bayi gagal jantung dengan
penyakit jantung kongenital sianosis, berada pada resiko tinggi. Infus intra
vena yang terganggu, terutama pada mereka yang kadar glukosanya tinggi,
juga dapat mengakibatkan terjadinya hipoglikemia yang sangat cepat.
d. Kadang-kadang bayi dengan metabolik genetik atau primer, seperti
galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen, intoletansi fruktosa,
asidemia propionat, asidemia metilmalonat, tirosinemia, penyakit urin sirup
maple, dan defisiensi asetil-CoA dehidrogenase rantaipanjang atau medium
juga mungkin terjadi.
4. Klasifikasi
Klasifikasi hipoglikemi menurut kadar glukosa dalam darah:
a. Kadar glukosa < 25 mg/dL
b. Kadar glukosa 25 – 45 mg/dL
c. Kadar glukosa > 45 mg/dL
5. Manifestasi Klinis
Berbeda dengan kekerapan terjadinya hipoglikemia, insiden hipoglikemia
simtopatik paling tinggi pada bayi kecil menurut umur kehamilan. Bayi ini
biasanya dimasukkan dalam kategori 2 atau 3 dan kelompok patofisiologi dan
beberapa diantara dianggap menderita hipoglikemia neonatus idiopatik
simtomatik yang sementara. Karena banyak dari gejala tersebut juga terjadi
bersamaan dengan keadaan lain seperti infeksi terutama sepsis dan meningitis,
anomali system saraf sentral, perdarahan atau edema, hipokalsemia atau
hipomagnesemia, asfiksia, gejala putus obat, apne prematur, penyakit jantung
kongenital, atau polisitemia dan karena beberapa keadaan tersebut dapat
ditemukan pada bayi sehat normoglikema, insiden hipoglikemia yang pasti
sukar ditegakkan. Hipoglikemia ini mungkin bervariasi antara 1 – 3 per 1.000
kelahiran hidup dan mengenai sekitaran 5-15% bayi mengalami retardasi
pertumbuhan. Karena manifestasi klinis ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab maka penting untuk mengukur glukosa serum dan menentukan

17
apakah hipoglikemia menghilang dengan pemberian glukosa yang cukup untuk
menaikkan kadar gula darah menjadi normal, jika tidak, diagnosa lain harus
dipikirkan.
6. Pengobatan
Bila tidak ada serangan kejang, bolus glukosa 10% intravena 200mg/kg
(2mL/kg) efektif untuk menaikkan kadar glukosa darah. Bila kejang, 4 Ml/kg
injeksi bolusglukosa 10% terintegrasi. Pasca terapi pertama harus diberi infus
glukosa 8 mg/kg/menit.Jika hipoglikemia terjadi lagi, kecepatan infus harus
ditambah sampai menggunakan glukosa 15-20%. Jika infus glukosa 20%
intravena tidak cukup untuk melenyapkan gejala dan mempertahankan kadar
glukosa serum normal, hidrokortison (2,5 mg/kg/6 jam) atau prednison (1
mg/kg/24 jam) harus diberikan. Glukosa serum harus diukur setiap 2 jam
setelah terapi dimulai sampai beberapa pengukuran berada diatas 40 mg/dL.
Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6 jam dan pengobatan secara
bertahap dikurangi dan akhirnya dihentikan bila glukosa serum telah berada
pada kisaran normal dan bayi tidak menampakkan gejala selama 24-48 jam.
Bila kadar glukosa dalam darah mencapai > 45 mg/dL tindakan yang dilakukan
yaitu ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan secara
perlahan, jangan hentikan infus secara tibatiba dan periksa kadar glukosa tiap
12 jam. Bila bayi sudah tidk mendapatkan infus, periksa kadar glukosa setiap
12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalambatas normal, pengukuran dihentikan.
7. Prognosis
Hipoglikemia kambuh pada 10-15% bayi sesudah pengobatan adekuat.
Beberapa bayi telah dilaporkan selambatnya timbul pada usia 8 bulan. Kumat
lebih sering terjadi jika cairan intavena keluar dari pembuluh darah atau jika
cairan dihentikan terlalu cepat sebelum makanan oral ditoleransi dengan baik.
Anak yang kemudian hari menderita hipoglikemia ketotik mengalami
peningkatan insiden hipoglikemi neonatus. Prognosis untuk fungsi intelektual
yang normal harus ditentukan dengan hati-hati, karena hipoglikemia yang lama
dan berat dapat disertai dengan sekuele neurologis. Bayi hipoglikemi yang
simtomatik, terutama bayi dengan berat badan lahir rendah dan dari ibu
diabetes, mempunyai prognosis lebih jelek untuk kelanjutan perkembangan
intelektual yang normal daripada prognosis bayi yang asimtomatik.

18
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “H” DENGAN
HIPOTERMI

19
A. SUBJEKTIF

Biodata

1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. “H”

Umur : 1 hari

Jenis kelamin : Laki-lak

Anak ke : 4 (empat)

Identitas orang tua


Ayah Ibu

Nama : Tn. “S” Ny. “H”

Umur : 31 tahun 22 thn

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMP SD

Pekerjaan : Buruh Harian Ibu rumah tangga

Alamat : Jl Teuku Umar 12 lr

2. Keluhan utama/alasan kunjungan


Ibu mengatakan tubuh bayinya dingin dan bayinya kurang aktif dan reflek
memghisap lemah.
3. Riwayat Prenatal
a. Riwayat ANC ibu :
Ibu mengatakan HPHT : 10 Agustus 2016, HTP : 17 Mei 2017 dan
melahirkan tanggal 03 Mei 2017 pukul 02.38 wita, usia kehamilannya
yaitu 38 mingu, ibu sering dating memeriksakan kehamilannya di
pelayanan kesehatan dan ibu juga telah mendapatkan imunisasi TT, ibu
mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit lainnya.
4. Riwayat Intranatal
a. Masa gestasi saat dilahirkan : 38 minggu
b. Penyulit dan kompliasi yang dialami :
1) Kala I : Tidak ada
2) Kala II : Tidak Ada
a) Penolong persalinan : Bidan

20
b) Cara bersalin : Spontan
c) Kondisi anak saat di lahirkan :
- Bernafas Spontan
- Tangis kuat, Gerak Aktif
- Dilakukan IMD (Inisisasi Menyusu Dini)
3) Kala III : Tidak Ada
4) Kala IV : Tidak ada
5. Riwayat Pascanatal (28 hari pertama)
a. Rawat gabung : dilakukan
b. Antopometri baru lahir (6 jam pertama) :
BB : 3300 gram PB : 48 cm
LK : 33 cm LD : 30 cm
6. Riwayat Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi Efek samping


Yang diberikan Yang dialami
Anak
0 hari HB0 Tidak ada
1 hari BCG, Polio 1 Bengkak kecil kemerahan

7. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : Ada
b. Nutrisi :
1) Jenis Minuman : ASI
2) Frekuensi minum on demand : 8-12x/hari tiap 2 jam

c. Eliminasi :
1) Buang Air Besar :
a) Frekuensi dalam sehari : 2-3x/hari
b) Konsistensi : Lunak
c) Tidak ada keluhan
2) Buang Air Kecil :
a) Frekuensi dalam sehari : 6-8x/sehari
b) Tidak ada masalah
d. Istirahat
1) Lama tidur dalam sehari : 15 jam/hari
Tidur Siang : 8 jam
Tidur Malam : 7 jam
Masalah : Tidak ada
e. Psikologi
1) Penerimaan orang tua terhadap anak : diterima
2) Pola asuh anak yang dominan : Ibu
f. Sosial
1) Hubungan dalam keluarga : Harmonis
2) Pengambilan Keputusan : Ibu dan Ayah
3) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan anak : tidak ada
21
4) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan an ak : tidak ada

B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran ; Composmentis
c. TTV :
Suhu : 35,5º Celsius.
Respirasi : 44 X/menit.
HR : 124 X/menit.
2. Pemeriksaan Fisik :
Muka : simetris, , tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : simetris, tidak ada sumbing, bibir pucat, tidak ada luka

Ektremitas atas bawah : pergerakan kurang aktif, jari tangan kiri kanan
lengkap, tanagn dan kaki teraba dingin

Pemeriksaan reflek :

Reflek moro, reflek rooting, reflek grasping, reflek sucking, dan tonic
neck semuanya dalam keadaan lemah

Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

C. ANALISA

Bayi Ny “H” umur 1 hari dengan Hipotermi

Diagnosa Potensial :

Hipoglikemia

Masalah :

22
Ibu mengatakan tubuh bayinya dingin dan bayinya kurang aktif dan reflek
memghisap lemah.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan, ibu mengerti


dan paham mengenai kondisi bayinya

2. Anjurkan pada ibu untuk menkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.


Ibu paham dan bersedia melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI kepada


bayinya. Informasikan bahwa ibu juga dapat menyusui dengan cara duduk
atau berbaring sesuai kenyamanan dengan santai dan dapat menggunakan
sandaran (bantal pada punggung). Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga agar selalu menjaga kebersihan


bayinya dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Ibu
mengerti dan paham

23
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “F” DENGAN
HIPERTERMI

A. SUBJEKTIF

Biodata

a. Identitas Bayi
Nama : Bayi “F”

Umur : 2 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : I (Pertama)

Identitas orang tua


Ayah Ibu

Nama : Tn. Ytr Ny. ZZ

Umur : 26 thn 22 thn

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Wiraswasta Ibu rumah tangga

Alamat : Kauman Tulungagung.

b. Keluhan utama/alasan kunjungan


Ibu cemas karena sejak ± 2 jam yang lalu bayinya gelisah terus dan
badannya panas setelah di jemur selama 25 menit pada pagi hari tadi.
c. Riwayat Prenatal
b. Riwayat ANC ibu :
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin / ANC
rutin yaitu kebidan 3X, kepuskesmas 2X, jadi selama kehamilannya ia
memeriksakan kehamilannaya sebanyak 5X. Mendapat imunisasi TT
lengkap.
c. Imunisasi TT : TT5
d. Obat-obat yang pernah diminum : Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1.
24
e. Kebiasaan buruk yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan : Tidak
Ada
f. Penyulit atau komplikasi yang berpengaruh : Tidak ada
g. Tindakan pengobatan atau perawatan untuk mengatasi
penyulit/komplikasi : Tidak Ada
d. Riwayat Intranatal
c. Masa gestasi saat dilahirkan : 40 minggu
d. Penyulit dan kompliasi yang dialami :
5) Kala I : Tidak ada
6) Kala II : Tidak Ada
d) Penolong persalinan : Bidan
e) Cara bersalin : Spontan
f) Kondisi anak saat di lahirkan :
- Bernafas Spontan
- Tangis kuat, Gerak Aktif
- Dilakukan IMD (Inisisasi Menyusu Dini)
7) Kala III : Tidak Ada
8) Kala IV : Tidak ada
e. Riwayat Pascanatal (28 hari pertama)
g. Rawat gabung : dilakukan
h. Antopometri baru lahir (6 jam pertama) :
BB : 3000 gram PB : 50 cm
LK : 34 cm LD : 34 cm
f. Riwayat Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi Efek samping


Yang diberikan Yang dialami
Anak
0 hari HB0 Tidak ada
2 hari BCG, Polio 1 Bengkak kecil kemerahan

g. Data bio-psiko-sosial-spiritual
i. Bernafas : Ada
j. Nutrisi :
3) Jenis Minuman : ASI
4) Frekuensi minum on demand : 8-12x/hari tiap 2 jam
k. Eliminasi :
3) Buang Air Besar :
d) Frekuensi dalam sehari : 2-3x/hari
e) Konsistensi : Lunak
f) Tidak ada keluhan
4) Buang Air Kecil :
c) Frekuensi dalam sehari : 6-8x/sehari
d) Tidak ada masalah
l. Istirahat
2) Lama tidur dalam sehari : 15 jam/hari
Tidur Siang : 8 jam

25
Tidur Malam : 7 jam
Masalah : Tidak ada
m. Psikologi
3) Penerimaan orang tua terhadap anak : diterima
4) Pola asuh anak yang dominan : Ibu
n. Sosial
5) Hubungan dalam keluarga : Harmonis
6) Pengambilan Keputusan : Ibu dan Ayah
7) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan anak : tidak ada
8) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan an ak : tidak ada

B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran ; Composmentis
c. TTV :
Suhu : 37,7º Celsius.
Respirasi : 65 X/menit.
HR : 130 X/menit.
2. Pengukuran Antopometri
a. BB : 2980 gram
b. PB : 50 cm
c. LK : 34 cm
3. Pemeriksaan Fisik :
Muka : simetris, , tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : simetris, tidak ada sumbing, bibir pucat, tidak ada luka

Ektremitas atas bawah : Kanan dan kiri simetris, tidak ada odema, tidak
ada lesi/ luka, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada polidaktil /
sindaktil.

Pemeriksaan reflek :

Reflek moro, reflek rooting, reflek grasping, reflek sucking, dan tonic
neck semuanya dalam keadaan lemah

26
Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

C. ANALISA

Bayi “F” umur 2 hari dengan Hipertermi

Diagnosa Potensial :

Dehidrasi, Hipoksia

Masalah :

Ibu cemas karena sejak ± 2 jam yang lalu bayinya gelisah terus dan badannya
panas setelah di jemur selama 25 menit pada pagi hari tadi.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan, ibu mengerti


dan paham mengenai kondisi bayinya

2. Memindahkan bayi ke ruangan yang lebih sejuk yaitu pada suhu 26º-28ºC
sehingga suhu bayi dapat kembali normal, ibu bersedia dan bayi sudah
dipindahkan

3. Memberikan KIE mengenai tentang cara menjemur bayi yang efektif yaitu
pada pukul 07.00 – 08.00 wita dan pada pukul 15.00-16.00 wita selama +
15 menit. Ingat jaga agar mata bayi terhindar dari pancaran langsung sinar
matahari karena hal ini dapat merusak lensa mata bayi. Usahakan agar
seluruh tubuh bayi mendapat pancaran sinar. Dengan cara membolak
balikkan tubuh terutama bagian punggungnya. Ibu paham dan bersedia
melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI kepada


bayinya. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

5. Memberikan KIE kepada ibu untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada


bayi dengan sesegera mungkin memberikan ASI pada bayinya. Ibu
mengerti dan paham

27
6. Menganjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi atau sewaktu waktu bila
suhu tubuh bayi meningkat kembali. Ibu mengerti dan paham.

28
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “A”

DENGAN HIPOGLIKEMI

1. Data Subjektif:
a. Biodata:
1) Nama Bayi : Bayi Ny.”A”
2) Umur Bayi : 1 jam
b. Keluhan
Ibu mengeluh bayi tidak mau menyusu dan lemas
c. Riwayat persalinan ini :
Jenis persalinan : spontan induksi
Komplikasi/penyulit dalam persalinan : bayi besar
d. Riwayat Penyakit Sistemik
Ibu menderita DM, dan ibu mengatakan tidak ada menderita penyakit
lainnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya yaitu ibu kandungnya menderita
penyakit DM.
f. Riwayat Menyusu
Bayi tidak berhasil melakukan IMD dan tidak mau menyusu
g. Eliminasi
BAK : urine sudah keluar berwarna kuning jernih sebanyak 1 kali
BAB : mekonium sudah keluar berwarna hitam kehijauan
sebanyak 1
kali.
2. Data Objektif
Keadaan umum : lemah, Kesadaran : composmentis
TTV : Pernapasan : 36x/menit, Denyut jantung : 100x/menit, Suhu :
36,5oC
Antopometri : BB : 3900 kg, Panjang badan: 49 cm, Lingkar kepala: 35
cm, Lingkar dada : 36 cm.
Pemeriksaan Fisik :
Muka : pucat, simetris tidak ada oedema
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera putih
Ektremitas : gerak otot lemah
Pemeriksaan reflek:
Reflek moro, reflek rooting, reflek grasping, reflek sucking, dan tonic neck
semuanya dalam keadaan lemah.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penunjang pada bayi :
GDS : 42mg/dl,
Pemeriksaan penunjang pada ibu :
GDS : 250 mg/dl
3. Analisa
29
Bayi Ny.”A” umur 1 jam dengan hipoglikemia
Diagnosa potensial :
Syok sepsis
Masalah :
1. Bayi tidak mau menyusu
4. Penalataksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan suami
paham
b. Memberikan bolus IV cairan dextrose 10% 2ml/kg BB secara pelan dalam 5
menit, tidak ada reaksi alergi
c. Memasang infus glukosa 20% 2cc/kg BB 20 tetes per menit, cairan infus
lancar.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
lanjutan, kondisi bayi stabil
e. Membimbing ibu untuk menyusui bayinya, bayi sudah mulai menyusu
f. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi, ibu bersedia

30
DAFTAR PUSTAKA

Yulianti, Lia. 2016. Asuhan Neonatal Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media.
Khoirunnisa, Endang, dan Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak balita.Yogyakarta : Nuha Medika
Maryunani, Anik. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Jakarta: In Media
Saifudin AB, Dkk. Panduan Praktis Kebidanan Maternal Dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka, Sarwono Prawirihardjo. Jakarta. 2009.
Nelson, Waldo E, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. EGC.
Jakarta. 2011.
Jurnal : Rosa Mutianingsih (2014), “HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS, HIPOGLIKEMI DAN
INFEKSI NEONATORUM DI RSUP NTB TAHUN 2012” Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Malang.

31

Anda mungkin juga menyukai