1. Pengertian Hipotermia
rentang normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016b). Menurut Saifuddin
kondisi turunnya suhu sampai di bawah 300 C, sedangkan Hipotermia pada bayi
baru Lahir merupakan kondisi bayi dengan suhu dibawah 36,5 0C, terbagi ke dalam
tiga jenis hipotermi, yaitu Hipotermi ringan atau Cold Stress dengan rentangan
suhu antara 36-36,50C, selanjutnya hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-
36,50C dan terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu <32 0C. Sistem pengaturan
suhu tubuh pada bayi, baik yang normal sekalipun belum berfungsi secara optimal,
sehingga bayi yang baru lahir akan mudah kehilangan suhu tubuh terutama pada
masa 6-12 jam setelah kelahiran. Kondisi lingkungan dingin, bayi tanpa selimut
dan yang paling sering adalah subkutan yang tipis mampu mempercepat proses
penurunan kekuatan menghisap ASI, wajahnya akan pucat, kulitnya akan mengeras
dan memerah dan bahkan akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru
Suhu normal pada bayi yang baru lahir berkisar 36,50 C- 37,50 C(suhu
ketiak). Awalnya bayi akan mengalami penurunan suhu di bawah rentang nomal
atau secara mudah dapat dikenal ketika kaki dan tangan bayi teraba dingin, atau
jika seluruh tubuh bayi sudah teraba dingin berarti bayi sudah mengalami
hipotermi sedang yaitu dengan rentang suhu 320 C - 360C. Selain hipotermi sedang
ada juga hipotermi kuat yaitu bila suhu bayi sampai di bawah 32 0 C dan akan
berakibat sampai kematian jika berlanjut karena pembuluh darah bayi akan
7
menyempit dan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen sehingga akan berlanjut
2. Penyebab Hipotermia
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016b) penyebab hipotermia yaitu:
a. Kerusakan Hipotalamus
e. Malnutrisi
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan tanda hipotermia yaitu : a.
Mayor
2) Menggigil
b. Minor
1) Akrosianosis
4) Hipoglikemia
8
5) Hipoksia
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardi
4. Klasifikasi Hipotermia
a. Hipotermia Sedang
waktu timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari dengan ditandai suhu
100x/menit, malas minum dan mengalami letargi selain itu kulit bayi akan
berwarna tidak merata atau disebut cutis marmorata, kemampuan menghisap yang
b. Hipotermi Berat
Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 hari dengan tanda suhu tubuh bayi
mencapai 320C atau kurang, tanda lain seperti hipotermi sedang, kulit bayi teraba
keras, napas bayi tampak pelan dan dalam , bibir dan kuku bayi akan berwarna
kebiruan, pernapasan bayi melambat, pola pernapasan tidak teratur dan bunyi
jantung melambat.
panas yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada rentang 36-39 0C
5. Komplikasi Hipotermi
dan kondisi yang paling sering adalah hipoglikemia. Pada bayi yang lahir dengan
A. Bayi yang telah mengalami hipotermi memiliki risiko besar untuk terjadi
kematian, sehingga ketika terjadi hipotermi maka tindakan yang harus dilakukan
B. Selanjutnya cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang yaitu
dengan metode kanguru, yaitu metode dengan memanfaatkan panas tubuh dari ibu.
Bayi ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak langsung dengan kulit
ibu. Untuk menjaga kehangatan maka bayi dan ibu harus berada dalam satu
pakaian atau bahkan selimut, sehingga suhu bayi tetap hangat di dekapan ibu.
C. Apabila setelah dilakukan tindakan tersebut, bayi tetap masih dingin, maka
selimuti bayi dan ibu dengan pakaian atau selimut yang telah disetrika terlebih
dahulu, dilakukan secara berulang sampai suhu tubuh bayi kembali hangat.
10
D. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami hipoglikemia,
sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI sedikit-sedikit tetapi sering. Bila bayi
tidak mau menghisap atau reflek hisapnya lemah, maka diberikan infus glukosa
disebabkan oleh arbovirus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (Padila, S.Kep, 2013). DHF merupakan penyakit infeksi arbovirus
akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang
menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam (Desmawati,
2013).
2. Pengertian Hipertermia
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal
tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan keadaan di
mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8 0C
(100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal yang sifatnya menetap karena
suhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F)) yang berhubungan dengan
panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi di mana terjadinya
Potter, 2005).
11
Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu
tubuh di atas 37,20C akibat dari system pertahanan tubuh dari infeksi (viremia).
(Sudoyo, Aru W, dkk, 2010). Jadi hipertermia merupakan salah satu gejala klinis
3. Etiologi Hipertermia
Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF,
hipertermia disebabkan oleh kerena adanya proses penyakit (infeksi virus dengue
(viremia)) di dalam tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti (Tim Pokja
Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
Suhu tubuh di atas nilai normal yaitu > 37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C
1) Kulit merah
2) Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara
tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi
3) Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung
yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.
4) Takipnea
12
Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan yang
Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
yang beredar dalam aliran darah sehingga terjadi infeksi virus dengue (viremia)
membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang PGE2 (prostagelandin
Kenaikan seting point ini akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point
dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh.
Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan
hormon tiroid dalam tubuh sangat tinggi), stroke, dehidrasi (kondisi ketika tubuh
13
kehilangan lebih banyak cairan dari pada yang didapatkan), trauma, prematuritas
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Trombosit
Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan
b. Hemoglobin (Hb)
Hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan menunjukkan
normal pada laki-laki yaitu 14-16 gr/dL, dan pada perempuan yaitu 12-16
gr/dL.
c. Hematrokrit
Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan
hingga 20% atau lebih. Hematokrit normal pada laki-laki yaitu 40-54%,
Kondisi rendahnya jumlah total sel darah putih (leukosit) dibanding nilai
e. Isolasi virus
penderita yang meninggal melalui autopsy. Namun, hal ini jarang dikerjakan.
14
g. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau
2015).
8. Dampak
Salah satu dampak terjadinya hipertermia adalah dehidrasi. Di mana terjadinya
9. Penatalaksanaan
2) Jika Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000
jalan.
C. HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar gula darah kurang dari
45mg/dL (2,6 mmol/L). Hipoglikemia adalah suatu sindrom klinik dengan
15
penyebab yang sangat luas, sebagai akibat dari rendahnya kadar glukosa
plasma yang akhirnya menyebabkan neuroglikopenia.
2. Insiden
Insiden hipoglikemia bervariasi menurut definisi, populasi, metode dan waktu
pemberian makan, dan tipe pemeriksaan glukosa (kadar dalam serumlebih
tinggi daripada kadar dalam darah lengkap). Pemberian makan lebih awal
menurunkan insiden.Sedangkan prematuritas, hipotermia, hipoksia, diabetes
ibu, infus glukosa pada ibu dalam persalinan dan retardasi pertumbuhan
intrauteri menambah insiden hipoglikemia. Pada bayi cukup bulan yang sehat
kadar glukosa serumnya jarang kurang dari 35 mg/dL (1,9 mmol/L) antara usia
1-3 jam dan kurang dari 40 mg/dL (2,2 mmol/L) dari usia 3 samapi 24 jam dan
kurang dari 45 mg/dL (2,5 mmol/L) sesudah 24 jam. Bayi prematur maupun
bayi cukup bulan mempunyai resiko yang sama untuk mengalami defisit
perkembangan saraf yang serius karena kadar glukosa yang rendah. Risiko ini
terkait dengan berat dan lama hipoglikemia.
3. Patofisiologi
Empat kelompok patofisiologi bayi neonatus yang berisiko tinggi untuk
hipoglikemia:
a. Bayi-bayi dari ibu yang menderita diabetes melitus atau diabetes selama
kehamilan, bayi dengan eritroblastosis foetalis berat, insulinoma,
nesidioblastosis sel β, hiperplasia sel β fungsional, muatasi gen reseptor
sulfonilurea, sindrom Beckwith dan panhipopituitarisme yang tampaknya
menderita hiperinsulinisme.
b. Bayi-bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin atau bayi-bayi preterm
mungkin mengalami malnutrisi intrauteri sehingga mengakibatkan
penurunan penyimpanan glikogen hati dan lemak tubuh total, bayi kembar
discordant yang lebih kecil (terutama jika discordant 25% atau lebih
dengan berat badan kurang dari 2 kg), bayi polisitemia, bayi dari ibu
toksemia, dan bayi dengan kelainan plasenta adalah yang terutama rentan
hipoglikemia (faktor-faktor lain yang menimbulkan hipoglikemia pada
kelompok ini meliputi glukoneogenesis terganggu, berkurangnya oksidasi
asam lemak bebas, kecepatan produksi kortisol rendah dan kemungkinan
kenaikan kadar insulin danpenurunan curah epineprin dalam esponnya
terhadap hipoglikemia).
16
c. Bayi yang amat imatur atau sakit berat dapat menderita hipoglikemia
karena kenaikan kebutuhan matebolik yang tidak seimbang dalam
menyimpan substrat dan kalori yang tersedia, bayi dengan berat badanlahir
rendah yang menderita sindrom kegawatan pernafasan, asfiksia perinatal,
polisitemia, hipotermi dan infeksi sistemik, juga bayi gagal jantung dengan
penyakit jantung kongenital sianosis, berada pada resiko tinggi. Infus intra
vena yang terganggu, terutama pada mereka yang kadar glukosanya tinggi,
juga dapat mengakibatkan terjadinya hipoglikemia yang sangat cepat.
d. Kadang-kadang bayi dengan metabolik genetik atau primer, seperti
galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen, intoletansi fruktosa,
asidemia propionat, asidemia metilmalonat, tirosinemia, penyakit urin sirup
maple, dan defisiensi asetil-CoA dehidrogenase rantaipanjang atau medium
juga mungkin terjadi.
4. Klasifikasi
Klasifikasi hipoglikemi menurut kadar glukosa dalam darah:
a. Kadar glukosa < 25 mg/dL
b. Kadar glukosa 25 – 45 mg/dL
c. Kadar glukosa > 45 mg/dL
5. Manifestasi Klinis
Berbeda dengan kekerapan terjadinya hipoglikemia, insiden hipoglikemia
simtopatik paling tinggi pada bayi kecil menurut umur kehamilan. Bayi ini
biasanya dimasukkan dalam kategori 2 atau 3 dan kelompok patofisiologi dan
beberapa diantara dianggap menderita hipoglikemia neonatus idiopatik
simtomatik yang sementara. Karena banyak dari gejala tersebut juga terjadi
bersamaan dengan keadaan lain seperti infeksi terutama sepsis dan meningitis,
anomali system saraf sentral, perdarahan atau edema, hipokalsemia atau
hipomagnesemia, asfiksia, gejala putus obat, apne prematur, penyakit jantung
kongenital, atau polisitemia dan karena beberapa keadaan tersebut dapat
ditemukan pada bayi sehat normoglikema, insiden hipoglikemia yang pasti
sukar ditegakkan. Hipoglikemia ini mungkin bervariasi antara 1 – 3 per 1.000
kelahiran hidup dan mengenai sekitaran 5-15% bayi mengalami retardasi
pertumbuhan. Karena manifestasi klinis ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab maka penting untuk mengukur glukosa serum dan menentukan
17
apakah hipoglikemia menghilang dengan pemberian glukosa yang cukup untuk
menaikkan kadar gula darah menjadi normal, jika tidak, diagnosa lain harus
dipikirkan.
6. Pengobatan
Bila tidak ada serangan kejang, bolus glukosa 10% intravena 200mg/kg
(2mL/kg) efektif untuk menaikkan kadar glukosa darah. Bila kejang, 4 Ml/kg
injeksi bolusglukosa 10% terintegrasi. Pasca terapi pertama harus diberi infus
glukosa 8 mg/kg/menit.Jika hipoglikemia terjadi lagi, kecepatan infus harus
ditambah sampai menggunakan glukosa 15-20%. Jika infus glukosa 20%
intravena tidak cukup untuk melenyapkan gejala dan mempertahankan kadar
glukosa serum normal, hidrokortison (2,5 mg/kg/6 jam) atau prednison (1
mg/kg/24 jam) harus diberikan. Glukosa serum harus diukur setiap 2 jam
setelah terapi dimulai sampai beberapa pengukuran berada diatas 40 mg/dL.
Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6 jam dan pengobatan secara
bertahap dikurangi dan akhirnya dihentikan bila glukosa serum telah berada
pada kisaran normal dan bayi tidak menampakkan gejala selama 24-48 jam.
Bila kadar glukosa dalam darah mencapai > 45 mg/dL tindakan yang dilakukan
yaitu ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan secara
perlahan, jangan hentikan infus secara tibatiba dan periksa kadar glukosa tiap
12 jam. Bila bayi sudah tidk mendapatkan infus, periksa kadar glukosa setiap
12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalambatas normal, pengukuran dihentikan.
7. Prognosis
Hipoglikemia kambuh pada 10-15% bayi sesudah pengobatan adekuat.
Beberapa bayi telah dilaporkan selambatnya timbul pada usia 8 bulan. Kumat
lebih sering terjadi jika cairan intavena keluar dari pembuluh darah atau jika
cairan dihentikan terlalu cepat sebelum makanan oral ditoleransi dengan baik.
Anak yang kemudian hari menderita hipoglikemia ketotik mengalami
peningkatan insiden hipoglikemi neonatus. Prognosis untuk fungsi intelektual
yang normal harus ditentukan dengan hati-hati, karena hipoglikemia yang lama
dan berat dapat disertai dengan sekuele neurologis. Bayi hipoglikemi yang
simtomatik, terutama bayi dengan berat badan lahir rendah dan dari ibu
diabetes, mempunyai prognosis lebih jelek untuk kelanjutan perkembangan
intelektual yang normal daripada prognosis bayi yang asimtomatik.
18
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “H” DENGAN
HIPOTERMI
19
A. SUBJEKTIF
Biodata
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. “H”
Umur : 1 hari
Anak ke : 4 (empat)
Pendidikan : SMP SD
20
b) Cara bersalin : Spontan
c) Kondisi anak saat di lahirkan :
- Bernafas Spontan
- Tangis kuat, Gerak Aktif
- Dilakukan IMD (Inisisasi Menyusu Dini)
3) Kala III : Tidak Ada
4) Kala IV : Tidak ada
5. Riwayat Pascanatal (28 hari pertama)
a. Rawat gabung : dilakukan
b. Antopometri baru lahir (6 jam pertama) :
BB : 3300 gram PB : 48 cm
LK : 33 cm LD : 30 cm
6. Riwayat Imunisasi
7. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : Ada
b. Nutrisi :
1) Jenis Minuman : ASI
2) Frekuensi minum on demand : 8-12x/hari tiap 2 jam
c. Eliminasi :
1) Buang Air Besar :
a) Frekuensi dalam sehari : 2-3x/hari
b) Konsistensi : Lunak
c) Tidak ada keluhan
2) Buang Air Kecil :
a) Frekuensi dalam sehari : 6-8x/sehari
b) Tidak ada masalah
d. Istirahat
1) Lama tidur dalam sehari : 15 jam/hari
Tidur Siang : 8 jam
Tidur Malam : 7 jam
Masalah : Tidak ada
e. Psikologi
1) Penerimaan orang tua terhadap anak : diterima
2) Pola asuh anak yang dominan : Ibu
f. Sosial
1) Hubungan dalam keluarga : Harmonis
2) Pengambilan Keputusan : Ibu dan Ayah
3) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan anak : tidak ada
21
4) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan an ak : tidak ada
B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran ; Composmentis
c. TTV :
Suhu : 35,5º Celsius.
Respirasi : 44 X/menit.
HR : 124 X/menit.
2. Pemeriksaan Fisik :
Muka : simetris, , tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : simetris, tidak ada sumbing, bibir pucat, tidak ada luka
Ektremitas atas bawah : pergerakan kurang aktif, jari tangan kiri kanan
lengkap, tanagn dan kaki teraba dingin
Pemeriksaan reflek :
Reflek moro, reflek rooting, reflek grasping, reflek sucking, dan tonic
neck semuanya dalam keadaan lemah
C. ANALISA
Diagnosa Potensial :
Hipoglikemia
Masalah :
22
Ibu mengatakan tubuh bayinya dingin dan bayinya kurang aktif dan reflek
memghisap lemah.
D. PENATALAKSANAAN
23
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “F” DENGAN
HIPERTERMI
A. SUBJEKTIF
Biodata
a. Identitas Bayi
Nama : Bayi “F”
Umur : 2 hari
Anak ke : I (Pertama)
g. Data bio-psiko-sosial-spiritual
i. Bernafas : Ada
j. Nutrisi :
3) Jenis Minuman : ASI
4) Frekuensi minum on demand : 8-12x/hari tiap 2 jam
k. Eliminasi :
3) Buang Air Besar :
d) Frekuensi dalam sehari : 2-3x/hari
e) Konsistensi : Lunak
f) Tidak ada keluhan
4) Buang Air Kecil :
c) Frekuensi dalam sehari : 6-8x/sehari
d) Tidak ada masalah
l. Istirahat
2) Lama tidur dalam sehari : 15 jam/hari
Tidur Siang : 8 jam
25
Tidur Malam : 7 jam
Masalah : Tidak ada
m. Psikologi
3) Penerimaan orang tua terhadap anak : diterima
4) Pola asuh anak yang dominan : Ibu
n. Sosial
5) Hubungan dalam keluarga : Harmonis
6) Pengambilan Keputusan : Ibu dan Ayah
7) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan anak : tidak ada
8) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan an ak : tidak ada
B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran ; Composmentis
c. TTV :
Suhu : 37,7º Celsius.
Respirasi : 65 X/menit.
HR : 130 X/menit.
2. Pengukuran Antopometri
a. BB : 2980 gram
b. PB : 50 cm
c. LK : 34 cm
3. Pemeriksaan Fisik :
Muka : simetris, , tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : simetris, tidak ada sumbing, bibir pucat, tidak ada luka
Ektremitas atas bawah : Kanan dan kiri simetris, tidak ada odema, tidak
ada lesi/ luka, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada polidaktil /
sindaktil.
Pemeriksaan reflek :
Reflek moro, reflek rooting, reflek grasping, reflek sucking, dan tonic
neck semuanya dalam keadaan lemah
26
Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan
C. ANALISA
Diagnosa Potensial :
Dehidrasi, Hipoksia
Masalah :
Ibu cemas karena sejak ± 2 jam yang lalu bayinya gelisah terus dan badannya
panas setelah di jemur selama 25 menit pada pagi hari tadi.
D. PENATALAKSANAAN
2. Memindahkan bayi ke ruangan yang lebih sejuk yaitu pada suhu 26º-28ºC
sehingga suhu bayi dapat kembali normal, ibu bersedia dan bayi sudah
dipindahkan
3. Memberikan KIE mengenai tentang cara menjemur bayi yang efektif yaitu
pada pukul 07.00 – 08.00 wita dan pada pukul 15.00-16.00 wita selama +
15 menit. Ingat jaga agar mata bayi terhindar dari pancaran langsung sinar
matahari karena hal ini dapat merusak lensa mata bayi. Usahakan agar
seluruh tubuh bayi mendapat pancaran sinar. Dengan cara membolak
balikkan tubuh terutama bagian punggungnya. Ibu paham dan bersedia
melakukannya
27
6. Menganjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi atau sewaktu waktu bila
suhu tubuh bayi meningkat kembali. Ibu mengerti dan paham.
28
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “A”
DENGAN HIPOGLIKEMI
1. Data Subjektif:
a. Biodata:
1) Nama Bayi : Bayi Ny.”A”
2) Umur Bayi : 1 jam
b. Keluhan
Ibu mengeluh bayi tidak mau menyusu dan lemas
c. Riwayat persalinan ini :
Jenis persalinan : spontan induksi
Komplikasi/penyulit dalam persalinan : bayi besar
d. Riwayat Penyakit Sistemik
Ibu menderita DM, dan ibu mengatakan tidak ada menderita penyakit
lainnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya yaitu ibu kandungnya menderita
penyakit DM.
f. Riwayat Menyusu
Bayi tidak berhasil melakukan IMD dan tidak mau menyusu
g. Eliminasi
BAK : urine sudah keluar berwarna kuning jernih sebanyak 1 kali
BAB : mekonium sudah keluar berwarna hitam kehijauan
sebanyak 1
kali.
2. Data Objektif
Keadaan umum : lemah, Kesadaran : composmentis
TTV : Pernapasan : 36x/menit, Denyut jantung : 100x/menit, Suhu :
36,5oC
Antopometri : BB : 3900 kg, Panjang badan: 49 cm, Lingkar kepala: 35
cm, Lingkar dada : 36 cm.
Pemeriksaan Fisik :
Muka : pucat, simetris tidak ada oedema
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera putih
Ektremitas : gerak otot lemah
Pemeriksaan reflek:
Reflek moro, reflek rooting, reflek grasping, reflek sucking, dan tonic neck
semuanya dalam keadaan lemah.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penunjang pada bayi :
GDS : 42mg/dl,
Pemeriksaan penunjang pada ibu :
GDS : 250 mg/dl
3. Analisa
29
Bayi Ny.”A” umur 1 jam dengan hipoglikemia
Diagnosa potensial :
Syok sepsis
Masalah :
1. Bayi tidak mau menyusu
4. Penalataksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan suami
paham
b. Memberikan bolus IV cairan dextrose 10% 2ml/kg BB secara pelan dalam 5
menit, tidak ada reaksi alergi
c. Memasang infus glukosa 20% 2cc/kg BB 20 tetes per menit, cairan infus
lancar.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
lanjutan, kondisi bayi stabil
e. Membimbing ibu untuk menyusui bayinya, bayi sudah mulai menyusu
f. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi, ibu bersedia
30
DAFTAR PUSTAKA
Yulianti, Lia. 2016. Asuhan Neonatal Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media.
Khoirunnisa, Endang, dan Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak balita.Yogyakarta : Nuha Medika
Maryunani, Anik. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Jakarta: In Media
Saifudin AB, Dkk. Panduan Praktis Kebidanan Maternal Dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka, Sarwono Prawirihardjo. Jakarta. 2009.
Nelson, Waldo E, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. EGC.
Jakarta. 2011.
Jurnal : Rosa Mutianingsih (2014), “HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS, HIPOGLIKEMI DAN
INFEKSI NEONATORUM DI RSUP NTB TAHUN 2012” Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Malang.
31