Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan pada An. F


Dengan Obstruksi Febris di Ruang Puspa Rumah Sakit Ciremai

FEBRI ASIH PUTRI


CKR0200140

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN 2021 /
2022
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
a. Definisi Demam
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa,
dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990).
Menurut tamsuri(2007),suhu tubuh di bagi menjadi beberapa
kategori, diantaranya:
1. Hipotermi
Adalah keadaan dimana suhu tubuh kurang dari 36° C
2. Normal
Adalah keadaan dimana suhu tubuh berkisar antara 36° C –
37,5° C
3. Febris/pireksia
Adalah keadaan dimana suhu tubuh antara 37,5° C - 40° C
4. Hipertermi
Keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 40° C

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya


temperatur suhu tubuh secara abnormal.Febris (demam) yaitu
meningkatnya temperature tubuh secara abnormal (Asuhan
Keperawatan Anak 2001).
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang
melewati batas normal yaitu lebih dari 38° C (Fadjari Dalam
Nakita 2003).
Febris (demam) yaitu merupakan rspon yang sangat
berguna dan menolong tubuh dalam memerangi infeksi
(KesehatanAnak 1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu
hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil
batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari
40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2000)

b. Pola Demam
Pola demam meliputi:
1. Terus Menerus
Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervarisai 1° C
sampai 2° C.
2. Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
Suhu kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
4. Relaps
Periode episode demam di selingi dengan tingkat suhu
normal.Episode demam dan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam

c. Tipe dan Jenis Demam


Menurut Nelwan (2007) ada beberapa tipe demam yang
mungkin di jumpai antara lain:
1. Demam Septik
Pada tipe Demam Septik, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering di
sertai keluhan menggigil dan keringat. Bila demam yang
tinggi teebut turun ke tingkat yang normal di namakan juga
demam hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe Demam Remiten, suhu badan dapat turun setiap
hari tapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang di catat pada
demam septik.
3. Demam Intermiten
Pada tipe Demam Intermiten, suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini tejadi setiap dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua
serangan demam di sebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe Demam Kontinyu variasi suhu sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe Demam Siklik terjadi kenaikan suhu badan
selama beberapa hari yang di ikuti oleh periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian di ikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula

Sedangkan menurut Samuelson (2007), jenis demam terdiri


dari:
1. Demam Fisiologi
Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuaian
terhadap fisiologis tubuh,misalnya pada orag yang
mengenai dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh(olahraga)
2. Demam Patologis Demam ini tidak lagi dilakukan sebagai
demam yang normal.Demam patologis terbagi lagi menjadi
dua sebagai berikut:
• Demam infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih
dari 38° C.Penyebabnya beragam,yakni: infeksi
virus (flu,cacar,campak,SARS,flu burung,dll),jamur
dan bakteri(tifus,radang tenggorokan,dll).
• Demam non infeksi,seprti kanker,tumor,atau adanya
penyakit autoimun seseorang(rematik,lupus,dan
lain-lain.

II. Etiologi
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya
berbagai macam reaksi yang timbul pada tubuh, dan menandakan
bahwa melakukan perlawanan terhadap suatu penyakit. Namun
berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah infeksi.
Penelitian di RSCM menemukan bahwa angka kejadian demam
yang diakibatkan oleh infeksi mencapai angka 80%, sedangkan
sisanya adalah karena kolagen-vaskuler sebanyak 6%, dan penyakit
keganasan sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena bakteri
mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan infeksi
sakuran kemih (ISK) sebagai penyebab tertinggi ( Bakry b,
Tumberlaka A, Chair I. 2008 )
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal dalam Thobaroni (2015) mengatakan bahwa etiologic
dari febris meliputi:
1. Suhu lingkungan
2. Adanya infeksi
3. Pneuomonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
III. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

IV. Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan melakukan:
• Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau.
• Perhatikan pula apakah mata anak cenderung
melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak,
karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian,
cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya
fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya
suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel –
sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –
banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak
diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya
adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya
suhu tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.
Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan
tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini
dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan
air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan
alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres
hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-
suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu
tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat
akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas
dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk
mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup paracetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½
sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2
sendok the sirup parasetamol.

Tablet paracetamol dapat diberikan dengan digerus lalu


dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in
diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.

V. Komplikasi
Komplikasi dari demam antara lain:
1. Dehidrasi :
Demam menyebabkan peningkatan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam :
Jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
Kejang demam ini juga tidak membahaya kan otak

Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:


1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
VI. Diagnosa Banding
Heat stroke dan demam akibat penyakit lainnya harus dapat
dibedakan dengan cepat. Setiap penyakit sistemik dengan
manifestasi demam dan defisit neurologis dapat dipertimbangkan
hanya setelah kemungkinan heat stroke disingkirkan.
Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan dapat secara
substansial meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Setelah heat
stroke disingkirkan, kondisi berikut ini dapat dipertimbangkan.
1. Sindrom Neuroleptik Malignan
Sindrom ini merupakan reaksi idioskinrasi terhadap
pengobatan neuroleptik, yang ditandai dengan adanya demam,
rigiditas muskular, gangguan status mental, dan disfungsi
autonom. Sindrom ini sering kali terjadi setelah penggunaan
obat neuroleptik.
2. Tirotoksikosis
Tirotoksikosis ditandai dengan adanya takikardia atau
aritmia atrial, hipertensi sistolik dengan tekanan pulsasi yang
lebar, peningkatan suhu, tremor, kelemahan otot, ansietas, dan
dapat terjadi gangguan oftalmologi, seperti proptosis atau
diplopia.
3. Meningitis
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Trias
klasik meningitis adalah demam, nyeri kepala, dan kaku leher.
Tanda dan gejala lain yang dapat timbul adalah nausea,
muntah, fotofobia, bingung, iritabel, dan delirium.
4. Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati hepatikum dapat terjadi pada pasien
dengan sirosis hepatis. Ensefalopati ini ditandai dengan adanya
gangguan perilaku, gangguan intelektual, dan penurunan status
mental.
5. Intoksikasi Kokain
Pasien dengan intoksikasi kokain biasanya dapat
menunjukkan manifestasi gangguan pada sistem saraf pusat,
seperti kejang dan penurunan kesadaran serta hipertermia.
Takipnea, dispnea, atau gagal napas mungkin terjadi. Pasien
dapat mengalami gangguan sirkulasi yang berupa hipertensi
atau bahkan cardiac arrest. Jika riwayat penggunaan kokain
tidak diakui, atau pasien mengalami toksisitas yang sedang
hingga berat, uji toksikologi dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis ini. Namun, manajemen hipertermia
pada intoksikasi kokain juga dapat menggunakan metode yang
sama dengan heat stroke.

B. Pengkajian
I. Wawancara
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dar berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentivikasi status kesehatan klien.Tahap pngkajian
merupakan pemikiran dasara dalam pemberian asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu.Pengkajian yang lengkap
,akurat,sesuai kenyataan,kebenaran data sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnose keperawatan dan dalam pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.(Muttaqin
2008)
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentng
klien yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah,serta kebutuhankebutuhan perawatan dan
kesehatan klien.Pengumpilan informasi merupakan tahap awal
dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul,
didapatkan data dasar tentang masalah masalah yang di hadapi
klien.Selanjutnya data dasar tersebut di gunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan,merencanakan asuhan keperawatan,serta
tindakan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas


orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
• Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
• Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi
selama hamil)
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir,
bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit
infeksi , asfiksia ikterus
• Riwayat Masa Lampau
Penyakit yang pernah diderita: Tanyakan, apakah klien pernah
sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik
tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi
tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
• Pernah dirawat dirumah sakit
• Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
• Riwayat kontak dengan penderita TBC
• Alergi
• Daya tahan yang menurun.
• Imunisasi/Vaksinasi : BCG
• Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta
terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti:
leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
• Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit
Infeksi lainnya, Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit
yang sama)
• Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
o Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat
(polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah
yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola
sosialisasi anak
o Kondisi rumah
o Merasa dikucilkan
o Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan
bebas, menarik diri)
o Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
o Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
o Tidak bersemangat dan putus harapan.
• Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan
dengan anggota keluarga,Hubungan dengan teman
sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan spiritual)
• Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
a. Pertumbuhan
o Kaji BBL,BB saat kunjungan
o BB normal
o BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
o kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan
TB = 64 x 77R = usia dalam tahun
o LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
b. Perkembangan
o lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala,
mengikuti objek dengan mata, mengoceh,
o usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat,
belajar meraih benda, tertawa, dan
mengais meringis
o usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap,
berbalik sendiri, merangkak, meraih benda,
memindahkan benda dari tangan satu ke tangan
yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
c. usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan
larangan berpartisipasi dalam permainan.
d. usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa
cemburu, bersaing
e. usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata
menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri,
menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain
dan bermain dengan mereka.
f. usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
g. usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar
berbicara dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi
saudara.
h. usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
II. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik yang harus dilakukan dalam proses
pengkajian meliputi:
1. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm
frekuensi pernafasan tinggi, suhu badan meningkat dan nadi
meningkat
2. Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
3. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
4. Mata
Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
5. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau
tidak.
6. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan
ada peningkatan bising usus.
7. Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
8. Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
9. Sistem musculoskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
10. Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan
nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
III. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi
atas status generalis danefaluasi secara detil yang menfokuskan
pada sumber infeksi. Pemerksaan status generalis tidak dapat
diabaikan karena menentukan apakah pasien tergolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis,
reaksi terhadap orang tua, variasi keadaan, respon social, warna
kulit, dan status hidrasi. Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas
indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi
darah tepi, hitung jenis leokosit.

IV. Analisa Data


Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai
status kesehatan klien,kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan terhadap dirinya sendiri,dan hasil konsultasi dari medis
atau profesi kesehatan lainnnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang di laksanakan terhadap klien. Pengumpulan data
adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan
secara sistematis untuk mentukan masalah-masalah,serta-serta
kebutuhan keperwatan dan kesehatan klien. Pengumpulan data
adalah pengumpulan informsi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah,serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan serta kesehatan klien.
Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan keehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan
Langkah - Langkah

Dalam Analisa data ada yang Namanya Data Subjektif dan Data
Objektif

1. Data Subjektif
Data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak
bisa di tentukan oleh perawat,mencakup persepsi,perasaan,ide
klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri,
perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual,dan
perasaan malu.(Potter & Perry,2005).
2. Data Objektif
Data yang dapat di observasi dan di ukur,dapat di peroleh
menggunakan panca indra (lihat,dengar,cium,dan raba) selama
pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi pernafasan,tekanan
darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.(Potter &
Perry,2005).

No Data Etiologic Masalah


1. Data subjektif: Proses pengobatan / Hipertermia
-pasien mengatakan infeksi
bahwa tubuhnya terasa
panas
-pasien mengatakan
bahwa dirinya merasa
panas dingin

Data objektif;
-suhu tubuh pasien lebih
dari 36Oc
-kulit pasien terasa panas
-wajah pasien terlihat
merah

2. Data subjektif: Intake yang kurang Resiko


-pasien mengatakan dan kehilangan volume ketidakseimbangan
bahwa dirinya tidak cairan aktif volume cairan
banyak minum
-pasien mengatakan
bahwa diirnya terus
berkeringat dingin

Data objektif:
-mukosa bibir pasien
terlihat kering
-pasien terlihat pucat

3. Data subjektif: Faktor biologis, Deficit nutrisi


-pasien mengatakan mual ketidak mampuan
dan muntah makan dan kurang
-pasien mengatakan tidak asupan makan.
nafsu makan
-pasien mengatakan
makanan yang masuk
kemulut nya terasa tidak
enak

Data objektif:
-makanan pasien terlihat
tidak habis
-pasien masih terlihat
lemas dan pucat

4. Data subjektif: Kelemahan anggota Resiko intoleransi


-pasien mengatakan tubuh aktivitas
tubuhnya sangat lemas
-pasien mengatakan jika
ke toilet harus dibantu

Data objekjtif:
-pasien terlihat sangat
lemas dan pucat

5. Data subjektif: Kurangnya informasi Deficit pengetahuan


-pasien mengatakan
bingung dengan penyakit
yang sedang dideritanya
-pasien mengatakan
bahwa dirinya tidak tahu
harus minum obat apa
saat tubuh nya terasa
panas

Data objektif:
-pasien terlihat bingung
saat dokter atau perawat
menjelaskan tentang
kondisinya
-pasien banyak bertanya
kepada dokter atau
perawat

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Penyakit demam sangat berisiko maka pasien perlu dirawat di rumah


sakit, sedangkan keperawatan pasien yang perlu diperhatikan ialah resiko
peningkatan suhu tubuh, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
Diagnosa yang sering muncul adalah :
1. Hipertemia berhubungan dengan proses pengobatan / infeksi
2. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan intake yang
kurang dan kehilngan volume cairan aktif
3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis, ketidak mampuan makan dan kurang asupan makan.
4. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota
tubuh.
5. Defisit penegetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

D. Rencana Asuhan Keperawatan


N Diagnose Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
o Keperawat
an
1. Hipertemia Termore Manajeme Observasi: S : Pasien
berhubunga gulasi n 1.mengiden mengatakan
n dengan (L.14134) Hiperterm tifikasi bahwa
proses Setelah ia penyebab tubuh nya
dilakukan (I.15506) hipertermia terasa panas
pengobatan Tindakan Observasi: 2.memonito O : Suhu
/ infeksi selama 3 1.identifika r suhu tubuh pasien
x 24 jam si tubuh berada
diharapka penyebab 3.memonito diangka
n pasien hipertermia r keluaran >37oC
menunjuk 2.monitor urine A:
kan suhu tubuh 4.memonito Hipertermia
kriteria 3.monitor r kadar P:
hasil: keluaran elektrolit Manajemen
1.menggi urine Terapeutik Hipertermia
gil 4.monitor :
menurun kadar 1.melongga
2.kulit elektrolit rkan atau
merah Terapeuti melepaskan
menurun k: baju
3.kejang 1.longgark 2.embasahi
menurun an atau atau
4.pucat lepaskan mengipasi
menurun baju permukaan
5.suhu 2.basahi tubuh
tubuh atau kipasi 3.memmber
membaik permukaan ikan cairan
6.suhu tubuh oral
kulit 3.berikan 4.menghind
membaik cairan oral ari
7.tekanan 4.hindari pemberian
darah pemberian antipiretik
membaik antipiretik atau aspirin
atau aspirin Edukasi:
Edukasi:
1.anjurkan 1.menganju
tirah baring rkan tirah
Kolaboras baring
i: Kolaborasi
1.kolaboras :
i 1.melakuka
pemberian n kolaborasi
cairan dan pemberian
elektrolot cairan dan
intravena elektrolot
intravena

2. Resiko Keseimb Manajeme Observasi: S : Pasien


ketidaksei angan n Cairan 1.memonito mengatakan
mbagan Cairan (I.03098) r status bahwa
cairan (L.05020) Observasi: dehidrasi tubuhnya
berhubunga Setelah 1.monitor 2.memonito terasa lemas
n dengan dilakukan status r berat O : Pasien
intake yang Tindakan dehidrasi badan terlihat
kurang dan selama 3 2.monitor sebelum lemas dan
kehilngan x 24 jam berat badan dan sesudah pucat
volume diharapka sebelum dianalisis A : Resiko
cairan aktif n pasien dan 3.memonito ketidakseim
menunjuk sesudah r hasil bangan
kan dianalisis pemeriksaa cairan
kriteria 3.monitor n P:
hasil: hasil laboratoriu Manajemen
1.asupan pemeriksaa m cairan
cairan n
meningka laboratoriu Terapeutik
t m :
2.asupan 1.mencatat
makanan Terapeuti intake –
meingkat k: output dan
3.Kelemb 1.catat hitung
aban intake – balance
membran output dan cairan 24
e mukosa hitung jam
meingkat balance 2.memberik
4.dehidras cairan 24 an asupan
i menurun jam cairan,
5.turgor 2.berikan sesuai
kulit asupan dengan
membaik cairan, kebutuhan
6.mata sesuai 3.memberik
cekung dengan an cairan
membaik kebutuhan intravena
7.Berat 3.berikan (jika perlu)
badan cairan
membaik intravena Kolaborasi
(jika perlu) :
1.berkolabo
Kolaboras rasi
i: pemberian
1.kolaboras diuretic,
i jika perlu
pemberian
diuretic,
jika perlu
3. Defisit Status Manajeme Observasi: S : Pasien
Nutrisi Nutrisi n Nutrisi 1.mengiden mengatakan
kurang dari (L.03030) (I.03119) tifikasi tidak
kebutuhan Setelah Observasi: status mampu
tubuh dilakukan 1.identifika nutrisi makan
berhubunga Tindakan si status 2.mengiden O : Pasien
n dengan selama 3 nutrisi tifikasi terlihat
faktor x 24 jam 2.identifika alergi dan lemas dan
biologis, diharapka si alergi intoleransi pucat
ketidak n pasien dan makanan A : Defisit
mampuan menunjuk intoleransi 3.mengiden Nutrisi
makan dan kan makanan tifikasi P:
kurang kriteria 3.identifika kebutuhan Manajemen
asupan hasil: si kalori dan Nutrisi
makan. 1.porsi kebutuhan jenis
makanan kalori dan nutrient
yang jenis 4.memonito
dihabiska nutrient r asupan
n 4.monitor makanan
meningka asupan 5.memonito
t makanan r berat
2.perasaa 5.monitor badan
n cepat berat badan 6.memonito
kenyang 6.monitor r hasil
menurun hasil pemeriksaa
3.nyeri pemeriksaa n
abdomen n laboratoriu
menurun laboratoriu m
4.diare m
menurun Terapeutik
:
5.berat Terapeuti 1.menyajika
badan k: n makanan
membaik 1.sajikan secara
5.frekuens makanan menarik dan
i makan secara suhu yang
membaik menarik sesuai
6.nafsu dan suhu 2.memberik
makan yang sesuai an
membaik 2.berikan makaa=nan
7.membra makanan tinggi serat
n mukosa tinggi serat untuk
membaik untuk mencegah
mencegah konstipasi
konstipasi 3.memberik
3.berikan an
suplemen suplemen
makanan makanan
(jika perlu) (jika perlu)

Kolaboras Kolaborasi
i: :
1.kolaboras 1.berkolabo
i rasi
pemberian pemberian
medikasi medikasi
sebelum sebelum
makan makan
2.kolobora 2.berkolobo
si dengan rasi dengan
ahli gizi ahli gizi
untuk untuk
menentuka menentukan
n jumlah jumlah
kalori dan kalori dab
jenis jenis
nutrient nutrient
yang yang
dibutuhkan dibutuhkan

4. Risiko Toleransi Manajeme Observasi: S : Pasien


intoleransi Aktivitas n Energi 1.mengiden mengatakan
aktivitas (L.05047) (I.05178) tifikasi tidak
berhubunga Setelah Observasi: gangguan sanggup
n dengan dilakukan 1.identifika fungsi untuk
kelemahan Tindakan si tubuh yang bangkit
anggota selama 3 gangguan mengakibat secara
tubuh. x 24 jam fungsi kan mandiri dari
diharapka tubuh yang kelelahan tempat tidur
n pasien mengakibat 2.memonito O : Pasien
menunjuk kan r kelelahan membutuhk
kan kelelahan fisik dan an bantuan
kriteria 2.monitor emosional oranglain
hasil: kelelahan 3.memonito untuk
1.frekuens fisik dan r pola dan melakukan
i nadi emosional jam tidur aktivitas
meningka 3.monitor 4. A : Risiko
t pola dan memonitor intoleransi
2.saturasi jam tidur lokasi dan aktivitas
oksigen 4. monitor ketidaknya P:
meningka lokasi dan manan Manajemen
t ketidaknya selama Energi
manan
3.keluhan selama melakukan
Lelah melakukan aktivitas
menurun aktivitas
4.perasaa Terapeutik
n lemah Terapeuti :
menurun k: 1.menyedia
5.warna 1.sediakan kan
kulit lingkungan lingkungan
membaik yang yang
6.tekanan Nyaman Nyaman
darah dan rendah dan rendah
membaik stimulus stimulus
7.frekuens 2.berikan 2.memberik
i napas Latihan an Latihan
membaik rentang rentang
gerak pasif gerak pasif /
/ aktif aktif
3.fasilitasi 3.fasilitasi
duduk duduk
ditempat ditempat
tidur tidur

Edukasi: Edukasi:
1.anjurkan 1.menganju
tirah baring rkan tirah
2.anjurkan baring
melakukan 2.menganju
aktivitas rkan
secara melakukan
bertahap aktivitas
3.anjurkan secara
strategi bertahap
koping 3.menganju
untuk rkan strategi
mengurang koping
i kelelahan untuk
mengurangi
Kolaboras kelelahan
i:
1.kolaboras Kolaborasi
i dengan :
ahli gizi 1.berkolabo
tentang rasi dengan
cara ahli gizi
meningkat tentang cara
kan asupan meningkatk
makanan an asupan
makanan
5. Defisit Tingkat Edukasi Observasi: S : Pasien
pengetahua Pengetah Kesehatan 1.mengiden mengatakan
n uan (I.12383) tifikasi belum tahu
berhubunga (L.12111) Observasi: kesiapan apa penyakit
n dengan Setelah 1.identifika dan yang sedang
kurangnya dilakukan si kesiapan kemampuan dirasakan
informasi. Tindakan dan menerima O : Pasien
selama 3 kemampua informasi terlihat
x 24 jam n bingung saat
diharapka menerima Terapeutik dijelaskan
n pasien informasi : keadaan
menunjuk 1.menjadwa tentang
kan lkan penyakitnya
kriteria Terapeuti Pendidikan , pasien juga
hasil: k: Kesehatan banyak
1.perilaku 1.jadwalka sesuai bertanya
sesuai n kesepatakan tentang
anjuran Pendidikan 2.memberik penyakitnya
meningka Kesehatan an A : Defisit
t sesuai kesempatan Penegtahuan
2.perilaku kesepataka untuk P : Edukasi
sesuai n bertanya kesehatan
pengetahu 2.berikan
an kesempata Edukasi:
meningka n untuk 1.menjelask
t bertanya an factor
3.pertanya resiko yang
an tentang Edukasi: dapat
masalah 1.jelaskan mempengar
yang factor uhi
dihadapi resiko yang kesehatan
menurun dapat 2.mengajark
4.persepsi mempenga an perilaku
keliru ruhi hidup sehat
terhadap kesehatan
masalah 2.ajarkan
menurun perilaku
5.menjala hidup sehat
ni
pemeriksa
an yang
tidak tepat
menurun
6.perilaku
membaik

E. Daftar Pustaka
Arvin, Ann M. Demam: A. Samik Wawab. Ilmu Kesehatan Anak N Elson.
Edisi bahasa Indonesia. Edisi 15 Vol 2 J akarta: EGC, 2000
Hidayat, A.A.A, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan buku 2, Jakarta: Selemba Medika
Widjaja, (2001). Mencegah dan Mengatasi Demem pada Anak Balita,
Kawan Pustaka: Jakarta
Potter, P. A, Perry, A. 6, (2000), Fundamental Of Nursing, Edisi 2, Mosby
St Luis Missionari, USA
Nanda (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta: EGC
Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit.
Jakarta:EGC.
Corwin.(2000). Hand Book Of Pathofisiologi .Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2000). Rencana
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Keperawatan. Jakarta:EGC Nanda. (2005).Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta:CV. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai