Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan pada Tn. R


Dengan Gastritis Erosif di Ruang Kencana Rumah Sakit Ciremai

FEBRI ASIH PUTRI


CKR0200140

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN 2021 /
2022
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada
mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan
ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan
terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak
bumbu dan pedas (Priyoto, 2015, hal. 266).
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung.
Sakit maag atau gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari
mukosa lambung, yang bisa disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi. Seperti kita ketahui, lambung adalah organ pencernaan
dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menyimpan makanan,
mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus kecil. Didalam
lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepsin, asam
lambung, dan mucus, untuk melindungi dinding lambung sendiri.
Bila terjadi ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, misalnya
asam berlebih atau mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung
sehinga terjadi proses peradangan pada lambung (gastritis)
(Padmiarson, 2009, hal. 7).

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan


mukosa lambung yang akut dengan kerusaan-kerusakan erosi.
Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus
( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena makanan -
minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang
mengndung salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain).
Terjadinya radang difus di mukosa lambung, dengan erosi -
erosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium tiba-
tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.
Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat
dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.
Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat
samping pemakaian obat, sebagai penyakitpenyakit lain atau
karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan penyakitnya
biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang menyebabkan
kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas.
Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami
perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk menegakkan
diagnosa tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering
dirasakan tidaka sesuai dengan keluhan penderita yang ringan
saja.(Asmadi,2008).

II. Etiologi
Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya.
Penyebab yang sering dijumpai ialah :
1. Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin. Aspirin dalam
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2. Bahan kimia misalnya lisol
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat.
6. Refluks usus lambung
7. Endotoksin .(Asmadi,2008)
III. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari
yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat
membawa kematian.
Manifestasi tersebut meliputi:
1. Muntah darah (Hematemesis)
2. Nyeri epigastrium
3. Neusa dan rasa ingin vomitus
4. Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan,
kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga
menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti
hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan
kesadaran.(Asmadi,2008)

IV. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan pada pasien dengan
kasus gastritis ini antara lain:
1. Istirahat baring
2. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan
lunak. Hindari bahan-bahan yang merangsang.
3. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti
dimenhidrinat 50 – 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg
per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman, berikan antibiotika
yang sesuai.
4. Bila nyeri tidak hilang juga bisa diatasi dengan antasida,
berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum makan.
5. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
(Asmadi,2008)
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut adalah dengan
menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan
sering. Obat-obatan ditunjukan untuk mengatur sekresi asam
lambung berupa antagonis inhibition pompa proton, antikolinergik,
dan antasid juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat
dan prostaglandin (Potter, 2008).

Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap


setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit
yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa
dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian antasida dan antagonis sehingga mencapai ph lambung
4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya
tetap di anjurkan (Potter, 2008).

Pemberian antasida, antagonis dan sukralfat tetap dianjurkan


walaupun efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya
pendarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik
dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada pasien biasa
mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya endoskopi
skleroterapi, embolisasi arteri gastritis kiri atau gastrektomi.
Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut.
(Surkamin, 2012).

Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah ditandai oleh


progestif efitel kelenjar disertai sel parietal dan chief cell. Dinding
lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang
rata. Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori tipe A
(altrofik atau fundal) dan tipe B (antral) (Sukarmin, 2012).

Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi obat dan


meningkatkan istirahat, mengurangi dan memulai farmakoterapi.
Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotik (seperti
Tekrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismuth (Pepto Bismol).
Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi
(Dermawan, 2010).

V. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya muncul atau terjadi pada kasus ini
antara lain:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan
kedaruratan medis. Kadang-kadang perdarahannya cukup
banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3. Jarang terjadi perforasi.(Asmadi,2008)

VI. Diagnosa Banding

Diagnosis gastritis sulit ditegakkan hanya dari anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan
penunjang.

Anamnesis
Dari anamnesis akan didapatkan riwayat sering sakit maag atau
nyeri ulu hati yang hilang timbul. Rasa nyeri bisa hilang dengan
makanan, atau bahkan tambah memburuk.

Kebanyakan orang dengan gastritis adalah asimptomatik. Pada


individu simtomatik, gejala yang muncul umumnya adalah sebagai
berikut:

▪ Nyeri, atau rasa tidak enak, atau rasa seperti terbakar pada
epigastrium

▪ Mual
▪ Muntah

▪ Hilang nafsu makan

▪ Sering bersendawa

▪ Rasa kembung

Pada kasus gastritis erosif hemoragik akut, gejala klinis dapat


disertai muntah darah, nyeri yang sangat berat di ulu hati, melena,
maupun gejala syok dan anemia.

Pada kasus dimana sudah terjadi gangren lambung (phlegmonous


gastritis), gejala yang muncul adalah nyeri abdomen yang sangat
berat, mual, muntah berupa isi lambung yang purulen, demam,
dan hiccup.
Pemeriksaan Fisik
Umumnya, pemeriksaan fisik pada gastritis adalah normal pada
kasus yang ringan. Pada inspeksi feses penderita gastritis erosif
hemoragik akut akan didapatkan melena. Kadang kala terdapat
nyeri tekan ringan daerah epigastrik, terutama pada keadaan akut.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding gastritis dapat dibuat berdasarkan keluhan
utama yang muncul. Penyakit yang cocok untuk didiagnosis
banding dengan gastritis adalah:

▪ Kolesistitis

▪ Batu empedu (Kolelitiasis) dimana terjadi kolik empedu


yang dirasakan sebagai nyeri epigastrium yang berat
▪ Kehamilan terutama trimester pertama dimana sering
terjadi emesis dan rasa tidak nyaman pada perut

Diagnosis banding lain yang mungkin dapat terjadi walaupun


jarang adalah:
▪ Gastropati hiperplasia, atau penyakit Menetrier

▪ Gastropati granulomatous

▪ Komplikasi akut sarkoidosis

▪ Limfoma B-Cell

▪ Penyakit Crohn

▪ Gastroenteritis karena virus

B. Pengkajian
I. Wawancara
Pengkajian pada klien Gastritis Erosif menurut Doenges (2010)
1. Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas
pasien (umur ,jenis kelamin) dan penanggung jawab,
pengumpulan data seperti keluhan utama yang dirasakan
pasien, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi,
penggunaan obat-obatan tertentu.
2. Riwayat kesehatan meliputi:
a. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit keturunan atau tidak
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami saat ini adanya alergi obat
atau makanan.
3. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut
pernah opname atau tidak sebelumnya penyakit apa yang
pernah diderita sebelumnya.
4. Aktivitas/Istirahat
a. Gejala : kelemahan, kelelahan
b. Tanda : Takikardi, Takipnea (respon terhadap aktivitas)
5. Sirkulasi
a. Gejala : Hipotensi, takikardia, kelemahan/ nadi perifer
lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi).
Warna kulit pucat, sianosis, kelembaban kulit/membran
mukosa berkeringat (menunjukan status syok, nyeri akut,
respon psikologik).
6. Integritas Ego
a. Gejala : Faktor stress akut atau kronis (keuangan, keluarga,
kerja), perasaan tidak berdaya.
b. Tanda : Tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
7. Eliminasi
a. Gejala : Riwayat dirumah sakit sebelumnya karena
perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI,
misalnya luka peptic / gaster, gastritis, bedah gaster, radiasi
area gaster, perubahan pola defekasi, / karakteristik feses.
b. Tanda : Nyeri tekan abdomen, bunyi usus sering hiperaktif
selama perdarahan, hipoaktif setelah pendarahan, karakter
feses; diare, darah warna gelap, kecoklatan, atau kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk, konstipasi dapat terjadi
(perubahan diet, pengunaan antasida), haluaran urine
menurun, pekat.
8. Makanan/Cairan
a. Gejala : anoreksia, mual, muntah, masalah menelan, nyeri
ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah, tidak toleran
terhadap makanan, penurunan berat badan.
b. Tanda : muntah warna kopi gelap atau merah cerah dengan
atau tanpa ada berkuan darah, membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa turgor kulit buruk
(pendaraahan kronis), berat jenis urine meningkat.
9. Neurosensori
a. Gejala : rasa berdeyut, pusing/sakit kepala karena sinar,
kelemahan, status mental; tingkat kesadaran dapat
terganggu, cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai
pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi/oksigenesis).
10. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala : nyeri digambarkan seperti tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi
rasa ketidaknyamanan/distress samarsamar seterlah makan
banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut), nyeri
epigastrum kiri sampai tengah atau meyebar ke punggung
terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida,
nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih
4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang
dengan makanan atau dengan antasida.
b. Tanda : wajah meringis berhati-hati pada area yang sakit,
pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
11. Keamanan
a. Gejala : alergi terhadap obat/tidak
b. Tanda : terjadi peningkatan suhu atau tidak
12. Penyuluhan/Pembelajaran
a. Gejala : adanya riwayat penggunaan obat bebas/resep,
alkohol, dan riwayat pendarahan GI, masalah kesehatan
yang lama misalnya sirosis, alkoholisme, hepatitis, ganguan
makan.

II. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien gastritis meliputi:
1. Keadaan umum klien
2. Tingkah laku klien
3. Berat badan (mengalami penurunan berat badan) dan tinggi
badan klien
4. Pengkajian Fisik
a. Secara subyektif dijumpai keluhan pasien berupa :
- Nyeri epigastrium
- Perut lembek
- Kram
- Ketidakmampuan mencerna
- Mual dan muntah.
b. Secara obyektif dijumpai:
- Tanda-tanda yang membahayakan
- Meringis
- Kegelisahan
- Merintih
- Perubahan tanda – tanda vital
- Kelembekan daerah epigastrium
- Penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit
basah tanda-tanda dehidrasi.

III. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostic yang biasanya dilakukan pada pasien
dengan kasus gastritis erosive ini meliputi:
1. Endoskopi
Khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan
ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah
atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang
bervariasi.
2. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis
erosif ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang
relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi,
sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
3. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan
tapi tidak maksimal
4. Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita
gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia
bila terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun
atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat
kekurangan vitamin B 12. (Asmadi,2008)
5. Pemeriksaan Serum Vitamin
Bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi vitamin
6. Analis Feses
Bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
7. Analisa Gaster
Bertujuan untuk mengetahui kandungan asam lambung dalam
lambung. Adanya Achlorhidria menunjukan gastritis atropi.
8. Tes Antibody Serum
Bertujuan untuk mengetahui adanya anti bodi sel parietal dan
faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter Pylory.
9. Sitologi
Bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

IV. Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif: Zat – zat korosif Nyeri akut
1.pasien 
mengatakan Gangguan difus
merasa nyeri barrier mukosa
pada bagian ulu 
hati
2.pasien Peningkatan asam
mengatakan lambung
nyeri yang 
dirasakan Iritasi mukosa
seperti nyesek lambung

Data Objektif: Peradangan


1.pasien terlihat mukosa lambung
meringis 

menahan nyeri Nyeri

2.pasien selalu
memegangi
perutnya

2. Data Subjektif; Aktivasi lambung Resiko


1.pasien meningkat ketidakseimbangan
mengatakan  volume cairan
merasakan Asam lambung
mual dan tadi meningkat

sempat muntah 

disertai dengan Kontraksi otot

darah lambung

2.pasien 

mengatakan Anoreksia, mual,

dirinya tidak muntah

nafsu makan 
Masukan cairan
maupun minum
tidak adekuat

Data Objektif:
1.pasien terlihat
lemas
Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan

3. Data Subjektif: Kehilangan fungsi Intoleransi


1.pasien kelenjar fundus Aktivitas
mengatakan 
bahwa dirinya Faktor intrinsic
sangat lemas 
sehingga butuh Penurunan
bantuan untuk absorpsi vitamin
bergerak D12
2.pasien 

mengatakan Penurunan volume


bahwa untuk darah merah
bangkit dari 

posisi tidur nya Penurunan suplai


harus dibantu oksigen ke
jaringan
Data Objektif: 

1.pasien terlihat Kelemahan fisik


sangat lemas 

dan tidak Intoleransi aktivitas

bertenaga

4. Data Subjektif: Anoreksia, mual, Deficit Nutrisi


1.pasien muntah
mengatakan 
bahwa dirinya Masukan nutrient
tidak nafsu tidak adekuat

makan 
2.pasien Deficit nutrisi
mengatakan
bahwa makanan
yang diberikan
tidak
menggugah
selera makan
nya, karena
makanan yang
diberikan
berupa
makanan yang
lembek dan cair

Data Objektif:
1.pasien terlihat
tidak
menghabiskan
makanannya
2.pasien terlihat
sangat lemas

5. Data Subjektif: Zat – zat korosif Defisit


1.pasien  Pengetahuan
mengatakan Gangguan difus
bahwa dirinya barrier mukosa
kurang 
mengerti Peningkatan asam

tentang lambung

penyakit yang 
sedang Iritasi mukosa
dideritanya lambung

Data Objektif; Peradangan
1.pasien terlihat mukosa lambung
bingung 
2.pasien kurang Ansietas

mengerti 

dengan Kurang informasi

penyakitnya 
Defiist pengetahuan

6. Data Subjektif: Zat – zat korosif Ansietas


1.pasien 
mengatakan Gangguan difus
dirinya gelisah barrier mukosa
selama dirawat 
di Rumah Sakit Peningkatan asam

2.pasien lambung

mengatakan 

dirinya merasa Iritasi mukosa


tidak nyaman lambung
3.pasien 

mengatakan Peradangan
selama dirawat mukosa lambung
dirinya tidak 

bisa tidur Ansietas

dengan
nyenyak

Data Objektif:
1.pasien terlihat
gelisah
2.pasien terlihat
kurang nyaman
dengan keadaan
nya selama
dirawat di
Rumah Sakit

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri berhubungan dengan iritasi gastrium dan peradangan pada
mukosa lambung
2. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan masukan
cairan yang tidak adekuat
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Deficit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient yang tidak adekuat.
5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses
penyakit)
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (Doengoes, 2000).

D. Rencana Asuhan Keperawatan


N Diagnose Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
o Keperawata
n
1. Nyeri akut Tingkat Manajeme Observasi: S : Pasien
berhubungan Nyeri n Nyeri 1.mengidenti mengatak
dengan (L.08066) (I.08238) fikasi lokasi, an
iritasi dan Setelah Observasi: karakteristik, abdomen
peradangan dilakukan 1.identifika durasi, dan
pada tindakan si lokasi, frekuensi, tubuhnya
mukosa selama 3 karakteristi kualitas, terasa
lambung x 24 jam k, durasi, intensitas nyeri
diharapka frekuensi, nyeri O : Pasien
n pasien kualitas, 2.mengidenti Nampak
menunjuk intensitas fikasi skala meringis
kan nyeri nyeri dan
kriteria 2.identifika 3.mengidenti dahinya
hasil: si skala fikasi factor berkerut
1.keluhan nyeri yang karena
nyeri 3.identifika memperberat menahan
menurun si factor dan rasa nyeri
2.meringi yang memperinga di bagian
s memperber n nyeri perutnya
menurun at dan 4.mengidenti A : Nyeri
3.gelisah mempering fikasi Akut
menurun an nyeri pengaruh P:
4.kesulita 4.identifika nyeri pada Manajeme
n tidur si pengaruh kualotas n Nyeri
menurun nyeri pada hidup
5.muntah kualitas
menurun hidup Terapeutik:
6.mual 1.memberika
menurun Terapeuti n terapi
7.Frekuen k: nonfarmakol
si nadi 1.berikan ogis untuk
membaik terapi mengurangi
nonfarmak rasa nyeri
ologis
8.tekanan untuk 2.memfasilit
darah mengurang asi istirahat
membaik i rasa nyeri dan tidur
2.fasilitasi
Fungsi istirahat Edukasi:
Gastrointe dan tidur 1.menjelaska
stinal n penyebab,
(L.03019) Edukasi: periode dan
Setelah 1.jelaskan pemicu nyeri
dilakukan penyebab, 2.menjelaska
Tindakan periode n strategi
selama 3 dan pemicu meredakan
x 24 jam nyeri nyeri
diharapka 2.jelaskan 3.menganjur
n pasien strategi kan
menunjuk meredakan memonitor
kan nyeri nyeri secara
kriteria 3.anjurkan mandiri
hasil: memonitor 4.mengajarka
1.tolerans nyeri n terapi
i terhadap secara nonfaramkol
makanan mandiri ogis untuk
meningka 4.ajarkan mengurangi
t terapi rasa nyeri
2.nafsu nonfaramk
makan ologis Kolaborasi:
meningka untuk 1.berkolabor
t mengurang asi
3.mual i rasa nyeri pemberian
menurun analgetic
4.muntah Kolaboras
menurun i:
5.dispnesi 1.kolaboras
a i
menurun pemberian
6.nyeri analgetic
abdomen
menurun
7.hemate
mesis
menurun

2. Risiko Keseimb Manajeme Observasi: S : Pasien


Ketidakseim angan n Cairan 1.memonitor mengatak
bangan Cairan (I.03098) status n perutnya
cairan (L.05020) Observasi: dehidrasi terasa
berhubungan Setelah 1.monitor 2.memonitor mual dan
dengan dilakukan status berat badan sempat
masukan Tindakan dehidrasi sebelum dan muntah
cairan yang selama 3 2.monitor sesudah O : Pasien
tidak x 24 jam berat badan dianalisis terlihat
adekuat diharapka sebelum 3.memonitor lemas dan
n pasien dan hasil tidak
menunjuk sesudah pemeriksaan bertenaga
kan dianalisis laboratorium A : Risiko
kriteria 3.monitor ketidkasei
hasil: hasil Terapeutik: bangan
1.asupan pemeriksaa 1.mencatat cairan
cairan n intake – P:
meningka laboratoriu output dan Manajeme
t m hitung n Cairan
2.asupan balance
makanan Terapeuti cairan 24
meingkat k: jam
3.Kelemb 1.catat 2.memberika
aban intake – n asupan
membran output dan cairan, sesuai
e mukosa hitung dengan
meingkat balance kebutuhan
4.dehidras cairan 24 3.memberika
i menurun jam n cairan
5.turgor 2.berikan intravena
kulit asupan (jika perlu)
membaik cairan,
6.mata sesuai Kolaborasi:
cekung dengan 1.berkolabor
membaik kebutuhan asi
7.Berat 3.berikan pemberian
badan cairan diuretic, jika
membaik intravena perlu
(jika perlu)

Kolaboras
i:
1.kolaboras
i
pemberian
diuretic,
jika perlu
3. Intoleransi Toleransi Manajeme Observasi: S : Pasien
Aktivitas Aktivitas n Energi 1.memonitor mengatak
berhubungan (L.05047) (I.05178) kelelahan an
dengan Setelah Observasi: fisik dan tubuhnya
kelemahan dilakukan 1.monitor emosional sangat
fisik. Tindakan kelelahan 2.memonitor lemas dan
selama 3 fisik dan pola dan jam jika
x 24 jam emosional tidur bergerak
diharapka 2.monitor 3.memonitor maka
n pasien pola dan lokasi dan tubuhnya
menunjuk jam tidur ketidaknyam terasa
kan 3.monitor anan selama sangat
kriteria lokasi dan melakukan bergetar
hasil: ketidaknya aktivitas sehingga
1.Frekuen manan tidak
si nasi selama Terapeutik: mampu
meningka melakukan 1.menyediak menopang
t aktivitas an tubuhnya
2.saturasi lingkungan dalam
oksigen Terapeuti yang nyaman kurun
meningka k: dan rendah wkatu
t 1.sediakan stimulus yang lama
3.kemuda lingkungan 2mem.berika O : Pasien
han yang n aktivitas harus
melakuka nyaman distraksi dibantu
n aktivitas dan rendah yang saat pergi
sehari – stimulus menenangka ke kamar
hari 2.berikan n mandi
meningka aktivitas 3.memfasilit maupun
t distraksi asi duduk di saat akan
yang
4.keluhan menenangk sisi tempat A:
Lelah an tidur Intoleransi
menurun 3.fasilitasi Aktivitas
Perasaan duduk di Edukasi: P:
lemah sisi tempat 1.menganjur Manajeme
menurun tidur kan tirah n Energi
5.tekanan baring
darah Edukasi: 2.menganjur
membaik 1.anjurkan kan
Frekuensi tirah baring melakukan
napas 2.anjurkan aktivitas
membaik melakukan secara
aktivitas bertahap
secara 3.menganjur
bertahap kan strategi
3.anjurkan koping untuk
strategi mengurangi
koping kelelahan
untuk
mengurang
i kelelahan

4. Defiist Status Manajeme Observasi: S : Pasien


Nutrisi Nutrisi n Nutrisi 1.mengidenti mengatak
berhubungan (L.03030) (I.03119) fikasi status an dirinya
dengan Setelah Observasi: nutrisi tidak bisa
masukan dilakukan 1.identifika 2.mengidenti makan
nutrient Tindakan si status fikasi alergi karena
yang tidak selama 3 nutrisi dan perutnya
adekuat. x 24 jam 2.identifika intoleransi terus
diharapka si alergi makanan terasa
n pasien dan 3.mengidenti tidak
menunjuk intoleransi fikasi nyaman
kan makanan kebutuhan dan selalu
kriteria 3.identifika kalori dan mual
hasil: si jenis nutrient O : Pasien
1.porsi kebutuhan 4.memonitor tidak
makanan kalori dan asupan menghabi
yang jenis makanan skan jatah
dihabiska nutrient 5.memonitor makanann
n 4.monitor berat badan ya
meningka asupan 6.memonitor A : Defisit
t makanan hasil Nutrisi
2.perasaa 5.monitor pemeriksaan P:
n cepat berat badan laboratorium Manajeme
kenyang 6.monitor n Nutrisi
menurun hasil Terapeutik:
3.nyeri pemeriksaa 1.menyajikan
abdomen n makanan
menurun laboratoriu secara
4.diare m menarik dan
menurun suhu yang
5.berat Terapeuti sesuai
badan k: 2.memberika
membaik 1.sajikan n makaa=nan
5.frekuen makanan tinggi serat
si makan secara untuk
membaik menarik mencegah
6.nafsu dan suhu konstipasi
makan yang sesuai 3.memberika
membaik 2.berikan n suplemen
makanan
7.membra tinggi serat makanan
n mukosa untuk (jika perlu)
membaik mencegah
konstipasi Kolaborasi:
3.berikan 1.berkolabor
suplemen asi
makanan pemberian
(jika perlu) medikasi
sebelum
Kolaboras makan
i: 2.berkolobor
1.kolaboras asi dengan
i ahli gizi
pemberian untuk
medikasi menentukan
sebelum jumlah kalori
makan dab jenis
2.kolobora nutrient yang
si dengan dibutuhkan
ahli gizi
untuk
menentuka
n jumlah
kalori dan
jenis
nutrient
yang
dibutuhkan
5. Defisit Tingkat Edukasi Observasi: S : Pasien
Pengetahuan Pengetah Kesehatan 1.mengidenti mengatak
berhubungan uan (I.12383) fikasi an dirinya
dengan (L.12111) Observasi: kesiapan dan hanya tau
kurang Setelah 1.identifika kemampuan bahwa
pengetahuan dilakukan si kesiapan menerima dirinya
(proses Tindakan dan informasi punya
penyakit) selama 3 kemampua penyakit
x 24 jam n Terapeutik: maag
diharapka menerima 1.menjadwal tanpa tau
n pasien informasi kan penyebab
menunjuk Pendidikan secara
kan Terapeuti Kesehatan medisnya
kriteria k: sesuai apa dan
hasil: 1.jadwalka kesepatakan harus
1.perilaku n 2.memberika dibagaima
sesuai Pendidikan n nakan
anjuran Kesehatan kesempatan O : Pasien
meningka sesuai untuk banyak
t kesepataka bertanya bertanya
2.perilaku n dan
sesuai 2.berikan Edukasi: kebingung
pengetahu kesempata 1.menjelaska an saat
an n untuk n factor dijelaskan
meningka bertanya resiko yang mengenai
t dapat penyakitn
3.pertany Edukasi: mempengaru ya
aan 1.jelaskan hi kesehatan A : Defisit
tentang factor 2.mengajarka Pengetahu
masalah resiko yang n perilaku an
yang dapat hidup sehat
dihadapi mempenga p:
menurun ruhi edukasi
4.persepsi kesehatan Kesehatan
keliru 2.ajarkan
terhadap perilaku
masalah hidup sehat
menurun
5.menjala
ni
pemeriksa
an yang
tidak
tepat
menurun
6.perilaku
membaik

6. Ansietas Tingkat Reduksi Observasi:


berhubungan Ansietas Ansietas 1.mengidenti
dengan (L.09093) (I.09314) fikasi
krisis Setelah Observasi: kemampuan
situasional dilakukan 1.identifika mengambil
Tindakan si keputusan
selama 3 kemampua 2.mengidenti
x 24 jam n fikasi tanda –
diharapka mengambil tanda
n pasien keputusan ansietas
menunjuk 2.identifika
kan si tanda – Terapeutik:
kriteria tanda 1.menciptaka
hasil: ansietas n suasana
1.perilaku terapeutik
gelisah Terapeuti untuk
menurun k: menumbuhk
2.perilaku 1.ciptakan an rasa
tegang suasana kepercayaan
menurun terapeutik 2.mendengar
3.frekuen untuk kan dengan
si nadi menumbuh penuh
menurun kan rasa perhatian
4.frekuen kepercayaa 3.menggunak
si napas n an
menurun 2.dengarka pendekatan
5.pucat n dengan yang tenang
menurun penuh dan
6.pola perhatian meyakinkan
tidur 3.gunakan 4.mendiskusi
membaik pendekatan kan
yang perencanaan
tenang dan realistis
meyakinka tentang
n peristiwa
4.diskusika yang akan
n datang
perencanaa
n realistis Edukasi:
tentang 1.menginfor
peristiwa masikan
yang akan secara
datang factual
mengenai
Edukasi: diagnosis,
1.informasi pengobatan
kan secara dan
factual prognosis
mengenai 2.menganjur
diagnosis, kan
pengobatan mengungkap
dan kan perasaan
prognosis dan persepsi
2.anjurkan 3.melatih
mengungk Teknik
apkan relaksasi
perasaan
dan Kolaborasi:
persepsi 1.berkolabor
3.latih asi
Teknik pemberian
relaksasi obat
antiansietas
Kolaboras
i:
1.kolaboras
i
pemberian
obat
antiansieta
s
E. Daftar Pustaka
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Dr. W Herdin Sibuea dkk (2009). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta . Jakarta
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia
atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Mutakin Arif, Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta. 2011
Novita. (2018). “Pengaruh lep wrapping di RSud Muntilan”.Jurnal.
(dipublikasikan)
Price, Sylvia Anderson.( 2008).Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC
Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta
: Gosyen Publising.
Rohman & Walid. (2012). Proses Keperawatan: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, Ed.8, EGC, Jakarta.
Sudoyo Aru. (2009). Buku ajar ilmu penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi
keempat. Jakarta
Wilkison, Judith M. (2016). Diagnosa Keperawatan : Diagnosis NANDA
Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC

https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1070/TRI%2
0WAHYU%20FEBRIANTO%20KTI.pdf?sequence=1&isAllowed
=y
https://www.academia.edu/37222178/LAPORAN_PENDAHULUA
N_GASTRITIS
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2129/1/KTI%20PAK%20DWI
%20S.pdf

Anda mungkin juga menyukai