Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati,
lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut
keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung.
Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala
itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat
ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil,
berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta
minuman beralkohol dan jika memang diperlukan dapat minum
antasida sekitar setengah jam sebelum makan atau sewaktu makan
(Misnadiarly, 2017).
2. Anatomi
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa
lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap
diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam
pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding lambung
menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratun, 2016).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Menifestasi gastritis akut dan kronik hampir
sama seperti; anoreksia,rasa penuh, nyeri pada epigastrium, mual dan muntah,
sendawa, hematemesis (Suratun, 2010).
Tanda dan gejala gastritis adalah :
a. Gastritis akut
.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
b. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
c. Endeskopi dalam saluran cerna
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorakan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang kurang dari 1 atau 2 jam. Hampir
tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
d. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
e. Analisis lambung
Tes ini megetahui sekresi asam dan merupakan tehnik penting untuk
menegakan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukan kedalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
i. Keadaan umum
Compos mentis.
iii. Tanda-tanda vital
Posisi mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak ada
ptosis maupun exopthalamus, pergerakan bola mata simetris
kiri dan kanan, kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva
ananemis/anemis, sklera anikterik, pupil isokor, reflek cahaya
biasanya tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik dan tidak
ada tanda-tanda peradangan.
c) Sistem pendengaran
Tidak ada lesi dan tidak ada pembengkakan pada daun telinga,
kondisi telinga tengah utuh, tidak ada cairan dari telinga, tidak
ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinnitus, fungsi
pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak
ada pemakaian alat bantu pendengaran.
d) Sistem pernapasan
Inspeksi :
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan, tidak ada deviasi pada trakea, bentuk
dada normo chest, tidak ada retraksi dinding dada, frekuensi
pernapasan meningkat > 24 x/m, irama pernapasan tidak
teratur/teratur, ada atau tidak ada batuk, ada atau tidak ada
sputum, tidak ada sianosis.
Palpasi :
Terdapat nyeri ulu hati dan kuadran kanan atas, tidak ada
pembesaran pada hepar.
Perkusi :
i) Sistem endokrin
- Tampak meringis
- Gelisah
Data mayor :
- Lemas
Data mayor :
- Mual
- Sariawan
- Diare
- Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat Data minor :
- Pasien mengeluh sesak saat/setelah aktivitas
- Sianosis
Gustin, Rahmi Kurnia, (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis.
Jakarta : EGC
Bandung.
Uripi, V. 2016. Menu untuk Penderita Hepatitis dan Gangguan Saluraan Pencernaan.
Puspa Swara. Jakarta.
Depkes. (2012). Distribusi Penyakit sistem Cerna Pasien Rawat Inap Menurut Golongan
Sakit Indonesia Tahun 2006.
Smeltzer, S., Bare, P. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah. Edisi 8 jilid
2.Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Irawati, U. 2012. Studi Terapi Pemberian Obat Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas
Dulalowo Tahun 2012.
Yanti, M. 2010. Hubungan Rentang Stres Dan Kebiasaan Pemakaian Obat Anti Inflamasi
Non Steroid Dengan Kejadian Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.
Djamil Padang Tahun 2010. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah. Universitas
Andalas. (http://www.penelitian- yantimega.pdf). Diakses 17 Juli 2014.