Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Gastritis

2.1.1. Definisi Gastritis

Gastritis merupakan suatu proses inflamasi pada lapisan

mukosa dan sub-mukosa lambung. Secara histopatologi dapat

dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah

tersebut (Syam, 2014). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa

lambung klinisyang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti

berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritemamukosa,

sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitasmukosa (Brunner

&Suddarth, 2015).

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang

terbagi menjadi gastritis akut maupun gastritis kronis. Gastritis akut

sering di akibatkan oleh diet yang sembrono. Individu ini makan

terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau

mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dari

penyakit gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluksempedu,

atau terapi radiasi. Sedangkan gastritis kronis merupakan inflamasi

lambung yang lama yang dapat di sebabkan oleh ulkusbenigna atau

maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory(H.

pylory). Manifestasi klinik dari penyakit gastritis adalah mual dan

1
2

muntah, sering merasa lapar, perut kembung, dan nyeriepigastrium

yang luar biasa. (Smeltzer, 2013).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan

mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang

menjadi penyebab terpenting dalam gangguan pencernaan.

Pelepasan epitel akan meransang timbulnya proses inflamasi pada

lambung (Sukarmin, 2012).

2.1.2. Klasifikasi Gastritis

2.1.2.1 Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering

ditemukan, biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri,

merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan

lokal. Endotoksin bakteri (setelah makan makanan yang

terkontaminasi) alkohol, kafein dan aspirin merupakan agen-

agen penyebab yang sering. Obat-obatan lain, seperti NSAID

(indometasin, ibuprofen, naproksen, sulfanamide, steroid dan

digitalis) juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu

termasuk cuka, lada, atau mustard, alkohol, aspirin, steroid,

dan asam empedu yang juga disebabkan oleh diet yang tidak

benar, makan yang terlalu banyak dan terlalu cepat atau

makan makanan yang pedas dan terlalu banyak bumbu

(Mansjoer, 2009)
3

Lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat

faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut

mukosa lambung, pada sebagian besar kasus merupakan

penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Gastritis akut

merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya

dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel

inflamasi akut dan neutrofil (Ardiansyah, 2011).

2.1.2.2 Gastritis kronik

Gastritis kronik berhubungan dengan helicobacter

pylori, apalagi jika ditemukan ulkus pada pemeriksaan

penunjang yang juga menimbulkan atropi beberapa sel

fungsional tunika mukosa. Penyebabnya tidak jelas, sering

bersifat multi faktor dengan perjalanan klinis yang bervariasi.

Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi. Dengan ditandai

oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai dengan

kehilangan sel pametal dan chief cell. Akibatnya produksi

asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun. Dinding

lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan

yang rata. Bentuk gastritits ini sering dihubungkan dengan

anemia pernisiosa, tukak lambung dan kanker (Mansjoer,

2009).
4

Menurut distribusi anatomisnya, grastitis kronik dapat

dibagi menjadi :

1. Gastritis kronik korpus (gastritis tipe A)

Perubahan-perubahan histology terjadi terutama pada

korpus dan fundus lambung. Bentuk inin jarang ditemui ,

sering dihubungkan dengan autoimun dan berlanjut

menjadi anemia pernisiosa, sel parietal yang mengandung

kelejar mengalami kerusakan sehingga sekresi asam

lambung menurun. Pada manusia sel parietal juga

berfungsi menghasilkan faktor instrinsink oleh karena itu

menyebabkan terjadinya gangguan absorbs vitamin B12

yang menyebabkan anemia pernisiosa.

2. Gastritis kronik antrum (grastritis tipe B)

Gastritis yang paling sering dijumpai penumbuhan bakteri

yang berlebihan dan mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan kuman helicobacter pylori. Sehingga dengan

meningkatnya ke asaman lambung menyebakan

penumbuhan bakteri berlebihan. Selanjutnya terjadi

metaplasia akibat langsung dari trauma oleh bakteri

tersebut, kemungkinan diperparah oleh meningkatnya

produksi kompleks nitrat N-nitroso.


5

3. Gastritis tipe AB

Gastritis yang distribusi anatomisnya menyebar keseluruh

gaster, penyebaran ke arah korpus cenderung meningkat

dengan bertambahnya usia.

4. Gastritis organik dan gastritis fungsional

Sakit maag ini dikelompokkan menjadi sakit maag organik

dan penyakit maag fungsional. Pembagian ini dilakukan

setelah melakukan pemeriksaan terutama pemeriksaan

endoskopi dengan pemeriksaan baik secara endoskopi atau

teropong saluran cerna. Dyspepsia ditetapkan jika dengan

pemeriksaan baik secara endoskopi, pemeriksaan

ultrasonografi dan pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan penyebab lain dari sakit maag tersebut.

Dyspepsia fungsional ini memang sangat behubungan erat

dengan faktor psikis. Berbagai penelitian memang telah

membuktikan hubungan antara faktor fungsionalm dan faktor stress

yang di alami seseorang terutama faktor ansietas. Penelitian yang

dilakukan oleh Melilea menunjukkan bahwa kejadian sakit maag

yang fungsional ini lebih besar dari sakit maag yang organik yaitu

mencapai 70-80% kasus sakit maag (Fahrur, 2009).

2.1.3. Etiologi

Menurut (Syam, 2014), penyebab gastritis yaitu obat- obatan

seperti aspirin, alkohol, trauma pada lambung, kelainan pembuluh


6

darah pada lambung, luka akibat operasi/bedah lambung, autoimun

pada anemia pernisiosa, adanya tumor pada lambung. Selain itu

faktor kejiwaan atau stress juga berperan terhadap timbulnya

serangan ulang penyakit tersebut, kemudian juga gastropati reaktif

dan infeksi khususnya pada helicobacter pylori.

Menurut Wahyu (2011), beberapa penyebab gastritis antara

lain:

1. Makan tidak teratur atau telat makan

2. Disebabkan oleh bakteri helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah bakteri yang hidup dibawah lapisan

selaput lender dinding bagian dalam lambung. Fungsi lapisan

lender sendiri adalah untuk melindungi kerusakan dinding

lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yang diakibatkan

oleh bakteri helicobacter pylori menyebabkan peradangan pada

dinding lambung yang disebut gastritis.

3. Bahaya merokok

4. Stres berat

Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang

dapat meransang peningkatan produksi asam lambung, sehingga

jika seseorang mengalami stress bisa muncul kelainan

dilambungnya.

5. Kurang istirahat
7

6. Pemberian obat kemoterapi

Obat kemoterapi mempunyai dasar merusak sel yang

pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga

mengenai sel inang pada tubuh manusia, pemberian kemoterapi juga

dapat menyebabkan kerusakan lansung pada epitel mukosa lambung.

7. Iskemia dan syok

Iskemia dan syokhipovelemia mengancam mukosa lambung

karena menurunkan perfusi jaringan lambung yang dapat

mengakibatkan nekrotik lapisan lambung.

8. Serangan terhadap lambung

Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang lambung.

Kejadian ini dinamakan autoimun gastritis. Kejadian ini memang

jarang terjadi, tetapi bisa terjadi, autoimun gastritis sering terjadi

pada orang yang terserang penyakit Hashimoto’s diseases,

Addison’s disease dan diabetes tipe 1. Autoimun gastritis juga

berkaitan defisiensi B12 yang dapat membahayakan tubuh.

9. Trauma mekanik

Trauma mekanik yang mengenai abdomen seperti benturan saat

kecelakaan yang cukup kuat dapat juga menjadi penyebab

gangguan keutuhan jaringan lambung. Kadang kerusakan tidak

sebatas mukosa, tetapi tubuh. Radiasi yang beresiko terhadap

gastritis erisive adalah radiasi baik untuk diagnostic maupun

radiasi untuk pengobatan kanker pada abdomen (Sukarmin,2012).


8

2.1.4. Patofisiologi

Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari

pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses auto

digestiacid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini.

Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier

ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin

dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik

kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil,

yang mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada

lambung (Wahyu, 2011).

Gastritis akut merupakan penyakit yang biasanya bersifat

jinak dan swasirna; merupakan responsmukosa lambung terhadap

berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan

terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen

pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai

penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel

lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,

meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat,

misalnya anti inflamasinonsteroid (NSAID: misalnya indomestasin,

ibuprofen, naproksen), sulfonamida, dan digitalis. Asam empedu,

enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu mukosa

lambung (Doenges, 2014).


Endoktosia, Bakteri, Akohol, Aspirin,
Luka, Stress, Nikotin, Makanan Berbumbu

Sekresi Asam Lambung

Mengiritasi Mukosa Gaster

Gastritis

Perlukaan pada Antropi progresif


gaster epitel gaster

Pelepasan mediator kimia (kimia, Kehilangan sel


Ulcerasi superfisial
brakini, prostaglandin) pariental dan chief sel

Vasodilatasi dari P s↑ Perangsangan pada Dinding lambung


Hemororagi
permeabilitas kapiler ujung Syaraf/pusat nyeri menjadi tipis

Sensasi Absorbsi makanan


Eriterna Eriterna Hermatenesis/melena
Suhu tubuh ↑ Nyeri terganggu
mukosa mukosa
gaster gaster Metabolisme
Syok
MK: nyeri Anemia Malnutrisi KH. Protein
Demam hemoragik
terganggu
Mual + Muntah
MK: intoleransi Anoreksia mual,
MK: aktivitas muntah
Hipertermi

MK: Ketidakseimbangan MK: Ketidakseimbangan Nutrisi


Nutrisi Kurang dari Kurang dari kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh

Skema 2.1. Pathway Gastritis (Muttaqin: 2011)

9
10

2.1.5. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala dari gastritis menurut (Brunner &Suddarth,

2015) yaitu rasa terbakar di lambung dan akan menjadi semakin

parah ketika sedang makan, disusul dengan nyeri ulu hati, mual dan

sering muntah, tekanan darah menurun, pusing, keringat dingin, nadi

cepat, kadang berat badan menurun , disertai dengan nasfu makan

menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar

keringat dingin. Selain itu perut akan terasa nyeri, pedih (kembung

dan sesak) di bagian atas perut (ulu hati), merasa lambung sangat

penuh ketika sehabis makan, sering sendawa bila keadaan lapar, sulit

untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut.

Manifestasi klinis yang muncul berbeda sesuai dengan jenis

gastritis. Gejala klinis itu antara lain (Sukarmin,2012):

1. Gastritis akut erosive

Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mual dari yang

sangat ringan asimtomatik sampai dengan yang berat sampai

dapat menimbulkan kematian. Penyebab kematian yang sangat

penting adalah adanya perdarahan gaster. Gejala yang sangat

mencolok adalah : Hematematis dan melena yang dapat

berlansung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan

darah. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat sangat ringan

bahkan asimtomatis.
11

Keluhan-keluhan itu diantaranya nyeri ulu hati, biasanya

ringan tidak dapat ditunjukkan lokasinya dengan tepat. Mual-

mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna.Pada kasus yang amat

ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja

secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia difesiensi dengan

etiologi yang tidak jelas.

2. Gastristis kronis Non Erosive

Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain

dan kadang tidak jelas. Perasaan penuh, anoreksia, perasaan cepat

penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan pada lambung ketika

ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan menjadi

menurun karena sebagian besar telah di isi oleh mucus dan cairan

sekresi. Distress yang tidak nyata sering berkaitan dengan

perasaan gaster seperti penuh. Proses ini trkait dengan adaptasi

psikologi yang berlansung lama. Jadi penderita seolah-olah

terbawa emosi lambungnya terasa penuh terus.

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang


12

1. Foto rontgent dilakukan untuk membedakan diagnosa penyebab

atau sisi lesi.

2. Analisa dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,

mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh: peningkatan

asam hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab

ulkus duo denal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus

gaster, dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom

Zollinger – Ellison.

3. EGD (Esofago Gastro Duodenoskopi) adalah tes dignostik kunci

perdarahan gastrointestinal atas, dilakukan untuk melihat sisi

perdarahan atau derjat ulkus jaringan atau cedera.

4. Angiografi adalah vaskularisasi GI dapat dilakukan bila

endoskopitidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan.

Menunjukkan sirkulasikolatera dan kemungkinan isi perdarahan.

5. Amilase serum meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah

diduga gastritis (Smeltzer, 2013).

2.1.7. Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer (2009), faktor utama penatalaksanaan

gastritis adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung

dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk

mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2,

inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan

sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Sedangkan


13

penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah kemungkinan

diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2,inhibitor

pompa proton dan obat-obat prokinetik. Jika endoskopi dapat

dilakukan terapieradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan P

ketiganya negatif atau hasil serologi negative. Terapi eradikasi juga

diberikan pada seleksi khusus pasien ang menderita penyakit-

penyakit seperti :ulkus duodeni, ulkus ventrikuli, MALT lymphoma,

pasca reseksi kanker lambung. Untuk penatalaksanaan diet yaitu

makan makanan dengan kandungan serat yang tinggi, makanan

secara teratur dan terjadwal, hindari konsumsi kafein yang

berlebihan, cola, alkohol dan hindari merokok, akan meningkatkan

tingkat kesembuhan dan menurunkan kekambuhan.

2.2. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gastritis

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara lansung kepada pasien / klien

diberbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara ilmiah, sistematis, dinamis

dan terus menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan

masalah kesehatan klien/pasien (Muttaqin, 2011).

Adapun tahap- tahap proses keperawatan meliputi (Muttaqin, 2011) :

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan,

upaya dalam mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis

untuk di kaji dan di analisis sehingga masalah kesehatan dan


14

keperawatan pasien/klien dapat ditentukan. Hal-hal yang perlu dikaji

pada pasien gastritis meliputi :

2.2.1.1.Identitas pasien meliputi (nama, jenis kelamin, umur,

pekerjaan, suku/bangsa, pendidikan, dan lain-lain)

2.2.1.2.Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan

oleh klien sebelum ke rumah sakit pada klien dengan

gastritis biasanya didapatkan keluhan utama yang

bervariasi. Mulai dari nyeri bagian perut yang disertai mual

muntah, sering merasa lapar dan perut kembung.

2.2.1.3. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu yaitu biasanya klien kemungkinan

memiliki riwayat penyakit maag, riwayat kesehatan

sekarang yaitu biasanya klien mengalami nyeri abdomen,

mual muntah, dan perut kembung dan riwayat kesehatan

keluarga yaitu biasanya klien tidak mempunyai anggota

keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

2.2.1.4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan

secara head to toe pada pasien dengan gastritis yaitu

meliputi sebagai berikut :


15

1. Keadaan umum dan Tanda Tanda Vital (TTV) Biasanya

keadaan umum klien lemah, letih, dan biasanya tingkat

kesadaran klien composmentis.

2. Kepala yang di amati bentuk kepala, tidak ada hematoma

atau oedema; mata; hidung; bibir; gigi dan lidah.

3. Leher di amati biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar

tyroid atau kelenjar getah bening dan pembesaran vena

leher.

4. Dada / thorak di amati inspeksi (biasanya simetris kiri dan

kanan), palpasi (biasanya fremitus lemah kiri dan kanan),

perkusi (biasanya terdengar vesicular).

5. Abdomen di amati inspeksi (biasanya tdak ada

pembesaran pada abdomen, simetris kiri dan kanan),

palpasi (biasanya tidak adanya nyeri tekan, tidak ada

pembesaran hepar dan lien), auskultasi (biasanya bising

usus normal).

6. Genitourinaria biasanya tidak terpasang kateter.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga, dan mayarakat tentang masalah kesehatan aktual

atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamnya,

perawat secara akuntabilitas dapat mengindentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,


16

membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien

(Wilkinson dkk, 2018).

Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gastritis adalah

sebagai berikut :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

2. Nyeri akut.

3. Hipertermi.

2.2.3. Perencanaan

Perencanaan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan

klien yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas dalam

memberikan tindakan keperawatan (Wilkinson dkk, 2018).

Adapun perencanaan keperawatan pada pasien gastritis adalah

sebagai berikut :

Tabel, 2.1 Diagnosa, Tujuan & Kriteria Hasil dan Intervensi


Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi
Kriteria Hasil (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut Pain level Pain Management :
Pain control, 1. Kaji tingkat nyeri
Setelah dilakukan secara komprehensif
tindakan keperawatan (lokasi,
selama 2x24 jan durasi,karakteristik,
diharapkan nyeri dapat frekuensi, intensitas
berkurang atau hilang. dan fackor pencetus)
Kriteria hasil: 2. Monitor skla nyeri dan
Melaporkan skala nyeri observasi
dalam batas normal dan ketidaknyamanan non
pasien dapat tidur verbal
nyenyak 3. Gunakan pendekatan
17

yang positif terhadap


pasien, hadir dekat
pasien untuk
memenuhi kebutuhan
rasa nyamannya denan
cara: masase,
perubhan posisi,
berikan perawatan
yang tidak terburu-
buru
4. Kendalikan factor
linkungan yang dpat
mempengaruhi respon
paisen terhadap
ketidaknyamanan
5. Anjurkan pasien untuk
istirahat
6. Kolaborasi medis
dalam pemberian
analgetik
7. Pantau tanda-tanda
vital

2. Ketidakseimbangan Nutritional Status : Nutrition Management


nutrisi kurang dari food and Fluid
kebutuhan tubuh Intake 1. Kaji adanya alergi
Makanan
Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan
- Adanya peningkatan ahli gizi untuk
berat badan sesuai menentukan jumlah
dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
- Berat badan ideal dibutuhkan pasien.
sesuai dengantinggi 3. Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan intake
- Mampu mengidentifi Fe
kasi kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
- Tidak ada tanda meningkatkan protein
tanda malnutrisi dan vitamin C
- Tidak terjadi 5. Berikan substansi gula
penurunan berat 6. Yakinkan diet yang
badan yang berarti dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
18

ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi

3. Hipertemi NOC: NIC :


Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
mungkin
Setelah dilakukan 2. Monitor warna dan
tindakan keperawatan suhu kulit
selama 3x24 jam pasien 3. Monitor tekanan
menunjukkan : darah, nadi dan RR
Suhu tubuh dalam batas 4. Monitor penurunan
normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
hasil: 5. Monitor WBC, Hb,
1. Suhu 36 – 36,5 C dan Hct
2. Nadi dan RR dalam 6. Monitor intake dan
rentang normal output
3. Tidak ada perubahan 7. Berikan anti piretik:
warna kulit dan tidak 8. Kelola Antibiotik
ada pusing, merasa 9. Selimuti pasien
nyaman 10. Berikan cairan
intravena
11. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
12. Tingkatkan sirkulasi
udara
13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
16. Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
19

2.2.4. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan di tunjukkan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien

(Potter&Perry, 2010).

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien

gastritis adalah:

1. Melakukan manajemen nyeri meliputi mengkaji karakteristik

nyeri, menjelaskan pada pasien penyebab nyeri yang

dirasakannya, mengajarkan tekhnik relaksasi tarik napas dalam,

mengatur posisi pasien yang nyaman dan menciptakan

lingkungan yang nyaman.

2. Melakukan manajemen nutrisi meliputi mengkaji adanya alergi

makanan, mengkaji makanan yang disukai oleh pasien, memberi

hidangan makanan dalam keadaan masih hangat dan

berkolaborasi dengan ahli gizi diet pasien serta berkolaborasi

dengan dokter dalam pemberian terapi medis.

3. Melakukan manajemen hipertemi meliputi anjurkan pasien

banyak istirahat, menganjurkan pasien minum air putih yang


20

banyak, melakukan kompres hangat pada pasien, dan

menganjurkan klien menggunakan pakaian yang mampu

menyerap keringat.

2.2.5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses

dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat

dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan

pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan proses keberhasilan

tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat

kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan

sebelumnya.

Evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien

dengan gastritis adalah:

1. Nyeri dapat terkontrol

2. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

3. Hipertermi dapat teratasi.

Setelah seorang perawat melakukan proses keperawatan dari

pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh

tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam

dokumentasi keperawatan (Potter&Perry, 2010).

Anda mungkin juga menyukai