Anda di halaman 1dari 8

PAPER

“Penyakit Gastritis”
Dosen Pengampu : Shendy Krisnasari, S.KM., M.PH

DISUSUN OLEH :

Nama : Putri Rahmadani

Nim : P10120219

Kelas : C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Lambung adalah salah satu organ dalam sistem pencernaan pada manusia yang
berfungsi untuk mencerna makanan dan menyerap beberapa sari-sari makanan.
Padalambung terdapat enzim renin, pepsin, dan asam klorida. Lambung akan
melumatkan makanan hingga benar-benar hancur seperti bubur. Asam lambung kerap
kali menyebabkan penyakit pada lambung jika dikeluarkan secara berlebihan.

Penyakit maag atau juga dikenal dengan nama Gastritis adalah suatu kondisi
media dimana terjadi pembengkakan, peradangan atau iritasi pada lapisan lambung.

Menurut Prio (2009) Gastritis atau yang lebih dikenal dengan maag berasal dari
bahasa yunani yaitu gastro yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh
diperut (tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah.

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita
oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa.
disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup
yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa
tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur,
2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan
terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa
juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan
Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri
ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung
kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini
sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo,
2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi
Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 %
dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004).
Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian
gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis
yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada
perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-
hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar
pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan,
hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam,
menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut
penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis
yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah
kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

A. Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009).Gastritis adalah suatu
keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis,
difus dan lokal.

Menurut Sri Hartati (2013) Gastritis merupakan masalah saluran pencernaan yang
paling sering ditemukan dikehidupan sehari-hari dan gangguan kesehatan yang sering
dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan
pemeriksaan histopatologi. Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun dapat
merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker
lambung hingga menyebabkan kematian.
Gastritis merupakan masalah kesehatan yang masih sangat banyak ditemukan di
lingkungan masyarakat (Putri dkk, 2010). Penyakit gastritis biasa dikenal dengan
penyakit maag. gastritis ini merupakan suatu peradangan atau pendarahan pada
mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan
dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan cepat, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu pedas, mengkonsumsi protein tinggi, kebiasaan
mengkonsumsi makan-makanan pedas, dan minum kopi terlalu berlebihan (Huzaifah,
2017).

Berdasarkan tingkat keparahan gastritis dibagai menjadi dua jenis, yaitu :

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel inflamasi
akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan (Price
dan Wilson, 2005). Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut,
gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut mempunyai
gejala yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik
(Wibowo, 2007).

2. Gastritis kronik

Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang


bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi
(Wibowo, 2007). Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung menjadi
tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan
tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi dan gastritis hipertropi (Price
dan Wilson, 2005).

B. Etiologi Penyakit Gastritis


Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit
lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum
alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan
penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID
aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut Muttaqin (2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid/ OAINS indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat, sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitosin, 5-fluora-2-deoxyuriine) dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa
lambung.
2. Infeksi bakteri seperti spesies, clostridium spesies, E.coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
3. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
4. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
nafas, gagal ginjal, kerusakan sususan saraf pusat, dan refluks ususlambung.
5. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berbumbu dan minuman
denggan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
C. Patofisiologi penyakit Gastritis
Proses terjadinya gastritisa atau mag yaitu awalnya karena obat-obatan, alkohol,
empedu atau enzim-enzim pankreas yang dapat merusak mukosa lambung
menggangu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam
dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon
mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan
regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang
dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang
bersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung (Priyanto,
2008).
D. Faktor resiko Gastritis
Menurut Brunner &Suddarth (2000) faktor-faktor resiko yang sering
menyebabkan gastritis diantanya :
1. Frekuensi makan
Orang yang memiliki frekuensi makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Menurut Rahmawati (2010) juga menyatakan bahwa sikap dan
tindakan makan, salah satunya frekuensi makan, berpengaruh signifikan
terhadap kekambuhan gastritis. Hal tersebut sejalan dengan Uripi (2001) yang
menyatakan bahwa kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak
teratur sehingga asam lambung meningkat, produksi HCl yang berlebihan
dapat menyebabkan gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul nyeri epigastrum.
2. Rokok
Nikotin dalam rokok dapat menghilangkan rasa lapar, itu sebabnyaseseorang
menjadi tidak lapar karena merokok. Sehingga akanmeningkatkan asam
lambung dan dapat menyebabkan gastritis.
3. Kopi
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternyata dapat
menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem
pernafasan, sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran
setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar,
bergairah, daya piker lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein
dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi hormone gastrin pada lambung dan pepsin.
Sekresi asam yang meningkatkan dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi
pada mukosa lambung sehingga menjadi gastritis.
4. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asamlambung walaupun pada
kondisi normal.
5. Terlambat makan
Secara alami lambung terus memproduksi lambung setiap waktu dalam jumlah
yang kecil. Setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam
darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar
dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulus. Bila seseorang telat
makan 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri disekitar epigastrium (Sediaoetama, 2004).
6. Makanan Pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus. Hal ini akan mengakibatkan rasa
panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala
tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu makannnya. Bila
kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari 1x dalam seminggu
selama minimal 6 bulan dibiarkanterus menerus dapat menyebabkan iritasi
pada lambung yang disebut dengan gastritis (Sediaoetama, 2004).
7. Makanan beresiko
Makanan beresiko yang dimaksud adalah makanan yang terbukti berhubungan
dengan kejadian gastritis, yaitu makanan asam, makanan yang digoreng,
makanan berlemak, dan makanan yang menggunakan bahan penyedap yang
berlebihan. Makanan beresiko ini dapat memperlambat pengosongan lambung
karena susah dicerna. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di
lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung. Selain itu
makanan yang digoreng dan berlemak dapat melemahkan klep kerongkongan
bawah sehingga menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan
(Sherwood, 2001).
8. Stress
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta pendarahan pada lambung. Hal ini
disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan
sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel
lambung (Price & Wilson, 2003; Wibowo, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

1. Kirman, A. Saputra, dan J. Sukmana. “Sistem pakar untuk mendiagnosis


penyakit lambung dan penanganannya menggunakan metode dempser shafer,”
Jurnal Pseudocode, vol.6, no.1, hal. 58 – 66, 2019.
2. Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia
atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.
3. Ardiansyah, M. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA
Press
4. Nindika,K. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GASTRITIS. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai